Anda di halaman 1dari 4

PEMILIHAN BIOREAKTOR

1. Bioreaktor semi sinambung(Fed BatchReactor)


Sistem fed-batch adalah suatu sistem yang rnenambahkan media baru secara teratur
pada kultur tertutup, tanpa mengetuarkan cairan kultur yang ada di dalam fermentor sehingga
volume kultur makin lama makin bertambah Tri Widjaja (2010. Menurut Rusmana (2008), pada
cara fed-batch yaitu memasukan sebagian sumber nutrisi (sumber C, N dan lain-lain) ke
dalam bioreactor dengan volume tertentu hingga diperoleh produk yang mendekati maksimal,
akan tetapi konsentrasi sumber nutrisi dibuat konstan. Pada system fermentasi Fed-Batch
Process, menurut Bambang (2010), merupakan pengembangan sistem batch, adanya
penambahan media baru, tidak ada kultur yg keluar dan yield lebih tinggi dari batch.
a. Contoh produk System Fed-Batch Process :
Contoh produk yang dapat diperoleh pada system Fed-Batch Process adalah Dekstranase, hal
ini juga telah dilakukan penelitian oleh Satia Wihardja (2010) yang berjudul “Proses Fermentasi
Fed-Batch untuk Produksi Dekstranase dengan Streptococcus sp. B7 Fed-Batch Fermentation
Processes to Produce Dextranase from of Streptococcus sp. B7”
b). Alasan menggunakan System Fed-Batch Process
Proses fed-batch telah diterapkan secara luas dalam berbagai industni fermentasi dan relatif
lebih mudah digunakan untuk perbaikan proses batch dibandingkan dengan proses kontinyu.
Apabila pada fermentasi kontinyu dihasilkan keluaran secara terus-menerus maka pada fed-
batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi sehingga dapat ditangani dengan cara
yang sama seperti pada proses batch Sinclair & Kristiansen (1987) dalam Budiatman (2009).
Keuntungan menggunakan System Fed-Batch Process :
Keuntungan sistem fed-batch ini menurut penelitian yang dilakukan  Rachman (1989) dalam
Budiatman (2009), ialah konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat dipertahankan pada
tingkat yang sangat rendah sehingga dapat mencegah fenomena represi katabolit atau inhibisi
substrat.
c). Prinsip (prosedur/SOP) System Fed-Batch Process
System Fed-Batch Process merupakan penelitian yang dilakukan oleh Budiatman (2009). Proses
Fermentasi. Kultur inokulum yang digunakan untuk proses utama sejumlah 100 ml.
Kultun inokulum tersebut diinokulasikan ke dalam 700 ml media fermentasi dalam fermentor.
Fermentasi berlangsung selama tiga kali 24 jam, dengan tiga kali pengambilan contoh setiap
hari.  Pada 24 jam pertama fermentasi berlangsung secara batch sedangkan 2 kali 24 jam
berikutnya benlangsung secara fed-batch. Awal penambahan substrat dilakukan pada jam ke-
24. Volume substrat yang ditambahkan selama proses fed-batch sekitar 900 ml dengan laju
penambahan 19 mL/jam. Pada penelitian mi fermentasi berlangsung dalam fermentor kapasitas
dua liter dengan pengaturan pH pada pH 7 dan 8 serta kecepatan putaran 300 dan 500 rpm.
Secara keseluruhan hasil penelitian produksi enzim dengan fermentasi sistem fed-batch pada
penlakuan kecepatan putaran 500 rpm mempunyai kecenderungan yang sama dengan
fermentasi sistem batch.

2. Bioreaktor system Sinambung


Pada cara Sinambung (Continues Process), pengaliran subtrat dan pengambilan produk
dilakukan secara terus menerus (sinambung) setiap saat setelah diperoleh konsentrasi produk
maksimal atau subtract pembatasnya mencapai konsentrasi yang hampir tetap (Rusmana,
2008). Dalam hal ini subtrat dan inokulum dapat ditambahkan bersama-sama secara terus
menerus sehingga fase eksponensial dapat diperpanjang. Pada System Sinambung (Continues
Process), pada pasarnya prinsipnya merupakan fermentasi kontinyu dimana pada fermentor
sistem terbuka, ada penambahan media baru, ada kultur yg keluar, volume tetap dan fase
fisiologi sel konstan (Iman, 2008).
a.) Contoh produk System Sinambung (Continues Process)
Adapun contoh produk  yang dapat menggunakan system sinambung (Continues
Process) diantaranya : protein sel tunggal, antibiotic, pelarut organic, kultur starter,
dekomposisi selulosa, pengolahan limbah cair, beer, glukosa isomerase, etanol (Rusmana,
2008). Selain itu juga pembuatan etanol dapat digunakan cara System Sinambung (Continues
Process), hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Soehadi Reksowardojo
(2010) Produksi etanol dari molases secara fermentasi menggunakan yeast Saccharomyces
cereviceae dalam fermentor kontinyu. Proses fermentasi secara kontinyu menggunakan yeast
Saccharomyces cereviceae dengan Immobilized Cell dalam Ca-Alginate di dalam Bioreactor
Packed-bed.
b.) Alasan menggunakan System Sinambung (Continues Process)
Pada System Sinambung (Continues Process), pada pasarnya prinsipnya merupakan fermentasi
kontinyu dimana pada fermentor sistem terbuka, ada penambahan media baru, ada kultur yg
keluar, volume tetap dan fase fisiologi sel konstan (Iman, 2008).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Reksowardojo  (2007), bahwa pada sistem
kontinyu dengan dilution rate yang lebih kecil (waktu tinggal yang lebih besar) memberikan
hasil konsentrasi etanol yang lebih mendekati sistem batch sehingga apabila waktu tinggal
dalam reaktor diperpanjang, memungkinkan konsentrasi etanol yang dihasilkan lebih
mendekati sistem batch.
c.) Prinsip (prosedur/SOP) System Sinambung (Continues Process)
Bioreaktor yang dibuat adalah jenis one stage kontinyu, yang terdiri dari tiga komponen utama
(penampung sementara, reaktor dan gas kolektor)  (Katherin, 2010). Pada tipe aliran kontinyu
bahan dimasukkan ke dalam digester secara teratur pada satu ujung dan setelah melalui jarak
tertentu, keluar di ujung yang lain. Tipe ini mengatasi masalah pada proses pemasukan dan
pengosongan pada tipe batch.
3. Batch Process
Menurut Iman, 2008 (2008) Batch Process merupakan fermentasi dengan cara
memasukan media dan inokulum secara bersamaan ke dalam bioreactor dan pengambilan
produk dilakukan pada akhir fermentasi. Pada system batch, bahan media dan inokulum dalam
waktu yang hampir bersamaan di masukan ke dalam bioreactor, dan pada saat proses
berlangsung akan terjadi terjadi perubahan kondisi di dalam bioreactor (nutrient akan
berkurang dan produk serta limbah).
a). Contoh produk Sistem Batch Process
Adapun contoh produk  yang dapat menggunakan system Batch Process, diantaranya : yang
mungkin dilakukan untuk skala kecil adalah fermentasi batch. untuk pembuatan
Bioetanol : Food Grade dan Industrial ( Kosmetika , kesehatan dsb). Tidak direkomendasikan
menambahkan UREA,NPK dan Bahan Kimia lainya kecuali : Ragi ( Mikroba etanol ) (Bambang,
2010).
b). Alasan menggunakan System Batch Process
Pada system fermentasi Batch, pada pasarnya prinsipnya merupakan sistem tertutup, tidak ada
penambahan media baru, ada penambahan  oksigen  (-O2) dan aerasi, antifoam dan asam/basa
dengan cara kontrol pH (Iman, 2008).
Keuntungan menggunakan System Batch Process :
Menurut Rommy (2010), Bioreaktor tipe batch Tipe batch memiliki keuntungan lain yaitu dapat
digunakan ketika bahan tersedia pada waktu – waktu tertentu dan bila memiliki kandungan
padatan tinggi (25%). Bila bahan berserat/ sulit untuk diproses, tipe batch akan lebih cocok
dibanding tipe aliran kontinyu (continuos flow), karena lama proses dapat ditingkatkan dengan
mudah. Bila proses terjadi kesalahan, misalnya karena bahan beracun, proses dapat dihentikan
dan dimulai dengan yang baru.
c.) Prinsip (prosedur/SOP) System Batch Process
Sebagai contoh, merupakan cara batch yang digunakan adalah cara batch anaerob dari
penelitian Soewondo (2010). Reaktor yang digunakan dalam dalam hal ini adalah reaktor batch
anaerob dengan volume operasional sebesar 4 L. Pada penutup reaktor, terdapat 2 buah selang
silikon untuk sampling gas dan penambahan substansi (penetralan pH dengan
basa), termometer, serta pengaduk. Untuk reaktor cair, digunakan magnetic stirrer sebagai
pengaduk. Substrat yang telah dicampurkan dengan inokulum dimasukkan ke dalam reaktor.
Setelah reaktor ditutup dengan rapat, nitrogen dialirkan untuk mengusir oksigen yang berada
dalam reaktor supaya tercipta suasana anaerob. Reaktor dioperasikan selama 65 hari.
DAFTAR PUSTAKA :

Purnomo, Bambang., 2010. Asosiasi Pengusaha Bioetanol Indonesia.

Rusmana, Iman., 2008.  Sistem Operasi Fermentasi, Departemen Biologi FMIPA IPB, Bogor Jawa
Barat.

Satiwihardja, Budiatman., Wibisono, Beni., Murdiyatmo, Untung., 2010. Proses Fermentasi Fed-


Batch untuk Produksi Dekstranase dengan Streptococcus sp. B7 (Fed-Batch
Fermentation Processes to Produce Dextranase from of Streptococcus sp.
B7), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Foleta, Institur Pertanian Bogor, Kampus IPB
Darmaga, Bogor Jawa Barat.

Widjaja, Tri., Hariani, Natalia., Gunawan, Setio., dan Darmawan, R., 2010. Teknologi
Immobilisasi Sel Ca-Alginat Untuk Memproduksi Etanol Secara Fermentasi Kontinyu
Dengan Zymomonas Mobilis Termutasi, Laboratorium Teknologi Biokimia  Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai