Anda di halaman 1dari 3

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA LONGSOR LAHAN

BERDASARKAN TINGKAT KERAWANAN


DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Tingkat adaptasi masyarakat terhadap longsor di Banyumanik bervariasi


berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Bentuk adaptasi di bidang penelitian
hampir sama meliputi tiga aspek yaitu fisik, sosial dan ekonomi. Pertumbuhan penduduk
kota yang pesat menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan perumahan tanpa
memperhatikan lingkungan sekitar yang rawan bencana.Hal ini sesuai dengan data
Banyumanik tahun 2015 yaitu data sejak tahun 2010. Pada tahun 2014 luas penggunaan
lahan permukiman / pekarangan seluas 927,63 hektar menjadi 1.935,56 hektar.
Masyarakat yang memilih tinggal di daerah rawan longsor harus beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya agar dapat bertahan hidup. Berdasarkan hasil penelitian,
masyarakat telah melakukan adaptasi, termasuk adaptasi fisik, ekonomi dan sosial.

Adaptasi Masyarakat Secara Fisik


Adaptasi fisik terhadap longsor berarti fokus pada penyesuaian pembangunan fisik
untuk meminimalisir dampak longsor. Di antara penemuan di bidang ini, masyarakat yang
tinggal di daerah rawan longsor dari dataran rendah hingga dataran tinggi telah melakukan
adaptasi fisik, termasuk menanam beberapa pohon yang cocok untuk daerah rawan
longsor, seperti sukun dan nangka (Artocarpus integra). , Dan lamtoro (Leucaena
leucocephala). Bentuk lain dari langkah-langkah adaptasi fisik antara lain pembuatan
sangkar batu atau dinding penahan, seperti perkuatan lereng, terasiring, sangkar batu wire
mesh, saluran drainase, dan lain-lain.
Adaptasi Masyarakat Secara Ekonomi
Masyarakat secara ekonomi beradaptasi terhadap bencana longsor, yaitu
memanfaatkan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh setiap orang atau semua orang,
sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya pada saat terjadi bencana. hal
tersebut juga diterangkan oleh Benson dan Clay (2004) dalam Setiawan (2014)
menyatakan bahwa, kunci keberhasilan untuk meminimalisir dampak bencana adalah
kecepatan dalam merespon dampak bencana yang sangat tergantung pada kondisi
ketahanan ekonomi. Bentuk adaptasi ekonomi ini meliputi partisipasi masyarakat dalam
kelompok masyarakat kulit berwarna, bank / koperasi desa dan perkampungan, namun
pada kenyataannya bentuk adaptasi ekonomi kurang diminati penduduk di daerah yang
rawan longsor, sedangkan bentuk ekonomi lainnya (seperti awal alat peringatan)
(Kethongan, masjid, handphone), kebutuhan dasar keluarga yang dipersiapkan sebelum
bencana, mengungsi ke tempat yang lebih aman dan membangun kembali rumah untuk
menjamin keamanan perumahan di daerah rawan longsor. Komunitas di semua tingkatan.
Adaptasi Masyarakat Secara Sosial
Masyarakat beradaptasi dengan bencana longsor dalam aspek sosial, yaitu
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatan sosial dalam
memprediksi bencana longsor. Pada daerah yang rawan longsor rendah hingga tinggi salah
satu bentuk adaptasi sosialnya adalah gotong royong.Kegiatan semacam ini masih
dilakukan di masyarakat perkotaan.Kerjasama gotong royong diartikan sebagai proses
pencapaian tujuan bersama dalam mengurangi risiko bencana longsor. Tujuan dari gotong
royong ini adalah mengajak masyarakat untuk bersinergi menyelamatkan korban lainnya
jika terjadi bencana longsor. Gotong royong meliputi pemindahan material longsoran dan
penyegelan retakan pada tanah agar air hujan tidak masuk ke dalam tanah dan kelembaban
tanah tidak jenuh sehingga membantu korban.
Penduduk yang mendiami di daerah rawan longsor lahan khususnya di daerah
rawan longsor lahan tinggi harus lebih memiliki kapasitas agar dapat beradaptasi dengan
lingkungannya, mengikuti arahan mitigasi bencana yang diselenggarakan oleh instansi
pemerintah maupun relawan, antisipasi bencana tidak hanya dilakukan oleh penduduk
yang tinggal di daerah rawan longsor lahan tinggi, namun pada penduduk yang mendiami
daerah rawan longsor lahan rendah dan sedang. Mengurangi aktivitas yang dapat memicu
terjadinya longsor lahan, bagi pengembang atau developer harus lebih memperhatikan
peta kerawanan longsor lahan yang akan dibangun sebuah perumahan.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Heru. 2014. Analisis Tingkat Kapasitas Dan Strategi Coping Masyarakat Lokal
Dalam Menghadapi Bencana Longsor-Study Kasus Di Tawangmangu, Karanganyar,
Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret
2014, Hal 70-81

Utami, Otty, Damayanti. dkk. 2017. ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA


LONGSOR LAHAN BERDASARKAN TINGKAT KERAWANAN DI KECAMATAN
BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai