Anda di halaman 1dari 8

Ujian Akhir Semester Studi Hadits

Prodi ilmu kelautan Fakultas Sain dan Tehnologi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ( UINSA )

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan lengkap !!!

1. Apa yang anda ketahui dengan hadist, sunnah dan sirah? Jelaskan dan beri
contohnya.
2. Coba sebutkan dan jelaskan komponen penyusun hadist.
3. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat perawi.
4. Berilah contoh hadist shohih, dloif, mursal, mauquf, munqothi’, mu’dhol dan
maudhu’.
5. Apa tanggapan anda dengan maulid nabi, seberapa pentingkah menurut
anda.
6. Apa fungsi hadith dalam ajaran agama islam? Jelaskan
7. Apa fungsi hadith bagi al-Qur’an? Jelaskan dan beri contoh.
8. Berilah masing-masing satu contoh hadith targib dan tarhib.
9. Apa yg anda ketahui tentang takhrij? Apa fungsinya, berilah satu contoh
hadith yg sudah ditakhrij.
10. Seberapa penting studi hadith bagi prodi anda? Jelaskan pendapat anda.
Nama : Fandi Achmad Maulana

NIM : H04218003

KELAS :B

JAWABAN

1. A. Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan


persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam
agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an, Ijma
dan Qiyas.

Contoh hadits Shohih Lizatihi, yakni hadits yang shohih dengan sendirinya tanpa
diperkuat dengan keterangan lainnya. Contohnya adalah sabda Nabi Muhammad saw.,
“Tangan di atas (yang memberi) lebih baik dari tangan di baivah (yang menerima). “ (HR.
Bukhori dan Muslim)
B. Sunnah Menurut bahasa kata sunnah merupakan derivasi dari kata sanna – yasunnu –
sunnatan. Kata itu berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi (adat kebiasaan), atau
ketetapan, apakah hal itu baik atau tidak, terpuji atau tercela. Menurut ahli hadis,
sunnah adalah: “Segala yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw., baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidupnya, baik
sebelum beliau diangkat menjadi Rasul Saw maupun sesudahnya.” Menurut ahli usul
fikih, sunnah adalah: “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw. selain
al-Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk
dijadikan dalil bagi penetapan hukum syara’ (hukum agama).”

Contoh Sunnah Hadits fi’li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya tentang wudhu’,
shalat, haji, dan selainnya.

Contoh:

‫ان ي َُخلِّ ُل لِحْ َي َت ُه‬ َ ‫ أَنَّ ال َّن ِب َّي‬:‫ان‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬ َ ‫ْن َع َّف‬ َ ‫ َعنْ ع ُْث َم‬.
ِ ‫ان ب‬

“Dari ‘Utsman bin ‘Affan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (apabila
berwudhu’), beliau menyela-nyela jenggotnya.” [5]

C. Sirah as-Sīroh an-Nabawiyyah atau ‘ilm as-sīroh sering diistilahkan pula dengan ‘ilm
as-siyar  atau ‘ilm al-maghozī, adalah ilmu yang menelaah dan mengkaji kehidupan
Rosululloh  , baik tentang pribadi, sifat-sifat maupun tentang seluruh perilaku dan aspek
kehidupan beliau lainnya, termasuk dalam kapasitasnya sebagai juru dakwah yang
menyampaikan risalah dan dalam mentarbiyah para Sahabatnya.
Contohnya, sejarah hitam yang berlaku di negara kita pada 13 Mei 1969 yang banyak
mengorbankan nyawa dan selepas itu para pemimpin negara mengambil iktibar dan
pelbagai inisiatif daripada peristiwa tersebut agar perkara tersebut tidak berulang
lagi.  Berbeza dengan pengajian sirah Rasulullah S.A.W yang mana umat manusia akan
belajar dan meniru segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W.

2. A.  Sanad secara bahasa berasal dari kata sanad yang berarti penggabungan sesuatu
ke sesuatu yang lain, karena didalamnya tersusun banyak nama yang tergabung dalam
satu rentetan jalan. [1]

     Sedangkan secara terminologi sanad adalah rangkaian orang-orang yang


menyampaikan materi hadis, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah.
Atau bisa disimpulkan sebagai rantai penutur atau perawi hadis, mulai dari orang yang
mencatat hadis dalam bukunya (kitab hadist) hingga Rasulullah. Dan sanad adalah jalan
yang dapat menghubungkan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
kata lain sanad adalah rentetan perawi -perawi (beberapa orang) yang sampai kepada
matan hadis.[2]

B.     Matan

Secara etimologi, matan berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya, punggung
jalan (muka jalan), tanah keras yang tinggi. Adapun yang disebut matan dalam ilmu hadis
adalah perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi Muhammad saw,
dengan kata lain sanad adalah redaksi dari hadis.

C.     Rawi

Kata rawi atau al-rawi dalam bahasa Arab berasal dari kata riwayat yang berarti
memindahkan atau menukilkan, yakni memindahkan suatu berita dari seseorang kepada
orang lain. Dalam istilah hadis al-rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis dari
seorang guru kepada orang lain yang tercantum dalam buku hadis. Jadi nama-nama yang
terdapat dalam sanad disebut rawi. Sebenarnya antara rawi dan sanad merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan karena sanad hadis pada setiap generasi terdiri dari
beberapa perawi. Singkatnya sanad itu lebih menekankan pada mata rantai/silsilah,
sedangkan rawi adalah orang yang terdapat dalam silsilah tersebut.[4]

D.    Mukharrij

Secara bahasa mukharrij berarti orang yang mengeluarkan, kaitannya dengan hadis,
mukharrij adalah orang yang menukil atau mencatat hadis pada kitabnya, seperti Imam
Bukhari. Atau dalam istilah lain adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang guru
kepada orang lain dan membukukannya dalam sebuah kitab hadis.[5]
3. A.     Berakal

Menurut para ahli hadist berkal berarti identik dengan kemampuan seseorang untuk 
membedakan. Jadi untuk mampu menanggung dan menyampaikan suatu hadist,
seseorang harus telah memasuki usia akil balig[3]. Sahabat yang paling banyak
menerima riwayat, yang  mereka dengar pada masa kecilnya, ialah Anas bin Malik,
Abdullah bin Abbas, dan Abu Sa’id al-Khudri. Mahmud bin rabi’ masih ingat Rasulullah
menghukumnya pada waktu ia membuat kesalahan dan beliau wafat ketika Mahmud
berusia 5 tahun.[4]

b.      Cermat

Kecermatan perawi bisa dikenali dari hadist yang dia riwayatkan ternyata cocok dengan
yang diriwayatkan oleh orang yang dikenal cermat, telilti dan terpercaya. tetapi itu tidak
harus mengena keseluruhan. Perbedaan yang tidak sedikit tentang hadist yang mereka
riwayatkan masih dapat didamaikan. Tapi jika perbedaan terlampau jauh dan tidak
sesuai dengan hadist yang mereka riwayatkan, maka kecermatanya masih diragukan.[5]

Syu’bah al-Hajjaj berkata: “Hadist aneh yang anda terima berasal dari orang yang aneh
pula”.[6] Allah akan menghargai orang orang yang bersikap cermat dalam periwayatan
hadist, merekalah orang yang pandai dan bijaksana, mereka hanya mau mengutip hadis
shahih saja . hadist shahih diketahui bukan hanya dari riwayatnya saja tapi juga melalui
pemahaman dan penghafal dan banyak mendengar.[7]

c.       Adil

Perawi yang adil ialah yang bersikap konsisten dan berkomitmen tinggi pada urusan
agama, yang bebas dari setiap kefasikan dan dari hal-hal yang merusak kepribadian, Al-
khatib al-Baghdadi memberikan definisi adil sebagai berikut: ”yang tahu melaksanakan
kewajibannya dan segala yang diperintahkanya kepadanya- dapat menjaga diri dari
larangan-larangan, menjauhi dari kejahatan, mengutamakan kebenaran dan kewajiban
dalam segala tindakan dan pergaulannya, serta menjaga perkataan yang bisa merugikan
agama dan merusak kepribadian. Barang siapa dapat menjaga dan mempertahankan
sifat-sifat tersebut maka ia dapat disebut bersikap adil bagi agamanya dan hadistnya
diakui kejujuranya.”

Para ulama membedakan adilnya seorang rawi dan bersihnya seorang saksi. Jika
masalah kebersihan dapat baru diterima dengan penyaksian dua saksi. Saksi ini baik laki
laki maupun saksi perempuan, orang merdeka atau berstatus budak, dengan
persyaratan dapat adil terhadap dirinya sendiri. Itulah menurut Imam fakhrudin dan
Saif-Ahmad. Kepribadian yang baik harus dipenuhi oleh seorang rawi yang adil lebih
banyak dikaitkanya dengan ukuran ukuran moral seorang rawi

d.      Muslim
Mengenai syarat ke-Islaman, itu sudah jelas. Seorang rawi harus meyakini dan mengerti
akidah Islam, karena dia meriwayatkan hadist atau khabar yang berkaitan dengan
hukum-hukum, urusan dan tasyri’ agama Islam. Jadi dia mengemban tanggung jawab
untuk urusan memberi pemahaman tentang semuanya kepada manusia. Namun syarat
Islam sendiri hanya berlaku ketika seseorang menyampaikan hadist, bukan ketika
membawa atau menanggungnya.

4. contoh hadits yang shahih adalah sebagai berikut :


ْ ‫ْن م‬
ُ ْ‫ُطع ِِم َعنْ أَ ِب ْي ِه َقا َل َسمِع‬ ٌ ِ‫ُف َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َمال‬ ِ ‫َح َّد َث َنا َع ْب ُد‬
‫ت‬ ِ ‫ب َعنْ م َُح َّم ِد ب‬
ِ ‫ْن ُج َبي ِْر ب‬ ٍ ‫ْن شِ َها‬
ِ ‫ك َع ِن اب‬ َ ‫هللا بْنُ ي ُْوس‬
)‫الط ْو ِر “(رواه البخاري‬ ُّ ‫ب ِب‬ ِ ‫م َق َرأَ فِي ْال َم ْغ ِر‬.‫هللا ص‬ ِ ‫َرس ُْو َل‬

” Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah


mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin
math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca
dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR. Bukhari, Kitab Adzan).

Contoh Hadits Dhoif


َ
ٍ ‫ض ُع َوصِ ْنفٍ َك ْال َعرِّ َوه َُو ْال َج َربُ َوصِ ْن‬
ُ‫ف َو ُد ْو ٍد َولُ ْو ٍد ُت ِعيْن‬ ٍ ‫ال ِّن َسا ُء َعلَى َثاَل َث ِة أَصْ َنا‬
َ ‫ف صِ ْنفٍ كا َ ْل ِو َعا ِء َتحْ ِم ُل َو َت‬
‫َز ْو َج َها َعلَى إِ ْي َما ِن ِه َف ِه َي َخ ْي ٌر َل ُه م َِن ْال َك ْن ِز‬

“Wanita-wanita itu ada tiga macam: kelompok wanita seperti bejana, ia hamil dan
melahirkan; kelompok wanita seperti koreng – yaitu kudis-; kelompok wanita yang
amat penyayang dan banyak melahirkan, serta membantu suaminya di atas
keimanannya. Wanita ini lebih baik bagi suaminya dibandingkan harta simpanan“.
[HR.Tamam Ar-Raziy dalam Al-Fawa’id (206/2)].

Contoh hadits mursal ; Abdur Razaq mengemukakan riwayat di dalam kitabnya Al


Mushannaf (5281)

َ ‫ َف َقال‬،‫اس‬ ِ ‫صعِدَ ا ْل ِم ْن َب َر أَ ْق َبل َ ِب َو ْج ِه ِه َعلَى ال َّن‬


َ ‫سلَّ َم إِ َذا‬ َ ‫ أَنَّ ال َّن ِب َّي‬: ٍ‫ َعنْ َع َطاء‬،‫َعنْ ا ْب ِن ُج َر ْي ٍج‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫السالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬
َّ

Dari Ibnu Juraij, dari Atha’, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila
naik ke mimbar beliau menghadapkan wajah beliau ke orang-orang lalu mengucap,
“Assalamu’alaikum.”

Contoh Hadits Mauquf pada perkataan; perkataan rawi : Telah berkata ‘Ali bin Abi
Thalib radliyallaahu ‘anhu :

َ ‫ أتريدون أن ُي َك َّذ‬، ‫حدثوا الناس بما يعرفون‬


‫ب هللا ورسولُ ُه‬

“Sampaikanlah kepada manusia menurut apa yang mereka ketahui. Apakah engkau
menginginkan Allah dan Rasul-Nya didustakan ?” 

Contoh Hadits Munqothi


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nasa’i di dalam kitabnya as-Sunan (3/248)
dengan jalan;

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َهؤُ الَ ِء‬


َ ‫هللا‬ ِ ‫ َع ِن ْال َح َس ِن ب‬،‫ْن َعلِي‬
ِ ‫ َعلَّ َمنِي َرس ُْو ُل‬:‫ َقا َل‬،‫ْن َعلِي‬ ِ ‫ َعنْ َع ْب ِد‬،‫م ُْو َسى بْنُ ُع ْق َب َة‬
ِ ‫هللا ب‬
ِ‫ْث ُد َعا ِء ْالقُ ُن ْوط‬
َ ‫ت فِي ْال ِو ْت ِر … َف َذ َك َر َح ِدي‬
ِ ‫ْال َك ْل َما‬

Musa bin Uqbah, dari Abdillah bin Ali, dari Al Hasan bin Ali, ia berkata; Rasulullah
mengajarkan kepadaku beberapa kalimat itu di dalam shalat witir (…) lalu menyebutkan
hadits tentang do’a qunut.

Contoh Hadits Mu’dhal


Contoh dari hadits Mu’dhal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam
kitab “Ma’rifat Ulumil Hadits” dengan sanadnya yang terhubung kepada al-Qo’nabi dari
Malik bahwa telah sampai kepadanya bahwa Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata :
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :

ُ ِ‫ل ِْل َم ْملُوكِ َط َعا ُم ُه َوكِسْ َو ُت ُه بالمعروف َوال ُي َكلَّفُ م َِن ْال َع َم ِل إِال َما يُط‬
‫يق‬

Contoh Hadits Maudhu’

َ ‫ان َرسُو ُل هللا َيأ ُك ُل ال ِع َن‬


1.      ‫ب َخرْ طا‬ َ ‫َك‬

Artinya: “Rasulullah SAW. memakan buah anggur dengan memetik dari pohonnya.”

Hadits ini maudhu’. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi dalam kitabnya al-Kamil fit-Tarikh
I/280 dengan sanad dari Sulaiman bin Rabi’ dari Kadih bin Rahmah, kemudian berkata,
”Umumnya riwayat Kadih tidak hafizh dan tidak memperhatikan sanad serta matannya.”

Adapun Ibnul Jauzi dalam kitabnya al-Maudhu’ telah mengeluarkan sanad dari ibnu Adi
sambil berkata, ”Sulaiman telah dinyatakan lemah oleh Daru Quthni, sedangkan (Kadih
adalah pendusta dan Husain bukan perawi tsiqah.[9]

5. Tidak ada seorang muslimpun yang mengingkari wajibnya memberikan kecintaan


kepada Nabi bahkan diharuskan melebihi dari kecintaan terhadap diri sendiri. Seperti
perayaan mauled nabi sebagai apresiasi atas kebahagiaan dalam hal kelahiranya nabi
Muhammad SAW, selama itu tidak berlebihan. Juga menambah manfaat lain yaitu
seperti silahturahmi dan menambah pahala karena diadakan istighasah juga. Selama itu
tidak menyimpang dari ajaran islam tidak perlu dipermasalahkan seperti firman “Dan
tetaplah mengadakan peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.” (Qs. Adz Dzariyat : 55). Wallahu ‘alam Bishshawwab.

6. Hadits sebagai bayan (penjelas) dalam ajaran Islam berfungsi sebagai memperkokoh
apa yang terkandung dalam al-Qur’an (bayan taqrir), sebagai penjelas ayat yang mujmal
(bayan tafsir), mengadakan suatu hukum yang belum ada dalam al-Qur’an (bayan
tasyri’), dan juga sebagai mengganti suatu hukum atau menghapus suatu hukum
7. 1. Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an.
2. Menguraikan dan merincikan yang global (mujmal), mengkaitkan yang mutlak dan
mentakhsiskan yang umum(‘am), Tafsil, Takyid, dan Takhsis berfungsi menjelaskan apa
yang dikehendaki Al-Qur’an.
3. Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Hukum
yang terjadi adalah merupakan produk Hadits/Sunnah yang tidak ditunjukan oleh Al-
Qur’an.
8. Al-Mundziri menuliskan ‫ ّ ورغ ف ثوابه ب‬sesungguhnya” ‫ وره من عقابه‬Tuhanmu benar-
benar melakukan apa saja yang Dia kehendaki, dan Dia menyukai (jika hamba-Nya
mengharapkan) pahala dari-Nya. Sebaliknya Dia mengantisipasi (hamba-Nya) dari
hukuman-Nya”.

9. Takhrij secara bahasa merupakan bentuk masdar dari kata kerja " ‫ تخريجا‬,‫ يخ ّرج‬,‫"خ ّرج‬.
Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan, takhrij adalah: "menjadikan sesuatu
keluar dari sesuatu tempat; atau menjelaskan suatu masalah[1]”

Sedangkan menurut pengertian terminologis, takhrij berarti;

‫ة‬QQ‫د الحاج‬QQ‫ه عن‬QQ‫ان مرتبت‬QQ‫ ثم بي‬.‫التخريج هو الداللة على موضع الحديث في مصادره األصلية التي أخرجته بسنده‬
‫المراد بالداللة على موضع الحديث‬

"Menunjukkan letak Hadits dari sumber-sumber aslinya (sumber primer), untuk


kemudian diterangkan rangkaian sanadnya, dan dinilai derajat haditsnya jika diperlukan

10. Q.S. Fatir(35) ayat 12:

َ ‫ون لَحْ مًا َط ِر ًّيا َو َتسْ َت ْخ ِرج‬


‫ُون‬ َ ُ‫ات َسا ِئ ٌغ َش َرا ُب ُه َو ٰ َه َذا م ِْل ٌح أ ُ َجا ٌج ۖ َومِنْ ُك ٍّل َتأْ ُكل‬ ٌ ‫ان ٰ َه َذا َع ْذبٌ فُ َر‬
ِ ‫َو َما َيسْ َت ِوي ْال َبحْ َر‬
َ ‫ح ِْل َي ًة َت ْل َبسُو َن َها ۖ َو َت َرى ْالفُ ْل‬
َ ‫ك فِي ِه َم َواخ َِر لِ َت ْب َت ُغوا مِنْ َفضْ لِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬
‫ُون‬

Artinya : “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging
yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan
pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu
dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur”

Anda mungkin juga menyukai