BAB VI
Bab ini menjelaskan hasil penelitian, uraian dimulai dengan analisis univariat
dan analisis bivariat. Analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 20-25 Juli 2019 terhadap 52 sampel ibu
yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Meurah Dua Kabupaten Pidie
Jaya.
Tabel 6.1
Pencapaian Responden
Tanggal Desa Responden Keterangan
Leung Bimba 4 Peneliti Sendiri
20/07/2019 Mns. Raya 3 Peneliti Sendiri
Geunteng 3 Peneliti Sendiri
Mns. Kulam 4 Peneliti Sendiri & Enu
Dayah Husen 1 Peneliti Sendiri
21/07/2019
Pante Beureune 2 Peneliti Sendiri
Mns. Mancang 2 Peneliti Sendiri
Mns. Teungoh 2 Peneliti Sendiri
22/07/2019
Blang Cut 7 Peneliti Sendiri & Enu
Seunong 3 Peneliti Sendiri
23/07/2019
Beuringen 5 Peneliti Sendiri & Enu
Lancok 3 Peneliti Sendiri
24/07/2019
Mns. Jurong 6 Peneliti Sendiri & Enu
25/07/2019 Mns. Bie 7 Peneliti Sendiri & Enu
Jumlah 52
Sedangkan pada tanggal 26-27 Juli 2019 peneliti dalam proses pengambilan
Puskesmas Meurah Dua bahwa peneliti telah selesai dilapangan. Bahwa peneliti
telah selesai melakukan penelitian terhadap 52 orang responden yaitu ibu yang
memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Meurah Dua, serta peneliti memperoleh
surat selesai melakukan penelitian dari Pimpinan Puskesmas Meurah Dua. Maka
Puskesmas Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya tahun 2019, maka karakteristik
responden (66%), yang berumur 31-40 tahun sebanyak 16 responden (31%) dan
6.1.1.2 Pendidikan
TABEL 6.3
DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Pendidikan Frekuensi %
1 SD 1 2
2 SMP 2 4
3 SMA 24 46
4 PT 25 48
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
51
Dari tabel 6.3 diketahui bahwa responden dengan pendidikan SD hanya 1
6.1.1.3 Pekerjaan
TABEL 6.4
DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN PEKERJAAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Pekerjaan Frekuensi %
1 IRT 31 60
2 Bakti 7 14
3 Perawat 5 10
4 PNS 9 17
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Dari tabel 6.4 diketahui bahwa responden yang bekerja sebagai IRT
(14%), yang bekerja sebagai perawat hanya 5 responden (10%) dan yang bekerja
52
Dari tabel 6.5 diketahui bahwa responden yang mempunyai bayi umur 9
responden (48%) dan responden yang mempunyai bayi umur 12 bulan hanya 5
responden (10%).
Dari tabel 6.6 diketahui bahwa responden yang mempunyai bayi dengan
Dari tabel 6.7 diketahui bahwa responden dengan jumlah anak 1 0rang
53
responden (29%), yang mempunyai jumlah anak 3 orang sebanyak 4 responden
(8%), yang mempunyai jumlah anak 4 orang sebanyak 6 responden (12%) dan yang
masing-masing variabel. Data yang dilakukan analisis univariat pada penelitian ini
adalah kelengkapan imunisasi dasar pada bayi, peran tokoh agama, peran tokoh
isu imunisasi haram, efek samping vaksin. Tampilan data berupa frekuensi dan
TABEL 6.8
DISTRIBUSI FREKUENSI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI BERDASARKAN
PENGAKUAN IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Kelengkapan Imunisasi Frekuensi %
1 Lengkap 23 44
2 Tidak Lengkap 29 56
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
imunisasi.
54
6.1.2.2 Peran Tokoh Agama
TABEL 6.9
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI IBU TERHADAP PERAN TOKOH AGAMA DALAM
EDUKASI IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Peran Tokoh Agama Frekuensi %
1 Aktif 10 19
2 Kurang Aktif 42 81
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
(19%) yang menyatakan peran tokoh agama aktif dan 42 responden (81%) yang
TABEL 6.10
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI IBU TERHADAP PERAN TOKOH MASYARAKAT
DALAM EDUKASI IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Peran Tokoh Masyarakat Frekuensi %
1 Aktif 21 40
2 Kurang Aktif 31 60
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
(40%) yang menyatakan peran tokoh masyarakat aktif dan 31 responden (60%) yang
55
6.1.2.4 Peran Petugas Kesehatan
TABEL 6.11
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI IBU TERHADAP PERAN PETUGAS KESEHATAN
DALAM EDUKASI IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Peran Petugas Kesehatan Frekuensi %
1 Aktif 29 56
2 Kurang Aktif 23 44
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
(56%) yang menyatakan peran petugas kesehatan aktif dan 23 responden (44%)
TABEL 6.12
DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI IBU TERHADAP KEAKTIFAN KADER POSYANDU
DALAM EDUKASI IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Keaktifan Kader Posyandu Frekuensi %
1 Aktif 32 62
2 Kurang Aktif 20 38
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.12 menunjukkan bahwa dari 52 responden, terdapat 32 responden
(62%) yang menyatakan keaktifan kader posyandu aktif dan 20 responden (38%)
56
6.1.2.6 Sumber Informasi
TABEL 6.13
DISTRIBUSI FREKUENSI KESADARAN IBU TERHADAP SUMBER INFORMASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Sumber Informasi Frekuensi %
1 Ada 44 85
2 Tidak Ada 8 15
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.13 menunjukkan bahwa dari 52 responden, terdapat 44 responden
TABEL 6.14
DISTRIBUSI FREKUENSI KESADARAN IBU TERHADAP ISU IMUNISASI HARAM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Isu Imunisasi Haram Frekuensi %
1 Ada 42 81
2 Tidak Ada 10 19
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
(81%) yang menyatakan ada mendapatkan isu imunisasi haram dan 10 responden
57
6.1.2.8 Efek Samping Vaksin
TABEL 6.15
DISTRIBUSI FREKUENSI EFEK SAMPING VAKSIN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2019
No Efek Samping Vaksin Frekuensi %
1 Ada 18 35
2 Tidak Ada 34 65
Total 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
(35%) yang menyatakan ada mendapatkan efek samping vaksin dan 34 responden
ada hubungan antara peran tokoh agama, peran tokoh masyarakat, peran petugas
kesehatan, keaktifan kader posyandu, sumber informasi, isu imunisasi haram, dan
efek samping vaksin dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dalam
Dua. Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi-
58
6.1.3.1 Peran Tokoh Agama
TABEL 6.16
HUBUNGAN ANTARA PERAN TOKOH AGAMA DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Kelengkapan Imunisasi
Peran Tokoh Total p-
No Tidak Lengkap Lengkap
Agama value
n % n % N %
1 Kurang Aktif 24 57 18 43 42 100
0,683
2 Aktif 5 50 5 50 10 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.16 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden dengan peran tokoh agama aktif yaitu
sebesar 50% dibandingkan dengan peran tokoh agama kurang aktif yaitu sebesar
terdapat pada responden dengan peran tokoh agama kurang aktif yaitu sebesar
57%, dibandingkan dengan peran tokoh agama aktif yaitu sebesar 50%.
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,683 > 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara peran tokoh
agama dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dalam pencapaian Universal
Child Immunization (UCI) di wilayah kerja Puskesmas Meurah Dua Kabupaten Pidie
59
6.1.3.2 Peran Tokoh Masyarakat
TABEL 6.17
HUBUNGAN ANTARA PERAN TOKOH MASYARAKAT DENGAN KELENGKAPAN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD
IMMUNIZATION (UCI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Kelengkapan Imunisasi
Peran Tokoh Total p-
No Tidak Lengkap Lengkap
Masyarakat value
n % n % N %
1 Kurang Aktif 19 61 12 39 31 100
0,330
2 Aktif 10 48 11 52 21 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.17 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden dengan peran tokoh masyarakat aktif
yaitu sebesar 52% dibandingkan dengan peran tokoh masyarakat kurang aktif yaitu
banyak terdapat pada responden dengan peran tokoh masyarakat kurang aktif yaitu
sebesar 61%, dibandingkan dengan peran tokoh masyarakat aktif yaitu sebesar
48%.
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,330 > 0,05, hal ini
60
6.1.3.3 Peran Petugas Kesehatan
TABEL 6.18
HUBUNGAN ANTARA PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN KELENGKAPAN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD
IMMUNIZATION (UCI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Kelengkapan Imunisasi
Peran Petugas Total p-
No Tidak Lengkap Lengkap
Kesehatan value
n % N % N %
1 Kurang Aktif 18 78 5 22 23 100
0,004
2 Aktif 11 38 18 62 29 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.18 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden dengan peran petugas kesehatan aktif
yaitu sebesar 62% dibandingkan dengan peran petugas kesehatan kurang aktif yaitu
banyak terdapat pada responden dengan peran petugas kesehatan kurang aktif
yaitu sebesar 78%, dibandingkan responden dengan peran petugas kesehatan aktif
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,004 < 0,05, hal ini
61
6.1.3.4 Keaktifan Kader Posyandu
TABEL 6.19
HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN KELENGKAPAN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD
IMMUNIZATION (UCI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Kelengkapan Imunisasi
Keaktifan Kader Total p-
No Tidak Lengkap Lengkap
Posyandu value
n % n % N %
1 Kurang Aktif 13 65 7 35 20 100
0,289
2 Aktif 16 50 16 50 32 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.19 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden dengan keaktifan kader posyandu aktif
yaitu sebesar 50% dibandingkan dengan keaktifan kader posyandu kurang aktif
yaitu sebesar 35%. Sedangkan responden yang menyatakan imunisasi tidak lengkap
banyak terdapat pada responden dengan keaktifan kader posyandu kurang aktif
yaitu sebesar 65%, dibandingkan dengan keaktifan kader posyandi aktif yaitu
sebesar 50%.
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,289 > 0,05, hal ini
kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dalam pencapaian
62
6.1.3.5 Sumber Informasi
TABEL 6.20
HUBUNGAN ANTARA SUMBER INFORMASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Kelengkapan Imunisasi
Total p-
No Sumber Informasi Tidak Lengkap Lengkap
value
n % n % N %
1 Tidak Ada 8 100 0 0 8 100
0,006
2 Ada 21 48 23 52 44 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.20 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden yang ada mendapatkan sumber informasi
yaitu sebesar 52% dibandingkan dengan responden tidak ada mendapatkan sumber
informasi yaitu sebesar 0%. Sedangkan responden yang menyatakan imunisasi tidak
lengkap banyak terdapat pada responden yang tidak ada mendapatkan sumber
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,006< 0,05, hal ini
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dalam pencapaian Universal Child
Immunization (UCI) di wilayah kerja Puskesmas Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2019.
63
6.1.3.6 Isu Imunisasi Haram
TABEL 6.21
HUBUNGAN ANTARA ISU IMUNISASI HARAM DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Isu Kelengkapan Imunisasi
Total p-
No Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap
value
Haram n % n % N %
1 Tidak Ada 9 90 1 10 10 100
0,015
2 Ada 20 48 22 52 42 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.21 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden yang ada mendapatkan isu imunisasi
haram yaitu sebesar 44% dibandingkan dengan responden yang tidak ada
mendapatkan isu imunisasi haram yaitu sebesar 1%. Sedangkan responden yang
menyatakan imunisasi tidak lengkap banyak terdapat pada responden yang tidak
ada mendapatkan isu imunisasi haram yaitu sebesar 90%, dibandingkan dengan
responden yang ada mendapatkan isu imunisasi haram yaitu sebesar 48%.
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,015 < 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara isu imunisasi haram
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dalam pencapaian Universal Child
Immunization (UCI) di wilayah kerja Puskesmas Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2019.
64
6.1.3.7 Efek Samping Vaksin
TABEL 6.22
HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING VAKSIN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DALAM PENCAPAIAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAH DUA
TAHUN 2019
Efek Kelengkapan Imunisasi
Total p-
No Samping Tidak Lengkap Lengkap
value
Vaksin n % n % N %
1 Tidak Ada 26 76 8 23 34 100
0,001
2 Ada 3 17 15 83 18 100
Total 29 23 52 100
Sumber: Data Primer (diolah Juli, 2019)
Tabel 6.22 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan imunisasi
lengkap, banyak terdapat pada responden yang ada mendapatkan efek samping
vaksin yaitu sebesar 83% dibandingkan dengan responden yang tidak ada
mendapatkan efek samping vaksin yaitu sebesar 23%. Sedangkan responden yang
menyatakan imunisasi tidak lengkap banyak terdapat pada responden yang tidak
ada mendapatkan efek samping vaksin yaitu sebesar 76%, dibandingkan dengan
responden yang ada mendapatkan efek samping vaksin yaitu sebesar 17%.
Dari hasil uji chi-square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 < 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara efek samping vaksin
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dalam pencapaian Universal Child
Immunization (UCI) di wilayah kerja Puskesmas Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2019.
65
6.2 Pembahasan
6.2.1 Hubungan Peran Tokoh Agama dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada
Bayi
Menurut Juliana et al, 2016 di dalam Yasir dkk (2019) tokoh agama
masyarakat hal ini bisa disebabkan kurang aktifnya tokoh agama dalam memberikan
dukungan pada ibu-ibu, seperti tidak ikut dalam pemberian imunisasi yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara peran tokoh
agama dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Yasin dkk (2019) yang dilakukan di Kabupaten Sumenep tentang faktor
yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap, Sebagian besar ibu
pada bayinya, dan hampir setengah dari ibu yang tidak mendapatkan dukungan
tokoh agama tidak lengkap memberikan Imunisasi Dasar pada bayinya dengan p-
value = 0,459.
menyatakan bahwa Persepsi ibu terhadap dukungan tokoh agama berdasarkan hasil
Perbedaan hasil ini disebabkan oleh persepsi buruk. Persepsi buruk diperoleh dari
66
penilaian ibu terhadap kurangnya peran tokoh agama dalam hal memberi infromasi
dan mengajak ibu untuk mengikuti imunisasi, sedangkan seluruh ibu menyatakan
bahwa tokoh agama tidak pernah melarang ibu untuk mengimunisasikan bayi.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa 1,9% ibu yang
mengatakan bahwa tokoh agama pernah melarang ibu untuk melakukan imunisasi
dasar, sedangkan 98,1% ibu yang mengatakan bahwa tokoh agama tidak pernah
melarang ibu untuk melakukan imunisasi dasar. Hal ini disebabkan karena tokoh
agama tidak ingin dipersalahkan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
terjadi pada bayi, serta kurang aktifnya tokoh agama dalam bidang selain agama,
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Lubis (2011) dalam Rahmi
menyatakan bahwa vaksin dibuat dari bahan yang tidak sesuai dengan syariat
agama itu haram. Sehingga banyak ibu yang tidak patuh dalam pemberian imunisasi
67
Menurut penelitian yang dilakukan Ahmed, et al., (2014) bahwa setelah
beberapa agama islam dari berbagai kelompok saling berdiskusi untuk membahas
hokum islam dalam imunisasi polio dan akhirnya pandangan dari pada intelektual
islam. Tetapi masih ada yang tidak mendukung imunisasi dikarenakan masih ragu-
ragu dan takut mengenai dampak imunisasi terhadap kesehatan anak-anaknya. Hasi
dan kadang-kadang percaya bahwa orang yang beriman kuat dapat mengatasi
kesehatan masyarakat, maka tokoh agama termasuk di dalam faktor penguat dan
Pada Bayi
dalam masyarakat desa sangat dibutuhkan, hal ini sebagai wujud dari partisipasi
kewargaan para tokoh masyarakat tersebut. Tokoh masyarakat sebagai titik sentral
dalam perwujudan desa yang baik, tentu keberadaannya sangat dibutuhkan dalam
upaya pengembangan desa yang baik. Sebab keberadaan tokoh serta perannya
sangat berpengaruh dalam perkembangan sebuah wilayah desa, oleh sebab itu
desa.
68
Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui nilai p-value sebesar 0,330
penelitian menunjukkan bahwa ibu bayi yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan
posyandu lebih banyak pada ibu bayi yang lengkap dalam memberikan imunisasi
dengan melihat peran tokoh masyarakat aktif dibandingkan dengan ibu bayi yang
melihat peran tokoh masyarakat yang kurang aktif. Hal ini disebabkan tokoh
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yasin dkk (2019) yang dilakukan di
imunisasi dasar lengkap, bahwa tidak ada hubungan bermakna antara dukungan
masyarakat setempat dengan pemberian imunisasi dasar lengkap. Hal ini dapat
dasar lengkap pada bayi dengan nilai p value sebesar 0,574 > 0,05. Hal ini
69
mengingatkan ibu untuk mengimunisasi bayinya yang selalu mengajak ibu untuk
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sembiring
diperoleh hasil uji Chi Square yaitu p-value=0,001. Berdasarkan penelitian yang
didapatkan nilai ρ = 0,016, berarti pada α = 0,05, Ho ditolak atau dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan tokoh masyarakat dengan
masyarakat setempat belum ada faktor penguat untuk mendorong ibu-ibu dalam
prasarana serta pemberian makanan tambahan pada anak balita untuk memantau
Pada Bayi
Menurut Senewe dkk 2017 dalam Denengsih & Hendriyani (2018) seorang
petugas kesehatan mempunyai peran sebagai seorang pendidik, peran ini dilakukan
70
perubahan perilaku klien dan keluarga setelah dilakukan pendidikan kesehatan
selain itu juga petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi terhadap masalah
dasar lengkap pada balita, karena ibu balita merasa puas dengan pelayanan yang
kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Penelitian ini sejalan
masih berperan kurang baik, ini dapat dilihat bahwa petugas kesehatan masih
lengkap, dan petugas kesehatan juga tidak pernah melakukan kunjungan ke rumah-
rumah untuk mencari balita yang belum mendapat imunisasi. Peran petugas
bayi, juga untuk merubah perilaku masyarakat yang tidak sehat ke arah perilaku
sehat.
Sedangkan penelitian Astriani (2016) dalam Itsa (2019), hasil uji chi square
71
dibawah tiga tahun di Puskesmas Denpasar Selatan memiliki hubungan bermakna
baik karena tidak adanya keyakinan dari mereka dan kepercayaan kepada tenaga
kesehatan sehingga mereka tidak patuh dan melakukan apa yang disarankan oleh
tenaga kesehatan, peran tenaga kesehatan yang baik berpengaruh juga terhadap
mendukung ibu untuk melakukan imunisasi dasar. Peran petugas kesehatan yang
baik sangat penting untuk menunjang kesehatan yang lebih baik khusus nya untuk
pencapaian imunisasi dasar, dan membantu ibu untuk yakin bahwa imunisasi dasar
memang penting untuk dilakukan kepada anak (Denengsih & Hendriyani 2018).
keuntungan dan risiko imunisasi jika tidak diberikan. Hal tersebut dapat
dan peran profesi kesehatan untuk menjaga kepatuhan imunisasi sangatlah besar
sehingga jika peran edukasi profesi kesehatan tidak dilaksanakan dengan optimal
akan tampak nilai kepatuhan yang rendah dan penurunan motivasi ibu pada
regimen preventif yang Panjang hari ini. Kemudian peran konselor yang juga dapat
motivasi yang tinggi bagi ibu untuk mengimunisasi bayinya (Maina et al, 2013).
dilakukan di Puskesmas Antara Kota Makassar, bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara peran petugas kesehatan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap
72
pada bayi, artinya peran petugas yang baik dan kurang tidak memberikan pengaruh
kepada responden untuk mengimunisasi anaknya secara lengkap Hasil penelitian ini
Pada Bayi
masyarakat biasa pada umumnya. Seorang kader adalah relawan dari masyarakat
Namun keberadaan kader kesehatan relatif labil karena tidak adanya jaminan kader
akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika ada kepentingan keluarga,
maka kader biasanya akan lebih mendahulukan kepentingan pribadinya atau akan
Keaktifan kader posyandu adalah salah satu faktor penting dalam kegiatan
kader agar kegiatan berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan (Kemenkes RI,
2010).
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keaktifan kader
posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Penelitian ini sejalan
73
dengan penelitian Fitriani (2014) yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Pangkah, bahwa tidak ada hubungan antara pelaksanaan peran kader kesehatan
dengan kelengkapan imunisasi dasar. Hal ini terjadi karena ibu yang menyatakan
bahwa tidak ada dukungan dari kader terkait imunisasi mayoritas tidak memenuhi
imunisasi dasar lengkap untuk anaknya, sedangkan ibu yang menyatakan bahwa
dukungan dari kader dapat mendorong perilaku ibu untuk memenuhi imunisasi
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wahyu dan Nugroho
(2013) bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran kader posyandu dengan
hubungan antara kehadiran kader, berbagi informasi, dan keramahan kader dengan
Berencana (KB), Kesehata Ibu dan Anak (KIA), gizi, imunisasi dan diare. Kegiatan ini
mempunyai pengaruh besar terhadap penurunan angka kematian bayi dan ibu
(Isaura, 2012).
dan berhasil maka posyandu di setiap kegiatannya dibantu oleh kader-kader yang
74
pendidikan formal yang bervariasi dan sebagian diantaranya sugad mengikuti
pelatihan khusus. Selain itu dibutuhkan pula partisipasi aktif masyarakat sehingga
kegiatan posyandu dapat berjalan lancar dan mampu mencapai efektivitas yang
tinggi.
Bayi
penting bagi masyarakat untuk menjaga dan meningkat kesehatan keluarga. Hal ini
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Hidayah dkk (2018) bahwa, dari hasil uji statistik diperoleh P value yaitu
0,001 < 0,01 artinya bahwa terdapat hubungan antara sumber informasi dengan
pemberian imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Umban Sari pekan baru tahun
2017.
yang di dapat, namun ada sebagian ibu dan ayah dari si anak terpengaruh dengan
informasi yang lain dari lingkungan seperti isu vaksin palsu, efek samping, adanya
ranmor yang buruk, jadwal imunisasi yang tidak tepat, anak jadi sakit sehingga
75
paparan informasi yang dia peroleh belum mempengaruhi perubahan pengetahuan
Hasil review 202 artikel yang berkaitan dengan alasan rendahnya cakupan
informasi tentang imunisasi (Rainey, 2010 dalam Hidayah dkk, 2018). Informasi
nyaman pada ibu pada saat mengalami sakit ketika mendapatkan imunisasi dan
anggapan ibu bahwa imunisasi tidak dapat mencegah bahkan membuat anak sakit.
Informasi kesehatan ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap orang tua.
Orang tua yang memiliki banyak informasi positif tentang imunisasi maka mereka
akan memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayinya (Triana, 2016 dalam
sumber informasi melalui heandpone lebih efektif di terima oleh masyarakat kota
daripada masyarakat desa mempengaruhi imunisasi anak. Hal ini di dukung oleh
teori (Schoeps et al., 2013) yang menyatakan bahwa informasi adalah salah satu
ada beberapa yang memperoleh informasi tentang imunisasi dari media cetak.
76
Sehingga paparan informasi yang mereka peroleh tidak mempengaruhi mereka
6.2.6 Hubungan Isu Imunisasi Haram dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada
Bayi
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara isu imunisasi haram
(2016) di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru bahwa, Berdasarkan hasil analisis uji
regresi logistik diperoleh p value = 0,000. Perhitungan risk estimate, diperoleh nilai
odd ratio (OR) = 22,0, sehingga dapat disimpulkan ibu dengan tidak ada isu
dengan ada isu imunisasi haram memiliki resiko 22,0 kali tidak lengkap pemberian
Hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa semakin ada isu
imunisasi haram tentang kelengkapan imunisasi dasar pada bayi maka ibu semakin
lengkap dalam pemberian imunisasi dasar. Namun 90% ibu yang tidak ada isu
imunisasi haram tetapi ibu tidak lengkap pemberian imunisasi dasar, hal ini terjadi
karena tidak adanya dukungan suami, kurangnya pengetahuan, serta tidak terpapar
77
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadinegoro
(2008) menunjukkan hanya 82,9% anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap.
atau demam (>38 C) merupakan salah satu kontra indikasi pemberian vaksin
Seharusnya anak yang sedang sakit tidak menjadi alasan atas ketidaklengkapan
karena imunisasi dapat ditunda, dan dilakukan setelah anak sehat kembali. Namun,
ketidaklengkapan imunisasi. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan orang tua bahwa
imunisasi dapat ditunda dan masih tetap boleh diberikan meskipun jadwal imunisasi
vaksin-vaksin untuk Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) plus
hepatitis B tidak aman dan tidak halal karena buatan negara maju, dan juga untuk
faktor yang dapat memberikan pengaruh salah satu pengaruhnya yaitu kepercayaan
yang dianut atau dipercaya oleh orang tua ataupun pengalaman buruk yang pernah
dilami oleh orang tua sehingga hal ini dapat mempengaruhi orang tua untuk
6.2.7 Hubungan Efek Samping Vaksin dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada
Bayi
dikhawatirkan adalah ketika anak tidak mendapatkan cara terbaik untuk melindungi
anak dari penyakit, seperti polio, hepatitis B, difteri, campak, tetanus, hingga
78
miningtis. Jika ada orang tua yang tidak memberikan imunisasi karena takut anak
menjadi demam merupakan satu hal yang sangat memprihatinkan karena jika anak
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara efek samping vaksin
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Penelitian ini sejalan dengan
Darussalam diketahui bahwa dari 42 responden ada beberapa ibu yang takut akan
efek samping imunisasi namun cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar (13,6%),
dan ibu yang tidak takut akan efek samping dari imunisasi namun cakupan imunisasi
orang tua tidak melakukan atau tidak melengkapi imunisasi karena ibu cemas efek
samping imunisasi. Demam dan bengkak pada bekas suntikan merupakan keluhan
vaksin yang sudah dapat diprediksi, dan secara klinis biasanya ringan, tenaga
imunisasi yang terjadi, serta perlakuan orang tua jika terjadi efek samping.
data bahwa alasan penyebab ketidaklengkapan imunisasi dasar pada bayi adalah
rasa takut mereka akan sakitnya anak setelah di imunisasi. Hal ini dipicu dari
pengalaman beberapa orang tua yang anaknya mengalami sakit pasca di imunisasi.
79
Alasan terbanyak kedua adalah anak yang sakit bertepatan dengan waktu
pemberian imunisasi. Hal ini menyebabkan imunisasi anak tidak bisa dilengkapi lagi
karena telah lewat dari waktu pemberian imunisasi yang telah ditetapkan.
menyakini bahwa efek samping yang ditimbulkan setelah imunisasi itu tidak wajar,
imunisasi akan membawa dampak buruk terhadap anak mereka, mereka lebih takut
dengan efek samping yang terjadi dibandingkan dengan penyakit yang ditimbulkan
akibat tidak diberikan imunisasi, sebagian lagi mereka takut anaknya menjadi rewel
Dimana ibu yang takut akan efek samping dari pemberian imunisasi dengan
status imunisasinya tidak lengkap sebesar (65%). Sedangkan ibu yang tidak takut
akan efek samping dengan status imunisasi lengkap sebesar (40,5%), menunjukkan
bahwa semakin adanya kejadian ikutan paska imunisasi maka ibu semakin patuh
dalam pelaksanaan program BIAS, sedangkan semakin tidak adanya kejadian ikutan
paska imunisasi ibu semakin tidak patuh dalam pelaksanaan program BIAS
(Adzaniyah, 2013).
untuk melakukan imunisasi campak pada bayinya dan sebaliknya ibu yang
pada bayinya. Namun dari hasil penelitian masih terlihat ibu yang tidak
pada bayinya (53,6%). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa fackor yaitu masih
80
adanya ibu yang berpersepsi negative terhadap imunisasi campak, tidak terdapat
dukungan keluarga sehingga ibu enggan melakukan imunisasi campak pada bayinya,
serta kepercayaan ibu terhadap isu negatif yang berkembang di media massa
menjemput anak pulang sekolah dan merasa takut data yang peneliti
dapatkan di publikasi.
2. Banyak responden yang tidak mempunyai buku KIA atau buku KMS dengan
alasan hilang, dirobek sama anak dan tidak tahu lagi di mana karena pindah
81