Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai macam tumbuhan di dunia, sifat umum senyawa yang dijumpai, zat
yang terkandung didalam tumbuhan tersebut sangat banyak dan mempunyai manfaat
yang berbeda-beda.
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat sangat semarak dugunakan, oleh
karena itu, dalam hal itu maka sangat diharapkan penggunaan tanaman ini dapat
dimanfaatkan sebagai mana harusnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kandungan yang ada pada
tumbuhan ini adalah dengan melakukan penelitian tentang senyawa organik yang
terkandung dalam lidah buaya sehingga lidah buaya dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan.

B.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa organik yang ada pada
tanaman lidah buaya.

D.Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
kandungan senyawa organik yang ada pada tanaman lidah buaya dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Botani Tumbuhan
A. Uraian umum Teh Hijau (Camellia sinensis) (Steenis.V, 2005)
1. Klsifikasi teh Hijau ( Camellia sinensis)
Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Angiospermae

Subclass : Dicotyledonae

Ordo : Theales

Family : Theaceae

Genus : Camelia

Spesies : Camellia sinensis L


2. Morfologi Teh Hijau ( Camellia sinensis) (Steenis. V, 2005)
Pohon. karena pemangkasan kerap kali seperti perdu, tinggi 5 – 10 m. ujung ranting
dan daun muda berambut halus. daun tersebar, tunggal helian daun eliptis
memanjang, dengan pangkal runcing, bergerigi, seperti kulit tipis, 6-18 kali 2-6 cm.
bunga diketiak, berkelamin 2, bunga yang memebuka menunduk, garis tengah 3-4
cm, sangat harum dan putih cerah. daun kelopak tetap, 5-6 sangat tidak sama. daun
mahkota pada pangkalnya melekat ringan. Benag sari berlingkaran banyak, yang
terluar pada pangkalnya bersatu, melekat dengan daun mahkota yang terdalam lepas.

2
Tangkai putik bercabang 3. Buah kotak berkayu lebarnya lebih daripada panjangnya,
pecah menurut ruang, biji 1-3.

3. Nama Daerah Teh Hijau (Camellia sinensis) (Afrisanti,1992)


Jawa dan Sunda : enteh, Melayu : Teh, Pokok teh, Makassar : Teh

4. KAndungan Kimia Teh HIjau ( Camellia sinensis) ( Hariani,2008)


Teh kaya kandungan kimia seperti kafein 2-3 %, theobromin, theofilin, tanin, xanthin,
adenin, minyak atsiri, kuersetin, naringenin, dan natural flourida. Tanin mengandung
zat epigalochateccin galat. polifenol, protein, karbohiadrat, kafein serat dan pektin
terhadap daun teh.

5. Kegunaan Teh hijau Camellia sinensis) (Hernani,2006)

Khasiat daun teh utnuk sakit kepala, diare, penyubur dan penghitam rambut,
kolesterol, kencing manis, antitoksik, infeksi saluran cerna. Fenol dalam teh adalah
flavanoid yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan . Kegunaan utama teh
adalah sebagai penyegar badan dan stimulansia.

Khasiat Teh Hijau : (Anonim,2002)

1. Menghilangkan zat-zat yang tidak berguna dalam tubuh

2. Mampu meningkatkan pembakaran kalori dan lemak yang berimplikasi pada


penurunan berat badan

3. Membantu mengurangi kolesterol yang berlebihan

4. Menyehatkan jantung

3
5. Membantu menecegah timbulnya kanker

6. Sumber mineral dalam tubuh

7. Ampas Teh dapat berfungsi sebagai masker penyehat kulit

8. Masih banyak kegunaannya untuk tubuh dengan proses dan manfaat yang berbeda

B.Metabolit Sekunder
Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada
senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit
sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat
secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi).
Pada akar, kulit, batang, daun, bunga, buah, biji dan sedikit pada hewan.
Penggunaan tumbuhan sebagai obat, berkait dengan kandungan kimia yang terdapat
dalam tumbuhan tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa adanya suatu senyawa bioktif
dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan itu tidak dapat digunakan sebagai obat.
Senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin,
dll.
Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya,
baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkohol
menurut Winterstein dan trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa,
mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan Turne
(1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkoloid yang memuaskan,
tetapai umumnya, alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa,
yang mengandung satu atau lebih nitrogen biasanya dalam cincin heterosiklik, dan
bersifat aktif biologis menonjol.

4
Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai rumit dari efek
biologisnya yang mengegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana,
tetapai yang efeknya daalinya tridak sederhana adalah nikotina. Nikotoin dapat
menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi
dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
Flavonoid adalah suatu kelompoj senyawa fenol yang terbanyak terdapat di
alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, unggu,
biru, dan sebagaian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut
strukturnya merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid
yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat terdapat berupa
tepung putih pada tumbuhan primula.
Sebagian besar flavonoid yang pada tumbuhan terikat pada molekul gula
sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa
senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari
flavonoid yang berbeda klas. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang
berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna.
Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1) Sebagai pigmen warna, 2)
Fungsi fislologi dan patologi, 3) Aktivitas farmakologi, dan, 4) Flavonoid dalam
makanan. Aktivitas farmakologi dianggap berasal dari rutin (glikosa flavonol) yang
digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, emnurunkan permeabilitas dan
fragilitas pembuluh darah, dalam Gabor, et al menyatakan bahwa flavonoid dapat
digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioktivitas seperti
antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, diuretik
dan lain-lain.
Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang
hanya terdiri dari atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris
C5H8 (unit isoprena), yang bergabung secara head to tall (kepala-ekor). Oleh sebab

5
itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid Terpenoid sama halnya dengan senyawa
terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus hidroksil, aldehid dan
ketin. Dewasa ini baik terpen maupun terpenold dikelompokkan sebagai senyawa
terpenold (isoprenois)
Contoh :
Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas
: 1) Monoterpen (dua unit isoprena), 2) Seskiterpen (tiga unit isoprena), 3) Diterpena
(empat unit isoprena), 4) Triterpena (enam unit isoprena), 5) Tetraterpena (delapan
unit isoprena), dan 6) politerpena (banyak unit isoprena). Monotepen dan seskiler
adalah komponen utama minyak esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan
diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A adalah suatu diterpenold, skualen
tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam mu=inyak hati ikan, karoten karoten
pigmen dan kuning tergolong tetraterpen, lateks (karet alam) adalah politerpen.
Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyawa
ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu sterroid hewani yang
terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu
kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini.
Hormon-homon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah
suatu steroid. Dan hormon kehamilan progestin.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini
terdiri dari dua kelompok : saponin triteroenoid dan saponin sterroid. Saponin ini
terdiri dari dua kelompok: sapoin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak
digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dapat lerak yang dapat

6
digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat
diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Alat-alat dan Bahan


3.1.1Alat
Lumpang, pisau/ gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir
halus bersih, kapas.

3.1.2 Bahan-bahan
Daun teh hijau, Amoniak-kloroform 0,05N (1 mL amoniak dalam 250 ML
kloroform), H2SO4 2 N, pereaksi Mayer pereaksi Wagner dan Dragendorf, metanol,
asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat, serbuk Magnesium

3.1.3 Cara Kerja


Disarankan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder terhadap
tumbuhan obat.
1.Identifikasi Alkohol : Metoda Culvenor-Fitzgeraid
-Kira-kira 4 gr sampel segar dirajang halus dan digerus dalam lumpang dengan
bantuan pasir, lalu ditambahkan kloroform sedikit, digerus lagi sampai membentuk
pasta.
-Tambahkan 10 mL larutan amoniak-kloroform 0,05 N dan digerus lagi. Sering
campuran kedalam sebuah tabung reaksi kering.
-Tambahkan 5 mL larutan H2SO4 2 N dan kocok kuat. Diamlan larutan sampai
terbentuk dua lapisan
-Dengan menggunakan pipet yang telah diberi kapas pada ujungnya untuk
menyaring, ambil lapisan asam sulfat dan masukkan kedalam tabung reaksi kecil
(Lap. Kloroform disimpan untuk pengujian terpenoid).

8
-Filtrat di uji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya
endapan putih atau keruh dengan pereaksi Mayer, endapan coklat dengan peraksi
Wagner atau endapan orange dengan pereaksi Dragendorf menunjukkan sampel
mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Flavoid : Shinoda test/sianidin test
Kira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 mL metanol
dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan
beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magneslum..
Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel
mengandung flavoid.
3. Identifikasi steroid/ terpenolf : Metode Lieberman-Burchard.
Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes.
Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3
tetes H2SO4 pekat. Timbulnya warna merah.

9
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
Uji reaksi Hasil Keterangan
Flavonoid Positif maka diperoleh hasilnya
terjadi perubahan warna
dari hijau menjadi kuning
berarti daun lidah buaya
mengandung flavonoid.

Alkaloid Negative Hasil yang diperoleh tidak


ada terbentuk endapan.
Berarti lidah buaya tidak
mengandung alkaloid.

Terpen Negative
Saponin Positif Ada busa

Fenol Negative Tidak merah

10
B.Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan dengan sampel daun teh hijau untuk identifikasi
alkaloid daun teh hijau yang dirajang halus, ditambah kloroform dan disaring,
diperoleh filtrat ditambah H2SO4 2 N. Dikocok kemudian pisahkan lapisan H2SO4
nya lalu dibagi atas tiga bagian masing-masing ditambah pereaksi mayer. Wagner dan
dragendorf. Hasil yang diperoleh tidak ada terbentuk endapan. Berarti teh hijau tidak
mengandung alkaloid.
Pada identifikasi flavonoid, daun teh hijau yang dirajang halus diekstrak dengan
metanol dan dipanaskan, kemudian fitrat ditambah HCl p.a dan serbuk Mg, maka
diperoleh hasilnya terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning berarti daun teh
hijau mengandung flavonoid.
Untuk identifikasi Saponin/ uji busa, dan teh hijau yang dirajang halus ditambah
aquadest, lalu dipanaskan, dan didinginkan baru dikocok, diamkan ± 5 menit teryata
terbentuk busa, berarti daun lidah buaya mengandung Saponin.

11
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Daun teh hijau tidak mengandung alkoloid dan terpenoid/ steroid.
2.Daun teh hijau mengandung flavonoid dan Saponin
3.Daun teh hijau merupakan metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan untuk obat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja
Jilid 1. Jkarta : Erlangga.
Fessenden & Fessenden 1990. Kimia Organik, Terjemahan Hadyana Pudjaatmaja
Jilid 2. Jkarta : Erlangga.
Trevor Robinson. 1996. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung ITB
http : PKUKM. Web. UKM. My/ tugasan/S2-99/a 68 681. htm.
http ://www. Toplirik. Com/baca artikel/220/Lidah Buaya%20Buayahtml,2006;
semarang.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai