Anda di halaman 1dari 23

Apa yang di maksud dengan AMDAL,UKL-UPL,SPPL.

No comments
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

a. AMDAL

merupakan Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan

penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha

dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang

diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-

ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup".

b. UKL-UPL

Merupakan PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN terhadap usaha dan/atau kegiatan yang

tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi PROSES

PENGAMBILAN KEPUTUSAN tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah

salah satu instrument pengelolaan lingkungan yang merupakan salah satu persyaratan
perijinan bagi pemrakarsa yang akan melaksanakan suatu usaha/kegiatan di berbagai

sektor.

c. SPPL

Merupakan PERNYATAAN KESANGGUPAN dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

untuk melakukan PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN lingkungan hidup atas dampak

lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya

2. Apa yang di maksud degan Pembangunan berkelanjutan?.

Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadardan terencana yang memadukan aspek

lingkunganhidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategipembangunan untuk menjamin

keutuhanlingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,kesejahteraan, dan mutu

hidup generasi masa kinidan generasi masa depan.

Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable

development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa

mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosialUntuk sebagian

orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan

bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa

menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan

ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas

3. Sebutkan maksud dan tujuan UKL/UPL dan sistematiknya?

UKL/UPL merupakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus dan

wajib di miliki oleh semua perusahaan yang mempunyai aktifitas bisnis / produksi yang
berdampak terhadap lingkungan. Apabila UKL/UPL diterapkan secara Konsisten pasti

dapat mengurangi dan mengantisipasi kemungkinan dampak negatif yang muncul bagi

lingkungan dan masyarakat sehingga bisa meningkatkan image perusahaan.

Sistematika UKL-UPL :

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Dasar Hukum

1.3 Tujuan dan kegunaan UKL dan UPL

BAB II. RENCANA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN

2.1 Identitas pemrakarsa dan penyusunan UKL dan UPL

2.2 Tujuan rencana usaha dan / atau kegiatan

2.3 Tata letak rencana usaha dan / atau kegiatan

2.4 Tahap pelaksanaan usaha dan / atau kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan

pasca operasi.

(1) Tahap pra-konstruksi / persiapan

(2) Tahap konstruksi

(3) Tahap Operasi

(4) Tahap Pasca Operasi

2.5 Rencana Penggunaan / Neraca Bahan dan Air.

2.6 Limbah dan Cemaran.

BAB III. INFORMASI LINGKUNGAN


3.1 Fisik Kimia

(1) Kualitas udara dan kebisingan

(2) Fisiografi

(3) Hidrologi

(4) Hidrooseanografi

(5) Tata Ruang

Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya dan kemungkinan potensi

pengembangannya di masa datang.

3.2 Biologi

(1) Flora

(2) Fauna

3.3 Sosial

(1) Demografi

(2) Ekonomi

(3) Budaya

3.4 Kesehatan Masyarakat

(1) Parameter lingkungan yang diperkiran terkena dampak terhadap kesehatan

(2) Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka kesakitan dan kematian);

(3) Kondisi sanitasi lingkungan

BAB IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Uraikan secara singkat dan jelas :

1. Kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap lingkungan hidup;


2. Jenis dampak lingkungan hidup yang terjadi

3. Ukuran yang menyatakan besaran dampak dan

4. Hal-hal lain yang perlu disampaikan untuk menjelaskan dampak lingkungan yang akan

terjadi terhadap lingkungan hidup

BAB V. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Uraikan secara singkat dan jelas :

1. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah dan mengelola dampak termasuk

upaya untuk menangani dan menanggulangai keadaan darurat;

2. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan dampak

dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup;

3. Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur efektifitas pengelolaan lingkungan hidup

dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup.

BAB VI. SURAT PERNYATAAN

Pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan UKL dan UPL yang ditandatangani diatas kertas

bermaterai.

LAMPIRAN

Pada bagian ini dilampirkan berbagai keputusan perijinan yang berkaitan usaha dan / atau

kegiatan.

4. Jelaskan mengenai keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan AMDAL

Masyarakat merupakan focus dalam studi AMDAL sehingga AMDAL bersifat terbuka untuk

umum. BAPEDAL/BAPEDALDA dan pemrakarsa wajib mengumumkan secara luas

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang membutuhkan studi AMDAL agar
masyarakat luas dapat memberikan tanggapan yang disalurkan lewat Komisi, terutama

bagi masyarakat yang berkepentingan langsung dengan keberadaan rencana usaha

dan/atau kegiatan tersebut.

1. Dengan melibatkan diri dalam proses AMDAL, Anda ikut menentukan masa depan

wilayah Anda sendiri. Dengan memberi tanggapan, masukan, saran, dan informasi,

pemrakarsa rencana kegiatan (pemilik proyek) dapat membuat:

 rencana kegiatan dan pengelolaan dampak yang lebih baik

 studi AMDAL yang lebih baik

 rencana program hubungan masyarakat yang lebih baik.

Proses AMDAL terdiri dari beberapa tahapan. Anda tidak harus menguasai seluruh proses

AMDAL, tapi pelajari tahapan apa saja yang memberi peluang bagi masyarakat untuk

melibatkan diri.

Dari keterlibatan Anda, hasil yang dapat Anda harapkan adalah bahwa tanggapan, saran dan

masukan yang telah Anda berikan wajib dipertimbangkan oleh :

 pemrakarsa atau tenaga ahlinya dalam penyusunan studi AMDAL,

 Komisi Penilai AMDAL dalam memberikan rekomendasi tentang kelayakan lingkungan

suatu rencana kegiatan.

Tindak lanjut dari tanggapan, saran, dan masukan Anda mungkin baru terlaksana setelah

proses AMDAL selesai. Namun, pertahankanlah jalur komunikasi yang baik dengan

pemrakarsa

Gambar 1. Mekanisme pelaksanaan proses keterlibatan masyarakat


dalam AMDAL di Indonesia

2. KA-ANDAL

Kerangka Acuan ANDAL menurut Permeneg LH No 08 Th 2006

Tujuan:

• Merumuskan lingkup dan kedalaman

• Utk menghasilkan studi yg efektif dan efisien

Fungsi:

• Rujukan pemrakarsa, institusi dan penyusun ttg lingkup dan kedalaman

• Bahan rujukan penilai dokumen ANDAL

• Pemrakarsa

• Instansi yang bertanggung jawab

• Penyusun

• Pakar

• Masyarakat

Proses pelingkupan

Merupakan proses awal untuk menentukan lingkup masalah dan mengidentifikasi dampak

penting hipotetik

Dari proses pelingkupan dihasilkan:

• Dampak penting hipotetik

• Lingkup wilayah studi

• Batas waktu kajian

• Kedalaman studi

Pelingkupan dampak penting

• Identifikasi dampak potensial


• Evaluasi dampak potensial

• Klasifikasi dan prioritas dampak penting

Identifikasi dampak potensial

Hanya diinventarisir dampak potensial

Informasi diperoleh dari:

• Konsultasi pakar-pemrakarsa-institusi pemerintah-masyarakat-observasi lapangan

• Studi pustaka, analisis isi, interaksi kelompok dan dg menggunakan berbagai metoda

identifikasi dampak.

Evaluasi dampak potensial

• Bertujuan utk mengeliminir dampak potensial yang tidak penting

• Disusun berdasarkan masukan dari masy, instansi pemerintah dan pakar

• Metodologi yg digunakan: Interaksi kelompok

• Terutama dilakukan oleh pemrakarsa/penyusun

Klasifikasi dan prioritas dampak penting Terdiri dari 2 tahap, yaitu:

• Dikelompokan menurut keterkaitan satu sama lain, spt lingkungan air, lingkungan

udara dll.

• Diurut menurut tingkat kepentingannya

Pelingkupan wilayah studi dan batas waktu kajian Batas ruang:

• Batas proyek

• Batas ekologis

• Batas sosial

• Batas administratif

• Batas ruang lingkup wilayah


Batas waktu:

Minimal selama umur r u/k berlangsung

Sistematika Penyusunan Kerangka Acuan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.3.Peraturan

BAB II RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah dan Alternatif

Komponen Usaha dan/atau Kegiatan

a. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah

b. Alternatif-alternatif Yang Akan Dikaji Dalam ANDAL

2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

2.3 Pelingkupan

a. Proses pelingkupan

b. Hasil proses pelingkupan

1. Dampak penting hipotetik

2. Lingkup wilayah studi dan batas

BAB III METODE STUDI

3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting

3.3 Metode Evaluasi Dampak Penting

BAB IV PELAKSANAAN STUDI


4.1 Pemrakarsa

4.2 Penyusun Studi AMDAL

4.3 Biaya Studi

4.4 Waktu Studi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Pada bagian ini dilampirkan berbagai keputusan perijinan yang berkaitan usaha dan / atau

kegiatan.
Feasibility Study Pendirian Rumah Sakit
25 03 2009

Pertengahan tahun 2008 kemarin, tim kami diminta untuk membuat sebuah studi kelayakan
pendirian sebuah rumah sakit ibu anak (RSIA) yang menurut rencana akan dibangun di kawasan

industri Jababeka, Bekasi.

Proses untuk membuat sebuah studi kelayakan secara umum hampir sama seperti melakukan
penelitian yang bersifat action researh. Perbedaan yang terjadi hanya pada peruntukan dan tujuan
akhirnya saja.

Diawali dengan membuat sebuah proposal dan dilanjutkan dengan kunjungan pra survai untuk
melihat langsung situasi & lokasi yang akan didirikan bangunan RSIA tersebut.

Setelah mengumpulkan berbagai informasi awal. kemudian tim merevisi berbagai asumsi dasar
yang ada dan menuangkannya dalam sebuah proposal final. Melalui persetujuan dengan owner
dan calon investor maka disepakati juga agenda riil & mekanisme pendukung untuk penyelesaian
kegiatan studi kelayakan ini termasuk memperkenalkan anggota tim yang terlibat beserta
tugasnya masing-masing.

Proses selanjutnya dimulai dengan pengumpulan data sekunder dan primer sesuai kebutuhan,
dilanjutkan analisisnya sehingga akhirnya didapatkan hasil sementara yang siap dipresentasikan
sebagai bentuk progress report ke owner dan investor. Diskusi yang terjadi menghasilkan
berbagai perubahan dan tambahan agenda untuk perbaikan laporan final.

Penelusuran ulang dari berbagai informasi yang dianggap belum lengkap atau menjadi tuntutan
baru dari investor & owner menjadi agenda berikutnya sehingga akhirnya benar-benar laporan
finalnya siap untuk dipresentasikan kembali.

Alhamdulillah semua agenda tersebut berhasil kami selesaikan sepenuhnya dalam waktu sekitar
2 bulan efektif.
(Keterangan: Lembaga yang saat itu kami gunakan masih bernama Puskabangkes)

Untuk resume hasil dalam presentasi dapat anda klik di sini:


Draft SOP IGD
There are no translations available.

TINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA


PENGERTIAN:
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera,
kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang
tersedia.

TUJUAN:
Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat
menyelamatkan korban sebanyak mungkin.

KEBIJAKAN:
1. Memilah korban berdasar:
a. Beratnya cidera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan sesegera
mungkin.

PROSEDUR:
1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan
derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar
ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna :

o Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan
besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan
(RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.
o Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa
segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan
perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas="" permukaan="" tubuh="" dsb="" br="">
o Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
o Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat
pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
5. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau,
hitam.
6. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan IGD.
Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang
operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7. Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
8. Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
9. Penderita/korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

PENGGUNAAN RADIO KOMUNIKASI


PENGERTIAN:
Alat komunikasi yang digunakan dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi tertentu yang
telah disepakati bersama, untuk hubungan antar rumah sakit.

TUJUAN:
Untuk memperlancar jalur komunikasi dalam menyampaikan atau menerima berita, dalam keadaan
sehari-hari atau dalam keadaan darurat (bencana/musibah massal).

KEBIJAKAN:
1. Radio Komunikasi selalu pada frekuensi 718.
2. Radio Medik hanya digunakan untuk menyampaikan / menerima berita yang penting.

PROSEDUR:
1. Mengecek kondisi radio medik setiap operan dan melakukan timbang terima mengenai berita yang
masuk dan yang keluar.
2. Cara menggunakannya :

o Cek frekuensi yang dituju


o Cek power dan radio
o Pegang extramix, arahkan pada mulut dengan jarak + 10 cm.
o Vokal suara jelas dan singkat (tiap pembicaraan tidak boleh lebih dari 10 kata)
o Bila memanggil, sebut nama yang dituju, baru nama pengirim. Contoh : RS Dr.Soetomo, IGD
Sidoarjo memanggil.
o Bila memanggil masih ada pembicaraan di radio, tunggu nada sela, baru memanggil dengan
kata ”KONTEK” (2x)
o Bila ada yang mempersilahkan sebut nama atau institusi. Contoh : Ya disini IGD Sidoarjo dengan
operator....... Mau menghubungi IGD Dr. Soetomo.
o Tiap pembicaraan (tidak boleh dari 10 kata) diakhiri dengan kata ”GANTI” untuk memberi
kesempatan kepada yang dituju untuk menulis pesan dan atau memberikan kesempatan kepada
pemanggil untuk masuk karena sifat beritanya lebih penting (gawat).
3. Melakukan absensi tiap hari dengan:

o IGD Dr.Soetomo (07.30)


o RSSA Malang (14.30)

4. Setiap kali mengirim / menerima pesan harus ditulis pada buku laporan serta ditandatangani dan
nama jelas operator.
5. Segera tindak lanjut isi pesan.
6. Bila selesai jangan dimatikan tetapi radio harus selalu dalam posisi standby.

PETUGAS:
Perawat IGD
AMBULANCE

PENGERTIAN:
Sarana transportasi untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang
memadai..

TUJUAN:
Untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan
penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.

KEBIJAKAN:
1. Ambulance digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu
ke RS lain.
2. Pada setiap ambulans minimal terdiri dari 2 orang para medik dan satu pengemudi (bila
memungkinkan ada 1 orang dokter).

PROSEDUR:
Saat di Rumah Sakit
A. Kru ambulans harus mulai menyiapkan ambulans untuk pengiriman berikutnya.
1. Bersihkan dengan cepat ruang pasien dengan menggunakan sarung tangan industri.
2. Bersihkan darah, muntahan, dan cairan tubuh lainnya yang mengering di lantai.
3. Seka perlengkapan apapun yang terkena percikan. Masukkan handuk yang digunakan untuk
membersihkan darah dan cairan tubuh langsung ke dalam kantung merah.
4. Buang sampah-sampah seperti bungkus perban, balut yang sudah dibuka walaupun belum dipakai,
dan barang-barang sejenis.
5. Kain linen dan selimut besar yang kotor dapat dicuci dan digunakan kembali.
6. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralisir bau muntah, urin, atau tinja.

B. Siapkan perlengkapan pernafasan.


1. Bersihkan dan disinfeksi benda-benda yang tidak sekali pakai (non disposable) dengan cara yang
benar, bersihkan pula unit masker bag-valve yang telah digunakan dan alat-alat pembantu pernafasan
lain serta alat untuk terapi inhalasi untuk mencegah alat-alat tersebut menjadi tempat perkembangan
agen infeksi yang dapat dengan mudah mengkontaminasi pasien berikutnya. Lakukan juga disinfeksi
untuk unit suction.
2. Letakkan barang-barang sekali pakai yang telah digunakan ke kantung plastik dan bungkus. Ganti
barang-barang serupa dengan cadangan yang dibawa dalam ambulans.

C. Ganti barang-barang yang telah digunakan


1. Segera ganti barang-barang yang telah terpakai di ambulans dengan barang serupa yang diambil dari
ruang logistik rumah sakit berdasarkan prinsip -satu untuk satu - seperti balut steril, perban, handuk,
masker oksigen sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, air steril, dan airways (alat bantu jalan nafas)
oral.
2. Tukar barang-barang seperti bidai dan spinal board yang digunakan oleh pasien dengan barang serupa
dari ruang logistik rumah sakit.
3. Jika perlengkapan memang bisa ditukar, segera periksa kelengkapan dan fungsi perlengkapan dengan
cepat. Beberapa bagian biasanya hilang atau rusak, biasanya ketika alat-alat imobilisaasi dilepaskan dari
pasien.
4. Jika menemukan bahwa ada bagian perlengkapan yang rusak atau tidak lengkap, beritahu otoritas
rumah sakit untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat diperbaiki atau diganti.

DEKONTAMINASI KORBAN BENCANA


PENGERTIAN:
Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-
benda lainnya yang terkontaminasi. Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
staf sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivikasi HBV, HBC dan HIV) dan mengurangi tapi tidak
menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.

TUJUAN:
Sebagai acuan dalam melakukan dekontaminasi saat terjadi bencana.

KEBIJAKAN:
1. Dilakukan pada korban masal terutama pd korban yg terkontaminasi bahan kimia.
2. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang datang dan terpapar bahan
kimia harus didekontaminasi sebelum masuk keruangan yang ada di rumah sakit.
3. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang telah dipersiapkan, terpisah dan tertutup, tersedia air
mengalir dan sebaiknya dekat dengan UGD/IRD .

PROSEDUR:
1. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan dekontaminasi, pastikan korban dalam
keadaan stabil atau telah dilakukan stabilisasi fungsi vitalnya.
2. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminant)
3. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6 galon air ( 25 ltr air/ 4-5 ember air) dan
diperlukan area 22 inches² (66 cm²) per-orang.
4. Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh korban.
5. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5 % Sodium hypochlorite (HTH
chlorine) efektif utk kontaminant biologi atau kimia.
6. Utk kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk korban masal).
7. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
8. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan kembali dengan air dari
ujung kepala sampai ujung kaki.
9. Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan bersih.
10. Korban di masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan triage ulang walaupun
sudah dilakukan triage di lapangan.
11. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat daruratan korban bencana.
12. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan rumah sakit.

Catatan:
1. Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera lakukan dekontaminasi.
2. Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan dari area tindakan, pakaian dibuka dan
observasi (medical evaluation).
3. Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan prioritas dekontaminasi.

PERMINTAAN / BANTUAN TENAGA


PENGERTIAN:
Tenaga adalah orang atau petugas baik medis ataupun non medis yang membantu dalam melakukan
pertolongan pada para korban bencana.

TUJUAN:
Sebagai acuan dalam penambahan jumlah tenaga medis ataupun non medis saat terjadi suatu bencana.

KEBIJAKAN:
Penambahan jumlah tenaga medis ataupun nonmedis saat terjadi bencana dapat diperoleh dari internal
rumah sakit dan eksetrnal rumah sakit.

PROSEDUR:
1. Dokter jaga IGD sebagai leader saat terjadi bencana menghubungi tim siaga bencana yang saat itu
sedang tidak jaga / tidak berada di tempat.
2. Dokter jaga IGD beserta tim siaga bencana memprediksi tingkat kegawatan dan jumlah korban.
3. Meminta bantuan tenaga yang sedang tidak jaga di rumah sakit dengan menghubungi tiap
perorangan lewat telephon.
4. Apabila tenaga internal rumah sakit tidak mencukupi/tidak sebanding dengan jumlah korban yang
terlalu banyak, maka pihak rumah sakit segera meminta bantuan tenaga dari luar rumah sakit. Segera
koordinasikan kebutuhan tersebut kepada Komandan Siaga Bencana serta pihak luar yang dimintai
perbantuan.
5. Setelah tenaga bantuan telah datang di RS, maka dokter jaga sebagai leader menginformasikan
seluruh informasi baik tingkat kegawatan dan jumlah korban kepada tim tersebut dan memberikan
instruksi langkah-langkah yang harus dilakukan.

PEMBERIAN TERAPI BAGI KORBAN BENCANA

PENGERTIAN:
Terapi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis kepada korban/penderita sesuai
dengan kondisi/keadaan penderita tersebut.

TUJUAN:
Meminimalisir luka dan kecacatan serta menyembuhkan penyakit penderita/korban bencana.

KEBIJAKAN:
Pemberian terapi bagi korban tanpa membeda-bedakan status sosial,suku/ras, agama dan golongan.

PROSEDUR:
Penanganan medis.
1. Penanganan korban di RS neliputi tindakan resusitasi sampai dengan tindakan definitif.
2. Sistim pelimpahan wewenang berlaku dengan pengawasan dan tanggung jawab Tim Penanggulangan
Bencana.
3. Perkiraan jumlah korban yang akan dirawat adalah berdasar pada jumlah korban yang pernah dirawat
pada bencana terdahulu, atau berdasar pada skenario terburuk, dan dengan mempertimbangkan jumlah
korban berdasarkan intensitas perawatan yang diperlukan.
4. Tehnis penanganan korban dilakukan sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang dibuat oleh Staf
Medik Fungsional ( SMF ).

TRANSPORTASI PASIEN / HELPER SAAT KEADAAN BENCANA


PENGERTIAN:
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas harus dilakukan
sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit.

TUJUAN:
Memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita/korban
ke sarana kesehatan yang memadai.

KEBIJAKAN:
Sarana transportasi terdiri dari:
1. Kendaraan pengangkut (ambulance)
2. Peralatan medis dan non medis.
3. Petugas (medis/paramedis)
4. Obat-obatan life saving dan life support.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban bencana adalah:
a. Sebelum Diangkat
1.Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi.
2.Perdarahan telah dihentikan
3.Luka-luka telah ditutup
4.Patah tulang telah difiksasi
b. Selama perjalanan harus dimonitor
1.Kesadaran
2.Pernafasan
3.Tekanan Darah
4.Denyut nadi
5.Keadaan luka

PROSEDUR:
Memindahkan pasien ke ambulans
1. Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan,
memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan
kemudian memindahannya ke ambulans.
2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang
memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum
menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan.
3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan penyangga leher
(cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board.
4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut

o Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.


o Stabilisasi pasien untuk dipindahkan
o Memindahan pasien ke ambulans
o Memasukkan pasien ke dalam ambulans

5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk.
6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang menusuk
harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat
pengangkut pasien.
7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat buruk atau
korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas
tinggi, segera transpor dengan cepat.
8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi.
9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien
tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan
yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan
di dada.
10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan spinalboard
dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance stretcher),maka disyaratkan
untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans
berhenti mendadak.

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi


1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan
setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas
(airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas
usungan.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama
perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan
brgerak saat ambulans tengah melaju.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan
kuat ke usungan. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan
kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah
posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada
pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila
ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci.
Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien
harus diikat erat ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap
untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien
dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan
menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien cenderung berkembang
ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans
dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan
papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan.
Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang
tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa
yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.
7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika pasien
dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan keamanannya. Jangan menarik
perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut
secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans.
Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi
untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai
perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain bagi
keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka menumpang di ruang
pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan
mereka mengunci sabuk pengamannya.
10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa
serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa, pastikan
Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke
ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat
bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak yang
ketakutan. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi
perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.
12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri tanda kepada
pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas
tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan
pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada
harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke rumah sakit.

Perawatan Pasien selama Perjalanan


1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan hidup (life support)
telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur tersebut harus
dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi,
berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat temuan baru dari
usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah mempertimbangkan
bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari
informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan denyut nadi secara tiba-
tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi
pada anggota staf bagian emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang
vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil.
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil pemeriksaan dan
penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.
5.Periksa ulang perban dan bidai.
6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap terkadang berguna untuk
menenangkan pasien yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan ambulans sementara
Anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan
ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui
adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu
meletakkan bantalan keras di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko
tinggi mengalami henti jantung.

Memindahkan Pasien Ke Unit Gawat Darurat


1. Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi pasien Anda. Beritahu
setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda amati.
2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah sakit.
3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.. Jika benda-benda berharga pasien
dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf UGD yang bertanggung jawab.
4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah kepada dokter atau perawat UGD apakah
layanan anda masih dibutuhkan.

EVAKUASI KORBAN BENCANA


PENGERTIAN
Memindahkan korban/penderita bencana dari lokasi bencana ke tempat yang lebih aman dan
mengusahakan penderita/korban yang masih bernyawa untuk dapat diselamatkan.

TUJUAN
Menyelamatkan nyawa penderita/korban yang masih hidup dan memindahkan penderita/korban yang
sudah tidak bernyawa.

KEBIJAKAN
1. Mendahulukan korban yang masih bernyawa dan kemungkinan besar dapat diselamatkan.
2. Korban yang tingkat kegawatannya tinggi dan beresiko mati, lebih baik ditinggalkan terlebih dahulu.

PROSEDUR:
1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta membekali diri dengan
membawa alat dan obat untuk pertolongan pertama.
2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis penyakit,sarana dan prasarana yang
tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana.
3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri.
4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka ringan dan sedang di beri
pertolongan pertama di tempat kejadian atau pos kesehatan lapangan.
5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti masyarakat umum.
6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS Polri / RS TNI terdekat.
7. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dievakuasi ke pusat rujukan melalui jalan
darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki.

Memindah Dan Mengangkat Penderita/Korban


1. Sebelum mengangkat penderita perlu memperhatikan beberapa hal seperti berapa berat objek,
apakah memerlukan bantuan tambahan dalam mengangkat dsb.
2. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut dengan rekan anda.
3. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera.
Diantaranya:

o Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus kokoh, menapak pada permukaan dan diposisikan
sepanjang lebar bahu.
o Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan punggung anda untuk mengangkat.
o Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat gerakan lain selain mengangkat. Usaha
untuk berbelok atau berputar ketika mengangkat merupakan penyebab utama cedera.
o Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan mengkompensasi.
o Hindari bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda tetap lurus dan terkunci.
o Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda. Semakin jauh beban dari tubuh anda, semakin
besar kemungkinan anda cedera.
o Ketika membawa penderita pada tangga, jika memungkinkan gunakan kursi tangga daripada
tandu.

4. Pada saat menjangkau penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera.
Diantaranya:

o Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/ terkunci.


o Hindari berputar ketika menjangkau.
o Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inchi di depan tubuh anda.
o Hindari menjangkau yang berkepanjangan ketika diperlukan usaha yang besar

5. Pada saat mendorong atau menarik penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah
cedera. Diantaranya:

o Lebih baik dorong daripada tarik, jika memungkinkan.


o Jaga punggung tetap lurus/terkunci.
o Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh anda dengan menekuk lutut.
o Jaga beban dekat dengan tubuh anda.
o Jika beban dibawah pinggang, dorong atau tarik dari posisi berlutut.
o Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.

Anda mungkin juga menyukai