Anda di halaman 1dari 12

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2016, p : 53-64 Vol. 9, No.

1
ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594

TINGKAT KEPUASAN PEMOHON PENSERTIFIKATAN TANAH


PADA KANTOR PERTANAHAN

Amrieh Samad Soemarga1*), Aida Vitayala Hubeis2, Noer Azam Achsani2

1Kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Jakarta Selatan 12014, Indonesia
2Sekolah Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680, Indonesia

*)
E-mail: dr.samad.soemarga1959@gmail.com

Abstrak

Layanan pertanahan mempunyai arti strategis bagi kepentingan masyarakat terutama dalam rangka memberikan
jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum atas suatu bidang tanah sehingga masyarakat mengharapkan
pelayanan pertanahan dapat diakses secara mudah, murah, cepat, dan memberi kepuasan kepada pengguna
layanan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan pemohon, indikator-indikator
prioritas untuk meningkatkan kepuasan pemohon, dan kebijakan yang harus ditempuh untuk meningkatkan
kepuasan pemohon terhadap kualitas pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Badung.
Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional dengan metode survei pada 120 pemohon peralihan
hak jual beli dan hak tanggungan dalam bentuk kuesioner. Kuesioner kemudian diolah dengan analisis uji
validitas dan reliabilitas, analisis kesenjangan, dan analisis Importance Perfomance Analysis (IPA). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang disediakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Badung
belum memenuhi kepuasan masyarakat di Kabupaten Badung, dan indikator yang perlu diprioritaskan untuk
meningkatkan kepuasan pemohon adalah ketepatan waktu penyelesaian sertifikat. Jadi kebijakan alternatif yang
bisa direkomendasikan dalam rangka meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
pensertifikatan tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten Badung adalah melakukan evaluasi kualitas pelayanan
pensertifikatan tanah berdasarkan tingkat kualitas pelayanan yang mendapatkan prioritas untuk diperbaiki
kualitas pelayanannya, agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat lebih baik dari pelayanan
sebelumnya.

Kata kunci: analisis kesenjangan, Importance Perfomance Analysis (IPA), kepuasan pemohon, pelayanan
pertanahan,

Satisfaction Level of Land Certification Applicant on Land Office

Abstract

Land Service has strategic significance for the benefit of society, especially in order to provide legal certainty and
legal protection of a plot so that the public expects land services are easily accessible, cheap, fast, and give
satisfaction to the users of the service. This study aimed to analyze the satisfaction level of the applicant, priority
indicators to improve the satisfaction level of applicant, and the policies that must be taken to improve the
satisfaction level of applicant to the quality of land services in Land Office of Badung District. The study was
conducted using a cross sectional survey method on 120 applicants who transferred purchase and mortgage
rights in the form of a questionnaire. The questionnaire is then processed with the validity and reliability analysis,
gap analysis, and analysis of Importance Performance Analysis (IPA). The results showed that the quality of
services provided by Land Office of Badung District did not meet the community satisfaction in Badung, and
indicators that need to be prioritized to improve the satisfaction level of applicant is the timeliness of certificate
completion. So the alternative policy that can be recommended in order to improve community satisfaction on
quality service of land certification in Land Office of Badung District is to evaluate the service quality of land
certification. Service quality was the first priority that has to be improved based on the result of this study in order
to increase the quality of public services in the future.

Keywords: applicant satisfaction, gap analysis, land services, Importance Performance Analysis (IPA)

PENDAHULUAN tanah. Masyarakat mengharapkan pelayanan


pertanahan dapat diakses secara mudah,
Layanan pertanahan memiliki arti strategis bagi murah, cepat, dan memberi kepuasan kepada
kepentingan masyarakat terutama dalam pengguna layanan tersebut. Namun seringkali
rangka memberikan jaminan kepastian hukum kualitas layanan publik yang diberikan oleh
dan perlindungan hukum atas suatu bidang pemerintah selama ini sebagian besar masih
54 SOEMARGA, HUBEIS, & ACHSANI Vol. 9, No.1

belum sesuai dengan yang diharapkan dapat diakses secara mudah, murah, cepat,
masyarakat (Sukirno, Mulyanto, & Hakim, dan memberikan kepuasan kepada masyarakat
2015). luas.

Kesenjangan antara persepsi masyarakat Musanto (2004) mendefinisikan bahwa


mengenai kualitas pelayanan pertanahan pelayanan adalah suatu jenis kegiatan atau
dengan kualitas pelayanan yang sebenarnya urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
diharapkan oleh masyarakat yang me- langsung antara seseorang dengan orang lain
nyebabkan adanya perasaan puas atau tidak atau mesin secara fisik atau nonfisik, dan
puas dari masyarakat (Arief, 2007). Persepsi menyediakan kepuasan pelanggan. Pelayanan
masyarakat yang menyatakan puas jika kualitas sangat erat hubungannya dengan kehidupan
pelayanan pertanahan yang diberikan sesuai manusia, bahkan secara ekstrim dapat dikata-
dengan harapannya. Namun jika persepsi kan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan
masyarakat di bawah harapan yang se- dengan kehidupan manusia. Adapun ukuran
sungguhnya berarti masyarakat tidak puas keberhasilan penyelenggaraan pelayanan
dengan pelayanan yang diberikan. ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima
pelayanan (Ratminto & Winarsih, 2006).
Hasil survei Indeks Integritas Sektor Publik Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila
Tahun 2013 yang dipublikasikan Komisi penerima pelayanan memperoleh pelayanan
Pemberantasan Korupsi (KPK) diperoleh rata- sesuai dengan yang dibutuhkan dan
rata total indeks integritas Badan Pertanahan diharapkan.
Nasional (BPN) adalah 6,36 dari skala 0-10 dan
standar minimal yang ditetapkan sebesar 6,00. Badan Pertanahan Nasional Republik
Artinya, masyarakat puas terhadap kinerja Indonesia (BPN RI) sebagai salah satu
pelayanan Badan Pertanahan Nasional secara penyelenggara pelayanan publik di bidang
umum. Namun demikian, integritas kinerja BPN pertanahan bertugas memberikan pelayanan
harus terus ditingkatkan dalam melayani kepada masyarakat sebagai pengguna layanan
masyarakat. dengan menggunakan standar pelayanan yang
telah dibakukan sebagai pedoman pemberian
Peningkatan layanan pertanahan yang layanan di bidang pertanahan. Standar pe-
berkualitas dan berdasarkan keadilan oleh layanan ini merupakan ukuran yang telah
Badan Pertanahan Nasional (BPN) masih ditentukan sebagai suatu pembakuan pe-
merupakan salah satu tuntutan masyarakat. Hal layanan yang baik dan telah ditetapkan dalam
ini ditandai oleh keluhan masyarakat mengenai bentuk instrumen kebijakan di bidang per-
prosedur pengurusan dalam bidang pertanahan tanahan (Suharno, 2002). Secara teoritis,
yang panjang dan berbelit-belit, serta mahalnya standar pelayanan yang diterapkan dengan
biaya yang harus dibayar. Sukirno, Mulyanto baik akan memberikan kepuasaan kepada
dan Hakim (2015) telah meneliti kepuasan masyarakat sebagai penerima pelayanan
masyarakat terhadap kinerja pelayanan (Widjaja, Wijaya, & Jokom, 2007). Namun
pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Bekasi demikian, kepuasan masyarakat menjadi
dengan menggunakan teknik pengambilan agenda utama yang harus ditingkatkan di ling-
contoh convenience sampling dan teknik kungan BPN RI (termasuk Kantor Pertanahan
analisis kesenjangan Importance Performance Kabupaten Badung). Sejalan dengan indeks
Analysis (IPA). Kajian tersebut menghasilkan integritas BPN RI yang hanya mencapai 6,36
keseluruhan kualitas pelayanan pendaftaran (skala 10) berdasarkan hasil Survei Indeks
tanah yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Integritas Sektor Publik Tahun 2013 yang
Kota Bekasi belum memenuhi kepuasan dipublikasikan oleh Komisi Pemberantasan
masyarakat dengan selisih rata-rata kinerja dan Korupsi. Selain menunjukkan ketidakpuasan
harapan sebesar -0,55. masyarakat terhadap layanan pertanahan,
indeks ini juga menunjukkan bahwa kualitas
Namun demikian, secara yuridis formal, pelayanan pertanahan yang diberikan oleh
kepuasan masyarakat yang menggunakan BPN RI perlu diperbaiki.
layanan pertanahan telah diakomodasi dalam
peraturan perundangan yang memangkas Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
prosedur yang bertele-tele dan panjang adalah sebagai berikut: (1) menganalisis tingkat
tersebut sebagai wujud komitmen BPN untuk kepuasan pemohon terhadap kualitas
memberikan kepastian dalam hal waktu dan pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan
biaya pelayanan. Perubahan kebijakan dalam Kabupaten Badung, (2) menganalisis indikator-
memberikan pelayanan kepada masyarakat indikator yang perlu diprioritaskan untuk
sangat diharapkan agar pelayanan pertanahan meningkatkan kepuasan pemohon terhadap
Vol. 9, No. 1 TINGKAT KEPUASAN PEMOHON PENSERTIFIKATAN TANAH 55

kualitas pelayanan pertanahan pada Kantor kepada responden yang mengajukan berkas
Pertanahan Kabupaten Badung, dan (3) permohonan pelayanan pemeliharaan data
menyusun rekomendasi untuk kebijakan yang pendaftaran tanah kegiatan peralihan hak atas
harus ditempuh untuk meningkatkan kepuasan tanah dan satuan rumah susun subkegiatan
pemohon terhadap kualitas pelayanan per- jual beli dan jenis kegiatan hak tanggungan di
tanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kantor Pertanahan Kabupaten Badung. Untuk
Badung. dapat melakukan pengukuran tingkat kepuasan
pemohon terhadap kualitas pelayanan
METODE peralihan hak atas tanah kegiatan jual beli dan
pelayanan hak tanggungan pada Kantor
Penelitian dengan desain cross sectional ini Pertanahan Kabupaten Badung, terlebih dahulu
dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten disusun indikator-indikator yang telah
Badung, Denpasar dengan metode survei. disesuaikan dengan kondisi pelayanan di
Lokasi ini dipilih karena telah menjalankan bidang pertanahan. Adapun penentuan
sistem loket dengan pelayanan pertanahan indikator-indikator didasarkan konsep Zeithaml,
berbasis komputer atau komputerisasi kantor Parasuraman, dan Berry (1990) dan
pertanahan (KKP). Pertimbangan lainnya yaitu memperhatikan lima dimensi utama, yaitu
tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten tangible (bukti fisik), reliability (keandalan),
Badung dipandang relatif tinggi sehingga aspek responsiveness (daya tanggap), assurance
pelayanan pertanahan memiliki arti strategis (kepastian), dan empathy (perhatian).
bagi kepentingan masyarakat dalam
memberikan jaminan kepastian hukum dan Penilaian kepuasan masyarakat terhadap
perlindungan hukum. Selain itu kondisi sarana kualitas pelayanan pertanahan menggunakan
dan prasarana kantor yang dianggap kurang metode Servqual yang dikemukakan oleh
memadai turut menjadi pertimbangan Zeithaml, Parasuraman, dan Berry (1990)
dilakukannya penelitian ini. Pengambilan data dengan lima dimensi kualitas pelayanan yaitu
dalam penelitian dilaksanakan pada bulan Juli bukti fisik (tangible), keandalan (reliability),
2013. daya tanggap (responsiveness), kepastian
(assurance), dan perhatian (empathy).
Populasi dalam penelitian ini adalah pemohon Selanjutnya, kuesioner disusun dengan
pelayanan pemeliharaan data pendaftaran mengacu pada konsep skala Servqual yang
tanah kegiatan peralihan, pemberian, membagi skala dari 1-7 dengan modifikasi
penegasan dan pengakuan hak atas tanah dan penggunaan skala menjadi skala 1-5.
satuan rumah susun subkegiatan jual-beli dan Modifikasi ini dilakukan dengan pertimbangan
jenis kegiatan hak tanggungan pada tahun bahwa skala 1-7 terlalu banyak dan
2013 di Kantor Pertanahan Kabupaten Badung. menyulitkan responden dalam memberikan
Realisasi data permohonan pelayanan per- penilaian. Skor hasil penilaian responden dari
alihan hak jual beli sebanyak 9.420 dan hak masing-masing indikator yang digunakan untuk
tanggungan sebanyak 10.239 dengan total mengukur persepsi dan harapan yaitu data
keseluruhan adalah 19.659. Sampel dalam yang bersifat kualitatif dan diubah menjadi data
penelitian ini adalah pemohon yang sedang yang bersifat kuantitatif dengan cara
berada di Kantor Pertanahan Kabupaten memberikan bobot penilaian berdasarkan skala
Badung dalam rangka pemrosesan pelayanan Likert dengan skala 1-5. Penilaian bobot untuk
peralihan hak jual beli dan hak tanggungan kinerja pelayanan peralihan hak atas tanah
dengan teknik convenience sampling. Jumlah kegiatan jual beli dan pelayanan hak
contoh dihitung menggunakan rumus Slovin tanggungan sebagaimana jawaban responden.
dengan galat 10,0 persen, sehingga diperoleh Penilaian bobot kinerja yang diberikan, yaitu
jumlah sampel pemohon peralihan hak jual beli jawaban “sangat baik” diberikan bobot 5,
dan hak tanggungan yang diambil adalah 98 jawaban “baik” diberikan bobot 4, jawaban
sampel. Untuk mengatasi terjadinya sampling “cukup baik” diberikan bobot 3, jawaban
error, selanjutnya jumlah sampel ditambah “kurang baik” diberikan bobot 2, dan jawaban
sehingga menjadi 120 responden. “tidak baik” diberikan bobot 1.

Data primer dalam penelitian ini merupakan Berdasarkan hasil perhitungan data yang telah
data yang diperoleh langsung dari pemohon dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
melalui pengisian kuesioner mengenai kualitas instrumen dengan menggunakan metode
pelayanan pertanahan di Kantor Pertanahan koefisien korelasi dan Spearman Brown
Kabupaten Badung, Denpasar. Data dan menyebutkan bahwa data sudah valid dan
informasi dikumpulkan dengan menggunakan handal. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas
kuesioner yang bersifat tertutup terutama instrumen diperoleh bahwa kualitas pelayanan
56 SOEMARGA, HUBEIS, & ACHSANI Vol. 9, No.1

memiliki nilai Cronbach’s alpha masing-masing rendah), dan Kuadran IV (berlebihan) (Tjahyadi,
sebesar 0,92 untuk dimensi tangible (fasilitas 2006).
fisik), 0,85 untuk dimensi reliabilty (keandalan),
0,88 untuk dimensi responsiveness (daya HASIL
tanggap), 0,8782 untuk dimensi assurance
(kepastian), dan 0,8949 untuk dimensi empathy Karakteristik Responden
(perhatian).
Karakteristik responden yang patut di-
Penelitian ini dilakukan menggunakan perhatikan untuk mengetahui persepsi
pendekatan deskriptif dengan metode survei masyarakat terhadap pelayanan pensertifikatan
melalui kegiatan pengumpulan data untuk tanah yang diberikan, yaitu jenis kelamin, usia,
mendapatkan keterangan-keterangan yang pendidikan, pekerjaan, luas bidang tanah,
jelas mengenai kepuasan pemohon terhadap pengalaman, jenis pelayanan, jenis sertifikat,
kualitas pelayanan pertanahan pada Kantor waktu penyelesaian sertifikat, dan biaya
Pertanahan Kabupaten Badung. Fenomena sertifikat (Suryanti, 2009). Karakteristik
yang terjadi di kalangan pemohon terkait responden tersebut mencerminkan kompetensi
pelayanan pertanahan yang diberikan, akan responden dalam mengukur tingkat kepuasan
dijabarkan dalam bentuk kuesioner karakteristik masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang
responden (Sari, Suliantoro, & Windiasari, diberikan oleh Kantor Pertanahan.
2011). Penilaian bobot untuk kinerja pelayanan
peralihan hak atas tanah kegiatan jual beli dan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
pelayanan hak tanggungan sebagaimana keterangan bahwa jenis kelamin responden
jawaban responden. sebagian besar adalah laki-laki (72,5%) dan
sisanya adalah perempuan (27,5%). Res-
Adapun analisis data yang digunakan dalam ponden berusia 20-30 tahun (34%), 31-40
penelitian ini adalah Importance Performance tahun (40%), 41-50 tahun (14%), dan sisanya
Analysis (IPA), yaitu analisis yang dapat (12%) berusia di atas 51 tahun. Tingkat
menunjukkan variabel yang dianggap penting pendidikan formal yang pernah ditempuh
oleh pelanggan akan tetapi kurang mendapat responden mulai dari sekolah dasar sampai
perhatian, sehingga kinerja menjadi kurang dengan perguruan tinggi. Responden telah
baik dan pelanggan menjadi tidak puas. Pada menamatkan SD (0,83%), SLTP (1,67%), SLTA
Importance Perfomance Analysis (IPA) (43,33%), dan perguruan tinggi (54,17%).
biasanya ditentukan oleh skor dengan meng- Berdasarkan data tersebut, presentase terbesar
gunakan skala Likert dengan skala 5. Penilaian responden telah mengikuti tingkat pendidikan
bobot harapan yang diinginkan masyarakat formal sampai dengan perguruan tinggi
sebagaimana jawaban responden. Pada sehingga dapat dikatakan bahwa responden
penelitian ini, jawaban “sangat puas” diberi telah mempunyai kecerdasan intelektual yang
bobot 5, jawaban “puas” diberi bobot 4, memadai. Hal ini diperkuat oleh pendapat
jawaban “cukup puas” diberi bobot 3, jawaban Aryani dan Rosinta (2010) bahwa kecerdasan
“kurang puas” diberi bobot 2, dan jawaban intelektual akan diikuti oleh kemampuan sikap
“tidak puas” diberi bobot 1 untuk setiap dalam menghadapi permasalahan, ke-
kuesioner kinerja dan kuesioner harapan terampilan menganalisis, dan mencari alternatif
(Waluyo, 2008). Dari pembobotan tersebut, pendekatan masalah.
selanjutnya dibuat sumbu mendatar (X) yang
diisi dengan skor kinerja, serta dibuat sumbu Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini
tegak (Y) yang diisi dengan skor harapan. Garis dibagi menjadi empat kelompok. Responden
kedua sumbu tersebut akan membentuk bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI (10%),
diagram kartesius yang terbagi atas empat pegawai swasta (28,33%), wiraswasta (25%),
bagian yang dibatasi oleh sumbu X, sumbu Y sedangkan sisanya bekerja sebagai staf PPAT
dan dua buah garis yang berpotongan tegak (36,67%). Persentase terbesar berada pada
lurus pada titik-titik (X,Y), yang mana X kelompok dengan jenis pekerjaan sebagai staf
merupakan skor rata-rata dari rata-rata kinerja PPAT (36,67%), sedangkan persentase terkecil
dan Y merupakan skor rata-rata dari rata-rata dengan jenis pekerjaan sebagai Pegawai
harapan. Kemudian, indikator-indikator tersebut Negeri Sipil (PNS)/TNI/POLRI (10%).
akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat
kuadran ke dalam Diagram Kartesius dan Berdasarkan tingkat pengalaman dalam
dilakukan analisis terhadap indikator yang mengurus permohonan sertifikat, Hasil
dianggap memengaruhi kepuasan pemohon penelitian ini menunjukkan bahwa responden
yaitu Kuadran I (prioritas utama), Kuadran II yang memiliki pengalaman satu kali dalam
(pertahankan prestasi), Kuadran III (prioritas mengurus sertifikat (11,66%), dua kali
Vol. 9, No. 1 TINGKAT KEPUASAN PEMOHON PENSERTIFIKATAN TANAH 57

(14,17%), tiga kali (14,17%), dan sisanya harus dibayar oleh responden seperti uang
responden memiliki pengalaman lebih dari tiga pemasukan, biaya pengukuran dan pemetaan
kali (60%). Berdasarkan tingkat pengalaman tanah, biaya pemeriksaan tanah sesuai dengan
yang demikian itu, sebagian besar responden jenis pelayanan menunjukkan responden yang
dianggap mempunyai data dan informasi yang mengeluarkan biaya antara Rp500.000 hingga
cukup untuk dijadikan dasar persepsi mengenai Rp1.000.000 (22,0%), Rp1.000.000 hingga
kualitas pelayanan pensertifikatan tanah. Hal Rp2.000.000 (35,0%), dan lebih dari
tersebut dapat dikatakan bahwa pengalaman Rp2.000.000 (43,0%). Waktu penyelesaian
seseorang dalam mengurus sertifikat akan sertifikat adalah lamanya waktu yang
memengaruhi persepsinya terhadap kualitas diperlukan untuk memproses berkas
pelayanan pensertifikatan tanah yang diberikan permohonan hingga terbitnya sertifikat. Jangka
oleh Kantor Pertanahan (Ginting, 2011). waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian
sertifikat tanah secara sporadik sangat
Luas bidang tanah yang dimaksudkan dalam tergantung dari kejelasan data fisik, kejelasan
penelitian ini adalah luas bidang tanah yang data yuridis dan harus memenuhi azas
dimiliki oleh responden atau diberikan kuasa publisitas selama 60 hari untuk memberi
untuk mengurus permohonan sertifikat tanah. kesempatan kepada pihak yang
Responden yang mengajukan luas bidang berkepentingan dalam mengajukan keberatan.
tanah yang dimohon 100 m2 (19,17%), 101-300 Berdasarkan waktu penyelesaian, sertifikat
m2 (49,17%), 301-500 m2 (16,66%), dan lebih tanahnya dapat diselesaikan dalam waktu
besar dari 500 m2 (15,0%). Jenis pelayanan kurang dari 6 bulan (36,67%), 6-9 bulan (40%),
yang diutamakan dalam penelitian ini adalah 9-12 bulan (15%), dan lebih dari 12 bulan
jenis pelayanan dalam rangka kegiatan (8,33%).
peralihan hak karena jual beli dan hak
tanggungan. Berdasarkan jenis pelayanan Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap
pertanahan, pelayanan peralihan hak karena Kualitas Pelayanan Persertifikatan Tanah
jual beli dan hak tanggungan (36,67%),
pelayanan penegasan hak (28,33%), Pada penelitian ini, analisis kesenjangan
pelayanan pemberian hak (24,17%), dan jenis dilakukan untuk masyarakat yang berperan
pelayanan lainnya (10,83%), seperti sebagai pengguna layanan di bidang
pendaftaran hak pertama kali/pengakuan dan pertanahan (pelayanan persertifikatan tanah)
penegasan hak, pemberian Sertifikat Hak tanah melalui kegiatan pendaftaran tanah
Tanggungan, dan Hak Milik Atas Satuan pertama kali secara sporadik. Hal ini dilakukan
Rumah Susun. Akan tetapi, untuk untuk mengetahui kesenjangan antara kinerja
mempermudah administrasi data pertanahan, yang dirasakan masyarakat dengan harapan
maka jumlah realisasi kegiatan pelayanan pada masyarakat sebagai pengguna layanan
Kantor Pertanahan Kabupaten Badung hasil terhadap 20 indikator kualitas pelayanan
akhirnya merupakan gabungan dari kedua jenis pensertifikatan tanah pada Kantor Pertanahan
pelayanan ini, yaitu peralihan hak karena jual Kabupaten Badung.
beli dan hak tanggungan.
Tangibles (fasilitas fisik). Pada dimensi
Berdasarkan data responden dalam penelitian tangibles, indikator yang dinilai meliputi fasilitas
ini bahwa berkas permohonan sertifikat hak fisik kantor (X1), ruang tunggu pelayanan (X2),
atas tanah yang sedang dimohon oleh keberadaan loket pelayanan (X3), dan pe-
responden untuk diterbitkan sertifikatnya nampilan pegawai dalam memberikan pe-
didasarkan atas alas hak yang dimiliki. layanan (X4). Pengukuran kinerja pada dimensi
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan tangibles ini diperoleh nilai rata-rata sebesar
responden yang mengajukan berkas per- 3,84 dan nilai harapan masyarakat sebesar
mohonan untuk Sertifikat Hak Milik (74,17%), 4,39 sehingga nilai kesenjangannya adalah
permohonan Sertifikat Hak Guna Bangunan -0,55. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi
(20,83%), Sertifikat Hak Pakai (4,17%), dan tangibles tidak memberikan kepuasan pada
mengajukan permohonan untuk jenis sertifikat pemohon/pelanggan.
lainnya (0,83%), seperti Sertifikat Hak
Tanggungan. Jenis permohonan sertifikat yang Reliability atau keandalan. Indikator dimensi
diinginkan sebagian besar berupa Sertifikat reliability meliputi kejelasan persyaratan
Hak Milik dilanjutkan Sertifikat Hak Guna pelayanan (X5), kesederhanaan prosedur
Bangunan dan Sertifikat Hak Pakai. pelayanan (X6), kepastian biaya pelayanan
(X7), dan ketepatan waktu penyelesaian
Berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan sertifikat (X8). Hasil kinerja terukur pada
dalam mengurus sertifikat, ada biaya lain yang dimensi reliability (keandalan) mencapai rata-
58 SOEMARGA, HUBEIS, & ACHSANI Vol. 9, No.1

rata sebesar 3,83 dengan harapan rata-rata Tabel 1 Indikator kualitas pelayanan ber-
sebesar 4,31. Kesenjangan antara dua variabel dasarkan kinerja dan kepentingan
tersebut diperoleh sebesar -0,46 sehingga hal Indikator Kinerja
Kepen- Kuadra
ini menunjukkan ketidakpuasan. tingan n
X1 Fasilitas fisik 3,73 4,37 I
Responsiveness atau daya tanggap. Dimensi kantor (Prioritas
responsiveness yang terdiri atas 4 (empat) X11 Kecepatan 3,81 4,45 Utama)
indikator, yaitu daya tanggap pegawai terhadap pegawai dalam
keluhan yang dihadapi masyarakat (X9), memberikan
ketepatan dalam memberikan informasi pelayanan
pertanahan (X10), kecepatan pegawai dalam X12 Ketepatan janji 3,78 4,44
memberikan pelayanan (X11), dan ketepatan pegawai
janji pegawai (X12). Capaian rata-rata kinerja X14 Kejujuran 3,78 4,39
pegawai dalam
pada dimensi responsiveness (daya tanggap)
memberikan
sebesar 3,78 dan nilai harapan rata-rata pelayanan
sebesar 4,35. Kesenjangan antara kinerja dan
X18 Keramahan 3,77 4,38
harapan pada dimensi ini sebesar -0,37 yang sikap pegawai
menujukkan ketidakpuasan. dalam
memberikan
Assurance atau kepastian. Pada dimensi pelayanan
assurance (kepastian) yang terdiri atas X2 Ruang tunggu 3,88 4,36 II
indikator kemampuan pegawai dalam mem- pelayanan (Pertahan-
berikan pelayanan (X13), kejujuran pegawai X3 Keberadaan 3,91 4,44 kan
dalam memberikan pelayanan (X14), tanggung loket Prestasi)
jawab pegawai dalam pengelolaan berkas pelayanan
permohonan (X15), dan kesiapan pegawai X4 Penampilan 3,85 4,39
melayani tepat waktu seseuai ketentuan jam pegawai dalam
kerja (X16) menunjukkan nilai rata-rata kinerja memberikan
sebesar 3,83 dan nilai rata-rata harapan pelayanan
sebesar 4,43. Hal ini menunjukkan bahwa nilai X13 Kemampuan 3,83 4,44
kesenjangannya negatif sebesar -0,60 yang pegawai dalam
berarti tidak memuaskan. memberikan
pelayanan
X15 Tanggung 3,83 4,44
Empathy atau perhatian. Pengukuran kinerja
jawab pegawai
pada dimensi empathy (perhatian) dengan dalam
indikator perhatian pegawai terhadap pengelolaan
kebutuhan masyarakat (X17), keramahan sikap berkas
pegawai dalam memberikan pelayanan (X18), permohonan
kesabaran pegawai dalam memberikan pe- X16 kesiapan 3,88 4,44
layanan (X19), dan keikhlasan pegawai dalam pegawai
memberikan pelayanan (X20) menghasilkan nilai melayani tepat
rata-rata kinerja sebesar 3,79. Adapun nilai waktu sesuai
rata-rata harapan pada dimensi ini sebesar ketentuan jam
4,34, sehingga nilai kesenjangannya sebesar kerja
-0,55 yang menunjukkan ketidakpuasan
terhadap pelayanan. Berdasarkan nilai rata-rata Kuadran I yang menjadi sasaran prioritas
kinerja (3,82) dan harapan (4,36) dari keempat utama perbaikan adalah fasilitas fisik kantor
dimensi kualitas pelayanan pensertifikatan (X1), kecepatan pegawai dalam memberikan
tersebut memiliki kesenjangan sebesar -0,55. pelayanan (X11), ketepatan janji pegawai (X12),
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kejujuran pegawai dalam memberikan
persetifikatan tidak memuaskan. pelayanan (X14), dan keramahan sikap pegawai
dalam memberikan pelayanan (X18). Pada
Selanjutnya, analisis kinerja dan kepentingan Kuadran II yang merupakan indikator-indikator
(harapan) juga dilakukan dengan membanding- yang kinerjanya dapat dipertahankan, yaitu
kan rata-rata kinerja dengan rata-rata harapan ruang tunggu pelayanan (X2), keberadaan loket
pada seluruh indikator kualitas pelayanan yang pelayanan (X3), penampilan pegawai dalam
diteliti. Indikator pada Kuadran I dan Kuadran II memberikan pelayanan (X4), kemampuan
disajikan pada Tabel 1, sedangkan Tabel 2 pegawai dalam memberikan pelayanan (X13),
menunjukkan indikator pada Kuadran III dan tanggung jawab pegawai dalam pengelolaan
Kuadran IV. berkas permohonan (X15), dan kesiapan
Vol. 9, No. 1 TINGKAT KEPUASAN PEMOHON PENSERTIFIKATAN TANAH 59

pegawai melayani tepat waktu sesuai PEMBAHASAN


ketentuan jam kerja (X16).
Pelayanan pada bidang pertanahan merupakan
Sementara itu, pada Kuadran III memuat bentuk pelayanan publik yang banyak
indikator kualitas pelayanan yang memiliki nilai mendapatkan sorotan dari masyarakat agar
harapan dan kinerja yang relatif rendah. segera memperbaiki kinerjanya. Kantor
Adapun indikatornya yaitu kepastian biaya Pertanahan Kabupaten/Kota sebagai ujung
pelayanan (X7), ketepatan waktu penyelesaian tombak pelayanan pertanahan di daerah dinilai
sertifikat (X8), daya tanggap pegawai terhadap memiliki kinerja yang masih rendah serta
keluhan masyarakat (X9), ketepatan dalam terkesan lambat, sulit, mahal, tidak pasti, dan
memberikan informasi pertanahan (X10), berbelit-belit, sehingga dianggap perlu di-
perhatian pegawai dalam memberikan reformasi agar pelayanannya lebih baik, adil,
pelayanan (X17), dan kesabaran pegawai transparan, keberpihakan kepada masyarakat
dalam memberikan pelayanan (X19). ekonomi lemah, dan mengutamakan hak-hak
adat termasuk hak ulayat (Adnan, 2007).
Adapun kuadran IV merupakan indikator
kualitas pelayanan yang memiliki nilai harapan Penelitian ini dilakukan dengan mengukur dan
yang relatif rendah sedangkan kinerjanya dinilai menganalisis indikator-indikator kinerja
relatif tinggi, sehingga dirasakan berlebihan pelayanan pada lima dimensi, yaitu tangible,
oleh pemohon. Indikator yang masuk dalam reliability, responsiveness, assurance, dan
kuadran IV yaitu kejelasan persyaratan empathy. Dimensi tangible meliputi kesiapan
pelayanan (X5), kesederhanaan prosedur dari sarana dan prasarana pendukung seperti
pelayanan (X6), dan keikhlasan pegawai dalam sarana fisik, komputerisasi, ruang tunggu,
memberikan pelayanan (X20). penampilan petugas yang rapi dan materi yang
berhubungan dengan pelayanan. Dimensi
Tabel 2 Indikator kualitas pelayanan berdasar- realibility meliputi keandalan untuk menyedia-
kan kinerja dan kepentingan kan pelayanan yang terpercaya terhadap
Kine Kepen- pemohon dan memberikan layanan akurat
Indikator Kuadran
rja tingan sejak pertama kali serta menyampaikan sesuai
X7 Kepastian biaya 3,81 4,28 III dengan waktu yang disepakati. Dimensi
pelayanan (Prioritas responsiveness berkaitan dengan kesanggup-
X8 Ketepatan 3,78 4,31 Rendah) an untuk membantu dan menyediakan pe-
waktu layanan secara cepat, tepat serta tanggap
penyelesaian terhadap pemohon. Dimensi assurance ber-
sertifikat
kaitan dengan sikap pegawai dalam me-
X9 Daya tanggap 3,74 4,24
yakinkan kepercayaan pemohon, menciptakan
pegawai
terhadap keluhan
rasa aman bagi para pemohon, mempunyai
masyarakat kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas
X10 Ketepatan 3,78 4,28 dengan baik. Sementara itu, dimensi empathy
dalam berhubungan dengan pemahaman terhadap
memberikan masalah yang dialami pemohon, tindakan-
informasi tindakan demi kepentingan pemohon, serta
pertanahan memberikan perhatian kepada pemohon.
X17 Perhatian 3,78 4,35
pegawai dalam Hasil analisis kesenjangan menunjukkan tingkat
memberikan kepuasan masyarakat untuk setiap dimensi
pelayanan
memiliki nilai negatif yang berarti kinerja yang
X19 Kesabaran 3,78 4,32 terukur lebih kecil daripada ukuran harapan
pegawai dalam
masyarakat/pemohon. Dengan kata lain,
memberikan
pelayanan masyarakat tidak puas terhadap kinerja
X5 Kejelasan 3,93 4,35 IV pelayanan pertanahan yang diberikan oleh
persyaratan (Berlebih- Kantor Pertanahan Kabupaten Badung.
pelayanan an)
X6 Kesederhanaan 3,89 4,33 Berdasarkan hasil penelitian, dimensi fasiitas
prosedur fisik (tangibles) untuk keberadaan loket
pelayanan pelayanan memiliki nilai kesenjangan paling
X20 Keikhlasan 3,83 4,30 besar karena keberadaan loket saat ini belum
pegawai dalam dapat berjalan efektif dan efisien, sehingga
memberikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat
pelayanan kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan
60 SOEMARGA, HUBEIS, & ACHSANI Vol. 9, No.1

Peralihan Hak Atas Tanah Kegiatan Jual Beli Kesenjangan negatif tersebut terjadi karena
dan Pelayanan Hak Tanggungan. Keberadaan ketidaksesuaian antara kinerja mengenai
loket pelayanan dimaksudkan agar berkas per- pelayanan yang dirasakan dengan pelayanan
mohonan yang masuk ke Kantor Pertanahan yang diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena
dapat diproses lebih cepat dengan meng- itu kualitas pelayanan pensertifikatan tanah
gunakan sistem loket pelayanan yang tersedia harus dapat ditingkatkan agar memberikan
dengan tetap memperhatikan pencapaian kepuasan kepada masyarakat sebagai peng-
sasaran pelayanan. Dimensi keandalan guna layanan. Adapun indikator-indikator yang
(reliability) untuk ketepatan waktu penyelesaian memiliki kesenjangan di bawah skor rata-rata
sertifikat memiliki nilai kesenjangan paling kualitas pelayanan pensertifikatan tanah adalah
besar, karena waktu penyelesaian sertifikat indikator fasilitas fisik kantor (X1), kecepatan
yang telah ditentukan tidak sesuai dengan pegawai dalam memberikan pelayanan (X11),
kenyataan yang ada. Untuk itu masyarakat ketepatan janji pegawai (X12), kemampuan
berharap agar ketepatan waktu penyelesaian pegawai dalam memberikan pelayanan (X13),
sertifikat hak atas tanah dapat diwujudkan kejujuran pegawai dalam memberikan layanan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (X14), tanggung jawab pegawai dalam
pengelolaan berkas permohonan (X15),
Adapun dimensi daya tanggap atau kesiapan pegawai melayani tepat waktu sesuai
responsiveness untuk ketepatan janji pegawai ketentuan jam kerja (X16), dan keikhlasan
mendapat nilai kesenjangan paling besar dari pegawai dalam memberikan pelayanan (X20).
indikator lainnya. Ketepatan janji pegawai
merupakan suatu kesanggupan pegawai untuk Analisis kinerja dan kepentingan atau
memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada umumnya disebut sebagai harapan terhadap
masyarakat. Dimensi kepastian (assurance) kualitas pelayanan pensertifikatan tanah juga
untuk kejujuran pegawai dalam memberikan dilakukan dengan membandingkan rata-rata
pelayanan dan tanggung jawab pegawai dalam kinerja dengan rata-rata harapan pada seluruh
pengelolaan berkas permohonan memiliki ke- indikator kualitas pelayanan yang diteliti
senjangan paling besar dibandingkan dengan (Ardiansyah, 2015). Perbandingan tersebut
indikator lainnya. Hal ini disebabkan tidak selanjutnya dicantumkan ke dalam Diagram
tertibnya penyimpanan berkas membuat Kartesius untuk mengetahui indikator kualitas
pengelolaan berkas permohonan menjadi sulit, pelayanan yang diprioritaskan untuk segera
sehingga menyebabkan kerja dalam mana- diperbaiki kualitas pelayanannya.
jemen data menjadi terhambat dan pelayanan
kepada masyarakat pun menjadi kurang baik. Dengan menggunakan analisis Importance
Dimensi perhatian (empathy) dinilai tidak Perfomance Analysis (IPA) tersebut dapat
memuaskan karena perhatian pegawai lebih diperoleh gambaran penilaian masyarakat
banyak diberikan untuk melayani staf PPAT terhadap kualitas pelayanan pensertifikatan
dibandingkan melayani masyarakat pada tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten
umumnya, kurang ramahnya pegawai akibat Badung, sehingga diperoleh hasil penilaian
tingkat kesibukan yang tinggi, kesabaran masyarakat secara keseluruhan terhadap
pegawai dalam menghadapi pemohon kurang indikator-indikator kualitas pelayanan per-
memenuhi harapan, dan mental pegawai dalam sertifikatan tanah yang dapat dikelompokkan
melayani kurang ikhlas. menjadi empat kuadran. Adapun garis pembagi
dalam analisis tersebut adalah nilai rata-rata
Berdasarkan uraian analisis masing-masing dari skor rata-rata kinerja yaitu sebesar 3,82
dimensi kualitas pelayanan pensertifikatan dan nilai rata-rata dari skor rata-rata ke-
tanah, dapat disimpulkan bahwa secara pentingan sebesar 4,36.
keseluruhan kualitas pelayanan pensertifikatan
tanah yang diberikan oleh Kantor Pertanahan Adapun yang menjadi prioritas utama
Kabupaten Badung belum memenuhi kepuasan perbaikan adalah indikator-indikator yang
masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh selisih berada pada kuadran I. Kuadran I menunjukkan
perolehan antara skor rata-rata kinerja sebesar indikator-indikator kualitas pelayanan yang
3,82 dengan skor rata-rata harapan sebesar memiliki nilai kepentingan relatif tinggi
4,34 sehingga diperoleh skor rata-rata sedangkan nilai kinerjanya relatif rendah
kesenjangan negatif sebesar -0,55. (Prasetyani, 2009). Dengan demikian indikator
Kesenjangan negatif ini memberi arti bahwa kualitas pelayanan pensertifikatan tanah pada
kualitas pelayanan pensertifikatan tanah yang Kantor Pertanahan Kabupaten Badung yang
telah diberikan oleh Kantor Pertanahan berada dalam kuadran ini, kinerjanya harus
Kabupaten Badung secara keseluruhan belum ditingkatkan dengan melakukan perbaikan
memberikan kepuasan bagi masyarakat. secara berkesinambungan.
Vol. 9, No. 1 TINGKAT KEPUASAN PEMOHON PENSERTIFIKATAN TANAH 61

Indikator (X1) fasilitas fisik kantor yang tersedia tingkat kepuasan masyarakat terhadap
mencakup toilet, musholla untuk tempat ketapatan janji pegawai dalam memberikan
beribadat, anjungan informasi mandiri untuk pelayanan seringkali menimbulkan
mengetahui keberadaan berkas permohonan, kekecewaan, karena masyarakat sudah bosan
papan pengumuman untuk informasi dan dengan janji-janji yang diberikan namun
tempat parkir kendaraan bermotor. seringkali diingkari, yang akhirnya dapat
Berdasarkan nilai kesenjangan yang terjadi, menyebabkan hilangnya rasa kepercayaan
masyarakat merasakan ketidakpuasan ter- terhadap kinerja aparat pertanahan. Padahal
hadap fasilitas fisik kantor yang tersedia dalam masyarakat yang datang ke Kantor Pertanahan
mendukung kelancaran pelayanan untuk mengurus permohonan sertifikat hak atas
pensertifikatan tanah. Ketidakpuasan ini tanah memiliki kesibukannya masing-masing,
ditunjukkan oleh fasilitas fisik kantor yang sehingga dengan ketidaktepatan janji yang
belum sesuai dengan harapan masyarakat diberikan oleh pegawai pertanahan membuat
dalam menunjang kelancaran pelayanan di masyarakat terpaksa mengalami kerugian
bidang pertanahan. Fasilitas fisik yang tersedia waktu, tenaga dan biaya. Sebenarnya, untuk
saat ini kurang dijaga kebersihannya terutama menghindari janji-janji yang diberikan kepada
toilet, sehingga masyarakat sedikit terganggu masyarakat, sebaiknya setiap pegawai dalam
apabila datang berkunjung ke Kantor bekerja dapat menggunakan waktu kerja
Pertanahan dengan kondisi fisik yang kurang semaksimal mungkin, karena dengan bekerja
bersih. Selain itu, pemeliharaan fasilitas fisik maksimal akan menghindari terjadinya
lainnya tidak dilakukan secara rutin dan penumpukan pekerjaan pada hari-hari
seringkali tidak berfungsi dengan baik, seperti sebelumnya.
anjungan informasi mandiri yang sangat
berguna untuk melakukan pengecekan berkas Pada indikator kejujuran pegawai dalam
permohonan yang sedang diproses. Kemudian memberikan pelayanan (X14), responden
pemanfaatan papan pengumuman yang tidak memberikan nilai tidak memuaskan, artinya
mengikuti perkembangan informasi terbaru dan kepuasan masyarakat terhadap kejujuran
melakukan penyesuaian dengan kebutuhan pegawai dalam memberikan pelayanan belum
informasi pelayanan pertanahan yang terpenuhi. Ketidakpuasan masyarakat tercermin
diperlukan oleh masyarakat. Hal tersebut di dari sikap pegawai yang dinilai belum
atas diperkuat dengan pernyataan bahwa jasa berperilaku sesuai dengan tanggung jawab dan
merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan kewenangan yang diberikan, serta tidak
sebagaimana halnya barang, maka pelanggan transparan dalam memberikan pelayanan
cenderung memperhatikan fakta-fakta tangibles kepada masyarakat.
yang berkaitan dengan jasa sebagai bukti
kualitas. Bukti-bukti kualitas jasa berupa Kejujuran pegawai dalam memberikan
fasilitas fisik jasa seperti gedung, penampilan pelayanan kepada masyarakat sangat di-
pemberi jasa, perlengkapan dan peralatan yang perlukan karena dengan kejujuran pegawai
digunakan dan lain-lain dapat pula menciptakan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan-
kinerja tertentu terhadap perusahaan jasa. nya, lebih berani dalam bertindak dan berani
mengatakan ia ataupun tidak dengan tetap
Indikator (X11) kecepatan pegawai dalam berpegang teguh terhadap ketentuan yang
memberikan pelayanan dinilai tidak me- berlaku, sehingga tidak akan merugikan
muaskan. Ketidakpuasan masyarakat tercermin masyarakat yang sedang memerlukan
dari lambatnya pelayanan yang diberikan pelayanan (Hadjam, 2001). Selain itu, kejujuran
kepada masyarakat. Sebagai penyelenggara akan memberikan dampak terhadap ke-
pelayanan publik di bidang pertanahan, Kantor percayaan seseorang. Kejujuran pegawai
Pertanahan berkewajiban memberikan pe- dalam memberikan penjelasan kepada masya-
layanan yang dapat diakses secara mudah, rakat menjadi sangat penting. Masyarakat
murah, dan cepat. Dengan menerapkan prinsip secara umum belum melihat penjelasan-
cepat dan tepat dalam bekerja, maka dapat penjelasan yang telah disampaikan oleh
membuat efisiensi terhadap waktu yang pegawai pertanahan telah sesuai dengan
tersedia untuk pelayanan pensertifikatan hak keadaan yang sebenarnya. Ratminto dan
atas tanah. Prinsip bekerja seperti inilah yang Winarsih (2005), mengatakan bahwa kejujuran
masih kurang dirasakan oleh masyarakat atas sangat diperlukan karena akan mendorong
pelayanan pertanahan yang diberikan sehingga pegawai untuk melaksanakan tugas sesuai
menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat. amanah yang diberikan. Sikap jujur akan
membentengi seseorang dari melakukan hal-
Indikator (X12) ketepatan janji pegawai dinilai hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
tidak memuaskan. Penilaian ini didasarkan atas dianutnya.
62 SOEMARGA, HUBEIS, & ACHSANI Vol. 9, No.1

Indikator keramahan sikap pegawai dalam ditetapkan sekurang-kurangnya meliputi


memberikan pelayanan (X18) dinilai tidak me- prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya
muaskan. Ketidakpuasan masyarakat tercermin pelayanan, produk pelayanan, sarana dan
dari penilaian intensitas pekerjaan pegawai prasarana, serta kompetensi petugas pemberi
yang semakin meningkat sehingga mengurangi pelayanan (Wijaya, 2007).
keramahan sikap dari pegawai dalam mem-
berikan pelayanan. Kondisi seperti ini me- Pelaksanaan standar pelayanan publik dapat
nyebabkan kebutuhan masyarakat untuk dilihat kualitas pelayanan yang diberikan
dilayani tidak terpenuhi, apalagi sebagian kepada pengguna pelayanan (masyarakat).
masyarakat belum mengerti dan memahami Kualitas dapat digunakan untuk menilai atau
tata cara pelayanan di bidang pertanahan. menentukan tingkat penyesuaian suatu hal
Keramahan pegawai dalam memberikan terhadap persyaratan atau spesifikasinya (Arief,
pelayanan adalah merupakan wujud dari peng- 2011). Bila persyaratan atau spesifikasinya itu
hormatan terhadap masyarakat. Keramahan terpenuhi berarti kualitas sesuatu hal yang
sikap pegawai dalam memberikan pelayanan dimaksud dapat dikatakan baik, sebaliknya jika
kepada masyarakat terkait dengan sifat dan persyaratan tidak terpenuhi maka dapat
sikap pribadi pegawai yang bersangkutan. dikatakan tidak baik. Selain itu kualitas memiliki
Namun demikian, dengan tingkat kesibukan hubungan yang erat dengan kepuasan pe-
yang tinggi diharapkan tidak menjadi penyebab langgan. Kepuasan pelanggan dapat
hilangnya sikap ramah pegawai kepada digambarkan secara singkat sebagai berikut:
masyarakat yang datang. Kepuasan = Persepsi – Ekspetasi (Afifuddin,
2009). Persepsi adalah evaluasi pemohon ter-
Untuk rekomendasi peningkatan perbaikan hadap pelayanan setelah diberikan. Ekspetasi
layanan (kinerja), pelaksanaan pelayanan adalah harapan sebelum memperoleh pe-
harus dapat diukur. Oleh karena itu dapat layanan. Kepuasan akan dicapai bila persepsi
ditetapkan suatu standar baik dalam hal waktu sama atau lebih besar daripada ekspetasi.
yang diperlukan maupun hasilnya, agar supaya Ketidakpuasan terjadi bila persepsi lebih
hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang rendah daripada ekspetasi.
mendapatkan pelayanan (Aprilian, 2010).
Menyikapi hal tersebut, pada tanggal 20 Juli Kantor Pertanahan sebagai ujung tombak
1998 Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pelayanan yang merupakan operasionalisasi
Pertanahan Nasional mengeluarkan Instruksi dari seluruh kebijakan yang dirumuskan oleh
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 BPN, maka sebagai pihak yang dilayani,
Tahun 1998 tentang Peningkatan Efisiensi dan pemohon dapat memberikan penilaian secara
Kualitas Pelayanan Masyarakat di Bidang obyektif berdasarkan kenyataan pelayanan
Pertanahan. Lebih lanjut diterbitkan Peraturan yang telah diberikan. Dengan penilaian obyektif
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang ini, diharapkan data yang diperoleh akan
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara mencerminkan kondisi dan masalah yang ada
Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan di kantor pertanahan. Selanjutnya, analisa yang
Pertanahan Nasional, Keputusan Kepala BPN dilakukan dapat menghasilkan keluaran yang
Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur akurat dan rekomendasi yang tepat sasaran.
Operasi Pengaturan dan Pelayanan di
lingkungan Badan Pertanahan Nasional, SIMPULAN DAN SARAN
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 tahun 2010 tentang Standar Berdasarkan uraian pembahasan dan analisis
Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan di masing-masing dimensi kualitas pelayanan
Lingkungan Badan Pertanahan Nasional dan pensertifikatan tanah, khususnya pelayanan
kebijakan lainnya untuk mendorong pelayanan Peralihan Hak Atas Tanah Kegiatan Jual Beli
pertanahan, khususnya Kantor Pertanahan dan Pelayanan Hak Tanggungan di atas, dapat
Kabupaten/Kota. disimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas
pelayanan pensertifikatan tanah yang diberikan
Standar pelayanan publik tersebut merupakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Badung
ukuran atau persyaratan dasar yang harus belum memenuhi kepuasan masyarakat.
dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan Selanjutnya, prioritas peningkatan yang
publik dan wajib ditaati oleh pemberi pelayanan direkomendasikan untuk meningkatkan
(pemerintah) dan atau pengguna pelayanan kepuasan masyarakat terhadap kualitas
(masyarakat) sehingga masyarakat penerima pelayanan pensertifikatan tanah pada Kantor
pelayanan publik merasakan adanya nilai yang Pertanahan Kabupaten Badung yang bertujuan
tinggi atas pelayanan tersebut. Cakupan menyediakan informasi bagi pembuat kebijakan
standar pelayanan publik yang harus untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
Vol. 9, No. 1 TINGKAT KEPUASAN PEMOHON PENSERTIFIKATAN TANAH 63

memecahkan masalah yang terjadi terhadap tanah perorangan dan penanam modal
pelaksanaan kebijakan meliputi ketepatan dalam bidang agrobisnis. Jurnal Hukum,
waktu penyelesaian sertifikat, keikhlasan 1, 63 – 82.
pegawai dalam memberikan pelayanan, ke-
Hadjam, M. N. R. (2001). Efektivitas pelayanan
siapan pegawai, melayani tepat waktu sesuai
prima sebagai upaya meningkatkan
ketentuan jam kerja, keberadaan loket layanan
pelayanan di Rumah Sakit (Perspektif
pelayanan, ketepatan janji pegawai, kepastian
Psikologi). Jurnal Psikologi Universitas
biaya pelayanan, kesederhanaan prosedur
Gadjah Mada, 28(2), 105-115.
pelayanan, dan kemampuan pegawai dalam
memberikan prosedur pelayanan. [KPK] Komisi Pemberantasan Korupsi (2013).
Indeks integritas sektor publik tahun
DAFTAR PUSTAKA 2013. Pusat Hubungan Masyarakat,
Jakarta.
Adnan, A. (2007). Studi penyusunan indikator Musanto, T. (2004). Pengaruh kualitas pe-
kinerja pelayanan pertanahan: dalam layanan dan harga terhadap kepuasan
rangka kegiatan pendaftaran tanah untuk pelanggan. Jurnal Manajemen dan
pertama Kali. Makalah disampaikan Kewirausahaan, 6(2).
dalam kegiatan desiminasi/Seminar
Hasil-hasil Penelitian Puslitbang BPN-RI, Prasetyani, N. (2009). Analisis kinerja
tanggal 28-12-2007, Bogor. pelayanan publik perusahaan daerah air
minum (PDAM) Kabupaten Demak
Afifuddin, M. (2009). Analisis pengaruh kualitas (Tesis). Program Pascasarjana Univer-
pelayanan terhadap kepuasan pelanggan sitas Diponegoro, Semarang.
pada PT. Persero Angkasa Pura 1 di
Ratminto. & Winarsih, A. S. (2005). Manajemen
Bandar Udara Ahmad Yani Semarang
pelayanan: Pengembangan model kon-
(Tesis). Sekolah Pascasarjana Univer-
septual, penerapan citizen’s charter dan
sitas Terbuka, Jakarta.
standar pelayanan minimal. Yogyakarta,
Aprilian, T. (2010). Analisis produktivitas tenaga ID: Penerbit Pustaka Pelajar.
kerja pada pekerjaan struktur rangka atap Sari, D. P., Suliantoro, H., & Windiasari, R.
baja (studi kasus proyek pembangunan (2011). Analisis atribut-atribut yang
Rumah Sakit dr. Moewardi, Surakarta memengaruhi tingkat kepuasan pe-
Jawa Tengah) (Tesis). Universitas langgan telepon rumah (fixed wireline)
Sebelas Maret, Surakarta. menggunakan metode analisis diskri-
Ardiansyah, A. (2015). Perjanjian pengikatan minan (Studi Kasus di PT. Telkom
jual beli hak atas tanah berdasarkan akta Kandatel Semarang). J@ti Undip, 6(2).
notaris di Kecamatan Kandis (Tesis). Suharno, (2002). Persepsi masyarakat
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif terhadap pensertifikatan tanah (kasus di
Kasim, Riau. Desa Girikerto Kecamatan Turi
Arief, M. (2007). Pemasaran jasa dan kualitas Kabupaten Sleman). Jurnal Pertanahan,
pelayanan: Bagaimana mengelola kua- 2, Juli 2002. Sekolah Tinggi Pertanahan
litas pelayanan agar memuaskan pelang- Nasional.
gan. Malang, ID: Bayumedia Puslitbang. Sukirno, N., Mulyanto, B., & Hakim, D. B.
(2015) Analisis kesenjangan pada
Arief, M. (2011). Kualitas pelayanan publik di
pelayanan pendaftaran tanah pertama
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
kali di kantor pertanahan Kota Bekasi.
Makassar (Studi kasus pelayanan jasa
Jur. Ilm Kel. & Kons., 8(2). 106-114.
penumpang). Academica – Jurnal Ilmiah
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Suryanti, S. (2009). Kinerja aparat pelayanan
Universitas Tadulako, 3(2), 729 -740. pada kantor pertanahan Kota Semarang.
(Tesis). Program Pascasarjana Univer-
Aryani, D., & Rosinta, F. (2010). pengaruh
sitas Diponegoro. Semarang.
kualitas layanan terhadap kepuasan
pelanggan dalam membentuk loyalitas Tjahyadi, R. A. (2006). Brand trust dalam
pelanggan. bisnis & birokrasi. Jurnal Ilmu konteks loyalitas merek: Perak karak-
Administrasi dan Organisasi, Mei- teristik merek, karakteristik perusahaan,
Agustus 2010, 114-126. dan karakteristik hubungan pelanggan-
merek. Jurnal Manajemen, 6(1).
Ginting, D. (2011). Reformasi hukum tanah
dalam rangka perlindungan hak atas Waluyo, M. (2008). Pengaruh kualitas
pelayanan terhadap standar pelayanan
64 SOEMARGA, HUBEIS, & ACHSANI Vol. 9, No.1

terpadu dan kepuasan pelanggan di PT. Makalah disampaikan Seminar Nasional


PLN (PERSERO) UPJ X Surabaya. Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI
Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, 8(2). 2007). 16 Juni 2007. Yogyakarta.
Widjaja, M., Wijaya, S., & Jokom, R. (2007). Zeithaml, V., Parasuraman, A., & Berry, L. L.
Analisis penilaian konsumen terhadap (1990). Delivering Quality of Service
ekuitas merek coffee shops di Surabaya. Balancing Customer Perception and
Jurnal Manajemen Perhotelan, 3(2), 89- Expectation. New York, US: The Free
101. Press: A Division of Macmillan, Inc.
Wijaya, S. W. (2007). Budaya organisasi dan
efektifitas penerapan e-government.

Anda mungkin juga menyukai