Anda di halaman 1dari 54

DEMAM TIFOID

A. Definisi

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infelsi

salmonella thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella

(Brunner Suddart, 2001).

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam typoid dan

demam paratypoid adalah infeksi akut usus halus. Demam thypoid adalah infeksi

demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan

tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001) Berdasarkan berbagai definisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa thypoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan

oleh kuman Salmonela typhosa ditandai dengan demam satu minggu.

B. Etiologi

Etiologi Penyebab demam thypoid adalah Salmonella thyposa, basil gram

negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-

kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan

protein membran hialin (Mansjoer, Arief, 2000). Predisposisi Menurut Sarwono

(1996) penyebaran thypoid tidak bergantung pada iklim, tetapi banyak di jumlah
di negara yang beriklim tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,

sanitasi lingkungan dan kebersihan individu dan lingkungan.

C. Patofisiologi

Kuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati aliran

selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfa ke kelenjar mesentrium

mengadakan multipikasi (bakteremia). Biasanya pasien belum tampak adanya

gejala klinik (asimtomatik) seperti mual, muntah, tak enak badan, nafsu makan

menurun, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endotetial. Tetapi

kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam

peredaran darah mengalami bakteremia sehingga tubuh merangsang untuk

mengeluarkan sel pirogen akibatnya terjadi lekositopenia.

Sel pirogen inilah yang mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus

sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi

maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari

peredaran darah, kuman menuju ke organ-organ tersebut (hati, limfa, empedu),

sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan

nyeri tekan, terutama pada folikel limfosial dan apabila kuman tersebut

dihancurkan oleh sel-sel tersebut maka penyakit berangangsur-angsur mengalami

perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ sehingga

timbul komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien.


D. Manifestasi klinis

Gejala dapat timbul secara tiba-tiba / berangsur-angsur yaitu antara 10 sampai

14 hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala, malaise, anoreksia dan

demam, rasa tidak enak di perut dan nyeri di seluruh badan. Minggu pertama

keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,

konstipasi/diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis. Pada

minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam, bradikardi relatif,

lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,

splenomegali, meteorismus, gangguan mental.

E. Penatalaksanaan

Penalaksanaan thypoid terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Perawatan Penderita thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,

observasi dan pengobatan. Penderita harus tirah baring absolut sampai

minimal 7 hari. Besar demam / kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah

baring adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan / perforasi usus.

Penderita dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada

waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostaltik dan

dekubitus.

2. Diet Dimasa lalu penderita tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar

dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan penderita. Pemberian bubur

saring ini dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus,

karena ada pendapat bahwa ulkus-ulkus perlu diistirahatkan. Banyak penderita


tidak menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera mereka.

Karena mereka hanya makan sedikit dan ini berakibat keadaan umum dan gizi

penderita semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi lama. Makanan

padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran

dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita tifoid.

3. Obat Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:

a. Kloramfenikol Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan

demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk

orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas

demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam tifoid

turun rata-rata setelah 5 hari.

b. Tiamfenikol Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypid sama

dengan kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan

tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol

demam pada demam tifoid turun setelah rata-rata 5-6 hari.

c. Ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol) Dosis itu orang dewasa, 2

kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet

mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg sulfametoksazol). Dengan

kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5-6 hari.

d. Ampicillin dan Amoksilin Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien

demam thypid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara

75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.

Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata-

rata setelah 7-9 hari.


e. Sefalosforin generasi ketiga Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin

generasi ketiga amtara lain sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif

untuk demam thypoid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum

diketahui dengan pasti.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan thypoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari:

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relative tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai.Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal, bahkan kadang-kadang

terdapat leukosit walaupun tidak berguna untuk dignosa demam thypoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya thypoid.

3. Biarkan darah

Bila biarkan darah positif hal itu menandakan demam thypoid, tetapi bila

biarkan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

thypoid. Hal ini dikarenakan hasil biarkan darah tergantung dari beberapa

faktor:
a. Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,

hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biarkan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam

tinggi yaitu pada saat bacteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biarkan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.Pada waktu

kambuh biarkan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam thypoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat menekan

bacteremia sehingga biarkan darah negative.

d. Pengobatan dengan obat anti narkoba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biarkan penghambatan dan

hasil biarkan mungkin negative.

4. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody

(aglutinin).Agglutinin yang spesifim terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasi.Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.Tujuan dari uji


widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum klien yang

disangka menderita thypoid.

G. Komplikasi

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perporasi usus

c. Ilius paaralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, thrombosis, tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndrome uremia

hemolitik

c. Komplikasi paru : pneumonia empyema dan pleuritis

d. Komplikasi pada hepar : hepatitis dan kolesistisis

e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonephritis dan perinefritis

f. Komplikasi pada tulang : osteomyelitis, osteoporosis

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis dan

sindroma katatonia.
DAFTAR PUSTAKA

Brunners & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan, Edisi 8, Penerbit EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilyn E., (2002), Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Tujuan Perawatan Pasien, Edisi III,
EGC, Jakarta.

Evelyn C., Pearce, (2002), Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Nursalam, (2001), Proses Dokumentasi Keperawatan, Edisi I, Salemba Medika,


Jakarta.

Sudoyo, Aru W., (2006), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid III, FKUI,
Jakarta.

Tarwono, Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID

2019

Oleh:

NAMA :SELVIANA

NIM : 01 2016.023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2019
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

A. Pengkajian

1. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,suku bangsa,

bahasa,pekerjaan, pendidikan, status, alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,

nyeri perut, kepala pusing, mual, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke dalam

tubuh.

4. Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

5. Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya pasien cemas, bagaimana koping mekanisme yang

digunakan.Gangguan dalam beribadah karena pasien tirah baring total dan

lemah.

6. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-41oC, muka

kemerahan.
2. Tingkat kesadaran dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)

3. System respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan

gambaran seperti bronchitis.

4. System kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif dan hemoglobin

rendah.

5. System integument

Kulit kering, turgor kulit menurun,muka tampak pucat dan rambut agak

kusam.

6. sistem gastrointestinal

bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,

muntah, anoreksia, konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,

peristaltic usus meningkat.

7. Sistem musculoskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8. Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak

serta nyeri tekan pada abdomen.Pada perkusi didapatkan perut kembung

serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat.

7. Pemeriksaan fisik head to toe

a. Kepala

 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau

tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak

menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)

 Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan

kuat/tidak rapuh.

b. Wajah

 Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan. Normal:

warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.

 Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang

Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.

c. Mata

 Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,

kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera

(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon

terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika,

warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih

d. Telinga

 Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi

telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu

dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus,

warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat

bantu dengar.

 Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus Normal: tidak ada

nyeri tekan.
e. Hidung

 Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),

rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal

(kemerahan, lesi, tanda2 infeksi). Normal: simetris kika, warna sama

dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,

perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

 Palpasi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum

deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

f. Mulut

 Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,

tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir

pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.

 Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi

palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan

keadaan langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi

berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang

gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda

infeksi

g. Leher

 Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna sama

dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada

pembesaran kelenjer gondok.

 Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,

konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe


(letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/

teraba). Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri,

tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.

h. Thorax

 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,

irama, kedalaman, danupayapernafasan/penggunaan otot-otot bantu

pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.

Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda

distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak

ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema

 Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile

fremitus. Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri

tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil

vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

 Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi

dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi

ke sisi)

 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan

menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas

manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas vesikuler,

bronchovesikuler, brochial, tracheal.

i. Abdomen

 Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,

ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan


gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna

kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan,

pelebaran vena, kelainan umbilicus.

 Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian

diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah.Normal: suara

peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri

renalis, arteri iliaka dan aorta.

 Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah

jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas

bunyinya.Perkusi hepar: Batas. Perkusi Limfa: ukuran dan batas.

Perkusi ginjal: nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan limfa

membesar=redup dan apabila banyak cairan = hipertimpani.

 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,

karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan

nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu.

Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada

massa dan penumpukan cairan.

j. Eksremitas

 Inspeksi struktur muskuloskletal atas : simetris dan pergerakan,

Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika,

integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

 Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal: teraba jelas

 Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal: reflek

bisep dan trisep positif


 Inspeksi struktur muskuloskletal bawah : simetris dan pergerakan,

integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot.

Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot

penuh

 Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan.Normal:

teraba jelas

 Tes reflex :tendon patella dan archilles.Normal: reflex patella dan

archiles positif

8. Pengkajian primer

a. Airway

Pada penderita stroke yang mengalami penurunan kesadaran umumnya

mengalami hambatan jalan napas, sekret berbuih.

b. Breathing

 Inspeksi

Terdapat retraksi otot pernapasan, pernapasan lebih dari 20 x/menit ,

kesulitan bernapas, sesak napas atau apnea , kemungkinan

pernapasan cheynestokes

 Palpasi

Focal fremitus umumnya tidak seimbang antara kanan dan kiri selama

ada penumpukan sekret

 Perkusi

Terdapat bunyi hipersonor jika terdapat sekret dalam lapang paru


 Auskultasi

Terdapat suara napas tambahan ronkhi, wheezing jika pasien stroke

mengalami penurunan kesadaran.

c. Circulation

 Tekanan darah

Dapat ditemukan tekanan darah tinggi/hipertensi dengan tekanaan

darah >200 mmHg

 Nadi

Frekuensi nadi dapat bervariasi

 Suhu

Hipertermia

d. Disability

GCS/AVPU

Menurut (Heriana, 2014, hal. 63-65) ada tiga hal yang dinilai dalam

penilaian kuantitatif kesadaran yang menggunakan GCS (Glasgow Coma

Scale);

 Respon membuka mata (eyes)

Nilai
Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh
4:

Nilai Dapat membuka mata jika diajak bicara, dipanggil

3: nama atau diperintahkan untuk membuka mata


Nilai
Mata membuka hanya kalau dirangsang kuat/ nyeri
2:

Nilai Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsang

1: nyeri

 Respon bicara (verbal)

Pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara.

Nilai Orientasi waktu, tempat, orang, siapa dirinya, berada di

5: mana, tanggal dan hari

Nilai
Pasien konfusi atau tidak orientasi penuh
4:

Bisa bicara, kata-kata yang diucapkan jelas dan baik,

Nilai tetapi tidak menyambung dengan apa yang sedang

3: dibicarakan

Mampu bersuara namun tidak dapat ditangkap secara

Nilai jelas apa artinya/ “ngrenyem”, suara tidak mampu

2: dikenali makna katanya

Nilai
Tidak bersuara apapun walau diberi rangsangan nyeri
1:
 Respon motorik

Dapat menirukan perintah sederhana yang telah

pemeriksa anjurkan seperti: mengangkat tangan, dapat

Nilai menunjuk jumlah jari-jari, serta mampu melepaskan

6: genggaman.

Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang

Nilai diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada

5: muskulus trapizius

Gerakan fleksi menjauhi dari rangsangan nyeri yang

diberikan, tetapi tidak mampu menunjuk dengan tangan

Nilai dimana lokasi atau tempat rangsang nyeri yang

4: diberikan

Bila diberi rangsangan nyeri bahu mengalami fleksi

abnormal, bahu mengalami abduksi, fleksi dan pronasi

Nilai lengan bawah, fleksi pada pergelangan tangan dan

3: mengepal

Bila diberi rangsang nyeri bahu mengalami ekstensi

abnormal. Bahu abduksi dan rotasi interna, ekstensi

Nilai lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju

2: mengepal,

Nilai
Sama sekali tidak ada respons
1:
 Skor penilaian GCS :

 GCS 14-15: Compos Mentis

 GCS 12-13: Apatis

 GCS 11-10: Delirium

 GCS 7-9: Somnolen

 GCS 8-10: Stupor

 GCS <5: Koma

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO : Pengaruh Hipertermia

1. Suhu 39°C endotoksin pada

2. Nadi 120 x/ menit hipothalamus

3. Turgor sedang intake yang kurang

DS :

1. Pasien

mengatakanbadanny

a terasa panas

2. Pasien rnengeluh

pusing

DO: Peradangan usus halus Nyeri Akut

1. Pasien tampak

meringis kesakitan
jikaperutnya ditekan

2. Ekspresi wajah

pasien tegang

3. Skala nyeri 3

4. Leukosit = 12.200

uI

DS:

1. Pasien rnengeluh

nyeri epigastrium

2. Pasien mengatakan

mual

DO: Intake yang kurang Ketidakseimbangan

1. Pasien makan hanya nutrisi kurang dari

habis ¼ porsi kebutuhan tubuh

2. Muntah 3 x

3. Lidah kotor

4. Pasien tampak lemah

5. BB turun:

6. Sebelum sakit = 26

kg

7. Setelah sakit = 24 kg

DS :
1. Pasien mengatakan

nafsu makannya

berkurang

2. Pasien mengatakan

mual

3. Pasien.

Mengatakanlidahnya

terasa pahit

C. Diagnosa

1. Hipertermiab.d penyakit. Ditandai oleh kulit terasa hangat (11,6,00007)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis: infeksi,

iskemia, nioplasma) (12,1,00132)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang. (2,1,00002)

Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Rasional
NOC
(NIC)

1. Hipertermiab. Dalam 2x24 jam 1. monitor suhu 1. Suhu 380 C

d penyakit. pasien dapat setiap 2 jam, sampai 41,10

Ditandai oleh mengontrol suhu sesuai kebutuhan menunjukkan

kulit terasa tubuh dengan 2. monitor tekanan proses


hangat karakteristik: darah, nadi dan peningkatan

(00007,11,6) 1. tingkat respirasi sesuai infeksius

pernapasan kebutuhan tubuh akut

2. hipertermia 3. instruksi pasien 2. Untuk

bagaimana memantau

mencegah dan

keluarnya panas mengontrol

dan serangan demam

panas pasien sesuai

4. informasikan kebutuhan

pasien mengenai tubuh

indikasi adanya 3. Untuk

kelelahan akibat mengurangi

panas dan demam

penanganan dengan aksi

emergensi yang sentralnya

tepat, sesuai hipotalamus

kebutuhan 4. Memberikan

5. berikan medikasi informasi

yang tepat untuk mengenai

mencegah atau tanda yang

mengontrol memungkink

menggigil an gejala
muncul

kembali

2. Nyeri Akut Setelah 1. Kaji keluhan 1. Nyeri

berhubungan dilakukan nyeri, lokasi, merupakan

dengan agens asuhan lamanya pengalaman

cedera keperawatan serangan, faktor subyektif

biologis (mis: selama 2x 24 pencetus / yang dan harus

infeksi, jam memperberat. dijelaskan

iskemia, 1. Pasiensering 2. Pertahankan tirah oleh pasien.

nioplasma) menunjukkan baring, posisi Identifikasi

(12,1,00132) atau semi fowler karakteristi

mengenali dengan tulang k nyeri dan

kapan nyeri spinal, pinggang faktor yang

terjadi dan lutut dalam berhubunga

2. Pasien keadaan fleksi, n

kadang- posisi telentang merupakan

kadang 3. Batasi aktifitas suatu hal

menunjukkan selama fase akut yang amat

atau sesuai dengan penting

mengenali kebutuhan untuk

apa yang 4. Berikan relaksan memilih

terkait otot yang intervensi

dengan diresepkan, yang cocok


gejalah nyeri analgesik, dan dan untuk

agen mengevalua

antiinflamasi dan si

evaluasi keefektifan

keefektifan dari terapi

yang

diberikan

2. Pertahanka

n tirah

baring,

posisi semi

fowler

dengan

tulang

spinal,

pinggang

dan lutut

dalam

keadaan

fleksi,

posisi

telentang

3. Untuk
menghindar

i adanya

cidera

4. Agen-agen

ini secara

sistematik

menghasilk

an relaksasi

umum dan

menurunka

n inflamasi.

3. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji nutrisi pasien 1. mengetahui

angan nutrisi dilakukan 2. Jelaskan pada langkah

kurang dari perawatan 2 x pasien dan pemenuhan

kebutuhan 24 jam keluarga tentang nutrisi

tubuh 1. Nafsu makan manfaat 2. untuk

berhubungan bertambah makan/nutrisi meningkatk

dengan intake 2. menunjukkan 3. Timbang berat an

yang kurang. berat badan badan klien stiap pengetahua

(2,1,00002) stabil/ideal 2 hari. n klien

3. nilai bising 4. Beri nutrisi tentang

usus/peristalt dengan diet nutrisi

ik usus lembek, tidak sehingga


normal (6-12 mengandung motivasu

kali per banyak serat, makan

menit) nilai tidak merangsang meningkat

laboratorium maupun 3. untuk

normal menimbulkan mengetahui

4. konjungtiva banyak gas dan peningkata

dan dihidangkan saat n dan

membran masih hangat penurunan

mukosa bibir 5. Beri makan dalam berat

tidak pucat. porsi kecil dan badan.

frekuensi sering 4. untuk

meningkatk

an asupan

makanan

karena

mudah

ditelan

5. untuk

menghindar

i mual dan

muntah.
D. Implementasi

No. Dx Implementasi Evaluasi

1 1. Mengukur tanda – tanda S: ibu klien

(11,6,00007) vital mengatakananaknya sudah

2. Memantau aktifitas tidak panas

kejang O: klien masih tampak

3. Menganjurkan keluarga lemas,klien sudah tdak

untuk memberikan sedikit muntah

minum tapi sering Suhu: 36C

4. memberikan kompres Nadi: 90x/ menit

hangat RR: 20x/ menit

5. memberikan terapi sesuai A: masalah teratasi sebagian

program P: pertahankan intervensi

2 1. Monitor KU / TTV S: ibu Pasien mengatakan,anak

(12,1,00132) 2. Mengkaji skala nyeri nya sudah tidak nyeri

3. Memberikan posisi yang perut

nyaman. O: pasien nampak rileks

4. Mengajarkan teknik A: Masalah teratasi

relaksasi P: pertahankan intervensi

5. Memberikan motivasi Motivasi pasien untuk tetap

untuk kompres air hangat melakukan teknik relaksasi

pada bagian yang sakit distraksi (nafas dalam) bila


6. Memberikan terapi obat nyeri timbul

analgesik Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik

3 1. Mengkaji pola dan S: ibu klien mengatakan ,klien

(2,1,00002) kebiasaan makan setiap habis makan sudah

2. Mengobservasi adanya berkurang muntah nya.

muntah O: klien masih muntah 1x

3. Menganjurkan keluarga BB : 11kg

untuk memberi makanan Porsi makan dari RS hanya

dalam porsi kecil tapi dimakan ¼ porsi

sering dan tidak A: masalah teratasi

merangsang produksi P: pertahankan intervensi

asam (biskuit)

4. Memberikan terapi

pemberian cairan dan

nutrisi sesuai program

5. Memberikan terapi

pemberian anti emetik

sesuai program
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS DEMAM TIFOID

Kasus

Pada tanggal 10 mei 2019 pukul 19.45 WIB An. T di bawa ke IGD PKU

Muhammadiyah Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang

lalu,pusing,mual,lemas.Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapy Aminopilin

2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer (Paracetamol 250mg 3x1).Tanda

tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt. BB: 12Kg. Pasien

dibawa ke bangsal Inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien

tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S:

380C, N: 100x/m, R:20x/m.

A. Pengkajian Keperawatan

Nama Mahasiswa : Selviana

Semester/Tingkat : VI/III

Tempat Praktik :

Tanggal Pengkajian :

1. Data Umum

b. Nama Insial Klien : An. T


c. Umur : 15 th

d. Alamat :Wonorejo, karanganyar

e. Agama : Islam

f. Tanggal masuk RS/RB : 10 Mei

g. Nomor Rekam Medis :

h. Diagnosis Medis : Demam Tifoid

i. Bangsal :Inayah

2. Pengkajian 13 Domain Nanda

a. Health Promotion

1) Keadaan umum

a) Alasan masuk Rumah Sakit :

Demam tinggi sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemas

b) Tekanan darah :-

c) Nadi :110 x/mnt

d) Suhu :40º C

e) Respirasi :16x/mnt.

2) Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :

Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang

mengharuskan dirawat di RS, Ibu klien mengatakan anaknya tidak

mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan keluarga, tidak ada

yang mempunyai riwayat alergi, Ibu klien mengatakan anaknya

sudah mendapatkan imunisasi lengkap.


3) Riwayat pengobatan

Nama obat/jamu Dosis Keterangan


No
1. - - -

2.

4) Kemampuan mengontrol kesehatan

a) Yang dilakukan bila sakit :Apabila klien sakit ibu klien

membawa ke bidan atau dokter.

b) Pola hidup (konsumsi /alkohol/olahraga/dll)

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar,ibu klien

mengatakan klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya

hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok

makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan

hanya 1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.

5) Faktor Sosial Ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) :

Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri, Hubungan dengan

teman sebaya baik, Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut

dengan petugas

6) Pengobatan sekarang :

No Nama Obat Dosis Keterangan Manfaat


1. Paracetamol 250 3x1 Obat oral Menurunkan
mg demam
2. Curliv 2x1 Obat oral

3.

b. Nutrition

1) A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK,LD,LILA,IMT)

a) BB biasanya : 14 kg dan BB sekarang :12 kg

b) Lingkar perut :

c) Lingkar kepala : 49 cm

d) Lingkar dada : 60 cm

e) Lingkar lengan atas : 18 cm

f) IMT :

2) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00

Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20

SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l

SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l

Leokosit 12.61 4.80-10.80

Eritrosit 4.52 4.20- 5.40

Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl

Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl

MCV 77.2 79-99

MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0

Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0


HbSag Negative negatif

Gol. Darah O -

3) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa

bibir, konjungtiva anemis/tidak :

a) Kulit :Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan

bersih, turgor kulit menurun

b) Kepala :Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir

rapi dan bersih.

c) Mata :Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.

d) Mulut :Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies

(-),Lidah kotor/ putih

4) D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan

selama di rumah sakit :

Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan

klien susah makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi

dan sore saja dan paling hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji

ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu klien

mengatakan anaknya muntah.

5) E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selma di

rumah sakit :

Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat

bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien

hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu

oleh ibunya dan perawat.


6) F (Faktor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,

mengunyah, dll) :

Ibu klien mengatakan anaknya muntah. (Penyebab)

7) Penilaian Status Gizi :- (pengisian IMT)

8) Pola Asupan Cairan :Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas

perhari, selama sakit klien minum susu 1 gelas dan kadang minum

air putih

9) Cairan masuk :

Pasien mendapatkan terapi cairan IV RL.

10) Cairan Keluar :

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat dan BAK 3-4x/hari

11) Penilaian Status Cairan (balance cairan) :-

12) Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga) :

Inspeksi :terlihat membesar

Auskultasi :bunyi bising usus 10x/m

Palpasi :perut kembung, agak keras

Perkusi :bunyi thimpany

c. Elimination

1) Sistem Urinary

a) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)

Sebelum sakit klien biasanya BAK: 4-6x/hari

Pada saat dikaji klien BAK 3-4x/hari


b) Riwayat kelainan kandung kemih : -

c) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)

d) Distensi kandung kemih/retensi urine

2) Sistem Gastrointestinal

a) Pola eliminasi

Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari

Pada saat dikaji klien BAB 1xkonsistensi padat

b) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik dan muntah

3) Sistem Integument

a) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)

Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan

bersih, turgor kulit menurun

d. Activity/Rest

1) Istirahat/tidur

a) Jam tidur :Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30

s.d 05.00, tidur siang 2x dengankonsistensi 1 jam , pada saat

sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur

siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.

b) Insomnia :-

c) Pertolongan untuk merangsang tidur : -

2) Aktivitas

a) Pekerjaan :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat

bermain dengan teman-teman sebayanya di rumah, sekarang

klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti biasanya,

ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.

b) Kebiasaan olahraga :-

c) ADL

- Makan : baik

- Toileting :baik

- Kebersihan :baik

- Berpakaian :baik

d) Bantuan ADL :-

e) Kekuatan otot : lemah

f) ROM :-

g) Resiko untuk cidera :-

3) Cardio respons

a) Penyakit jantung:S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-)


b) Edema ekstremitas: tidak ada

c) Tekanan darah dan nadi

- Berbaring :-

- Duduk :-

d) Tekanan vena jugularis :

e) Pemeriksaan jantung

- Inspeksi :

- Palpasi :
- Perkusi :

- Auskultasi :

4) Pulmonary respon

a) Penyakit sistem nafas :

b) Penggunaan O2 :

c) Kemampuan bernapas :

d) Gangguan pernapasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) :-

e) Pemeriksaan paru-paru

- Inspeksi :Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada

- Palpasi :tidak ada nyeri tekan

- Perkusi :sonor

- Auskultasi :vesikuler

e. Perception/Cognition

1) Orientasi/kognisi

kemampuan kognitifnya baik

a) Tingkat pendidikan

b) Kurang pengetahuan

c) Pengetahuan tentang penyakit

d) Orientasi (waktu, tempat, orang)

2) Sensasi/persepsi

a) Riwayat penyakt jantung :tidak ada

b) Sakit kepala : ada

c) Penggunaan alat bantu : tidak ada


d) Penginderaan :Tidak ada keluhan tentang

penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan

3) Communication

a) Bahasa yang digunakan : bahasa Indonesia

b) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada

f. Selfperception

1) Self-concept/self-estrem

a) Perasaan cemas/takut :Ibu klien mengatakan pingin anaknya

cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya sakit.

b) Perasaan putus asa/kehilangan :

c) Keinginan untuk mencederai :

d) Adanya luka/cacat :

g. Role Relationship

1) Peranan hubungan Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang

lain dan perawat baik.

a) Status hubungan :

b) Orang terdekat :

c) Perubahan konflik/peran :-

d) Perubahan gaya hidup :-

e) Interaksi dengan orang lain : baik

h. Sexuality

1) Identitas seksual : Klien berjenis kelamin perempuan

a) Masalah/disfungsi seksual :-

b) Periode menstruasi :-
c) Metode KB yang digunakan : -

d) Pemeriksaan SADARI :-

e) Pemeriksaan papsmear :-

i. Coping/Stress Tolerance

1) Coping respon

Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk


bermain bersama teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya
beristirahat.
a) Rasa sedih/takut/cemas :

b) Kemampuan untuk mengatasi :

c) Perilaku yang menampakkan cemas :

j. Life Principles

1) Nilai kepercayaan

Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.


a) Kegiatan keagamaan yang diikuti :

b) Kemampuan untuk berpartisipasi :

c) Kegiatan kebudayaan :

d) Kemampuan memecahkan masalah :

k. Safety/Protection

1) alergi

a) Penyakit autoimune

b) Tanda infeksi

c) Gangguan thermoregulasi

d) Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi,

disfungsi neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi,


pendarahan, hipoglikemia, sindrome disuse, gaya hidup yang

tetap)

l. Comfort

1) Kenyamanan/Nyeri

a) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :ibu pasien mengatakan

anak nya nyeri bila untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila

saat beristirahat.

b) Quality (bagaimana kualitasnya):ibu pasien mengatakan nyeri

anak nya seperti ditusuk-tusuk

c) Regio (dimana letaknya) :ibu Pasien mengatakan nyeri anak

nya pada perut bagian kanan atas.

d) Scala (berapa skalanya) :Skala nyeri 4

e) Time (waktu) :nyeri timbul hingga 5 menit

2) Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada

3) Gejala yang menyertai : tidak ada

m. Growth/Development

Pertumbuhan dan perkembangan :

Selama pasien dirawat di RS, ada perkembangan mengenai status

kesehatan pasien menjadi lebih baik.

3. Catatan Perkembangan

Keadaan umum

JAM

TD
TTV Nadi

RR

Suhu

Eye

Motorik
GCS
Verbal

Data penghitungan balance cairan

Hari/tanggal :

Input :

a. Minum : ml (Normal : 2000 ml/hari)

b. Makan : ml (Normal : 300 ml/hari)

c. Infus : ml (Amati saat pengkajian klien sudah habis

berapa plabotinfus )

d. Metabolisme : ml (Normal : 5 ml/kgBB/hari)

TOTAL : ml

Output :

a. Urin : ml (Normal : 1500 ml/kgBB/hari)dicari per-Jam

b. Feses : ml (Normal : 100 ml/hari)

c. Keringat : ml (Normal : 100 ml/hari

d. IWL : ml (Normal : 200 ml/kgBB/hari)


e. Cairan NGT : ml (Amati jumlah intake yang

saudaramasukkan)

TOTAL : ml

Balance (Intake-output) :

Monitoring cairan tiap jam :

JAM

Minum

INPUT Makan

Infus

Metabolisme

Urine

Feses

OUTPUT Keringat

IWL

Cairan NGT

Balance cairan Total

4. Data Laboratorium

Tanggal :15-05-2011

Pukul :10.44 WIB

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00


Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20

SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l

SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l

Leokosit 12.61 4.80-10.80

Eritrosit 4.52 4.20- 5.40

Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl

Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl

MCV 77.2 79-99

MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0

Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0

HbSag Negative negatif

Gol. Darah O -

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO : Pengaruh Hipertermia

4. Suhu 39°C endotoksin pada

5. Nadi 120 x/ menit hipothalamus

6. Turgor sedang intake yang kurang

DS :

3. Pasien
mengatakanbadanny

a terasa panas

4. Pasien rnengeluh

pusing

DO: Peradangan usus halus Nyeri Akut

5. Pasien tampak

meringis kesakitan

jikaperutnya ditekan

6. Ekspresi wajah

pasien tegang

7. Skala nyeri 3

8. Leukosit = 12.200

uI

DS:

3. Pasien rnengeluh

nyeri epigastrium

4. Pasien mengatakan

mual

DO: Intake yang kurang Ketidakseimbangan

1. Pasien makan hanya nutrisi kurang dari

habis ¼ porsi kebutuhan tubuh

2. Muntah 3 x

3. Lidah kotor
4. Pasien tampak lemah

5. BB turun:

6. Sebelum sakit = 26

kg

7. Setelah sakit = 24 kg

DS :

1. Pasien mengatakan

nafsu makannya

berkurang

2. Pasien mengatakan

mual

3. Pasien.

Mengatakanlidahnya

terasa pahit

C. Diagnosa

1. Hipertermiab.d penyakit. Ditandai oleh kulit terasa hangat (11,6,00007)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis (mis: infeksi,

iskemia, nioplasma) (12,1,00132)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang. (2,1,00002)


Tujuan dan
Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Rasional
NOC
(NIC)

1. Hipertermiab. Dalam 2x24 jam 1. monitor suhu 1. Suhu 380 C

d penyakit. pasien dapat setiap 2 jam, sampai

Ditandai oleh mengontrol suhu sesuai kebutuhan 41,10

kulit terasa tubuh dengan 2. monitor tekanan menunjukk

hangat karakteristik: darah, nadi dan an proses

(00007,11,6) 1. tingkat respirasi sesuai peningkata

pernapasan kebutuhan tubuh n infeksius

2. hipertermia 3. instruksi pasien akut

bagaimana 2. Untuk

mencegah memantau

keluarnya panas dan

dan serangan mengontrol

panas demam

4. informasikan pasien

pasien mengenai sesuai

indikasi adanya kebutuhan

kelelahan akibat tubuh

panas dan 3. Untuk

penanganan mengurangi

emergensi yang demam


tepat, sesuai dengan aksi

kebutuhan sentralnya

5. berikan medikasi hipotalamu

yang tepat untuk s

mencegah atau 4. Memberika

mengontrol n informasi

menggigil mengenai

tanda yang

memungkin

kan gejala

muncul

kembali

2. Nyeri Akut Setelah 1. Kaji keluhan 1. Nyeri

berhubungan dilakukan nyeri, lokasi, merupakan

dengan agens asuhan lamanya pengalaman

cedera keperawatan serangan, faktor subyektif

biologis (mis: selama 2x 24 pencetus / yang dan harus

infeksi, jam memperberat. dijelaskan

iskemia, 3. Pasiensering 2. Pertahankan tirah oleh pasien.

nioplasma) menunjukkan baring, posisi Identifikasi

(12,1,00132) atau semi fowler karakteristi

mengenali dengan tulang k nyeri dan

kapan nyeri spinal, pinggang faktor yang


terjadi dan lutut dalam berhubunga

4. Pasien keadaan fleksi, n

kadang- posisi telentang merupakan

kadang 3. Batasi aktifitas suatu hal

menunjukkan selama fase akut yang amat

atau sesuai dengan penting

mengenali kebutuhan untuk

apa yang 4. Berikan relaksan memilih

terkait otot yang intervensi

dengan diresepkan, yang cocok

gejalah nyeri analgesik, dan dan untuk

agen mengevalua

antiinflamasi dan si

evaluasi keefektifan

keefektifan dari terapi

yang

diberikan

2. Pertahanka

n tirah

baring,

posisi semi

fowler

dengan
tulang

spinal,

pinggang

dan lutut

dalam

keadaan

fleksi,

posisi

telentang

3. Untuk

menghindar

i adanya

cidera

4. Agen-agen

ini secara

sistematik

menghasilk

an relaksasi

umum dan

menurunka

n inflamasi.

3. Ketidakseimb Setelah 1. Kaji nutrisi 1. mengetahui

angan nutrisi dilakukan pasien langkah


kurang dari perawatan 2 x 2. Jelaskan pada pemenuhan

kebutuhan 24 jam pasien dan nutrisi

tubuh 5. Nafsu makan keluarga tentang 2. untuk

berhubungan bertambah manfaat meningkatk

dengan intake 6. menunjukkan makan/nutrisi an

yang kurang. berat badan 3. Timbang berat pengetahua

(2,1,00002) stabil/ideal badan klien stiap n klien

7. nilai bising 2 hari. tentang

usus/peristalt 4. Beri nutrisi nutrisi

ik usus dengan diet sehingga

normal (6-12 lembek, tidak motivasu

kali per mengandung makan

menit) nilai banyak serat, meningkat

laboratorium tidak merangsang 3. untuk

normal maupun mengetahui

8. konjungtiva menimbulkan peningkata

dan banyak gas dan n dan

membran dihidangkan saat penurunan

mukosa bibir masih hangat berat

tidak pucat. 5. Beri makan badan.

dalam porsi kecil 4. untuk

dan frekuensi meningkatk

sering an asupan
makanan

karena

mudah

ditelan

5. untuk

menghindar

i mual dan

muntah.

D. Implementasi

No. Dx Implementasi Evaluasi

1 1. Mengukur tanda – tanda S: ibu klien

(11,6,00007) vital mengatakananaknya sudah

2. Memantau aktifitas tidak panas

kejang O: klien masih tampak

3. Menganjurkan keluarga lemas,klien sudah tdak

untuk memberikan sedikit muntah

minum tapi sering Suhu: 36C

4. memberikan kompres Nadi: 90x/ menit

hangat RR: 20x/ menit

5. memberikan terapi sesuai A: masalah teratasi sebagian


program P: pertahankan intervensi

2 1. Monitor KU / TTV S: ibu Pasien mengatakan,anak

(12,1,00132) 2. Mengkaji skala nyeri nya sudah tidak nyeri

3. Memberikan posisi yang perut

nyaman. O: pasien nampak rileks

4. Mengajarkan teknik A: Masalah teratasi

relaksasi P: pertahankan intervensi

5. Memberikan motivasi Motivasi pasien untuk tetap

untuk kompres air hangat melakukan teknik relaksasi

pada bagian yang sakit distraksi (nafas dalam) bila

6. Memberikan terapi obat nyeri timbul

analgesik Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesik

3 1. Mengkaji pola dan S: ibu klien mengatakan ,klien

(2,1,00002) kebiasaan makan setiap habis makan sudah

2. Mengobservasi adanya berkurang muntah nya.

muntah O: klien masih muntah 1x

3. Menganjurkan keluarga BB : 11kg

untuk memberi makanan Porsi makan dari RS hanya

dalam porsi kecil tapi dimakan ¼ porsi

sering dan tidak A: masalah teratasi


merangsang produksi P: pertahankan intervensi

asam (biskuit)

4. Memberikan terapi

pemberian cairan dan

nutrisi sesuai program

5. Memberikan terapi

pemberian anti emetik

sesuai program

Anda mungkin juga menyukai