Anda di halaman 1dari 5

BELLS PALSY

S/ Perempuan 56th datang dengan keluhan rasa tebal dab baal pada bibir kanan
sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan mulai dirasakan saat pasien sulit minum air
setelah pasien bersih-bersih rumah, air yang diminumnya seakan-akan tidak
masuk ke dalam mulutnya dan lidah juga terasa tebal. Pada waktu yang
bersamaan, mata kanan dirasakan perih, berair dan sulit untuk menutup. Pasien
juga mengeluh wajah kanan terasa tebal dan kurang terasa bila dipegang.
Keluhan ini baru pertama kali dirasakan, keluhan lain seperti nyeri kepala tidak
ada, tengkuk terasa berat sejak seminggu yang lalu, gangguan penglihatan tidak
ada, gangguan pendengaran maupun gangguan pengecapan tidak ada. Pasien
tidak mengeluh adanya kelemahan pada anggota gerak, bicara pelo tidak ada.
Keluhan mual dan muntah tidak ada. Mengompol dan gangguan BAB tidak ada.
Riwayat pengobatan tidak ada. Riwayat kesehatan/penyakit tidak ada. Riwayat
keluarga tidak ada. Riwayat pekerjaan IRT.

O/ Ku: sedang, CM
GCS 15
TD: 160/100 mmHg, N: 92 x/mnt, P:24 x/mnt, S: 36.0 ºC
Status neurologis :
N. V ( N. trigeminus )
Motoric :
- Membuka mulut: -/+
- Menggerakkan rahang: +/+
- Menggigit: -/+
- Mengunyah: -/+

Sensorik :
Ophtalmica:
- Reflex kornea: +/+
- Sensibilitas: -/+

Maxilla :
- Reflex masseter: +/+
- Sensibilitas: -/+

Mandibula
- Sensibilitas: -/+

N. VII (N. facialis)


- raut wajah : sulcus nasolabialias datar/+
- sekresi air mata : -/+
- fisura palpebra : -/+
- menggerakkan dahi : -/+
- menutup mata: tidak tertutup rapat/+
- Mencibir/bersiul : -/+
- Memperlihatkan gigi : -/+
- Sensasi lidah 2/3 depan: +/+
- Hiperakusis : +/-

A/Diagnosis klinis : bell’s palsy dextra paralisis n. facialis perifer


Diagnosis topik : saraf motorik n. facialis perifer dengan paralisis motorik
Diagnosis etiologi : tidak diketahui
Diagnosis sekunder: hipertensi grade II
P/ - Elektromiografi (EMG)
- Elektroneuronografi (ENOG)
- Glukokortikoid
- Terapi Antivirus
- Dekompresi nervus

Bell’s palsy adalah paralisis wajah unilateral yang timbul mendadak akibat lesi nervus
fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Penyebab dari penyakit ini belum
diketahui secara pasti tetapi dapat diduga bahwa penyebab dari penyakit ini adalah karena
saraf yang mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau mampat karena aliran
darah berkurang.
Penyebab kelumpuhan saraf fasialis bisa disebabkan oleh kelainan kongenital, infeksi, tumor,
trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan penyakit-penyakit tertentu.
Pada Bell’s Palsy terjadi iskemi primer n. fasialis yang disebabkan oleh vasodilatasi
pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding kanalis fasialis. Sebab
vasodilatasi ini bermacam-macam, antara lain: infeksi virus, proses imunologik dll. Iskemi
primer yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan
iskemi sekunder dengan akibat gangguan fungsi n. fasialis. Terjepitnya n. fasialis di daerah
foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai
Bell’s Palsy.
Manifestasi klinik Bell’s Palsy khas dengan memperhatikan riwayat penyakit dan gejala
kelumpuhan yang timbul mendadak. Perasaan nyeri, pegal, linu dan rasa tidak enak pada
telinga atau sekitamya sering merupakan gejala awal yang segera diikuti oleh gejala
kelumpuhan otot wajah berupa :
- Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat pada sisi yang sehat.
- Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh (lagophthalmus).
- Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar ke atas
bila memejamkan mata, fenomena ini disebut Bell's sign.
- Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang lumpuh
dan mencong ke sisi yang sehat.
- Selain gejala-gejala diatas, dapat juga ditemukan gejala lain yang menyertai antara lain
: gangguan fungsi pengecap, hiperakusis dan gangguan lakrimasi.

Penatalaksanaan dengan menggunakan glukokortikoid, antivirus dan dekompresi nervus.


Komplikasi, gejala sisa dapat terjadi seperti kontraktur, sinkinesia, spasme spontan.
Prognosis, sangat bergantung kepada derajat kerusakan n. fasialis. Pada anak prognosis
umumnya baik oleh karena jarang terjadi denervasi total. Penyembuhan spontan terlihat
beberapa hari setelah onset penyakit dan pada anak 90% akan mengalami penyembuhan
tanpa gejala sisa. Jika dengan prednison dan fisioterapi selama 3 minggu belum mengalami
penyembuhan, besar kemungkinan akan terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah,
sinkinesis, tik fasialis dan sindrom air mata buaya.

CHF
S/Tn. MAM, usia 49 tahun, datang dengan keluhan sesak sejak 4 hari yang lalu. Memberat hari
ini, Sesak yang ia rasakan bersifat tipikal yaitu sesak yang dirasa saat berjalan pendek dan saat
itirahat. Pasien mengeluhkan gejala orthopneu. Pasien meraskan nyeri dada tipikal yaitu, nyeri
dada menjalar ke tangan dan punggung kiri, pasien mengeluh oedem kedua tungkai. Pasien
mempunyai riwayat dirawat dengan CHF, riwayat hemorrhoid. Keluarga pasien tidak ada yang
mengalami keluhan seperti ini. Saat ini pasien sedang konsumsi obat rutin, yaitu amlodipine,
atorvastatin, furosemide, spironolakton, captopril.
O/Keadaan umum pasien cukup, TD 169/75mmhg, Nadi 111x/I, pada pemeriksaan leher pasien
di dapati JVP meningkat, pada pemeriksaan Paru pasien di dapati ronkhi halus pada kedua
lapangan paru, pada pemeriksaan bunyi jantung di dapati Gallop pada auskultasi, pada
pemeriksaan abdomen pasien didapati positif ascites, dan pada pemeriksaan ekstremitas
didapati oedema kedua tungkai pasien.
Pada pemeriksaan penunjang pasien, berupa darah rutin didapati trombositopenia yaitu
146.103/uL, dan RDW 18,9%. Pada pemeriksaan urine di dapati peningkatan kreatinin, yaitu
1,84 mg/dl. Pada pemeriksaan Foto Thoraks didapati adanya kardiomegaly dan oedem paru,
dan EKG pasien tersebut terbaca CHF dan CAD.
A/ CHF NYHA IV + CAD + Dislipidemia + Hipertensi
P/ - Elektrokardiogram (EKG)
- Foto Thoraks
- Pemeriksaan Laboratorium
- Peptida Natriuretik
- Troponin I atau T
- Ekokardiografi
Non Farmakologi
Memberikan edukasi khususnya kepada pasien mengenai ketaatan berobat
Memberikan edukasi tentang pola makan yang bergizi seimbang untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga berat badan ideal
 Memberikan edukasi mengenai pembatasan asupan cairan
 Menjelaskan pentingnya latihan fisik bagi pasien gagal jantung dengan kondisi
yang stabil
Farmakologi
- ACEI
- ARB
- B blocker
- Ivabradine
- Digoxine
- H-ISDN

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien harus memiliki
tampilan berupa : Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan
aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki).
Klasifikasi gagal jantung:

- Berdasarkan kelainan structural:


A. Tidak ada gangguan structural/fungsional jantung, tidak terdapat tanda/gejala
B. Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan penyakit
jantung, tidak ada tanda dan gejala
C. Gagal jantung simptomatik berhubungan dengan penyakit structural jantung
yang mendasari
D. Penyakit jantung structural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat
bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi
- Berdasarkan kapasitas fungsional:

Kelas I : tidak ada batasan dalam melakukan aktifitas fisik


Kelas II: terdapat batasan aktifitas ringan. Aktifitas berat menyebabkan kelelahan.Tidak
terdapat keluhan saat istirahat.
Kelas III: terdapat batasan aktifitas bermakna. Aktifitas ringan menyebabkan kelelahan.
Kelas IV: tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa kelelahan.

Diagnostic
- Elektrokardiogram (EKG)
- Foto Thoraks
- Pemeriksaan Laboratorium
- Peptida Natriuretik
- Troponin I atau T
- Ekokardiografi
Terapi
Non Farmakologi

Memberikan edukasi khususnya kepada pasien mengenai ketaatan berobat

Memberikan edukasi tentang pola makan yang bergizi seimbang untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga berat badan ideal
 Memberikan edukasi mengenai pembatasan asupan cairan
 Menjelaskan pentingnya latihan fisik bagi pasien gagal jantung dengan kondisi
yang stabil
Farmakologi
- ACEI
- ARB
- B blocker
- Ivabradine
- Digoxine
- H-ISDN

Anda mungkin juga menyukai