Proposal Kak Faizal
Proposal Kak Faizal
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
FAIZAL MUSTARI
P003410160014
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Amir, 2015).
World health organization menjelaskan bahwa penyakit diabetes melitus
dapat diperkirakan akan terus bertambah dari tahun ke tahun hingga 415 juta
orang diseluruh dunia yang mengidap penyakit diabetes mellitus (WHO, 2016).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015,
Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan
diabetes melitus tertinggi. Populasi penderita Diabetes melitus di Indonesia
pada tahun 2015 mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta orang (Lestari, 2018).
Sedangkan Di Sulawesi tenggara khususnya di Kota Kendari pada tahun 2018
Penyakit Diabetes Melitus sebanyak 3796 kasus (Dinkes Kota Kendari, 2018).
Data yang yang diambil di RSUD kota kendari menunjukkan jumlah
kasus pada tahun 2017 sebanyak 155 kasus, dan pada tahun 2018 sebanyak 165
kasus. Hal ini menujukkan terjadi kenaikan angka diabetes melitus pada pasien
rawat jalan di RSUD Kota Kendari.
Kadar Gula Darah yang tinggi (Hiperglikemia) pada pasien Diabetes
Melitus akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik salah
satunya adalah Nefropati diabetika. Komplikasi tersebut merupakan kerusakan
ginjal yang dijumpai pada 35-45% pasien diabetes melitus tipe 2. Salah satu
indikator untuk mengetahui kerusakan ginjal adalah dengan menggunakan
pemeriksaan Ureum Kreatinin(Pratama, A.A.Y 2013).
Komplikasi mikrovaskuler yang paling sering terjadi pada penderita
Diabetes Melitus adalah Neftropati diabetika, penyakit ini terjadi akibat
3
kerusakan pada filter ginjal atau yang dikenal dengan glomerulus yang
mengakibatkansejumlah protein darah diekskresikan ke dalam urine secara
abnormal, protein utama yang diekskresikan adalah albumin, jika protein
utama meningkat di urine menandakan adanya kerusakan ginjal yang
disebabkan karena diabete(Koga dkk 2010).
Tingginya kadar gula dalam darah menunjukkan bahwa perubahan pada
ginjal diabetik telah dimulai sejak mula awal penyakit DM dan bahkan pada
saat di kenalinya DM seacara klinis telah dijumpai adanya penderita yang telah
menunjukkan perubahan ginjal baik secara strukrual maupun fungsional.
Penyakit ini menjadi penyebab utama gagal ginjal tahap akhir, kenaikan kadar
ureum dapat diakibatkan oleh masukkan protein yang banyak, itulah yang
menyebabkan adanya hubungan antara glukosa darah sewaktu dengan kadar
ureum pada penderita diabetes melitus (Putro, 2010).
Adanya Glukosa dalam urine disebut juga Glukosuria, terjadi karena nilai
ambang glukosa pada ginjal terlampaui atau daya reaborsi tubulus menurun
dan kerusakan gromelurus menyebabkan sejumlah protein darah diekskresikan
kedalam urine secara tidak normal, DM yang lama menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah kecil yang dapa tmenyebabkan kerusakan ginjal,
Seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus memiliki kandungan
glukosa yang tinggi pada urine (Djojodibroto,2003)
Adanya kerusakan Ginjal di tandai dengan meningkatnya kadar Ureum
Kreatinin, kadar nilai normal Ureum dalam darah yaitu 10-50 mg/dl dan kadar
nilai normal Kreatinin <1,5 mg/dl. Kerusakan Ginjal dapat di deteksi dengan
pemeriksaan Urinalisis (Kreatinin Urime), Pemeriksaan Hematologi (Ureum
Kreatinin), Pemeriksaan BUN (Martini 2010).
Penelitian Purdil K, dkk (2012) menemukan bahwa diabetes yang tidak
terkontrol berhubungan kuat dengan terjadinya pravelensi/meningkatnya
Albuminuria. Pada penelitian yang lain tentang gambaran kadar ureum pada
pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Dilaporkan bahwa pada
penyakit ginjal kronik terjadi peningkatan kadar ureum kreatinin serum
(Loho2016).
4
b. Untuk institusi
Dapat digunakan sebagai tambahan bahan ajar bagi institusi
khususnya dibidang kimia klinik mengenai hubungan antara kadar
glukosa darahsewaktu dan kadar ureum pada penderita diabetes melitus.
c. Untuk masyarakat
Memberikan informasi ilmiah terkait tentang hubungan kadar
glukosa darah sewaktu dengan kadar uruem pada penderita diabetes
melitus.
d. Untuk ilmu pengetahuan
Dapat digunakan sebagai acuan peneliti sebelumnya.
6
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
5
7
orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah
itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Slamet Suyono, 2007).
Masalah Diabetes melitu di Negara-negara berkembang tidak pernah
mendapat perhatian parah ahli diabetes di Negara-negara barat sampai
dengan kongres Internasional Diabetes Federation (IDF) ke IX tahun 1973
di brusel. Baru pada tahun 1976 ketika kongres IDF di New Delhi India,
diadakan acara khusus yang membahasa Diabetes mellitus di daerah tropis.
Setelah itu banyak sekali penelitian yang di lakukan di Negara berkembang
dan data terakhir dari WHO menunjukan justru peningkatan tertinggi
jumlah pasien Diabetes di Negara Asia Tenggara termaksud Indonesia
(Slamet Suyono, 2007).
Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan
prevalensi DM sebesar 1,5 – 2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun,
bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di Manado didapatkan
prevalensi DM 6,1 %. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Surabaya,
Makasar dan kota-kota lain di Indonesia membuktikan adanya kenaikan
prevalensi dari tahun ketahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk ,
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk
berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4 % akan
didapatkan 7 juta pasien DM , suatu jumlah yang sangat besar untuk dapat
ditangani oleh dokter spesialis / subspesialis / endokrinologis (Konsensus
Diabetes Melitus, 2006).
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Dalam International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas yang
diterbitkan tahun 2015 terdapat tiga jenis diabetes, yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun, di mana sistem
pertahanan tubuh menyerang sel-sel beta penghasil insulin di pankreas.
Akibatnya, tubuh tidak bisa lagi memproduksi insulin yang dibutuhkan.
Mengapa ini terjadi tidak sepenuhnya dipahami. Penyakit ini dapat
memengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi biasanya terjadi pada
8
otak. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan
otot rangka.
Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang
menunjukkan jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa darah puasa
menunjukan nilai >120 mg/dl ditetapkan sebagai diagnosis diabetes melitus.
Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat yang
terdiri dari monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat
akan konversikan menjadi glukosa di dalam hati dan seterusnya berguna
untuk pembentukan energy dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh
usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa
glikogen yang disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah
(blood glucose).
Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses
metabolisme dan juga merupakan sember utama bagi otak (Joyce L K.
2006)
2. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah
a. Glukosa darah sewaktu merupakan pemeriksaan darah yang dilakukan
setiap hari tanpa memperhatikan makanan yang dimakan dan control
tubuh orang tersebut.
b. Glukosa darah puasa merupakan pemeriksaan jadar glukosa yang
dilakukan setelah bepuasa sealam 8 jam.
c. Glukosa 2 jam setalah makan merupakan pmeriksaan kadar glukosa
darah yang dilakukan 2 jam setelah pasien makan(M.Mufti dkk2015).
3. Sampel Pemeriksaan
Jenis sampel Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap
darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium melakukan
pengukuran kadar glukosa dalam serum. Hal ini disebabkan karena eritrosit
memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi dari pada
13
serum, sedangkan serum memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga bila
dibandingkan dengan darah 11 lengkap serum melarutkan lebih banyak
glukosa. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2011).
Serum atau plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah sebabsel
darah walaupun telah berada di luar tubuh tetap memetabolisme glukosa.
Darah yang berisi sangat banyak lekosit dapat menurunkan kadar glukosa.
Pada suhu lemari pendingin kadar glukosa dalam serum tetap stabil
kadarnya sampai 24 jam, tanpa kontaminasi bakterial kadar glukosa dapat
bertahan lebih lama dari 24 jam (Darwis, 2005).
4. Metode pemeriksaan Glukosa Darah
Metode pemeriksaan untuk mengukur kadar glukosa dipakai dua
macam teknik. Cara-cara kimia memanfaatkan sifat mereduksi molekul
glukosa yang tidak spesifik. Pada cara-cara enzimatik, glukosa oksidase
bereaksi dengan substrat spesifiknya, yakni glukosa, dengan membebaskan
hidrogen peroksida yang banyaknya diukur secara tak langsung. Nilai-nilai
yang ditemukan dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari yang
didapat dengan cara-cara enzimatik, karena disamping glukosa terdapat zat-
zat mereduksi lain dalam darah. Sistem indikator yang dipakai pada berbagai
metode enzimatik yang otomatik berpengaruh kepada hasil penetapan, jadi
juga kepada nilai rujukan (Darwis, 2005).
Metode-metode pemeriksaan glukosa darah :
a. Metode Folin Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas
protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan CuO yang
dibentuk glukosa akan larut dengan penambahan larutan fosfat molibdat.
Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standart
glukosa(Sacher, 2004).
b. Metode Samogyi-Nelson Prinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat
mereduksi Cu dalamlarutan alkali panas dan Cu direduksi kembali oleh
arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks.
c. Ortho – tholuidin Prinsipnya adalah dimana glukosa akan bereaaksi
dengan ortho –tholuidin dalam asam acetat panas membentuk senyawa
14
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat
dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang
terbuat dari 6 kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS).
Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
- IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya
dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam
bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan
dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika
sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
d. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel
dan mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu
Detektor foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS, Phototube,
Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas
e. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detector. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :
1) Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul
bersih tanpa adanya zat pengotor.
2) Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril.
3) Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah
ditentukan.
4) Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan
tidak keruh.
5) Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus
berwarna.
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal dan kelainan insulin, kerja
insulin atau keduanya. Diabetes melitus adalah seseorang yang telah
diagnosis dimana kadar glukosa dalam darah > 140 mg/dl.
Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan gula dalam darahuntuk
mengetahui kadar glukosa darah seseorang.
Ureum adalah salah satu produk dari dalam tubuh yang
disintetissebanyak 95% dihati dan 5% di buang oleh ginjal, Ureum juga
salah satu parameter pemeriksaan untuk mengetahui fungsi ginjal sesorang.
B. Kerangka Teori
Glukosa
Darah Sewaktu
Diabetes Melitus
Ureum
21
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas ( Independent )
Variabel independent yang dimaksud pada penelitian ini yaitu Glukosa
Darah dan Ureum.
2. Variabel Terikat ( Dependent )
Variabel dependentyang dimaksud pada penelitian ini yaitu diabetes
melitus
D. Definisi Oprasional Dan Kriteria Objektif
1. Definisi Oprasional
a. Diabetes melitus yang dimaksud pada penelitian ini adalah seseorang
yang telah diagnosis menderita diabetes melitus dimana kadar glukosa
dalam darah >140 mg/dl.
b. Glukosa darah sewaktu yang dimaksud pada penelitian ini adalah
sesorang yang datang memeriksakan glukosa darah pada saat itu juga.
c. Ureum yang dimaksud pada penelitian ini adalah parameter
pemeriksaan fungsi ginjal, dimana sesorang datang untuk
memeriksakan kadar ureum.
2. Kriteria Objektif
a. Dinyatakan normalapabila
1) Nilai normal kadar glukosa darah yaitu 80-140 mg/dl
2) Nilai normal kadar ureum di katakan normal jika kadar ureum
yaitu 10-50 mg/dl
b. Dinyatakan tidaknormal apabila
1) Nilai kadar glukosa darah jika tidak normal yaitu > 80-140 mg/dl
2) Nilai kadar ureum jika tidak normal yaitu < 10-50 mg/dl
E. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidakada hubungan antara glukosa darah sewaktu dengan kadar
ureum pada penderita diabetes melitus
Ha : Ada hubungan antara glukosa darah sewaktu dengan kadar ueum
pada penderita diabetes melitus.
22
BAB IV
METEODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deskriptif analitik. Dengan
melakukan pemeriksaan Laboratorium untuk menganalisis Hubungan kadar
glukosa darah sewaktu dengan kadar ureum pada penderita Diabetes Melitus.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium RSUD Kota Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksakan pada bulan Maret - Mei 2019.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah penderita yang
terdiagnosa Diabetes Melitus yang datang melakukan pemeriksaan
glukosa darah di RSUD Kota Kendari dengan jumlah kasus penderita
diabetes melitus sebanyak 165 pada bulan Januari-Desember tahun 2018.
2. Sampel
Sampel yang dimaksud pada penelitian ini adalah penderita Diabetes
Melitus yang melakukan pemeriksaan yang berulang-ulang di RSUD Kota
Kendari dengan tehnik pengambilan sampel yaitu dengan metode
Accidental sampling.
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi
Penderita Diabetes Melitus yang berkunjung di RSUD Kota
Kendari yang melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
dan kadar ureum.
23
2) Kriteria eksklusi
Pasien yang tidak melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu dan kadar ureum.
b. Besar sampel.
Jika populasi > 100 maka di ambil sampel 15-30% dan jika
sampel < 100 maka diambil sampel 25-30% (Notoatmojo, 2005). Maka
sampel dalam hal ini di ambil 20% x populasi.
20%
x 165 = 33 sampel
100
2. Analitik
a. Cara Pengambilan sampel (Darah Vena)
1) Didesinfeksi lengan pasien dengan kapas alkohol 70% dan biarkan
sampai kering
2) Dipasang tali pembendung (turniket) pada lengan atas dan mintalah
pasien mengepal tanganya agar vena terlihat jelas, dengan catatan
pembendungan tidak lebih dari 1 menit.
3) Ditusukkan jarum pada vena median kubiti yang jelas lalu isap darah
pasien 2 ml
4) Dilepaskan tali pembendung (turniket) dari lengan pasien.
5) Diletakkan kapas alkohol diatas jarum dan tarik jarum keluar dari
venamedian kubiti pasien secara perlahan-lahan
6) Disarankan kepada pasien agar tempat tusukan ditekan dan tidak
ditekuk, sampai bekas tusukan tadi tidak mengeluarkan darah.
7) Dilepaskan jarum dari spoitnya dan alirkan darah ke dalam tabung
yang tersedia, melalui dindingnya.
8) Dibuang spoit bekas pakai pada tempat pembuangan khusus (bahan
infeksius).
b. Prosedur kerja pemeriksaan Glukosa Darah
1) Siapkan Alat dan Bahan
2) Pasang lancet pada alat Auto Clik atur sesuai kedalam yang
diinginkan
3) Usap jari tengah menggunakan alcohol swab tunggu hingga kering
4) Pasang Strip, Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot
tempat strip. Nyalakan alatnya menjadi on.
5) Ambil sampling darah dengan menggunakan auto clik, lokasi
pengambil sampling darah disamping jari karena sedikit jala ujung
saraf penyebab nyeri.
6) Masukkan darah ke dalam bantalan strip samoai terisi penuh
7) Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar
25
1. Larutan kerja
kadar Ureum 1000 1000 1000
2. Larutan
standar - 10 -
3. Sampel - - 10
3. Pasca Analitik
Pada tahap pacsa analitik inin mencakup pembacaan hasil dan
pencatatan hasil
a. Pembacaan hasil
b. Nilai normal : -.Glukosa darah sewaktu 80-140 ml/dl dan nilai normal
ureum 10-50 mg/dl.
c. Nilai tidak normal Glukosa darah sewaktu > 140 ml/dl dan nilai tidak
normal ureum > dari 50 mg/dl.
G. Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data Primer : Data Pimer adalah data yang diperoleh langsung pada
saat penelitian berlansung, meliputi hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah sewaktu dan kadar ureum
26
2. Data Sekunder : Data sekunder adalah data yang diambil langsung dari
instansi terkait. Data ini diperoleh dari RSUD Kota
Kendari dan RSUD Bahtremas
H. Pengolahan Data
1. Coding, yaitu mengkode sampel darah penderita Diabetes Melitus
2. Editing, yaitu mrngkaji dan meneliti data hasil pemeriksaanyang
terkumpul
3. Tabulating, yaitu setelah data terkumpul kemudian direkap dan disusun
dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah dibaca
I. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Untuk mendeskripsikan hubungan glukosa darah dengan kadar
ureum pada penderita diabetes melitus yang digunakan padapenelitian
inidenganmemperhatikan nilai tendensisentralyaitu mean, median dan
moduskemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusifrekuensi dengan
rumus :
𝐹
P= 𝑥 100%
𝑁
Keterangan
P=besar persentase
F=Frekuensi
N =Jumlah (Budiarto, 2002)
b. Analisis Bivariat
Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel
yang tidak menunjukan hubungan fungsional (berhubungan yang bukan
berarti disebabkan). Analisa bivariat dilakukan dengan pengujian statistik
Pearson Correlation.
J. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan
dalam bentuk narasi
27
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Anonimity( Tanpa Nama )
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar
alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2. Confidentianlity ( Kerahasiaan)
Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian
3. Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan pada responden yang akan diteliti yang
memeuhi kriteria inklusi. Bila subyek menolak, maka peneliti tidak mmemaksa
dan tetap mernghormati hak-hak subyek.
28
BAB V
HASIL PENELITIN DAN PEBAHASAN
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Telah dilakukan penelitian hubungan kadar glukosa darah sewaktu
dengan kadar ureum pada penderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari pada tanggal 26 Mei – 28 Mei 2019 di Laboratorium
Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin
Pada saat penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden
berdasarkan umur antara yang berjenis kelamin perempuan dan laki-
laki sama banyaknya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel Distribusi Responden Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan 16 50 %
Laki-laki 16 50 %
Total 32 100 %
(Sumber: Data Primer 2019)
Data tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa distribusi pasien
jenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (50%) dan berjenis
31
1 17-25 1 3,125 %
2 26-35 4 12,5 %
3 36-45 4 12,5 %
4 46-55 8 25 %
5 56-65 8 25 %
6 >65 7 21,875 %
Total 32 100 %
(Sumber: Data Primer 2019)
Data tabel diatas maka dapat diketahui bahwa dari total frekuensi
32 responden selama penelitian, jumlah responden terbanyak yaitu
yang berumur 46-55 dan 56-65 sebanyak 8 orang dan jumlah
responden terendah yaitu yang berumur 17-25 yaitu sebanyak 1 orang.
c. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu di RSUD Kota Kendari
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa
Darah Sewaktu Pada Pasien DM Di RSUD Kota Kendari
1 Normal 11 34,375 %
Total 32 100 %
(Sumber: Data Primer 2019)
32
Laki-laki 16 50 29,91
Perempuan 16 50 29,12
(Sumber: Data Primer 2019)
Distribusi hasil pemeriksaan kadar ureum pada pasien DM di
RSUD Kota Kendari menunjukkan bahwa pasien laki-laki dengan rata-
rata 29,91 dan pasien perempuan dengan rata-rata 29,12. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil tersebut masih normal (10 – 50 mg/dl)
(Sudarsana dkk., 2013).
2. Analisis Bivariat
Tabel Uji Korelasi Pearson Kadar Glukosa Darah Sewaktu dengan
Kadar Ureum
n = 32 KGDS KU
Korelasi Pearson KGDS 1 0,623
Signifikan 0,000
Korelasi Perarson KU 0,623 1
Signifikan 0,000
Signifikansi < 0,05, maka berkorelasi. Sedangkan, jika nilai Signifikansi >
0,05, maka tidak berkorelasi.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa kadar glukosa darah sewaktu
(KGDS) dengan kadar ureum (KU) dengan kekuatan korelasi kuat (0,623)
dan bernilai positif, hal ini berarti KGDS berbanding lurus dengan KU.
Maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif anatara KGDS
dengan KU. Tingkat hubungan antara KGDS dengan KU termasuk
kategori korelasi kuat. Pedoman derajat hubungan SPSS Indonesia
mengatakan, jika nilai Pearson Correlation 0,61 s/d 0,80, maka korelasi
kuat.
C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
Pada Penelitian hubungan kadar glukosa darah sewaktu dan kadar ureum
terhadap 32 responden pasien DM di RSUD Kota Kendari dilakukan secara
observasi laboratorik, yang dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan hasil pemeriksaan
ureum.
a. Kadar Glukosa Tidak Normal
Pada penilitian yang dilakukan di RSUD Kota Kendari, tentang
hasil pemeriksaan darah sewaktu pada pasien DM di RSUD Kota Kendari
menunjukkan bahwa secara prevalensi wanita dan pria mempunyai
peluang yang sama terkena diabetes, tetapi wanita lebih beresiko karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh
yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah
terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko
terjadinya peningkatan gula darah. Selain itu depresi juga dapat memicu
peningkatan gula darah. Pria terkadang kurang emosional sehingga mereka
lebihg memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi atau
34
2. Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisa dengan 32 sampel menggunakan uji
korelasi di peroleh dari data hubungan antara kadar glukosa darah sewaktu
dan kadar ureum adalah 0,000. Artinya karena nialinya lebih kecil dari
0,05. Dasar pengambilan keputusan meurut SPSS Indonesia, jika nilai
Signifikansi < 0,05, maka berkorelasi. Sedangkan, jika nilai Signifikansi >
0,05, maka tidak berkorelasi.
Tingkat hubungan antara KGDS dengan KU termasuk kategori
korelasi kuat. Pedoman derajat hubungan SPSS Indonesia mengatakan,
jika nilai Pearson Correlation 0,61 s/d 0,80, maka korelasi kuat.
Pada pasien Diabetes Mellitus terjadi suatu defisiensi sekresi
insulin atau berkurangya efektifitas biologis dari insulin, akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat di ubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi, pada
kejadian ini akan menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yaitu mengenai
pembuluh darah kecil didalam ginjal mengalami kematian, disebut dengan
nefropati. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi, sehingga apabila
terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorpsi
sejumlah glukosa dalam darah, salah satu indikator fungsi ginjal adalah
dengan menilai Glomerular Filtration Rate (GFR). GFR memberikan
informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang berfungsi, apabila nilai GFR
mengalami penurunan maka kadar ureum akan meningkat (Furhman,
2013).
Orang yang menderita Diabetes Mellitus dimana tidak diimbangi
dengan pola perilaku hidup sehat bisa berdampak pada masalah gangguan
ginjal yang serius. Gangguan ginjal dapat terdeteksi dari adanya perubahan
nilai kadar ureum. Ureum adalah merupakan hasil akhir metabolisme dari
protein. Yang berasal dari asam amino yang yang telah dipindah
amonianya didalam hati. Di hati amoniak di ubah menjadi ureum yang
masuk ke sirkulasi dan dilanjutkan oleh ginjal untuk dieksresikan dalam
37
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Diska Dwi, Karina M, W, dan Samsul A, 2018.” Kepatuhan Diet pada
Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Dukungan Keluarga di
Puskesmas Cipondoh Tangerang” Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia 1
(2) : 84-91
Lewis, Sharon L et al. 2011. Medical Surgical Nursing Volume 1. United States
America : Elsevier Mosby.
Loho, Irendem K.A; Glady I. Rambert; dan Mayer F. Wowor. 2016.” Gambaran
kadar ureum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis”
Jurnal e-Biomedik (eBm), 4 (2).
39
Martini, 2010. Hubungan Tingkat Asupan Protein dengan Kadar Ureum dan
Kreatinin Darah Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik, di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Marzuki, Asnah, 2012. Kimia analisis Famasi. Makassar : Dua Satu press
Price, SA. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putro S, A, 2010. Hubungan Antara Kadar Kreatinin Darah Kadar Ureum Darah
dengan Kadar Gula Darah Pada Kejadian Penyakit Nefropati Diabetik
Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Purnamasari, Dyah Umiyarni. 2008. Analisis Pemberian ASI Eksklusif dan Susu
Formula Terhadap Kejadian Goncangan Pertumbuhan. Jurnal Kesmas
Vol.1.
Rochmah . 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III (5th ed). Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Sacher, Ronald A., Richard A and Mcpherson. 2011. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC
Sacher, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku kedokteran EGC.
Satriana, 2008, Studi Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Darah Anjing Kampung
(Canis familiaris), Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Sudarsana, E., Setiani O., Suhartono, 2013, Hubungan Riwayat Pajanan Kromium
dengan Gangguan Fungsi Ginjal pada Pekerja Pelapisan Logam di
Kabupaten Tegal, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 12(1).
Wunas, Yeanny dan Susanti, 2011, Analisis Kimia Farnasi. Mkassar Kuantitatif
(revisi kedua). Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UNHAS.