Tema:
Subtema :
LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
Teknik Kimia
2018
Pendahuluan
“Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang
Berkelanjutan untuk Semua”- Tujuan ke 6 Sustainable Development Goals
(SDGs)
Program Sustainable Development Goals (SDGs) telah menjadi kesepakatan
banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini sangat diperlukan tentunya
untuk menjaga kestabilan iklim dunia dan mengatasi berbagai permasalahan di
seluruh dunia. Permasalahan air bersih dan sanitasi menjadi salah satu isu penting
yang juga dirumuskan dalam SDGs yang secara spesifik tercantum dalam tujuan
ke enam SDGs. Tujuan ke enam SDGs tersebut secara tegas mengharuskan setiap
negara untuk dapat menjamin tersediaanya air, pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan yang nantinya dapat dirasakan ataupun dinIkmati seluruh
warga Indonesia secara merata.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya air dan banyak
tempat yang memiliki simpanan air dalam jumlah yang sangat besar. Melihat dari
aspek keterjangkauan, hal ini tentunya dapat memudahkan Indonesia untuk
mencapai tujuan ke enam SDGs tersebut yang ditargetkan pada tahun 2019
penduduk Indonesia telah memiliki akses kepada air minum yang layak dan
sanitasi yang layak sebesar 100%.
Fakta yang terjadi saat ini, Indonesia mulai mengalami berbagai permasalahan
dan kesulitan dalam merealisasikan tujuan tersebut hingga target yang diharapkan
tercapai tahun 2019 cukup mustahil dapat terwujud. Badan Pusat Statistik (2017)
menyatakan akses layanan sumber air minum layak yang dimiliki masyarakat
Indonesia pada periode tahun 2015-2016 masih mencapai separuh dari target
dengan tren nilai yang menurun dari 43,05% menjadi 41,73%. Hal ini tentunya
cukup mengherankan, mengingat Indonesia memiliki sumber daya air yang
melimpah yang salah satunya dapat ditemukan di kawasan karst. Menurut Adji et
al. (1999), luas kawasan karst Indonesia mencapai hampir 20% dari total luas
wilayahnya atau luasnya tercatat sekitar 140.000.000 km2 (Haryono, 2011).
Permasalahan air yang terjadi di Indonesia saat ini bukan terletak pada
kuantitas atau terbatasnya jumlah air yang dimiliki, melainkan terletak pada
kualitas air yang belum layak atau belum cukup bersih untuk dikonsumsi oleh
masyarakat secara luas. Menurut Depkes Republik Indonesia (2006), air
diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak
diminum tanpa mengganggu kesehatan. Air layak konsumsi atau air sehat adalah
air yang dapat memenuhi syarat kimia, fisik, dan biologis. Salah satu syarat kimia
dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan ion Ca2+ (kalsium) dan
Mg2+ (magnesium) dalam air atau disebut kesadahan. Air kapur yang tinggi
biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat kapur, karena banyak
mengandung Ca2+ dan Mg2+.
Kualitas air sudah seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah Indonesia
untuk mengoptimalkan ketersediaan sumber daya air yang melimpah khususnya
yang berada di kawasan karst. Air pada kawasan karst tergolong air yang banyak
mengandung ion Ca2+ yang menurut Munawaroh, et al. (2016) merupakan air
dengan tingkat kesadahan yang tinggi dan apabila dikonsumsi sebagai air minum
dapat mengganggu kesehatan.
Optimalisasi sumber daya air khususnya air yang mengandung ion Ca2+
(kalsium) mengharuskan adanya inovasi terbarukan yang tidak harus menunggu
langkah pengelolaan dari pemerintah. Namun peran pemuda sangat diperlukan
juga saat ini untuk mendukung tersediaanya pengelolaan air bersih dan sanitasi
secara berkelanjutan dengan berbagai inovasi, ide, kreativitas yang dapat
mengentaskan permasalahan air tersebut. Salah satu inovasi yang dapat dijadikan
alternatif ialah inovasi Healthy Box, inovasi tersebut merupakan inovasi sistem
penyaringan (filtering) air kapur hingga nantinya dapat menjadi air layak
konsumsi.
Gambar 1. Desain Healthy Box tampak secara 3 dimensi (atas), tampak dari samping
(kiri bawah), tampak dari atas (kanan Bawah)
(Sumber: Pribadi)
Material Penyusun Healthy Box
Material yang digunakan untuk menyaring ataupun mebersihkan air kapur
hingga menjadi air bersih layak konsumsi merupakan material yang
keberadaannya cukup mudah untuk didapatkan oleh masyarakat, hal tersebut
bertujuan agar pengaplikasiannya dapat dilakukan oleh banyak masyarakat
dengan karakteristik sumber daya air serupa. Material tersebut memiliki fungsi
masing-masing dan telah dipilih berdasarkan hasil studi literatur dan serangkaian
uji coba di laboratorium Proses filtasi sendiri menggunakan material berupa ijuk,
pasir, batu kerikil, bata merah, zeolit, abu sekam padi dan karbon aktif (arang),
adapun fungsi tiap material diantaranya adalah:
a. Ijuk, berfungsi sebagai penyaring kotoran kasar hingga halus yang tercampur
di air.
b. Kerikil, berfungsi sebagai penyaring kotoran-kotoran besar pada air dan
membantu proses aerasi.
c. Pasir, memiliki fungsi untuk mengendapkan kotoran halus yang belum
tersaring.
d. Zeolit, memiliki muatan negatif yang mampu mengikat kation-kation dalam
air seperti Ca, Mg, Fe, dan Al yang umumnya terdapat pada air tanah.
e. Abu sekam padi, berfungsi untuk mengikat ion Ca2+ dan mematikan beberpa
zat berbahaya pada air kapur.
f. Karbon Aktif, berfungsi untuk menghilangkan kandungan zat organik, polutan
mikro, dan dapat menjernihkan air.
Adji, T. N., Haryono, E., & Woro, S. (1999). Kawasan Karst dan Prospek
Pengembangannya di Indonesia. Seminar PIT IGI Di Universitas
Indonesia, (October), 26–27.
Munawaroh, R., Masturi, I., Yulianti, & Sumarli. (2016). Filtrasi Air Kapur
dengan Memanfaatkan Karbon Kulit Buah Kapuk Randu dan Zeolit.
Prosiding Seminar Nasional Fisika (e-journal) Seminar Nasional Fisika
2016. Vol. 5.
Ibu Nur
“Hasilnya lebih jernih dibandingkan sebelum
disaring, lebih segar, tidak berbau dan kapurnya
tidak banyak lagi”