Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PSIKOLOGI

HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN PANGAN GIZI


DAN KESEHATAN SERTA
HEALTH PROMOTION AND MAINTENANCE

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
A. Health Promotion and Maintenance

Promosi kesehatan adalah proses pemberdayan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.(definisi yang selama ini dipakai oleh pusat promosi kesehatan)
Upaya pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu serta mandiri dalam melindungi
kesehatan diri dan lingkunganya, dengan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
serta menciptakan iklim untuk berkembang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Dimensi perilaku yang kondusif mencangkup:

 Perubahan perilaku
 Pembinaan perilaku
 Pengembangan perilaku dari yang baik menjadi yang lebih baik.

Oleh karena itu, promosi kesehatan mencangkup 3 pengertian, yakni Peningkatan, menawarkan
atau memasarkan serta pendidikan. Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya
sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konferensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu
itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip
dasar Health Promotion.

Dalam melakukan promosi kesehatan, diperlukan banyak metode agar promosi berjalan lancar
dan menghasilkan hasil yag baik. Diantara metodenya adalah :

1. Metode Promosi Individual (Perorangan)

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.

b. Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak tahu atau belum menerima
perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2. Metode promosi kelompok

Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
pendidikan formal dari sasaran. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya
sasaran pendidikan.

a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke
atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seorang ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting hangat di masyarakat.
c) Diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi, maka formasi duduk diatur sedemikian rupa agar dapat berhadap-hadapan satu sama
lain. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang
lebih tinggi.

Dalam melakukan promosi kesehatan, promosi memiliki ruang lingkup yang dikelompokan
dalam beberapa jenis.
1. Ruang lingkup Promosi secara sederhana :

a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang


penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan.

b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang


penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.Promosi kesehatan adalah
upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran
informasi.

c. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya


pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

d. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan
kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

e. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community


organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat
(social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dan lain-lain.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo :

a. Dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan

b. Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan :

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Dalam melakukan promosi kesehatan, diperlukan sasaran, dan berdasarkan pentahapan upaya
promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)


Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan
dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan
memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha
ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

Untuk keperluan pencegahan dan promosi kesehatan perlu dilakukan teknik-teknik yang
kebanyakan berasal dari pendekatan belajar. Teknik-teknik ini antara lain : kondisioning
responden, extinction, relaksasi, kondisioning operan, biofeedback, strategi kognitif, metode
pengelolaan diri (self-management). Pemberian dukungan sosial juga sangat penting untuk
mempertahankan dan mempromosikan kesehatan.
Upaya mengurangi perilaku yang mengandung risiko menimbulkan penyakit dan upaya
mengikuti dan mempertahankan perawatan dan pengobatan agar penyakit tidak kambuh atau
menjadi makin parah, merupakan tujuan dari kegiatan pencegahan. Diantaranya adalah makan
makanan sehat, latihan fisik dan mengurangi stress. Yang dimaksud dengan makanan sehat ialah
keseimbangan dalam gizi (4 sehat 5 sempurna), mengurangi makanan yang mengandung MSG,
atau makanan yang mengandung pengawet, membatasi konsumsi lemak dll. Latihan fisik ialah
olahraga secara teratur untuk menghindari kegemukan, osteoporosis pada wanita
pascamenopause, dan mempertahankan kebugaran pada umumnya.
Hidup dengan mengatur jumlah stress yang terjadi, juga perlu diperhatikan. Rekreasi,
liburan, bergembira adalah hal-hal yang diperlukan bagi orang-orang yang selalu bekerja keras.
Kegiatan-kegiatan diatas dapat menjaga kesehatan fisik dan mental.

B. Hubungan Antara Psikologi dengan Pangan Gizi dan Kesehatan

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental.
Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi
merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato dalam buku Psikologi
Umum oleh Kartini Kartono pada tahun 1996, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan).
Gizi menurut Gutrie (1983) Prinsip-Prinsip Gizi Dasar (Basic Principle Nutrition) adalah ilmu
yang mempelajari makanan, zat gizi, proses pencernaan, metabolisme, dan penyerapan dalam
tubuh, fungsi serta akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi bagi tubuh.
Sediaoetama (1987) menyatakan bahwa definisi ilmu gizi yang digunakan di Indonesia adalah
ilmu yang mempelajari hal ihwal makanan yang dikaitkan dengan kesehatan tubuh. Pendidikan
gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk
jangka panjang. Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan gizi yang praktis akan membentuk
suatau kesimbangan bangsa antara gaya hidup dengan pola konsumsi masyarakat.
Pengembangan pedoman gizi seimbang baik untuk petugas maupun masyarakat adalah salah satu
strategi dalam pencapaian perubahan maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam
mencapai perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir yaitu
tercapainya status gizi masyarakat yang baik.
Setiap keluarga mempunyai masalah gizi yagn berbeda-beda tergantung pada tingkat sosial
ekonominya. Pada keluarga yang kaya dan tinggal diperkotaan, maslah gizi yang sering dihadapi
adalah masalah kelebihan gizi yagn disebut gizi lebih.
Anggota keluarga ini mempunyai risiko tinggi untuk mudah menjadi gemuk (obesitas) dan rawan
terhadap penyakit jantung, darah tinggi, sakit gula dan kanker.
Pada keluarga dengan tingkat sosial ekonominya rendah atau sering disebut keluarga miskin,
umumnya sering menghadapi masalah kekurangan gizi yang disebut gizi kurang (gizi buruk).
Risiko penyakit yang mengancamnya adalah penyakit infeksi terutama diare dan Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA), rendahnya tingkat intelektual dan produktivias kerja.
Masalah gizi baik yang menyangkut gizi lebih maupun gizi kurang (berat badan), semuanya
berkaitan atau berpengaruh pada psikologi. Dimana hal ini berpengaruh pada pola tingkah
laku/perilaku, pola pikir, sikap, dan banyak hal lain.
Menurut Alan Berg, 1986. Gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan
mental, perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu mempengaruhi
potensi ekonomi manusia.
Ilmu psikologi mempelajari perilaku individu" kelompok" dan masyarakat. Hal ini
terkaitdengan sasaran bidang kesehatan itu sendiri dari segi pangan dan gizi
psikologi dapat d i m a n f a a t k a n u n t u k m e n g e t a h u i k e b i a s a a n m a k a n
s e r t a b a g a i m a n a c a r a m a s y a r a k a t mengolah pangan mereka yang tentunya
dipengaruhi oleh berbagai (aktor seperti budaya" adat setempat" dan keluarga). Psikologi
membantu untuk menguraikan hal apa saja yang mempengaruhi status gizi masyarakat.
sedangkan dari bidang kesehatan, psikologi mampu digunakan untuk merubah perilaku
seseorang dari yang tidak sehat menjadi sadar kesehatan.
Dalam bidang kesehatan, hubungan antara pikiran dan perilaku telah dibahas dalam
bidang yang dinamakan psikosomatik, yang dalam ilmu kedokteran merupakan salah satu
subspesialisasi ilmu penyakit dalam. Menurut pendekatan psikosomatik, gangguan psikologis
yang spesifik akan menimbulkan penyakit spesifik pula. Misalnya, gangguan emosi seperti
menekan rasa sedih dan keinginan menangis, dapat muncul dalam tekanan darah tinggi. Dalam
pendekatan behavioral medicine dan psikologi kesehatan, tidak saja keadaan psikologi spesifik
yang mempengaruhi tubuh dan penyakit, namun semua fungsi psikososial, misalnya kebiasaan
makan yang kurang baik, merokok, dan gaya hidup penuh stress.pengertian psikosomatik
sebagai gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial.
Sumber itu menyatakan bahwa apabila seseorang mengalami emosi yang menumpuk dan
memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan dalam dirinya.
Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat
dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu berjuang menekan perasaannya.
Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi
kesehatan fisiknya. Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental.
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan, individu yang
sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat
akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.

Selain hubungan langsung dan tak langsung, terdapat pula kaitan antara faktor-faktor
kepribadian dengan penyakit dan perilaku tak sehat. Kadang kepribadian merupakan akibat dari
suatu penyakit. Misalnya, seorang penderita tekanan darah tinggi menjadi sangat hati-hati dalam
memilih makanan untuk mencegah kambuh. Penyakit bias muncul akibat kepribadian. Misalnya,
seorang yang selalu menunda pekerjaan sehingga akhirnya harus selalu begadang. Variabel
biologi kepribadian, seperti tempramen juga menentukan perilaku dan dapat secara langsung
berdampak pada system faali. Misalnya, tempramen pemarah mempengaruhi fungsi jantung.
Lazarus (1994) membahas adanya 4 jenis penyakit yang diduga berkaitan dengan emosi yang
menimbulkan keadaan tak senang (distressing) : emosi marah, iri, cemburu, cemas, bersalah,
malu, sedih dan berharap. Penyakit-penyakit itu adalah psikosomatik, infeksi, jantung kroner dan
kanker.
Friedman dan Roseman telah melakukan penelitian terhadap penderitaan penyakit jantung
koroner, dan menemukan bahwa tipe kepribadian A merupakan predisposisi terhadap penyakit
jantung koroner (coronary heart disease/CHD). Ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A ialah :
selalu terburu-buru, ingin melakuakan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya
(time urgency), rasa permusuhan (hostility), dan keinginan bersaing (competitiveness). Penelitian
kemudian menunjukkan bahwa CHD lebih banyak berhubungan dengan stess kerja, dan kurang
mampunya seorang dalam mengolah kemarahan. Emosi yang tidak menyenangkan tersebut dapat
menimbulkan penyesuaian maladaptive (seperti merokok, makan banyak dll) dan memacu
produksi hormon-hormon yang mempunyai daya kuat, dan dapat meningkatkan penyebab primer
dari penyumbatan arteri (meningkatkan low density blood cholesterol). Selanjtnya emosi ini
dapat mengakibatkan produksi hormon yang menurunkan jumlah sel daya tahan tubuh (limfosit).
Ini yang memungkinkan terjadinya penyakit infeksi. Walaupun begitu, belum ada jawaban yang
pasti tentang fungsi tubuh mana (hormon, sistem imun, dll) yang dipengaruhi oleh emosi
(Lazarus & Lazarus, 1994).

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud
bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program – program
kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan
diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh
perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :

1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus
dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya
tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai
contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang
terawat.

2) Pemberian informasi

Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya
diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini
akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan
bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan
hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi
yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun
pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada
partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak
banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.

Sejauh ini, pendekatan medis dengan dasar biologis memang telah menunjukkan manfaat
yang sangat besar dalam dunia kesehatan manusia, misalnya berhasil menaklukkan penyakit
endemik (cth: polio, TBC, malaria) atau mengembangkan antibiotik maupun vaksin-vaksin
pencegah penyakit. Meskipun demikian, para praktisi kesehatan tidak dapat mengenyampingkan
fakta bahwa di luar kecanggihan alat-alat kedokteran maupun perkembangan obat-obatan dan
metode penanganan penyakit terbaru, faktor individu atau ke-khas-an dari “person” yang
mengalami segala proses yang menyangkut perubahan status kesehatan mereka adalah penentu
utama dari efektifnya penerapan metode maupun alat-alat canggih tersebut dalam meningkatkan
kesehatan maupun kesejahteraan hidup manusia itu sendiri.

Beberapa faktor yang berhubungan erat dengan kondisi kesehatan antara lain seperti
kecenderungan individu untuk memiliki gaya hidup tertentu (lifestyle) maupun memiliki
kepribadian tertentu.

Praktisi psikologi kesehatan menaruh perhatian pada bagaimana gaya hidup tertentu dapat
menjadi faktor risiko (risk factor) kemunculan suatu penyakit. Faktor risiko adalah karakteristik
atau kondisi tertentu yang berhubungan dengan kemunculan suatu penyakit, namun belum tentu
berperan sebagai penyebab langsung dari kemunculan penyakit tersebut. Meskipun faktor risiko
bisa saja merupakan keadaan yang sifatnya genetis maupun biologis, gaya hidup bisa menjadi
faktor psikologis (dan sosial) yang juga menjadi salah satu diantaranya.

Selain gaya hidup, penelitian-penelitian dalam psikologi kesehatan juga telah berhasil
menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu berhubungan dengan kondisi kesehatan individu.
Sebagai contoh, tipe kepribadian yang mencakup kecemasan yang tinggi, depresi, kemarahan
dan kekerasan, atau pesimisme umumnya menjadi faktor risiko yang sering dihubungkan dengan
penyakit jantung. Emosi-emosi yang muncul saat individu mengalami stres juga dapat menjadi
faktor risiko yang berhubungan dengan kondisi kesehatan mereka serta sejauh mana mereka
berhasil pulih dari suatu penyakit. Hubungan antara kepribadian individu dan kondisi
kesehatannya bukanlah hubungan sebab-akibat satu arah. Kondisi kesehatan individu juga dapat
berpengaruh terhadap kepribadiannya, dimana individu yang mengalami penyakit bisa saja
mengalami emosi negatif yang jika terus menerus terjadi tanpa penanganan bisa saja mengubah
kepribadian individu tersebut, menjadi lebih pesimis atau justru menjadi seseorang yang lebih
tangguh. Oleh sebab itu, peran praktisi psikologi kesehatan di sini sangat penting untuk
membantu individu melakukan penyesuaian diri terhadap status kesehatannya berdasarkan cara
yang paling efektif bila dilihat dari tipe kepribadiannya, misalnya saat membantu penyesuaian
diri pasien stroke dan keluarga yang merawatnya.
Hal lain yang juga menjadi fokus para praktisi psikologi kesehatan adalah gejala-gejala
penyakit medis yang muncul karena kondisi psikologis seseorang, atau umumnya dikenal dengan
istilah ‘psikosomatis’. Kondisi seperti ini bisa dialami oleh siapa saja, seperti saat kita merasa
sakit perut yang tidak kunjung selesai walau tidak ditemukan adanya gangguan dalam fungsi
pencernaan atau fungsi organ biologis lain. Ternyata setelah diamati lebih lanjut, saat itu kita
sedang merasa sangat cemas akan suatu perubahan besar dalam hidup, misalnya seperti
pernikahan, baru saja mengalami kehilangan, promosi jabatan dan sebagainya yang tanpa sadari
dapat memunculkan gejala penyakit. Apabila sudah menjadi suatu bentuk gangguan, dalam
DSM-IV TR (Diagnostic and Statistical Manual) kondisi ini dikelompokkan sebagai gangguan
Somatoform.

Salah satu perspektif yang populer dalam psikologi kesehatan adalah biopsikologi, yang
mengemukakan bahwa kesehatan atau kesejahteraan fisik individu saling berhubungan erat
dengan kesejahteraan mentalnya. Berdasarkan hal tersebut, salah satu pelopor dalam Psikologi
Kesehatan, Matarazzo, menggambarkan fungsi Psikologi.

Dapat disimpulkan, Peranan Psikologi dalam dunia kesehatan sangat besar. Hal tersebut
disebabkan karena peran psokologis seseorang selalu menyertai diri, sejak mulai merasakan sakit
kemudian masuk rumah sakit hingga keluar dari rumah sakit dan sembuh, peran psikologis
seseorang tersebut sangat besar. Selain itu, dengan ilmu psikologi kita dapat lebih memahami
kepribadian dan tingkah laku pasien sehingga kita dapat menyeleseikan masalah tersebut dengan
sudut pandang yang berbeda.

Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami tentang seseorang dalam dinamika


psikologis yang selalu menjaga kesehatannya, dinamika psikologis seseorang yang sehat tetapi
dia mengalami diagnosa penyakit kronis serta dinamika psikologis seseorang saat merespon sakit
kronis yang dialaminya.

Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami dinamika psikologis individu yang tetap
menjaga kesehatannya, dinamika psikologis individu yang sehat namun kemudian mendapat
diagnosa penyakit kronis serta dinamika psikologis individu saat merespon keadaan sakit kronis
yang sedang dialami. Kita pasti pernah bertemu dengan orang yang tampak selalu sehat dan
jarang sakit. Terbersit dalam benak kita, apa yang dilakukan orang tersebut sehingga
kesehatannya terjaga? How does he or she maintain his or her health? Dinamika psikologis apa
yang tercermin pada individu yang berhasil menjaga kesehatannya? Kita pernah pula berjumpa
dengan orang yang sehat, namun setelah orang tersebut mendapat diagnosa penyakit tertentu,
muncul banyak perubahan pada dirinya. Perubahan fisik dan juga perubahan emosional. Orang
tersebut menjadi lebih sensitif perasaannya-lebih emosional, menjadi kurang semangat dalam
berkarya-malas, bahkan mungkin memperlihatkan perubahan perilaku yang sangat berbeda
dalam kesehariannya.
Dinamika psikologis apa yang terlihat pada individu yang demikian? Kita mungkin juga pernah
bertemu dengan orang yang tengah berjuang dalam menghadapi penyakit kronis yang
dideritanya. Kita seolah dapat membaca cerminan jiwanya, antara yakin dan tidak yakin bahwa
dirinya bisa terbebas dari penyakit yang dideritanya. Terkadang kita melihat orang itu tampak
bersemangat dan akan melakukan apapun demi kesembuhannya, namun di saat lain kita
meyaksikan orang tersebut berada pada puncak keputusasaannya. Sehingga apapun yang kita
katakan atau kita lakukan seolah tidak terlalu bermakna bagi dirinya. Dinamika psikologis apa
yang ada pada individu yang demikian? Dinamika psikologis individu yang sehat ? Individu ini
menyadari bahwa kesehatan adalah sesuatu yang teramat penting. Bentuk kesadaran ini
tercermin dalam perilaku sehat (health behaviour). Perilaku sehat adalah perilaku seseorang
dalam mempertahankan status kesehatannya. Olah raga teratur dan mengkonsumsi makanan
sehat dan bergizi adalah contoh perilaku sehat.
Individu selalu belajar (learn) dari kisah kesehatan orang lain. Proses ini adalah bagian dari
dinamika psikologis orang yang sehat. Karena ia mendapatkan pemahaman (insight) bagaimana
menjaga kesehatannya dan bagaimana terhindar dari penyakit yang dialami oleh orang lain.
Sehingga jika ada keinginan untuk melakukan perilaku yang tidak sehat (poor health behavior) –
misal merokok – akan selalu ada yang informotaknya untuk tidak meneruskan keinginan
berperilaku tidak sehat. Dinamika psikologis individu yang sehat kemudian sakit ? Individu yang
sehat dapat melakukan banyak aktivitas secara mandiri. Ketika kemudian ia terdiagnosa dengan
penyakit kronis tertentu akan muncul ketakutan dan kecemasan atas eksistensi dan
performansinya. Kecemasan ini merupakan masalah tersendiri, bukan karena mendatangkan stres
bagi individu namun mempengaruhi kemampuan individu dalam menjalankan fungsi kehidupan
sehari-hari. Ketika suatu penyakit terjadi pada seseorang, seluruh aspek kehidupannya akan
terpengaruh. Dinamika psikologis dan emosional yang muncul seringkali berupa pertanyaan
seperti “siapa yang akan merawat mereka ketika mereka telah sembuh? Jika pada akhirnya
mereka tidak dapat bekerja lagi, bagaimana mereka dapat membayar/menangani masalah
keuangan? Jika selama ini individu tersebut merasa mampu melakukan semua hal sendiri secara
mandiri, dapatkah mereka kemudian menerima keadaan baru mereka (jadi tergantung pada orang
lain). Bagaimana jika individu ini tidak dapat lagi melakukan hobi lama?
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang dideritanya,
yaitu :

1. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung, stroke dan
kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap seolah-olah
penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang
diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan
hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini
belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek
jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).

2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang umum
terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya
bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani
operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional
tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu
dengan penyakit kanker.

3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Kurang lebih
sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung mengalami depresi. Untuk
dapat memahami respon yang terjadi atas perubahan yang ada pada penderita penyakit kronis,
perlu pemahaman yang mendalam tentang diri individu (self) itu sendiri. Self merupakan salah
satu konsep utama dalam ilmu psikologi. Para psikolog mengacu pada self concept sebagai
keyakinan atas kualitas dan penilaian yang dimiliki seseorang.
Penyakit kronis dapat menghasilkan perubahan yang drastis pada self concept dan self esteem.
Beberapa perubahan yang ada bisa bersifat sementara, walaupun ada juga yang bersifat
permanen. Self concept itu sendiri merupakan bagian dari self evaluation termasuk didalamnya
beberapa aspek seperti body image, prestasi, fungsi sosial dan the private self.

1. The Physical Self


Body image merupakan penilaian dan evaluasi atas fungsi dan penampilan fisik seseorang. Body
image yang rendah berhubungan dengan harga diri yang rendah diikuti dengan terjadinya
peningkatan depresi serta kecemasan.

2. The Achieving Self


Jika keadaan penyakit kronis menjauhkan individu dari aktivitas ini, konsep diri individu yang
bersangkutan bisa terkoyak dan rusak. Namun jika pekerjaan dan hobi sama sekali tidak
terpengaruh oleh keadaan sakit dan sebagainya, individu dapat memperoleh kepuasan tersendiri
dan meningkatkan harga dirinya.
3. The Social Self
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, menciptakan kembali kehidupan sosial pasien
penderita penyakit kronis merupakan aspek yang penting. Bentuk sumber daya sosial yang dapat
membantu individu yang menderita penyakit kronis misalnya dengan pemberian informasi,
bantuan dan dukungan emosional. Partisipasi keluarga dalam proses rehabilitasi merupakan
sesuatu yang sangat dianjurkan. Memberikan informasi pada anggota keluarga lain (bahkan
anak-anak) yang akurat dan cukup mengenai keadaan individu yangs akit (misalnya
gangguan/penyakit yang dialaminya, proses/treatment yang akan dijalaninya bahka perubahan
emosional yang terlihat) merupakan sesuatu yang penting untuk dilaksanakan agar terhindar dari
kebingungan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara individu yang sakit dengan pihak
keluarga.
Dengan demikian, setiap individu memiliki dinamika psikologisnya tersendiri bilamana
dikaitkan dengan status kesehatannya. Antara individu yang sehat, individu yang sehat kemudian
sakit dan individu yang telah terkena penyakit kronis memiliki dinamika psikologis dan
emosional yang harus dipahami. Psikologi kesehatan mencoba memahami aspek kejiwaan
(psikologis dan emosional) individu yang berada pada salah satu situasi diatas (terlebih pada
individu yang sakit).

Anda mungkin juga menyukai