BAB IV
PEMBAHASAN
51
52
4.2 Diagram Alir Pengendalian Hot Oil 27 FCV 775 Unit BB Distilasi
Gambar 4.2 Diagram Alir Pengendalian Hot Oil (27 FCV 775).
Gambar diatas adalah gambar diagram alir, yang merupakan sistem kerja
pengendalian Valve Hot Oil (27 FCV 775) di unit BB Distilasi yang dapat
dikendalikan menggunakan mode Auto (Otomatis) maupun mode Manual.
Apabila sistem Valve Hot Oil (27 FCV 775) dikontrol menggunakan mode Auto
maka sistem akan dikontrol oleh DCS (Distributed Control System). Secara
otomatis DCS akan mengirim sinyal analog (4 – 20 mA) yang telah diolah oleh
Controller, kemudian sinyal tersebut akan dikonversi menggunakan I/P
transducer menjadi sinyal Pneumatic (3 – 15 psi) yang selajutnya digunakan
untuk membuka atau menutup Control Valve dengan bantuan positioner agar
gerakan Valve menjadi stabil. Setelah itu Hot Oil akan mengalir menuju Furnace -
1. Apabila menggunakan mode Manual maka operator akan mengontrol secara
langsung dari sistem kerja Valve aliran Hot Oil (27 FCV 775).
Dari gambar 4.4 diatas dapat dilihat lebih jelas bahwa sistem pengontrolan
flow hot oil pada BB Distilasi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III ini
menggunakan sistem umpan balik (Feedback Control) dengan menggunakan
sensor Flow Transmitter 27-FT-775, Controller Flow Control 27-FC-775, dan
aktuator berupa Flow Control Valve 27-FCV-775.
Pada gambar 4.5 adalah data yang ada pada HMI di Control Room unit BB
Distilasi dengan sistem Loop Flow Control (27 FC 775) pada tanggal 3 agustus
2018, pukul : 10 : 26 : 44. Data yang ada yakni :
SP adalah Set Point dari Flow Control dengan datanya sebesar = 2150 T/D
PV adalah Proses Value atau nilai real yang ada di lapangan sebesar = 2180 T/D
OP adalah Output sistem yakni Valve membuka sebesar = 65.9 %
Dari data diatas didapatkan hasil perhitungannya sinyal elektrik dan sinyal
pneumatik sebagai berikut :
Jadi pada saat control valve membuka sebesar 66% maka sinyal elektrik
yang dikirim dari DCS sebesar : 14,56 mA dan nilai sinyal Output pneumatiknya
sebesar : 10,92 Psi.
Pada gambar 4.6 adalah data grafik yang ada pada HMI di control room
unit BB distilasi dengan sistem loop flow control (27 FC 775) pada tanggal 3
Agustus 2018 pukul 10 : 31 : 42. Data yang ada yakni :
SP adalah Set Point dari Flow control dengan datanya sebesar = 2150 T/D
PV adalah Proses Value atau nilai real yang ada di lapangan sebesar = 2175 T/D
OP adalah Output sistem yakni valve membuka sebesar = 65.9 %
Perbedaan antara nilai proses value pada gambar 4.5 dan 4.6 disebabkan,
mengingat kebutuhan Hot Oil yang berubah-ubah (tidak tetap) terhadap furnace 1.
Akan tetapi nilai proses valuenya masih berada pada range set point.
4. I/P Transducer
I/P Transducer merupakan suatu instrument yang mengubah besaran
sinyal elektronik yang dikirim dari DCS menjadi besaran pneumatik yang akan
menggerakkan control valve. Spesifikasi I/P Transducer ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Spesifikasi I/P Transducer
Manufacture : Siemens Moore
Model : 771-16SNF2
Type : B/M MX55C-001
Input : 16 mA
5. Air Regulator
6. Orifice Plate
Orifice plate merupakan element atau instrument yang membuat flow yang
mengalir mempunyai beda tekanan. Flow yang mengalir pada sisi inlet orifice
bersifat linear dan mempunyai tekanan yang besar, sedangkan flow yang mengalir
pada posisi outlet orifice bersifat terbuler dan mempunyai tekanan yang kecil.
Dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa untuk mengontrol flow hot oil yang
mengalir memerlukan 2 instrument utama, yaitu flow transmitter 27-FC-775 dan
control valve 27-FCV-775.
Hot oil yang masuk (inlet) akan diukur oleh 27-FC-775 dan datanya
ditransmisikan ke DCS. Kemudian DCS akan mengolah data tersebut dan
membandingkannya dengan data set poit yang telah diatur di DCS melalui
controller, setelah data didapat maka DCS akan mengirim data hasil perhitungan
berbentuk sinyal elektronic (4-20 mA) ke control valve. Untuk menggerakkan
valve diperlukan tekanan angin, sehingga pada sistem ini menggunakan I/P
transducer yang berfungsi mengubah sinyal elektronik (4-20 mA) dari DCS
menjadi besaran tekanan angin (3-15 psi), angin tersebut didapat dari unit utilitas
sebesar (7 kg/cm²) dialirkan melalui pipa udara yang kemudian ditampung
didalam tabung penampungan pada unit BB Distilasi, selanjutnya tekanan tersebut
distabilkan dan diturunkan menggunakan Air regulator menjadi (1,5 – 2 kg/cm²).
Di DCS terdapat pengaturan set point untuk besaran aliran Hot Oil. Jadi,
tujuan dari sistem pengontrolan flow ini adalah untuk menjaga aliran Hot Oil yang
akan dipanaskan pada furnace agar tetap stabil. Pada pengukuran didapat
beberapa, yaitu :
SP =2150 T/D
PV = 2180 T/D
OP = 65,9 %
SP adalah set point untuk flow yang mengalir yang nilainya telah
ditentukan, yaitu 2150 T/D. Untuk memasukkan nilai set point ini dapat dilakukan
di DCS.
PV adalah Proses Value atau besar / jumlah aliran flow hot oil yang sedang
mengalir (real). PV diperoleh dari hasil pembacaan transmitter 27-FC-775
dilapangan. Pada saat pengambilan data diperoleh besar flow hot oil yang
mengalir adalah 2180 T/D.
OP adalah output pada control valve atau persentase bukaan katup dari
control valve 27-FCV-775. Pada saat pengambialan data diperoleh bahwa control
valve 27-FCV-775 membuka katupnya sebesar 65,9%.
Pada saat pengambilan data, besar flow yang mengalir tidak terlalu jauh
dari nilai set point yang telah ditentukan. Akan tetapi pada suatu saat terdapat
suatu kondisi dimana flow yang mengalir kurang dari set point, ataupun lebih dari
set point yang ditentukan, yaitu sebagai berikut :
1. Ketika transmitter membaca nilai aliran hot oil dibawah set point, misalkan
sebesar 2000 T/D, maka transmitter akan memberi sinyal elektric ke control
valve untuk membuka katupnya lebih besar.
2. Ketika transmitter membaca nilai aliran hot oil diatas set point, misalkan
sebesar 3000 T/D, maka transmitter akan memberi sinyal elektric ke control
valve untuk menutup katupnya lebih kecil.
3. Dan jika transmiter membaca nilai aliran hot oil dibawah range yang telah
ditentukan sebesar 1600 T/D, maka ESD akan berfungsi secara otomatis
untuk mamatikan aliran fuel gas (bahan bakar) pada furnace. Pembakaran di
dalam furnace tidak berfungsi (OFF). Jika tidak, maka cub skin (pipa aliran
hot oil akan pecah) karena kurangnya hot oil yang mengakibatkan terbakar.
Dari parameter-parameter yang diperoleh seperti Set Point (SP), Proses
Value (PV), dan Output (OP), terdapat dua mode pengoperasian control
valve, yaitu sebagai berikut :
1. Mode AUTO
Pada mode AUTO control valve akan beroperasi secara otomatis sesuai
dengan set point yang telah ditentukan. Katika aliran flow lebih besar dari set
point, maka output pada control valve akan bergerak secara otomatis untuk
membuka ataupun menutup katupnya agar aliran hot oil tetap berada di nilai range
set point.
2. Mode MANUAL
Pada mode MANUAL, control valve akan dioprasikan secara manual.
Output atau persentase bukaan katup control valve akan dijadikan sebagai set
point. Jadi jika output control valve diatur pada nilai 50%, maka set pointnya
adalah sebesar flow yang mengalir ketika katup control valve terbuka 50%.