Anda di halaman 1dari 13

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Diagram Proses di Unit BB Distilasi

Gambar 4.1 Diagram Proses di Unit BB Distilasi


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Gambar 4.1 merupakan gambar diagram proses di unit BB Distilasi.


Dimana fluida yang diproses pada Furnace BB Distilasi berupa Hot Oil. Sebelum
masuk ke Furnace F-1 Hot Oil yang ditampung didalam Surge Tank 9-3 lalu
dipompakan oleh P-5/6 yang kemudian dikontrol dengan Control Valve 27-FCV-
775 agar jumlah aliran yang masuk ke Furnace F-1 sesuai dengan Set Point.
Dimana Set Pointnya berada dikisaran range 1600 T/D – 4460 T/D. Hot Oil yang
keluar dari Furnace memiliki suhu yang lebih tinggi. Hot Oil tersebut sebagian
ada yang dikembalikan ke surge tank 9-3 dan ada juga yang diteruskan menuju
proses Reb.7-3/4.

Laporan Kerja Praktek

51
52

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.2 Diagram Alir Pengendalian Hot Oil 27 FCV 775 Unit BB Distilasi

Gambar 4.2 Diagram Alir Pengendalian Hot Oil (27 FCV 775).

Gambar diatas adalah gambar diagram alir, yang merupakan sistem kerja
pengendalian Valve Hot Oil (27 FCV 775) di unit BB Distilasi yang dapat
dikendalikan menggunakan mode Auto (Otomatis) maupun mode Manual.
Apabila sistem Valve Hot Oil (27 FCV 775) dikontrol menggunakan mode Auto
maka sistem akan dikontrol oleh DCS (Distributed Control System). Secara
otomatis DCS akan mengirim sinyal analog (4 – 20 mA) yang telah diolah oleh
Controller, kemudian sinyal tersebut akan dikonversi menggunakan I/P
transducer menjadi sinyal Pneumatic (3 – 15 psi) yang selajutnya digunakan
untuk membuka atau menutup Control Valve dengan bantuan positioner agar
gerakan Valve menjadi stabil. Setelah itu Hot Oil akan mengalir menuju Furnace -
1. Apabila menggunakan mode Manual maka operator akan mengontrol secara
langsung dari sistem kerja Valve aliran Hot Oil (27 FCV 775).

Laporan Kerja Praktek


53

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.3 Diagram Kontrol dari sistem (27 FCV 775)


4.3.1 Single Loop Control

Gambar 4.3 Single Loop Control


Gambar 4.3 merupakan single loop control dari sistem pengontrolan flow
hot oil ini. Analog input (AI) akan dibaca oleh flow transmitter 27-FT-775 yang
berupa besaran flow hot oil yang sedang mengalir. Kemudian masuk ke
controller 27-FC-775 yang berada di control room yang akan mengontrol flow
agar sesuai dengan set point. Setelah itu, dari control room akan memberikan
besaran arus untuk menggerakkan aktuator yang berupa control valve 27-FCV-
775 agar membuka ataupun menutup katupnya atau disebut juga dengan analog
output (AO). Single loop kontrol tersebut juga dapat dibuat dalam bentuk diagram
blok berikut ini.

4.3.2 Diagram Blok

Gambar 4.4 Diagram Blok sistem (27 FCV 775)

Laporan Kerja Praktek


54

Politeknik Negeri Sriwijaya

Dari gambar 4.4 diatas dapat dilihat lebih jelas bahwa sistem pengontrolan
flow hot oil pada BB Distilasi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III ini
menggunakan sistem umpan balik (Feedback Control) dengan menggunakan
sensor Flow Transmitter 27-FT-775, Controller Flow Control 27-FC-775, dan
aktuator berupa Flow Control Valve 27-FCV-775.

4.4 Hasil Perhitungan transmisi sinyal dari sistem 27 FC 775

Gambar 4.5 loop flow control


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Pada gambar 4.5 adalah data yang ada pada HMI di Control Room unit BB
Distilasi dengan sistem Loop Flow Control (27 FC 775) pada tanggal 3 agustus
2018, pukul : 10 : 26 : 44. Data yang ada yakni :
SP adalah Set Point dari Flow Control dengan datanya sebesar = 2150 T/D
PV adalah Proses Value atau nilai real yang ada di lapangan sebesar = 2180 T/D
OP adalah Output sistem yakni Valve membuka sebesar = 65.9 %
Dari data diatas didapatkan hasil perhitungannya sinyal elektrik dan sinyal
pneumatik sebagai berikut :
Jadi pada saat control valve membuka sebesar 66% maka sinyal elektrik
yang dikirim dari DCS sebesar : 14,56 mA dan nilai sinyal Output pneumatiknya
sebesar : 10,92 Psi.

Laporan Kerja Praktek


55

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.5 Grafik Dari sistem (27 FC 775)

Gambar 4.6 Grafik sistem Flow Control Valve


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Pada gambar 4.6 adalah data grafik yang ada pada HMI di control room
unit BB distilasi dengan sistem loop flow control (27 FC 775) pada tanggal 3
Agustus 2018 pukul 10 : 31 : 42. Data yang ada yakni :
SP adalah Set Point dari Flow control dengan datanya sebesar = 2150 T/D
PV adalah Proses Value atau nilai real yang ada di lapangan sebesar = 2175 T/D
OP adalah Output sistem yakni valve membuka sebesar = 65.9 %
Perbedaan antara nilai proses value pada gambar 4.5 dan 4.6 disebabkan,
mengingat kebutuhan Hot Oil yang berubah-ubah (tidak tetap) terhadap furnace 1.
Akan tetapi nilai proses valuenya masih berada pada range set point.

4.6 Komponen Sistem Control Valve ( 27 FCV 775)


1. Flow Transmitter 27-FC-775

Flow Transmitter 27- FC-775 difungsikan sebagai indikasi untuk besaran


flow hot oil sebagai Feed di BB Distilasi yang mengalir dan sebagai kontrol untuk
pengontrolan control valve 27-FCV-775. Spesifikasi Flow Transmitter ini adalah
sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek


56

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tabel 4.1 Spesifikasi Flow Transmitter 27-FC-775


Manufacture : Honeywell
Model : STD924-E1H-00000-IC
Mawp : 4500 psi
Range : -20 to 400 InH2O
Factory Cal : 0 to 10000 mmH2O
SPAN : 4 to 400 InH2O
Process limit : 40 to 125 °C

(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Gambar 4.7 Flow Transmitter


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

2. Flow Control Valve 27- FCV-775

Flow Control Valve 27- FCV-775 merupakan aktuator dari sistem


pengontrolan flow hot oil ini. Control valve yang digunakan adalah control valve
dengan tipe ATC (Air To Close) yang memerlukan pneumatik untuk menutup
katup control valve. Spesifikasi Flow Control Valve ini adalah sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek


57

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tabel 4.2 Spesifikasi Flow Control Valve 27-FCV-775


Manufacture : Foxboro
Tipe : Y20A
Size Body : 6”
Rating : ANSI 300RF
Max Suhu : 427 °C

(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Gambar 4.8 Flow Control Valve (27-FCV-775)


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

3. DCS (Distributed Control System)


DCS merupakan suatu sistem peralatan yang digunakan untuk memonitor
dan mengontrol parameter proses seperti kontrol Valve, Level Transmitter, Flow
Transmitter, Pressure Transmitter, Temperature Transmitter yang berada di
control room. DCS di control room pada kilang BB Distilasi menggunakan
produk dari Honeywell.

Laporan Kerja Praktek


58

Politeknik Negeri Sriwijaya

4. I/P Transducer
I/P Transducer merupakan suatu instrument yang mengubah besaran
sinyal elektronik yang dikirim dari DCS menjadi besaran pneumatik yang akan
menggerakkan control valve. Spesifikasi I/P Transducer ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Spesifikasi I/P Transducer
Manufacture : Siemens Moore
Model : 771-16SNF2
Type : B/M MX55C-001
Input : 16 mA

(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Gambar 4.9 I/P Transducer


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

5. Air Regulator

Air Regulator merupakan instrument yang berfungsi untuk mengurangi


dan menstabilkan tekanan angin untuk digunakan oleh I/P Transducer. Spesifikasi
Air Regulator ini adalah sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek


59

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tabel 4.4 Spesifikasi Air Regulator


Manufacture : Masoneilan
No. : 77- 4
Size : ¼
Range : 5 – 40 Psi
Ser. No. : 802077-004-0
Max Inlet : 250 Psi
Body Mat. : Alumunium
CV : 0,25

(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Gambar 4.10 Air Regulator


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

6. Orifice Plate

Orifice plate merupakan element atau instrument yang membuat flow yang
mengalir mempunyai beda tekanan. Flow yang mengalir pada sisi inlet orifice
bersifat linear dan mempunyai tekanan yang besar, sedangkan flow yang mengalir
pada posisi outlet orifice bersifat terbuler dan mempunyai tekanan yang kecil.

Laporan Kerja Praktek


60

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.7 Proses Pengukuran Flow Pada Transmitter


Transmitter yang digunakan untuk mengatur besaran flow hot oil yang
mengalir pada sistem ini adalah 27- FC- 775 yang merupakan transmitter bertipe
differential pressure. Transmitter tersebut memiliki membran yang berfungsi
untuk mengukur perbedaan tekanan yang diperoleh dari flow yang mengalir dan
mengkonversi perbedaa tekanan tersebut menjadi sinyal elektrik dan dapat
menampilkan besaran flow yang mengalir dalam satuan T/D.

Perbedaan tekanan pada flow yang mengalir diperoleh dengan


menggunakan suatu element yang disebut dengan orifice plate. Orifice plate dapat
membuat flow yang mengalir memiliki perbedaan tekanan. Aliran yang masuk
pada inlet orifice memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan sisi
keluaran outlet orifice. Flange pada orifice plate mempunyai ukuran yang lebih
besar dari pada flange biasa, hal ini bertujuan untuk mengambil perbedaan
tekanan antara dua sisi orifice melalui lubang yang ada pada flange tersebut
seperti terlihat pada gambar 4.11 perbedaan tekanan inilah yang akan
dihubungkan ke transmitter dan menekan membran pada transmitter sehingga
transmitter dapat membaca besaran flow yang mengalir.

Gambar 4.11 Flange Orifice


(Sumber : PT.Pertamina (Persero) RU III. 2018)

Laporan Kerja Praktek


61

Politeknik Negeri Sriwijaya

4.8 Prinsip Kerja Sistem


Adapun prinsip kerja dari sistem loop control Flow Feed Hot Oil di BB
Distilasi sebagai berikut pada gambar 4.12 :

Gambar 4.12 Diagram Sistem Pengontrolan Flow

Dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa untuk mengontrol flow hot oil yang
mengalir memerlukan 2 instrument utama, yaitu flow transmitter 27-FC-775 dan
control valve 27-FCV-775.
Hot oil yang masuk (inlet) akan diukur oleh 27-FC-775 dan datanya
ditransmisikan ke DCS. Kemudian DCS akan mengolah data tersebut dan
membandingkannya dengan data set poit yang telah diatur di DCS melalui
controller, setelah data didapat maka DCS akan mengirim data hasil perhitungan
berbentuk sinyal elektronic (4-20 mA) ke control valve. Untuk menggerakkan
valve diperlukan tekanan angin, sehingga pada sistem ini menggunakan I/P
transducer yang berfungsi mengubah sinyal elektronik (4-20 mA) dari DCS
menjadi besaran tekanan angin (3-15 psi), angin tersebut didapat dari unit utilitas
sebesar (7 kg/cm²) dialirkan melalui pipa udara yang kemudian ditampung
didalam tabung penampungan pada unit BB Distilasi, selanjutnya tekanan tersebut
distabilkan dan diturunkan menggunakan Air regulator menjadi (1,5 – 2 kg/cm²).

Laporan Kerja Praktek


62

Politeknik Negeri Sriwijaya

Di DCS terdapat pengaturan set point untuk besaran aliran Hot Oil. Jadi,
tujuan dari sistem pengontrolan flow ini adalah untuk menjaga aliran Hot Oil yang
akan dipanaskan pada furnace agar tetap stabil. Pada pengukuran didapat
beberapa, yaitu :
SP =2150 T/D
PV = 2180 T/D
OP = 65,9 %
SP adalah set point untuk flow yang mengalir yang nilainya telah
ditentukan, yaitu 2150 T/D. Untuk memasukkan nilai set point ini dapat dilakukan
di DCS.
PV adalah Proses Value atau besar / jumlah aliran flow hot oil yang sedang
mengalir (real). PV diperoleh dari hasil pembacaan transmitter 27-FC-775
dilapangan. Pada saat pengambilan data diperoleh besar flow hot oil yang
mengalir adalah 2180 T/D.
OP adalah output pada control valve atau persentase bukaan katup dari
control valve 27-FCV-775. Pada saat pengambialan data diperoleh bahwa control
valve 27-FCV-775 membuka katupnya sebesar 65,9%.
Pada saat pengambilan data, besar flow yang mengalir tidak terlalu jauh
dari nilai set point yang telah ditentukan. Akan tetapi pada suatu saat terdapat
suatu kondisi dimana flow yang mengalir kurang dari set point, ataupun lebih dari
set point yang ditentukan, yaitu sebagai berikut :

1. Ketika transmitter membaca nilai aliran hot oil dibawah set point, misalkan
sebesar 2000 T/D, maka transmitter akan memberi sinyal elektric ke control
valve untuk membuka katupnya lebih besar.

2. Ketika transmitter membaca nilai aliran hot oil diatas set point, misalkan
sebesar 3000 T/D, maka transmitter akan memberi sinyal elektric ke control
valve untuk menutup katupnya lebih kecil.

Laporan Kerja Praktek


63

Politeknik Negeri Sriwijaya

3. Dan jika transmiter membaca nilai aliran hot oil dibawah range yang telah
ditentukan sebesar 1600 T/D, maka ESD akan berfungsi secara otomatis
untuk mamatikan aliran fuel gas (bahan bakar) pada furnace. Pembakaran di
dalam furnace tidak berfungsi (OFF). Jika tidak, maka cub skin (pipa aliran
hot oil akan pecah) karena kurangnya hot oil yang mengakibatkan terbakar.
Dari parameter-parameter yang diperoleh seperti Set Point (SP), Proses
Value (PV), dan Output (OP), terdapat dua mode pengoperasian control
valve, yaitu sebagai berikut :

1. Mode AUTO
Pada mode AUTO control valve akan beroperasi secara otomatis sesuai
dengan set point yang telah ditentukan. Katika aliran flow lebih besar dari set
point, maka output pada control valve akan bergerak secara otomatis untuk
membuka ataupun menutup katupnya agar aliran hot oil tetap berada di nilai range
set point.

2. Mode MANUAL
Pada mode MANUAL, control valve akan dioprasikan secara manual.
Output atau persentase bukaan katup control valve akan dijadikan sebagai set
point. Jadi jika output control valve diatur pada nilai 50%, maka set pointnya
adalah sebesar flow yang mengalir ketika katup control valve terbuka 50%.

Laporan Kerja Praktek

Anda mungkin juga menyukai