HASIL PENELITIAN
Variabel Frekuensi
Jumlah (n) Persentase
Usia Orang Tua 24.56 (%)
≤19 2 4.0
20-30 44 88.0
30-40 4 8.0
Jenis Kelamin Orang
Tua
Pendidikan Terakhir
Orang Tua
SD 4 8.0
SMP 9 18.0
SMA 37 74.0
PekerjaanOrang Tua
Bekerja 35 70
Tidak Bekerja 15 30
Usia Anak
6-8 bulan 10 20
9-11 bulan 14 28
12-24 bulan 26 52
Perempuan
33 66
Tabel 5.2. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Pemberian MPASI Pertama
Sesuai 41 82
Tidak sesuai 9 18
Variasi bahan MPASI
<4 jenis bahan makanan 42 84
≥4 jenis bahan makanan 8 16
Porsi MPASI
Sesuai 46 92
Tidak sesuai 4 8
Tekstur MPASI
Sesuai 42 84
Tidak sesuai 8 16
Berdasarkan di atas diketahui bahwa usia rata – rata responden adalah 24,56
tahun median 24 tahun,dengan umur termuda 18 tahun dan tertua 32 tahun.
Selain itu, jika dilihat dari variabel jenis kelamin didapatkan bahwa responden
paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 responden (98%) dan
sisanya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 1 responden (2%).
Pendapatan orang tua merupakan penghasilan atau gaji yang dihasilkan orang
tua dalam sebulan. Pendapatan orang tua dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu
rendah (< Rp. 1.000.000,-), menengah ke bawah (Rp. 1.000.000,- sampai Rp.
4.500.000,-) ,serta menengah ke atas (Rp.4.600.000,- sampai Rp. 14.000.000,-)
Berdasarkan hasil data yang didapatkan di lapangan. Pendapatan orang tua paling
banyak merupakan katecgori menengah ke bawah 44 (88%) dan paling sedikit
pendapatan yang termasuk kategori menengah ke atas 1 (2%)
Responden paling banyak memiliki anak baduta yang berusia 12-24 bulan 26
(52%) dan paling sedikit berusia 6-8 bulan (20%) dengan jenis kelamin
badutaperempuan sebanyak 33 (66%) dan laki laki sebanyak 17 (24%). Perbedaan
antara jenis kelamin balita perempuan dan laki – laki tidak terlalu berbeda. Pada
penelitan ini baduta yang mempunyai status gizi baik sebanayk 48 (96%) baduta dan
status gizi kurang sebanyak 2 (4%) baduta
n % n %
>30 tahun 4 8 0 0
Laki-laki 0 0 1 50
0.231
Perempuan 48 100 1 50
Pendidikan Ibu
SD 3 6 0 0 0.010
SMP 8 16 1 50
SMA 37 78 1 50
Pekerjaan Ibu
Bekerja 13 28 1 50 0.242
Ibu Rumah Tangga 35 72 1 50
Status Ekonomi
<1.000.000 3 6 2 100
0.001
1.000.000 – 4.500.000 44 91 0 0
4.600.000 – 14.000.000 1 3 0 0
5.1.2.2 Riwayat Pemberian ASI eksklusif dan MPASI pertama dengan
Status Gizi Baduta
Asi eksklusif
Eksklusif 40 0 0.015
Tidak 8 2
eksklusif
Pemberian
MPASI
pertama
≥6 bulan 45 1 0.08
< 6 bulan 3 1
Pada uji chi square pola pemberian MPASI dengan status gizi baduta
didapatkan bahwa variabel pemberian asi eksklusif serta varian jenis MPASI
yang diberikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap status gizi
baduta p(<0.05)
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitan ini didapatkan bahwa usia orang tua tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan status gizi baduta. Hal ini kemungkinan
dikarenakan distribusi sampel yang tidak merata. Menurut penelitian yang dilakukan
di Ghana prevalensi anak – anak dengan status gizi buruk dari ibu remaja lebih tinggi
daripada anak-anak dari ibu dewasa dan risiko kekurangan gizi untuk anak-anak ini
setidaknya tiga kali lipat dari anak-anak dari ibu dewasa.Penelitian ini juga sesuai
dengan dua penelitian yang dilakukan di Accra dan Bangladesh dimana prevalensi
anak yang menderita kurang gizi lebih tinggi pada ibu yang berusia remaja
dibandingkan dengan wanita dewasa [10, 17]. Ibu yang berusia remaja kurang dapat
menjamin anak-anak mereka untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup, akses
ke air bersih, dan kondisi sanitasi yang baik.Selain itu tubuh mereka dapat bersaing
dengan janin yang sedang berkembang untuk mendapatkan nutrisi sehingga
dikhawatirkan bayi yang dilahirkan akan menderita BBLR dan merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya stunting
Tingkat pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap status gizi baduta dimana
pendidikan membentuk nilai-nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal-hal
baru seperti menyerap dan memahami informasi gizi yang diperoleh. Semakin tinggi
tingkat pendidikan formal ibu, maka semakin mudah ia menyerap informasi
mengenai MP-ASI, gizi dan kesehatan, sehingga apabila ibu mudah menyerap
informasi tersebut maka akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku ibu dalam
memberikan pola pemberian MP -ASI dengan baik dan benar yang pada akhirnya
sikap dan perilaku yang baik tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi balita
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pola pemberian MPASI yang mempunyai
hubungan bermakna terhadap status gizi adalah pmberian asik eksklusif dan varian
jenis makanan pada MPASI. Berdasarkan hasil uji Chi-Square dapat dilihat bahwa
pola pemberian makan pendamping ASI yang dilihat dari tingkat konsumsi energi
mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi balita usia 6 sampai 24 bulan, hal
ini berarti tingkat konsumsi gizi yang mengandung sumber energi mempengaruhi
status gizi anak balita. Hubungan yang lemah menandakan bahwa pola pemberian
MP-ASI tidak dapat menjadi faktor penyebab utama terhadap status gizi balita.
Masalah gizi penyebabnya adalah multifaktor, Menurut almatsier masalah gizi pada
umunya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan, sanitasi
lingkungan yang buruk, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan. Hal yang mempengaruhi pola pemberian MP-ASI
diantaranya yakni pengetahuan ibu tentang gizi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, adat istiadat dan penyakit infeksi (Suhardjo,2000).(8)