Anda di halaman 1dari 11

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian


Pengumpulan data dilakukan pada orang tua yang memounyai anak baduta yang
berada di Puskesmas Pagedangan Pengambilan sampel penelitian dilakukan
selama 6 minggu dari bulan November 2019 – Januari 2020 dan didapatkan
sampel penelitian sebanyak 50 responden penelitian. Jumlah ini telah memenuhi
jumlah sampel minimal penelitian.

5.1.1 Analisis Univariat

Hasil penelitian mengenai karakteristik serta variabel-variabel yang


didapatkan dari responden ditampilkan pada Tabel 7

Tabel 7. Distribusi Sosiodemografik Responden di Puskesmas


Pagedangan

Variabel Frekuensi
Jumlah (n) Persentase
Usia Orang Tua 24.56 (%)

≤19 2 4.0
20-30 44 88.0
30-40 4 8.0
Jenis Kelamin Orang
Tua

Laki – Laki 1 2.0


Perempuan 49 98.0

Pendidikan Terakhir
Orang Tua

SD 4 8.0
SMP 9 18.0
SMA 37 74.0

Pendapatan Orang Tua


<1000000 5 10
1000000-4500000 44 88
4600000-14000000 1 2

PekerjaanOrang Tua
Bekerja 35 70
Tidak Bekerja 15 30

Usia Anak

6-8 bulan 10 20

9-11 bulan 14 28

12-24 bulan 26 52

Jenis Kelamin Anak


Laki – laki 17 34

Perempuan
33 66

Status Gizi Anak


2 4
Kurang
48 96
Baik
0 0
Lebih

Tabel 5.2. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Pemberian MPASI Pertama

Jumlah (N) Persentase%


Riwayat ASI
ASI eksklusif 40 80
Tidak ASI eksklusif 10 20
Waktu pemberian MPASI pertama
<6 bulan 4 8
≥6 bulan 46 92
*Chi-Square Test
Tabel 5.3. Pola Pemberian MPASI
Persentase
(%)
Jumlah (N)
Frekuensi Pemberian MPASI

Sesuai 41 82
Tidak sesuai 9 18
Variasi bahan MPASI
<4 jenis bahan makanan 42 84
≥4 jenis bahan makanan 8 16

Porsi MPASI
Sesuai 46 92
Tidak sesuai 4 8
Tekstur MPASI
Sesuai 42 84
Tidak sesuai 8 16

Berdasarkan di atas diketahui bahwa usia rata – rata responden adalah 24,56
tahun median 24 tahun,dengan umur termuda 18 tahun dan tertua 32 tahun.

Selain itu, jika dilihat dari variabel jenis kelamin didapatkan bahwa responden
paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 responden (98%) dan
sisanya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 1 responden (2%).

Sedangkan untuk variabel pendidikan terakhir didapat bahwa paling banyak


responden berpendidikan setingkat SMA yaitu 37 responden (74%) sedangkan untuk
pendidikan SMP sebanyak 9 responden (17%) dan pendidikan terakhir SD sebanyak
4 responden (8%)

Pendapatan orang tua merupakan penghasilan atau gaji yang dihasilkan orang
tua dalam sebulan. Pendapatan orang tua dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu
rendah (< Rp. 1.000.000,-), menengah ke bawah (Rp. 1.000.000,- sampai Rp.
4.500.000,-) ,serta menengah ke atas (Rp.4.600.000,- sampai Rp. 14.000.000,-)
Berdasarkan hasil data yang didapatkan di lapangan. Pendapatan orang tua paling
banyak merupakan katecgori menengah ke bawah 44 (88%) dan paling sedikit
pendapatan yang termasuk kategori menengah ke atas 1 (2%)

Responden paling banyak memiliki anak baduta yang berusia 12-24 bulan 26
(52%) dan paling sedikit berusia 6-8 bulan (20%) dengan jenis kelamin
badutaperempuan sebanyak 33 (66%) dan laki laki sebanyak 17 (24%). Perbedaan
antara jenis kelamin balita perempuan dan laki – laki tidak terlalu berbeda. Pada
penelitan ini baduta yang mempunyai status gizi baik sebanayk 48 (96%) baduta dan
status gizi kurang sebanyak 2 (4%) baduta

Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 40 (80%) baduta yang mendapatkan


asi ekskusif serta sebanyak 10 (20%) baduta yang tidak mendapatkan asi eksklusif.
Pemberian MPASI pertama pada baduta didapatkan sebanyak 46 baduta yang
diberikan MPASI saat usia ≥6bulan serta 4 baduta yang mendapatkan MPASI pada
usia <6 bulan sebanyak 4 (8%).Pola pemberian MPASI pada penelitian ini
menggunakan avuan dari DEPKES RI tahun 2009

5.1.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui beda proporsi atau hubungan


antara 2 variabel, yaitu variabel independen dengan dependen. Dalam penelitian ini,
uji bivariat yang akan dilakukan adalah hubungan karakteristik sosio-ekonomi
responden dengan status giz baduta,serta hubungan antara pola pemberian MPASI
dengan status gizi baduta.
5.1.2.1 Karakteristik sosiodemografi dengan status gizi baduta

Gizi Baik Gizi Kurang P Value

n % n %

Usia Orang Tua

≤19 tahun 2 4 0 0 0.979


20-30 tahun 42 88 2 100

>30 tahun 4 8 0 0

Jenis Kelamin Orang Tua

Laki-laki 0 0 1 50
0.231
Perempuan 48 100 1 50

Pendidikan Ibu

SD 3 6 0 0 0.010

SMP 8 16 1 50

SMA 37 78 1 50

Pekerjaan Ibu

Bekerja 13 28 1 50 0.242
Ibu Rumah Tangga 35 72 1 50

Status Ekonomi

<1.000.000 3 6 2 100
0.001
1.000.000 – 4.500.000 44 91 0 0

4.600.000 – 14.000.000 1 3 0 0
5.1.2.2 Riwayat Pemberian ASI eksklusif dan MPASI pertama dengan
Status Gizi Baduta

Status Gizi P value


Baik Kurang

Asi eksklusif
Eksklusif 40 0 0.015
Tidak 8 2
eksklusif
Pemberian
MPASI
pertama
≥6 bulan 45 1 0.08
< 6 bulan 3 1

5.1.2.2 Riwayat Pola Pemberian MPASI dengan Status Gizi Baduta


Status Gizi P value
Jenis MPASI Baik Kurang 0.037
≥4 41 0
<4 7 2
Porsi MPASI
Sesuai 45 1 0.08
Tidak sesuai 3 1
Tekstur
MPASI
Sesuai 40 0 0.732
Tidak sesuai 8 2
Frekuensi
pemberian
MPASI
Sesuai 40 0 0.441
Tidak sesuai 8 2
Pada uji chi square karakteristik sosio-ekonomi responden dengan status gizi,
didapatkan variabel pendidikan orang tua serta status ekonomi memiliki hubungan
yang bermakna terhadap status gizi baduta (p <0.05). Usia orang tua, jenis kelamin
orang tua, serta pekerjaan orang tua tidak memiliki hubungan yang bermakna
terhadap status gizi baduta

Pada uji chi square pola pemberian MPASI dengan status gizi baduta
didapatkan bahwa variabel pemberian asi eksklusif serta varian jenis MPASI
yang diberikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap status gizi
baduta p(<0.05)
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitan ini didapatkan bahwa usia orang tua tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan status gizi baduta. Hal ini kemungkinan
dikarenakan distribusi sampel yang tidak merata. Menurut penelitian yang dilakukan
di Ghana prevalensi anak – anak dengan status gizi buruk dari ibu remaja lebih tinggi
daripada anak-anak dari ibu dewasa dan risiko kekurangan gizi untuk anak-anak ini
setidaknya tiga kali lipat dari anak-anak dari ibu dewasa.Penelitian ini juga sesuai
dengan dua penelitian yang dilakukan di Accra dan Bangladesh dimana prevalensi
anak yang menderita kurang gizi lebih tinggi pada ibu yang berusia remaja
dibandingkan dengan wanita dewasa [10, 17]. Ibu yang berusia remaja kurang dapat
menjamin anak-anak mereka untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup, akses
ke air bersih, dan kondisi sanitasi yang baik.Selain itu tubuh mereka dapat bersaing
dengan janin yang sedang berkembang untuk mendapatkan nutrisi sehingga
dikhawatirkan bayi yang dilahirkan akan menderita BBLR dan merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya stunting

Pada penelitian ini didaptkan bahwa tingkat pendidikan orang tua


mempunyai hubugan yang bermakna dengan status gizi baduta. Banyak penelitian
telah menunjukkan bahwa pendidikan ibu secara kritis memengaruhi kesehatan dan
perkembangan anak. Caldwell adalah salah satu yang pertama menunjukkan
hubungan antara pendidikan ibu dan kesehatan anak, menemukan angka kematian
anak yang lebih rendah di antara anak-anak dengan ibu yang berpendidikan lebih baik
di Nigeria. Beberapa penelitian telah membandingkan pengaruh pendidikan ibu dan
ayah pada gizi anak dan perkembangan fisik, menemukan hasil yang berbeda dan
seringkali bertentangan. Aslam dan Kingdon menemukan bahwa hanya pendidikan
ibu yang merupakan prediktor signifikan dari tinggi dan berat badan anak.12
Penelitiann lain menemukan bahwa tingkat pendidikan kedua orang tua sama-sama
melindungi terhadap kekurangan gizi.13

Tingkat pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap status gizi baduta dimana
pendidikan membentuk nilai-nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal-hal
baru seperti menyerap dan memahami informasi gizi yang diperoleh. Semakin tinggi
tingkat pendidikan formal ibu, maka semakin mudah ia menyerap informasi
mengenai MP-ASI, gizi dan kesehatan, sehingga apabila ibu mudah menyerap
informasi tersebut maka akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku ibu dalam
memberikan pola pemberian MP -ASI dengan baik dan benar yang pada akhirnya
sikap dan perilaku yang baik tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi balita

Pada penelitian ini status ekonomi mempnyai hubungan yang bermakna


dengan status gizi baduta Pada penelitian yang dilakukan di Nigeria di dapatkan hasil
bahwa karakteristik sosiodemografik yang terkait dengan gizi buruk antara lain
tingkat pendidikan orang tua dibawah tingkat menengah serta pendapatan orang tua
perbulan di bawah $20.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa pola pemberian MPASI yang mempunyai
hubungan bermakna terhadap status gizi adalah pmberian asik eksklusif dan varian
jenis makanan pada MPASI. Berdasarkan hasil uji Chi-Square dapat dilihat bahwa
pola pemberian makan pendamping ASI yang dilihat dari tingkat konsumsi energi
mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi balita usia 6 sampai 24 bulan, hal
ini berarti tingkat konsumsi gizi yang mengandung sumber energi mempengaruhi
status gizi anak balita. Hubungan yang lemah menandakan bahwa pola pemberian
MP-ASI tidak dapat menjadi faktor penyebab utama terhadap status gizi balita.
Masalah gizi penyebabnya adalah multifaktor, Menurut almatsier masalah gizi pada
umunya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan, sanitasi
lingkungan yang buruk, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan. Hal yang mempengaruhi pola pemberian MP-ASI
diantaranya yakni pengetahuan ibu tentang gizi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, adat istiadat dan penyakit infeksi (Suhardjo,2000).(8)

Anda mungkin juga menyukai