Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2014), HIV atau Human
Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia yang kemudian berdampak pada penurunan sistem kekebalan tubuh
sehingga menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS. HIV menyerang sel-sel
darah putih yang dimana sel-sel darah putih itu merupakan bagian dari sistem
kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit.

2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang terjangkit HIV disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain :
1. Melakukan seks oral dengan seseorang yang telah terjangkit
2. Menggunakan alat bantu seks secara bergantian
3. Menggunakan jarum suntik, atau alat pendukung menyuntik yang telah
terkontaminasi dengan ODHA
4. Melalui air susu ibu (ASI)
5. Melakukan transfusi darah dengan seseorang yang positif HIV (Ratnawati,
2017).

3. Manifestasi Klinis
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala
yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi) :
a. Gejala mayor :
1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5) Demensia/ HIV ensefalopati
b. Gejala minor :
1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2) Dermatitis generalisata
3) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
4) Kandidias orofaringeal
5) Herpes simpleks kronis progresif
6) Limfadenopati generalisata
7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8) Retinitis virus Sitomegalo

4. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan
sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga
keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel
T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya
fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan
jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia
AIDS.

5. Cara Penularan HIV


a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seseorang
pengidap.
b. Kontak langsung dengan darah/produk darah/jarum suntik
c. Transfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi
sampai lebih dari 90%.
d. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pecandu narkotik.
e. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan
f. Secara vertikal, dari ibu hamil mengidap HIV kepada banyinya, baik selama
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1) ELISA
2) VCT (Voluntary Counseling Testing)
3) Western blot
4) P24 antigen test
5) Kultur HIV
b. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
1) Hematokrit
2) LED
3) CD4 limfosit
4) Rasio CD4/CD limfosit
5) Serum mikroglobulin B2
6) Hemoglobulin

7. Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV, yaitu :
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno
Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit- penyakit
a. Tuberkulosis Paru
b. Pneumonia Premosistis
c. Berbagai macam penyakit kanker
d. Pemeriksaan Penunjang

8. Pengobatan HIV
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, namun
ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan
virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel
CD4. Menunda pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem
kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS. Selain
itu, penting bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter.
Melewatkan konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan
memperburuk kondisi pasien.
Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan :
a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam
mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya
AZT, ddl, ddC & 3TC).
b. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's)
memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse
transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat
esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel.
Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta),
efavirenza (Sustiva).
c. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan
menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel
tuan rumah dan dilepaskan

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi biodata lengkap klien dan penanggungjawab
b. Riwayat Kesehatan
Tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
Demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang
kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
c. Riwayat Psikososial dan Status Mental
- Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola
hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
- Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses
piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan
delusi.
a. Aktivitas Sehari-hari
b. Pemeriksaan Umum
- Penampilan umum : pucat, kelelahan.
- HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka,
tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah,
disfagia, epsitaksis.
- Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang, paraplegia.
- Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan
ADL.
- Kardiovaskuler : takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
- Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot
bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
- GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,
diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
- Gu : lesi atau eksudat pada genital,
- Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang lengkap untuk menegakkan diagnosa
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi
zat gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

Resiko tinggi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. 1. Untuk pengobatan dini
infeksi oportunistik dan
berhubungan komplikasinya dengan 2. gunakan teknik aseptik pada setiap 2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman
dengan kriteria tak ada tanda-tanda tindakan invasif. Cuci tangan patogen yang diperoleh di rumah sakit.
imunosupresi, infeksi baru, lab tidak ada sebelum meberikan tindakan.
malnutrisi dan pola infeksi oportunis, tanda
hidup yang vital dalam batas normal, 3. Anjurkan pasien metoda mencegah 3. Mencegah bertambahnya infeksi
beresiko. tidak ada luka atau eksudat. terpapar terhadap lingkungan yang
patogen.
4. Meyakinkan diagnosis akurat dan
4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab pengobatan
sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai 5. Mempertahankan kadar darah yang


order terapeutik

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang penting 1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim lainnya metode mencegah transmisi informasikan ini
pasien) kesehatan memperhatikan HIV dan kuman patogen lainnya.
berhubungan universal precautions 2. Gunakan darah dan cairan tubuh 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang
dengan infeksi dengan kriteriaa kontak precaution bial merawat pasien. lain
HIV, adanya pasien dan tim kesehatan Gunakan masker bila perlu.
infeksi tidak terpapar HIV, tidak
nonopportunisitik terinfeksi patogen lain
yang dapat seperti TBC.
ditransmisikan.

Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi dalam 1. Monitor respon fisiologis terhadap 1. Respon bervariasi dari hari ke hari
berhubungan kegiatan, dengan kriteria aktivitas
dengan kelemahan, bebas dyspnea dan
pertukaran oksigen, takikardi selama aktivitas. 2. Berikan bantuan perawatan yang 2. Mengurangi kebutuhan energi
malnutrisi, pasien sendiri tidak mampu
kelelahan.
3. Jadwalkan perawatan pasien 3. Ekstra istirahat perlu jika karena
sehingga tidak mengganggu meningkatkan kebutuhan metabolik
isitirahat.

Perubahan nutrisi Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan mengunyah 1. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari kalori dan protein yang dan menelan. tenggorokan dan mulut
kebutuhan tubuh adekuat untuk memenuhi
berhubungan kebutuhan metaboliknya 2. Monitor BB, intake dan ouput 2. Menentukan data dasar
dengan intake yang dengan kriteria mual dan 3. Mengurangi muntah
kurang, muntah dikontrol, pasien 3. Atur antiemetik sesuai order
meningkatnya makan TKTP, serum
kebutuhan albumin dan protein dalam 4. Rencanakan diet dengan pasien dan 4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
metabolic, dan batas n ormal, BB orang penting lainnya. keinginan pasien
menurunnya mendekati seperti sebelum
absorbsi zat gizi. sakit.

Diare berhubungan Pasien merasa nyaman dan 1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses 1. Mendeteksi adanya darah dalam feses
dengan infeksi GI mengnontrol diare, dan adanya darah.
komplikasi minimal dengan
kriteria perut lunak, tidak 2. Auskultasi bunyi usus 2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
tegang, feses lunak dan 3. Atur agen antimotilitas dan psilium 3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
warna normal, kram perut (Metamucil) sesuai order emperburuk perforasi pada intestinal
hilang,
4. Berikan ointment A dan D, vaselin 4. Untuk menghilangkan distensi
atau zinc oside

Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit 1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja
koping keluarga penting lain pasein dan perawatannya secara konstruktif dengan keluarga.
berhubungan mempertahankan suport
dengan cemas sistem dan adaptasi 2. Biarkan keluarga mengungkapkana 2. Mereka tak menyadari bahwa mereka
tentang keadaan terhadap perubahan akan perasaan secara verbal berbicara secara bebas
yang orang kebutuhannya dengan
dicintai. kriteria pasien dan keluarga 3. Ajarkan kepada keluaraga tentang
berinteraksi dengan cara penyakit dan transmisinya. 3. Menghilangkan kecemasan tentang
yang konstruktif transmisi melalui kontak sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan Analisis HIV AIDS.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2014.
Komunitas AIDS Indonesia, (2010). Komunitas AIDS Indonesia. Diperoleh dalam:
http://www.aids-ina.org. [Diakses 17 Januari 2020].

Ratnawati Ana (2017). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
reproduksi. Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai