Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Hipertensi

2.1.1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis

yang ditandai dengan meningkatkan tekanan darah pada dinding pembuluh darah

arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk

mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini dapat

mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan menyebabkan

penyakit degeneratif, hingga kematian. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi

atau penyakit tekanan darah tinggi jika pemeriksaaan tekanan darah menunjukan

hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan dua kali

pemeriksaan, dan selang waktu lima menit. Dalam hal ini, 140 atau nilai atas

menunjukan tekanan tekanan sistolik, sedangkan 90 atau nilai bawah menunjukan

tekanan diastolik (Sari, 2017).

Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berkontraksi atau

berdetak memompa darah. Sementara itu, tekanan diastolik adalah tekanan darah

ketika jantung berelaksasi. Pada saat beristirahat, sistolik dikatakan normal jika

berada pada nilai 100-140 mmHg, sedangkan diastolik dikatakan normal jika

berada pada nilai 60-90 mmHg (Sari, 2017).

11
12

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi menurut ACC (American Collage of Cardiologi)dalam 2017

Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High

Blood Pressure in Adults adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut ACC

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


Darah (mmHg) (mmHg)

Normal <120 mmHg <80 mmHg

Normal tinggi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi tingkat 1 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi tingkat 2 ≥140 mmHg ≥90 mmHg

Selain klasifikasi di atas, hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

penyebabnya yaitu :

a. Hipertensi Primer

hipertensi primer disebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena hipertensi

ini memiliki penyebab yang belum diketahui. Penyebab yang belum jelas atau

belum diketahui tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang

kurang sehat. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak terjadi,

yaitu sekitar 90% dari kejadian hipertensi.

b. Hipertensi Skunder

hipertensi skunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain,

seperti penyakit ginjal, kelamin hormonal atau penggunaan obat tertentu ( Yanita

Nur Indah Sari, 2017).


13

2.1.3. Penyebab Hipertensi

Penurunan fungsi organ pada sistem kardiovasakular mengakibatkan

terjadinya peningkatan tekanan darah. Terjadi penebalan dan kekauan pada katub

jantung, serta terjadi penurunan elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya.

Selain hal itu terjadi peningkatan sesistensi pembuluh darah perifer ketika ventrikel

kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterlood meningkat (Perdana R.M.

2014).

2.1.4. Epidemiologi dan Faktor Risiko

Hipertensi primer mencakup lebih dari 90% dari keseluruhan kasus

hipertensi. Kurang dari 5-8% klien hipertensi dewasa memiliki hipertensi skunder;

bagaimanapun juga, terlepas dari jenisnya, hipertensi merupakan akibat dari

serangkaian faktor-faktor genetik dan lingkungan.Faktor-faktor resiko ini

digolongkan menjadi yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Edukasi dan

perubahan gaya hidup ditunjukan pada faktor-faktor yang dapat di ubah.

1. Faktor-Faktor Resiko Yang Tidak Dapat di Ubah

a. Riwayat keluarga

hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial-yaitu, pada seseorang

dengan riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan

yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari

waktu ke waktu. Kecendrungan genetis yang membuat keluar tertentu lebih rentan

terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar natrium

intraselular dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih sering ditemukan


14

pada orang berkulit hitam. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada

pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.

b. Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa

hipertensi meningkat dengan usia; 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun

memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemiologi,

bagaimanapun juga, telah menunjukan prognosis yang lebih buruk pada klien yang

hipertensinya mulai pada usia muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi

pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun, dengan hampir 24% dari semua orang

terkena pada usia 80 tahun. Diantaranya orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik

daripada TDD karena merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan

kejadian di masa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan

penyakit ginjal.

c. Jenis Kelamin

pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak tejadi pada pria

dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita

hampir sama antara usia 55 sampai 74 tahun; kemudian, setelah usia 74 tahun,

wanita berisiko lebih besar.

2. Faktor-Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

a. Stres

Stres meningkatkan resistansi vaskular perifer dan curah jantung serta

menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi dapat

berkembang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan, nyeri,
15

berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma, pengerahan tenaga

berkepanjangan, respons pada peristiwa kehidupan, obesitas, usia tua, obat-obatan,

penyakit, pembedahan dan pengobatan medis dapat memicu respons stres,

rangsangan berbahaya ini dianggap oleh seseorang sebagai ancaman atau dapat

menyebabkan bahaya; kemudian, sebuah respons psikopatologis “melawan atau-

lari” (fight or flight) diprakarsai di dalam tubuh. Jika respons stres menjadi

berlebihan tau berkepanjangan, disfungsi organ sasaran atau penyakit akan

dihasilkan. Sebuah laporan dari Lembaga Stres Amerika (American Institute of

Stress) memperkirakan 60% sampai 90% dari seluruh kunjungan perawatan primer

meliputi keluhan yang berhubungan dengan stres. Oleh karena itu stres adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan

banyak stresor dan respons stres.

b. Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk “apel”), dengan

meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut, dihubungkan

dengan pengembangan hipertensi. Orang dengan kelebihan berat badan tetapi

mempunyai kelebihan paling banyak dipantat, pinggul, dan paha (tubuh berbentuk

“pear”) berada pada risiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi

skunder daripada peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas dengan faktor-

faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan risiko

hipertensi.
16

c. Nutrisi

Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan

hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi

akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab

pencetus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi garam mungkin menyebabkan

pelepasan hormon natriuretik yang berkelebihan, yang mungkin secara tidak

langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi

mekanisme vasoptesor di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga

menunjukan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat

berkontribusi dalam pengembangan hiperteni.

d. Penyalahgunaan Obat

Merokok sigaret, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan

obat terlarang merupakan faktor-faktor risiko hpertensi. Pada dosis tertentu nikotin

dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan

darah secara langsung; namun bagaimanapun juga, kebisaan memakai zat ini telah

turut meningkatkan kejadian hipertensin dari waktu ke waktu. Kejadian hipertensi

juga tinggi di antara orang yang minum 3 ons etanol per hari. Pengaruh dari kafein

adalah kontroversial. Kafein meningkatkan tekanan darah akut tetapi tidak

menghasilkan efek berkelanjutan ( Black M. Joyce, 2014).

2.1.5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor bermula

dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
17

kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Korteks

adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon

vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokontriktor yang kuat, yang merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,sehingga

menyebabkan volume intravaskular (Brunner & Suddarth, 2013).

2.1.6. Manifestasi Klinis

Pada tahap awal perkembangan hipertensi, tidak ada manifestasi yang

dicatat oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah akan naik,

dan jika keadaan ini tidak “terdeteksi” selama pemeriksaan rutin, klien akan tetap

tidak sadar bahwa tekanan darahnya naik. Jika keadaan ini dibiarkan tidak

terdiagnosis, tekanan darah akan terus naik, manifestasi klinis akan menjadi jelas,

dan klien pada akhirnya akan datang kerumah sakit dan mengeluhkan sakit kepala

terus-menerus, kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak, pandangan kabur atau

penglihatan ganda, atau mimisan.

Pengkajian klien dengan hipertensi melibatkan tiga objek utama berikut.

a. Mengkaji gaya hidup dan menentukan adanya faktor-faktor risiko

kardiovaskular lainnya atau gangguan yang bersamaan yang dapat

memengaruhi prognosis dan panduan pengobatan

b. Mengidentifikasi jenis hipertensi (primer atau skunder) dan penyebab yang

dapat dikenali
18

c. Memverifikasi ada atau tidaknya keterlibatan organ target ( Black M. Joyce,

2014).

2.1.7. Pencegahan Hipertensi

Hipertensi tidak akan muncul begitu saja, naiknya tekanan darah, biasanya

merupakan akumulasi dari sikap hidup yang tidak sehat dan sudah berlangsung

dalam kurun waktu yang lama. Semua kebiasaan-kebiasaan yang buruk dalam

kehidupan dan pola makan yang tidak sehat akan menambah daftar buruk yang

memicu terjadinya hipertensi. Sebagai langkah yang paling jitu adalah menjalankan

pola makan sehat dan pola hidup sehat.

1. Pola Makan Sehat

Inti dari pola makan sehat adalah makan makanan yang mengandung kalori

dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan kita. Ada beberapa patokan pola

makan sehat yang dapat dijadikan panduan bagi para penderita hipertensi, berikut

ini uraiannya.

(a). kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari kita, jika sudah menderita

tekanan darah tinggi sebaiknya kita menghindari makanan yang mengandung

garam. Pergunakan barang sedikit mungkin atau lebih baik hindari sama sekali (b).

konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, dan kalsium (c).

kurangi minuman yang beralkohol (d). makan sayur dan buah-buahan yang berserat

tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, (e). Kendalikan kadar kolestrol (f).

Hindari konsumsi obat yang meningkatkan tekanan darah (g). Tidur yang cukup.
19

2. pola hidup sehat

Melakukan olahraga secara teratur,berhenti merokok, mengendalikan pola

kesehatan secara keseluruhan. Termasuk mengendalikan kadar kolestrol, diabetes,

beran badan,dan pemicu-pemicu penyakit lainnya (Susilo dan Wulandari,2011).

2.1.8. Kompikasi

Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh, sehingga dapat

berdampak secara langsung atau tidak langsung terhadap tubuh. Hasil penelitian

menemukan rusaknya organ-organ tubuh tersebut dikarenakan akibat langsung dari

naiknya tekanan darah sedangkan dampak yang tidak langsung antara lain adanya

stress oksidatif, adanya penurunan regulasi dan yang lainnya. Seseorang yang

menderita hipertensi dimungkinkan akan mengalami kecemasan karena penyakit

hipertensi membutuhkan pengobatan yang sangat lama, terdapat banyak komplikasi

bahkan berujung pada kematian (Hawari, 2013). Kerusakan yang di akibatkan oleh

adanya hipertensi terhadap organ tubuh salah satunya adalah :

1. Otak

Stroke dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak dimana penyebab

utamanya adalah hipertensi. Tekanan intra kranial yang tinggi menyebabkan

perdarahan sehingga terjadilah stroke atau bahkan karena tekanan yang tinggi

mengakibatkan embolus terlepas dari pembuluh non otak, terjadinya hipertropi atau

penebalan pada arteri-arteri yang mendarahi otak mengakibatkan berkurangnya

aliran darah sehingga bisa menyebabkan arteri-arteri diotak akan mengalami

arterosklerosis dan bisa saja akan terbentuk aneurisma.


20

2. Kardiovaskular

Infak miokard terjadi apabila terbentuk trombus pad arteri koroner shingga

menghambat aliran darah atau bsa saja terjadi arterosklerosis pada arteri koroner

sehingga mengakibatkan suplai oksigen tidak sampai pada miokard kemudian

terjadilah iskemik jantung akhirnya juga bisa menyebabkan terjadinya infark

miokard, beban jantung yang terus meningkat akibat terjadinya hipertensi akan

menyebabkan ventrikel kiri menjadi membesar sehingga darah akan terhalang dan

darah akan kehilangan paasokan, jadi pengobatan pada pase ini harus adekuat,

karena jika tidak akan terjadi gagal jantung kongesif.

3. Ginjal

Hipertensi kronik dapat menyebabkan kerusalan progresif karena tingginya

tekanan pada kapiler ginjal dan glomelurus dapat mengakibatkan penyakit ginjal

kronik. Glomerulus yang mengalami kerusakan bisa berdampak terganggunya

nefron dikarenakan mengalirnya darah pada unit fungsional ginjal protein keluar

melalui urin sehingga bisa terjadinya edema karena berkurangnya tekanan osmotik

koloid, apabila kondisi ini terus berlanjut maka akan terjadi hipoksia dan kematian

pada ginjal (Ismail, 2012).

2.2. Tekanan darah

2.2.1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan bagian dari sistem peredaran darah, tekanan

darah berfungsi agar darah dapat dialirkan keseluruh tubuh. Tanpa tekanan darah,

darah tidak dapat mencapai organ tubuh yang letaknya lebih tinggi dari jantung

seperti otak dan bagian yang paling jauh dari jantung seperti akral kaki. Darah
21

mengalir melalui pembuluh darah dan memiliki kekuatan untuk menekan dinding

pembeluh darah (Martuti, 2011).

Tekanan darah merupakansalah satu patokan yang sangat kuat untuk

menentukan keberhasilan pengobatan pada penyakit hipertensi karena tekanan

darah dapat mencerminkan kekuatan kontraksi jantung yang diperlukan agar darah

dapat mengalir pada pembuluh darah sehingga semua jaringan tubuh dapat teraliri

Total Peripheral Resistance (TPR) atau tahanan pembuluh darah perifer (Gunawan,

2001, Nuracmah, dan Gayatri, 2014).

Secara umum ada dua komponen tekanan darah menurut Martuti (2011) yaitu:

1. Tekanan sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibaat pengerutan

bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan besar.

2. Tekanan diastolik (angka bawah) yaitu kekuatan penahan pada dinding

pembuluh darah saat jantung mengembang antar denyut terjadi ketika

jantung dalam keadaan mengembang atau beristirahat.

Tekanan darah sistolik dapat dikatan jika bagian jantung (ventrikal) memompa

darah untuk dialirkan keseluruh tubuh dan tekanan diastolik adalah bagian jantung

(ventrikal) berhenti memompa untuk satu waktu. Tekanan darah dapat berubah-

ubah setiap waktu. Perubahan tekanan darah terdiri dari dua macam yaitu hipertensi

dan hipotensi. Hipertensi jika tekanan darah berada lebih dari batas normal tekanan

darah dan hipotensi adalah tekanan darah yang kurangdari batas normal tekanan

darah. Batas normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg (Martuti, 2011).
22

2.2.2. Mengukur tekanan darah

1. Peralatan dan perlengkapan

a. Stetoskop

b. Spygnomanometer

c. .Manset tekanan darah

d. Alat tulis ( Martuti, 2011)

1. Prosedur kerja

a. Mencuci tangan

b. Membawa alat-alat kedekat pasien

c. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien

d. Mendesinfeksi gagang stetoskop yang akan ditempelkan ketelinga dan

diafragma stetoskop

e. Bantu pasien keposisi nyaman, topang lengan klien yang telah

dipilih,hadapkan telapak tangan keatas. Lepaskan setiap pakaian yang ketat.

Instruksikan pasien untuk menempatkan kedua kaki datar dilantai ketika

duduk

f. Palpasi arteri brakhialis dilekukan siku. Pusatkan kantong manset sekitar 1

inci (2,5 cm) diatas tempat anda mempalpasi nadi brakhialis.

g. Lilitkan manset dengan pas disekeliling lengan pasien dan fiksasi ujungnya

secara tepat

h. Palpasi nadi brakhialis dengan satu tangan. Tutup sekrup klem pada balon

dan gembungkan manset sambil tetap memeriksa nadi dengan tangan yang

lain. Observasi poin ketika nadi tidak lagi dapat dipalpasi.


23

i. Buka sekrup klem, kembiskan manset dan tunggu selama 30 detik.

J. Posisikan earpiece stetoskop denngan nyaman ditelinga anda (arahkan

ujung earpiece sedikit kedepan) dan letakan diagfragma diatas arteri

brakhialis pasien

k. Tutup sekrup klem pada balon dan gembungkan manset hingga tekanan

mencapai 30 titik diatas nilai menghilangnya nadi

l. Buka klem dan biarkan cakra angka aneroid turun dengan kecepatan2

sampai 3 titik per detik

m. Catat tiitik pada kolom atau cakra angka saat anda pertama kalli mendengar

suara yang jelas

n. Lanjutkan mengempiskan manset dan catat titik ketika suara menghilang

o. Lepaskan setiap udara yang tersisa di manset dan keluarkan. Jika hasil

pemeriksaan harus diulang karenasuatu alasan, berikan waktu interval

waktu 1 menit sebelum memeriksa BP kembali

p. Bantu pasien keposisi yang nyaman. Informasikan pasien tentang hasil

pemeriksaan (Stikes Flora)

2.3. Kecemasan

2.3.1. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang

timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya

sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam diri (Depkes RI, 2014).
24

Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutanyang

tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami

oleh seseorang.

Kecemasan adalah adanya reaksi yang dapat terjadi secara nyata atau bahkan hanya

bayangan yang mengancam, dan menyebabkan rasa ketidak amanan secara umum

dan rasa takut. Kecemasan merupakan masalah yang komflit dan rumit perlu

adanya penanganan dan penatalaksanaan secara tepat dan benar (Junaidi, 2010).

2.3.2. Klasifikasi tingkat kecemasan

Terdapat empat tingkat kecemasan diantaranya yaitu ringan, sedang, berat

dan panik. Perubahan prilaku dapat terjadi pada setiap tahap, perlu adanya strategi

serta kemampuan secara kognitif dan respon emosional yang baik pada saat

mengatasi kecemasan (Putri, 2014).

Empat tingkat kecemasan menurut (Pearce, 2012).

1. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

sehari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat,kesadaran tinggi, mampu untuk

belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

2. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang


25

selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi

pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat

dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun

tidak optimal, kemampuan kosentrasi menurun, perhatian selektif dan berfolus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

lupa, marah dan menangis.

3. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan

berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan kepada suatu area yang lain. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat

tidur (insomnia), sering kencing, diare,palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak

mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan untuk menghilangkan

kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

4. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dngan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan

ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan

inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.


26

2.3.3. Respon Fsikologis terhadap Kecemasan

Menurut Asdie (2011), menjelaskan tentang respon psikologis terhadap

kecemasan yaitu :

a. perilaku

Gelisah tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,

menghindar.

b. Kognitif

Gangguan perhatian, kosentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,

bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang

berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati.

c. Afektif

Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup, yang luar biasa, sangat gelisah

2.3.4. Cara Mengukur Kecemasan

Menurut Hawari (2014), untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat

ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety(HRS-A).Alat

ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing- masing kelompok dirinci lagi

dengan gejala-gejala yang lebih sfesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti tidak ada gejala, nilai

1 gejala ringan,nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4 gejala berat

sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari ke-14 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan

seseorang yaitu total nilai (score) < 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan
27

ringan, nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56

kecemasan berat.

Tabel 2.2 Alat Ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety)

Nilai Angka
No Gangguan kecemasan
(Skore)

Perasaan cemas 0 1 2 3 4
a. Cemas
1 b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung

Ketegangan 0 1 2 3 4
a. Merasa tegang
b. Lesu
2 c. Mudah terkejut
d. Mudah menangis
e. Gemetar
f. Gelisah

Ketakutan 0 1 2 3 4
a. Terhadap gelap
b. Terhadap orang asing
3 c. Bila ditinggal sendiri
d. Terhadap kerumunan orang banyak
e. Terhadap keramaian lalu lintas
f. Terhadap binatang besar

Gangguan tidur 0 1 2 3 4
4
a. Suka tidur
28

b. Terbangun malam hari


c. Tidak pulas
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi yang menakutkan

Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
a. Sukar berkosentrasi
5
b. Daya ingat buruk
c. Daya ingat turun

Perasaan tertekan (Depresi) 0 1 2 3 4


a. Hilangnya minat
b. Sedih
6
c. Kurangnya kesenangan / hobi
d. Bangun dini hari
e. Perasaan berubah sepanjang hari

Gejala pada fisik / otot-otot 0 1 2 3 4


a. nyeri pada otot
b. Kaku
7
c. Kedutan otot
d. Gerakan gigi
e. Rasa tidak stabil

Gejala Sensorik 0 1 2 3 4
a. Telinga berdenging
8
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah / pucat
29

d. Perasaan lemah
e. Perasaan di tusuk-tusuk

Gejala Kardiovaskular 0 1 2 3 4
a. Denyut nadi meningkat
b. Nyeri dada
9
c. Jantung berdebar
d. Rasa lemah seperti mau pingsan
e. Detak jantung hilang (berhenti sekejab)

Gangguan Urogenital 0 1 2 3 4
a. Sering kencing
b. Tidak dapat menahan kencing
c. Amenorhoe / tidak datang bulan
10 d. Menohragi / datang bulan banyak
e. Frigiditas (sikap dingin)
f. ejakulasi dini
g. Ereksi lemah atau tidak dapat ereksi
h. Impotensi

Gejala pernafasan
a. Rasa tertekan didada
11 b. Perasaan tercekik
c. Sering menarik nafas panjang
d. Merasa nafas pendek / sesak

Gejala Gastrointestinal 0 1 2 3 4
a. Sulit menelan
12
b. Obstipasi / sukar buang air besar
c. Gangguan pencernaan
30

d. Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan


e. Pernafasan perut
f. Perut terasa penuh dan kembung
g. Mual dan muntah
h. Buang air besar lembek
i. Konstipasi / tidak dapat buang air besar

Gangguan Otonom / Vegetatif 0 1 2 3 4


a. Mulut kering
b. Muka merah
13
c. Mudah berkeringat
d.Pusing / sakit kepala
e. Bulu roma berdiri

Perilaku sewaktu wawancara 0 1 2 3 4


a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari tremor / gemetar
14 d. Mengkerutkan dahi
e. Muka tegang
f. Tonus otot meningkat
g. Nafas pendek dan cepat

Sumber : Hawari, D (2014). Manajemen Stres Cemas dan Depresi.


31

2.4. Gerakan sholat

2.4.1. Pengertian gerakan sholat

Sholat ialah berharap hati kepada allah swt sebagai ibadah, dalam bentuk

beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara’. Sabda Rasulullah

agama. “sholat itu adalah tiang agama, barang siapa yang mengerjakan berarti ia

telah menegakan tiang agama. Dan barang siapa yang meninggalkan berarti ia

merobohkan agama” (Ust. Imam Al – Hakam Wicaksono).

Hakekatnya adalah bermacam pola gerakan yang dilakukan mulai dari

gerakan takbir, rukuk, iktidal, sujud, dan berakhir dengan gerakan salam. Semua

hal tersebut didalam agama islam sudah ditata dan diatur dengan begitu sempurna

bahkan di fiqihpun sudah diatur secara teknik, pada gerakan rukuk badan harus

membungkuk dan posisi kepala, leher, serta punggung diwajibkan berposisi

horisontal atau lurus dan diupayakan badan tumpuannya berada didepan sehingga

di mungkinkan ruas-ruas pada tulang belakang kompresinya dapat berkurang

(Sagiran, 2012 dan Astuti, 2013).

2.4.2 Kedudukan dan Keutamaan Sholat

Kewajiban pertama seorang muslim adalah melaksanakan sholat, karena sholat

merupakan suatu bentuk ibadah dan juga do’a kepada sang pencipta, kedudukan

sholat didalam islam sangatlah tinggi, sholat juga mempunyai kedudukan yang

mulia dimata sang pencipta, dan amal dari sholat akan menjadi hal yang pertama

kali akan tuhan hisap ketika tiba hari kiamat nanti, hati nurani maupun raga akan

tenang, tentram dan nyaman serta dijauhkan dari ketegangan maupun emosi ketika
32

melaksanakan ibadah sholat. Allah swt, berfirman di dalam salah satu surat yakni

surat Al-Baqarah/2:277:

“ sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,

mendirikan sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi

Tuhannya. Mereka tidak cemas dan juga tidak merasa bersedih hati.” (Elzaky,

2011, dan Cahyani, 2014).

2.4.3 Syarat-Syarat Sholat

Menurut Ust. Imam Al – Hakam Wicaksono syarat-syarat sholat yaitu:

1. Beragama islam

2. Mengetahui mana yang rukun mana yang sunat

3. Sudah baligh dan berakal

4. Menghadap kiblat

5. Suci dari hadast dan najis

6. telah masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing sholat

7. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat

8. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara muka dan kedua telapak tangan

2.4.4. Rukun Sholat

Sholat juga memiliki beberapa rukun diantaranya : berniat untuk

melaksanakan sholat, posisi sholat adalah berdiri untuk yang mampu

melaksankanya, tetapi apabila sakit diperbolehkan sholat dalam posisi duduk atau

tidur terlentang, mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau takbiratil

ihrom, kemudian membaca sural Al- Fatihah, membukukan badan, antara kepala,

leher, maupun punggung harus lurus sejajar ini dinamakan ruku`. ruku’ harus
33

dilaksanakan dengan tuma’ninah, mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga

atau iktidal dilaksanakan dengan tuma’ninah, bersujud dengan sebanyak dua kali

dengan tuma’ninah, duduk antara dua sujud dengan tuma’ninah, duduk tasyahud

akhir dengan posisi secara tawaruk, mengucapkan tasyawud akhir,

mengumandangkan shalawat nabi, mengumandangkan salam sembari menoleh ke

arah kanan dan menoleh ke arah kiri. Urutan dalam rukun sholat harus dilaksanakan

dengan benar dan tertib (Sudarso, 2018)

2.4.5 Gerakan sholat

Sholat dikatakan benar apabila gerakan yang dilakukan sudah sesuai dengan

syarat dan rukun sholat tidak ada penambahan maupun pengurangan dalam gerakan

sholat, kemudian dari segi bacaan dalam sholat cara membacanya juga harus fasih

dan benar (Wastiyah, 2014).

Gerakan sholat menurut (Moh,Rifa’i, 2017) dilakukan dengan beberapa

tahap, yaitu :

1. Takbiratul ihram

Gerakan takbiratul ihram dikerjakan dengan cara mengangkat kedua belah

tangan sejajar dengan telinga seraya mengucapkan kalimat takbir Allahu Akbar

setelah itu kedua tangan bersedekap didepan dada dan membaca fatihah dan surat-

surat pendek sepeti halnya surat al-ikhlas.


34

2. Ruku’

Gerakan ruku’ dilakukan setelah mengangkat kedua belah tangan

disejajarkan dengan telinga seraya mengucapkan kalimat takbir kemudian badan di

bungkukkan serta kedua tangan memegang lutut serta punggung harus lurus dan

datar seakan apabila diletakan gelas diatasnya tidak akan jatuh, kemudian

mengucapkan kalimat tasbih, yaitu : Subhana rabbiyal adzimi wa bihamdih

sebanyak 3x.

3. I’tidal

Gerakan iktidal dilakukan setelah gerakan ruku’

yaitu berdiri dengan tegak seraya mengangkat

kedua tangan disejajarkan dengan telinga sembari

mengucapkan sami’allahu liman hamidah

rabbanaa lakalhamdu mil usamaawati wamilul

ardhi wamil uma syikta min syaim bakdu.


35

4. Sujud

Gerakan sujud dikerjakan seraya mengucapkan kalimat takbir Allahu Akbar

kemudian dahi menyentuh ke bumi dan mengucapkan kalimat tasbih yaitu subhana

rabbiyal akla wa bihamdih. Sebanyak 3x.

5. Duduk Iftirasy atau duduk antara dua sujud

Gerakan ini dikerjakan sesudah melakukan gerakan sujud dengan

mengucapkan kalimat takbir kemudian duduk dan membaca “rabbighfirli

warhamni wajburni warfakni warzukni wahdini wa aafini wak fu anni”.


36

6. Sujud kedua

Gerakan sujud yang kedua, ketiga, maupun yang keempat dilakukan sama

halnya dengan gerakan sujud yang pertama baik dari segi cara maupun bacaan yang

diucapkan.

7. Duduk Tasyahud atau tahiyat awal

Gerakan duduk tasyahud pada rakaat yang kedua, apabila melaksanakan

sholat dengan tiga rakaat maupun empat rakaat, maka diharuskan pada rakaat yang

kedua, posisi duduk seraya membaca tahiyat awal, dimana posisi kaki yang sebelah

kanan tegak dan telapak kaki yang sebelah kiri diharuskan diduduki.
37

8. Tasyahut akhir

Gerakan pada tasyahud akhir dari segi yang dibaca sama tahiyat awal hanya

saja ditambahkan shalawat nabi Muhammad SAW. Wa ala sayyidina Muhammad.

Sedang posisi kaki yang sebelah kiri dimasukan kebawah kaki yang sebelah kanan,

sehingga posisi pantat langung menyentuh ke bumi, sedangkan jari-jari kaki yang

sebelah kanan tetap menekan ke bumi.

9. Salam

Gerakan salam dilakukan setelah melaksanakan gerakan tasyahud akhir

yaitu dengan menoleh ke arah kanan terlebih dahulu kemudian barulah menoleh ke

arah sebelah kiri seraya mengucapkan Assalamu’alaikum wa rahmatullah”.

Sumber gambar di ambil dari (Moh, Rifa’I, 2017)


38

2.5. Fisiologi Gerakan Sholat Terhadap Kecemasan

a. Sujud

Sujud dilakukan dengan menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut,

ujung kaki, dan dahi pada lantai. Sujud bermanfaat memompa aliran getah bening ke

bagian leher dan ketiak. Posisi jantung diatas otak menyebabkan darah kaya oksigen

bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.

Gerakan sujud juga mempunyai metode yang dapat membawa kedamaian, keselarasan,

ketenangan dan kebahagiaan. Dalam sujud badan dari belakang rata kedepan, kedua

telapak tangan ditempelkan pada lantai/tanah, dan kaki ditekuk.

b. Duduk tahiyyiat awal dan tahiyyat akhir

Duduk ada dua macam yaitu tahiyyat awal dan tahyyat akhir, perbedaan terletak

pada posisi telapak kaki, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan

syaraf nervus Ischiadius, posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang

sering menyebabkan penderitanya sakit/nyeri ketika berjalan. Variasi posisi telapak

kaki pada tahiyyat awal dan tahiyyat akhir menyebabkan seluruh otot tungkai turut

meregang dan kemudian rileks kembali.

c. Rukuk

Rukuk yang sempurna ditandai dengan tulang belakang yang lurus sehingga

bila diletakan segelas air diatas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus

dengan tulang belakang ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang

(corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi ini akan melatih
39

relaksasi bagian tulang belakang hingga pinggang sehingga kita diharapkan bebas

keluhan seputar tulang punggung dan pinggang. Tangan yang bertumpu di lutut

berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga kebawah juga memperlancar aliran

darah didaerah leher dan lengan. Secara spiritual ruku’ dapat membentuk seseorang

dalam kehidupannya memulai merendahkan dan menundukan diri. Senantiasa beusaha

dalam memperfhalus hati tercermin dalam ucapan rukuk “Subhana Rabbi al-adhimi wa

bihamdi” (segala suci tuhanku yang maha agung dan dengan segala puji bagi-NYA.

d. I’tidal

Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan

setinggi telinga, i’tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak

berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-oragan

pencernaan didalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian.

Efeknya penceraan lebih lancar. Postur tubuh kembali tegak, sehingga memberikan

tekanan pada aliran darah bergerak keatas. Hal ini dapat membuat tubuh mengalami

relaksasi dan melepaskan ketegangan.

2.6 Fisiologi Gerakan Sholat Terhadap Tekanan Darah

a. Takbiratul Ihram

Dilakukan dengan berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu

melipatnya kedepan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini melancarkan aliran

darah juga getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Saat mengangkat kedua

tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar.

Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
40

juga sama halnya gerakan senam juga melatih otot dan persendian supaya tidak kaku

dan terhindar dari nyeri seputar persendian bahu, khususnya tubuh bagian atas.

b. Salam

Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Manfaatnya

untuk relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala.

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil peneliti

dengan teori (Nursalam, 2011) kerangka konsep menggambarkan hubungan variabel-

variabel yang akan diteliti. Secara konsep dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui pengaruh gerakan sholat terhadap penurunan tingkat kecemasan dan

tekanan darah pada penderita hipertensi. Sedangkan yang menjadi variabel

independent yaitu gerakan sholat, dan variabel dependentnya yaitu tingkat kecemasan

dan tekanan darah.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Tingkat Kecemasan
Gerakan sholat

Tekanan Darah

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Anda mungkin juga menyukai