PENDAHULUAN
Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia yang mempunyai arus
lalu lintas dan mobilitas masyarakat yang tinggi terutama pada saat pagi hari
yang merupakan jam mulainya suatu aktivitas, siang hari pada saat jam makan
siang, dan sore hari di saat mengakhiri aktivitasnya, yang menyebabkan jumlah
kendaraan yang bermobilitas di setiap jalurnya meningkat, sehingga
menyebabkan kemacetan. Kemacetan di kota Bandung menyebabkan operasi
angkutan kota tersendat dari terminal awal ke terminal akhir harus
membutuhkan waktu yang lama dengan jumlah penumpang untuk setiap trayek
yang minim.
Penurunan penumpang bukan hanya disebabkan karena kepemilikan mobil
pribadi, namun juga dipengaruhi oleh minat masyarakat yang rendah dalam
penggunaan transportasi umum. Di zaman yang modern ini, masyarakat
menginginkan kemudahan dalam segala sesuatu, untuk di bidang transportasi
hal tersebut didukung dengan adanya ojek online yang menawarkan
kemudahan bagi masyarakat, dan ojek online juga beroperasi di jalur yang
sama dengan angkutan kota beroperasi. Sehingga hal tersebut mempengaruhi
pendapatan dan jumlah penumpang bagi angkutan kota, di Bandung sendiri
dapat terlihat untuk angkutan kota yang beroperasi minim penumpang dan
kegitan operasional di terminal juga terlihat sepi yang menunjukkan angkutan
kota semakin ditinggalkan. Minimnya penumpang mengakibatkan jumlah
angkutan kota yang beroperasi menurun, sebagai contoh angkutan kota yang
beroperasi di Terminal Cicaheum ke Terminal Ciroyom, yang awalnya
berjumlah 300 kendaraan per jalur, kini hanya sekitar 50 sampai 60 kendaraan
per jalur yang masih beroperasi. Kenyaataan ini menunjukan bahwa lebih dari
60% angkutan kota tidak beroperasi lagi karena jumlah penumpang kota yang
semakin menurun.
Faktor-faktor lain yang harus dihadapi oleh sopir angkutan kota selain
penurunan penumpang yaitu besarnya biaya restribusi dan uang pangkal
selama proses operasi angkutan kota. Untuk di Terminal Cicaheum ke
Terminal Ciroyom biaya restribusi setiap terminal yaitu Rp 2.500,00 dan uang
pangkal berkisar dari Rp 2.500,00 – Rp 5.000,00 per jalur yang terdapat
pemungut uang pangkal. Sehingga banyak supir angkot yang sering mengeluh
pendapatannya kecil, dengan pengeluaran yang besar. Ditambah lagi pesaing
untuk angkutan kota bukan hanya sesama trasnportasi umum lainnya yang
berda satu trayek, namun ditambah lagi dengan adanya transportasi online juga
menambah minat penumpang untuk naik angkutan kota menurun yang
berdampak pada jumlah penumpang itu sendiri.
Permasalahan utama terletak pada angkutan kota itu dan kebijakan yang
mendasar tentang angkutan kota yang menjadi penyebab turunnya jumlah
penumpang di Terminal Cicaheum dengan tujuan akhir Terminal Ciroyom.
Sehubung dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan analisa untuk
mencari solusi yang efektif agar sopir mendapat keuntungan maksimal,
penyedia angkutan kota juga dapat berkembang bisnisnya, dan minat
masyarakat akan angkutan kota dapat meningkat.
PENGUMPULAN DATA
2.1.4 Headway
Headway atau waktu antara atau waktu selisih antara angkutan
sampai ke tempat tujuan atau dalam kasus ini adalah sampai ke Terminal
Ciroyom dan waktu keberangkatan dari Terminal Cicaheum kembali ke
Terminal Ciroyom adalah 5 menit.