Anda di halaman 1dari 15

CALL FOR PAPER

Tema: Administrasi Pertanahan dan Tata Ruang di


Indonesia Menuju Modern, Digital, dan Terpercaya
Sub Tema: Pemanfaatan Data Spasial Pertanahan untuk Informasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan Penataan Ruang

PUSLITBANG KEMENTERIAN ATR/BPN

JAKARTA, 2019
IP4T PARTISIPATIF UNTUK IDENTIFIKASI POTENSI LP2B DI DESA BULUREJO
(Studi Kasus: Desa Bulurejo, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten)

Fajar Buyung Permadi


Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
fbpermadi@gmail.com

Abstrak
Saat ini implementasi kegiatan pengendalian alih fungsi lahan belum berjalan optimal sesuai dengan
yang diharapkan. Percepatan penyiapan data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) menjadi
sangat penting untuk menetapkan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dalam upaya
pengendalian alih fungsi lahan. Kajian ini bertujuan untuk membantu percepatan penyiapan data LP2B
secara cepat melalui Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T)
Partisipatif. IP4T Partisipatif adalah modifikasi dari IP4T yang perbedaannya terletak pada partisipasi
masyarakat, sumber dana, pelaksana kegiatan, dan aspek yang diinventarisasi lebih luas sehingga
menciptakan data pertanahan lengkap meliputi: data fisik dan yuridis, data sosial-ekonomi, data
kependudukan, data potensi sumber daya agraria dan data penting lainnya sesuai kriteria, termasuk data
variable fisik yang diperlukan dalam penyiapan data LP2B.
Penelitian ini dilakukan di Desa Bulurejo menggunakan metode gabungan paralel (paralel mixed
method), terdiri dari metode spasial dan metode kualitatif. Metode spasial yaitu melakukan analisis
superimposed dan metode kualitatif yaitu kajian desk study. Analisis data spasial dilakukan dengan cara
meng-overlay-kan hasil IP4T Partisipatif terhadap hasil pengolahan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT)
dari Badan Informasi Geospasial ditambah peta-peta lain sesuai variabel kontrol LP2B menggunakan
aplikasi Quantum GIS 3.6.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan tersebut bermanfaat untuk
mempercepat identifikasi potensi LP2B di Desa Bulurejo secara mandiri. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam
menetapkan prosedur penyiapan data LP2B melalui peran aktif masyarakat.
Kata kunci: Data LP2B, IP4T Partisipatif, Superimposed

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan lahan pertanian di perdesaan menghadapi berbagai tantangan dengan
semakin terbatasnya kepemilikan lahan oleh petani. Jumlah petani gurem meningkat dari 14,25
juta pada tahun 2013 menjadi 15,81 juta pada tahun 2019 (Badan Pusat Statistik 2018, 51).
Beberapa faktor teknis dan nonteknis ditengarai menjadi kendala dalam pembangunan pertanian
di masa yang akan datang, seperti menurunnya kapasitas dan kualitas infrastruktur, konversi
lahan, degradasi lahan dan air, perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan lainnya. Dalam
agenda Nawa Cita, khususnya dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, saat ini difokuskan pada peningkatan
kedaulatan pangan. Untuk itu diperlukan strategi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (PLP2B) dengan tujuan diantaranya: (1) mengamankan lahan padi beririgasi teknis
didukung dengan pengendalian konversi salah satunya melalui penetapan Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (KP2B) diiringi dengan kebijakan harga serta perbaikan ketepatan
sasaran subsidi berdasar data petani, serta perluasan sawah baru seluas 1 juta hektar di luar
Pulau Jawa; (2) pemanfaatan lahan terlantar, lahan marjinal, lahan di kawasan transmigrasi,
lahan perkebunan, dan lahan bekas pertambangan untuk mendukung peningkatan produksi padi.
Dalam masalah konversi fungsi lahan, saat ini pemerintah terlihat kehilangan kontrol
terhadap alih fungsi lahan utamanya lahan pertanian. Implementasi kegiatan pengendalian alih
fungsi lahan seakan-akan belum berjalan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Percepatan
penyiapan data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) menjadi sangat penting untuk
menetapkan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dalam upaya pengendalian alih
fungsi lahan. Alih fungsi lahan pertanian dari waktu ke waktu akan mengakibatkan berkurangnya
lahan pertanian dan berakibat menurunnya ketahanan pangan. Alih fungsi lahan pertanian yang
terjadi ini sangat mengkhawatirkan, karena lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi
permukiman atau industri biasanya bersifat permanen (irreversible) (Usman, 2004 dalam Karim
& Rahayu, 2014). Untuk itu, pemerintah sudah berinisiatif melaksanakan perlindungan terhadap
lahan pertanian melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LP2B dan
diperkuat oleh Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sejalan dengan
itu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) juga telah
merespon cepat melalui kegiatannya yang dituangkan dalam Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor
19 Tahun 2016 tentang Penetapan LP2B pada Wilayah yang belum Terbentuk Rencana Tata
Ruang Wilayah serta Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Sawah.
Untuk melindungi potensi lahan dari kegiatan alih fungsi, Kabupaten Klaten telah
menetapkan luasan LP2B dalam Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tentang RTRW
Kabupaten Klaten 2011-2031 seluas 28.949 hektar. Namun, permasalahannya lokasi luasan
LP2B belum didelineasi, ditetapkan dan diterbitkan dalam bentuk peta. Hal tersebut
mengakibatkan adanya ketidakpastian dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang di Kabupaten Klaten. Pemerintah mengalami kesulitan dalam pelaksanaan
perlindungan lahan pertanian karena tidak adanya data valid tentang kepastian wilayah dan
luasan LP2B. Untuk itu, diperlukan adanya penelitian tentang kajian identifikasi penyiapan data
LP2B di Kabupaten Klaten secara cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lahan
pertanian sawah yang sesuai kriteria LP2B dengan cara Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan, dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) secara partisipatif (Studi kasus: Desa Bulurejo,
Kecamatan Juwiring, Klaten). Hasil akhir yang didapatkan yaitu peta potensi LP2B berbasis
bidang tanah secara digital. Selain itu, kegiatan IP4T partisipatif juga memiliki output lain yaitu
membangun basis data pertanahan lengkap multiguna. Basis data ini bisa digunakan untuk
berbagai kepentingan dan keperluan dalam pembangunan desa, terutama kaitannya dalam
rangka penetapan dan perlindungan LP2B.

B. IP4T dan IP4T Partisipatif


IP4T adalah kegiatan pendataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah, yang diolah dengan sistem informasi geografis, sehingga menghasilkan peta dan
informasi mengenai penguasaan tanah oleh pemohon (ATR/BPN 2018). Kegiatan ini merupakan
amanat TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 khususnya pasal 5 Ayat 1(c) yang menyatakan bahwa
untuk merumuskan Arah Kebijakan Pembaruan Agraria perlu diselenggarakan pendataan
pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform
(Mujiati 2015). Hal ini dilakukan untuk mengatasi kondisi masih rendahnya bidang tanah yang
telah terdaftar. Tanpa tersedianya data Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan
Tanah yang selanjutnya disebut P4T, sangat sulit untuk melaksanakan arah pembaruan agraria
sesuai amanat tersebut.
Kegiatan IP4T juga masuk kegiatan Prioritas Nasional dalam rangka menunjang reforma
agraria sehingga kegiatan IP4T wajib sukses pelaksanaannya. Kegiatan IP4T merupakan salah
satu kegiatan dalam rangka mencapai Cita V dari Nawa Cita Visi Misi Pemerintahan Presiden
Jokowi-JK, yaitu melaksanakan reforma agraria 9 juta hektar untuk rakyat tani/buruh tani.
Pelaksanaan kegiatan IP4T Tahun Anggaran 2018 di daerah dilaksanakan oleh Bidang/Seksi
Penataan Pertanahan. Kegiatan IP4T merupakan inventarisasi P4T secara sistematis pada satu
desa. Hasil kegiatan IP4T merupakan informasi untuk perencanaan kegiatan pertanahan dan
perumusan kebijakan teknis (ATR/BPN 2018,3). Seluruh pengelolaan dan pengolahan kegiatan
IP4T selama ini diselengarakan oleh ATR/BPN, dan di sisi lain masyarakat merupakan
obyek/sasaran kegiatan tersebut. ATR/BPN berkoordinasi dengan pemerintah desa sebagai
pemangku wilayah. Selanjutnya ATR/BPN menyelenggarakan pendataan P4T terhadap bidang-
bidang tanah milik masyarakat tersebut.
Kegiatan IP4T Partisipatif merupakan modifikasi dari IP4T yang perbedaan utamanya
terletak pada partisipasi masyarakat, sumber dana, pelaksana kegiatan, dan aspek yang
diinventarisasi lebih luas sehingga menciptakan data pertanahan lengkap meliputi: data fisik dan
yuridis, data sosial-ekonomi, data kependudukan, data potensi sumber daya agraria dan data
penting lainnya sesuai kriteria. IP4T berbasis partisipatif melibatkan masyarakat secara aktif dan
bertindak sebagai pelaksana dan peserta dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan monitoring
serta evaluasi dengan sangat baik (Prabowo, 2016). Manfaat partisipasi masyarakat adalah: 1)
masyarakat menjadi sadar dan paham atas berbagai IP4T permasalahan di dalam ruang
hidupnya, dengan demikian mereka menjadi lebih mampu menentukan strategi dan tindakan
kolektif untuk beradaptasi dengan ataupun melakukan perlawanan terhadap ancaman yang
muncul dari luar. 2) Masyarakat menjadi lebih mampu mengidentifikasi data sekaligus
membangun prakarsa untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan menggunakan
sumberdaya lokal yang mereka miliki. 3) Masyarakat lebih bertanggung jawab untuk
memperbaiki pengaturan pengelolaan dan pengendalian atas pemanfaatan sumberdaya alam di
wilayah yang sudah dipetakan secara partisipatif. 4) Masyarakat menjadi lebih mudah untuk
merencanakan alokasi ruang dan menentukan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang akan
dikembangkan sesuai dengan ketersediaan sumber daya alam di wilayahnya untuk keberlanjutan
mata pencaharian mereka untuk jangka panjang. 5) Masyarakat menjadi lebih percaya diri dan
memiliki posisi yang lebih kuat untuk menyatakan hak-haknya dan melakukan negosiasi ruang
dengan pihak-pihak lain yang dianggap sebagi lawan mereka (Mujiati, 2015). Modifikasi IP4T
menjadi kegiatan yang bersumber dari dana selain DIPA Kantor Pertanahan, menghasilkan
outcome multiguna serta menambahkan peran masyarakat sebagai pelaksana utama. Kegiatan
inilah yang disebut sebagai IP4T Partisipatif.
Dasar hukum IP4T Partisipatif berasal dari Petunjuk Teknis Pelaksanaan (Juklak) Kegiatan
Landreform tahun 2016 dan 2018. Berikut perbedaan kegiatan IP4T dengan IP4T Partisipatif:
Tabel 1. Perbedaan kegiatan IP4T dengan IP4T Partisipatif
No Kriteria IP4T IP4T Partisipatif
1 Dasar hukum - Ketetapan Nomor - Ketetapan Nomor
IX/MPR/2001 IX/MPR/2001
- Undang-Undang Nomor 5 - Undang-Undang Nomor 5
tahun 1960 tahun 1960
- Peraturan Pemerintah - Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Nomor 24 Tahun 1997
- Petunjuk Teknis - Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Landreform Pelaksanaan Landreform
2016 dan 2018 2016 dan 2018
2 Partisipan Kegiatan - Kantor Pertanahan - Kantor Pertanahan
- Perangkat Desa dan - Perangkat Desa dan
jajarannya jajarannya
- Kelompok Masyarakat
(Pokmas/Karang
taruna)
3 Sumber Dana DIPA Kementerian ATR/BPN - Dana Desa
RI - Dana Swadaya
- Dana Donatur
- Dana CSR
- DIPA Kementerian
ATR/BPN RI
4 Alur Kegiatan
- Persiapan - Tim IP4T Kantah - Tim IP4T Kantah dan
Pokmas
- Penyuluhan - Tim IP4T Kantah - Tim IP4T Kantah dan
Pokmas
- Pelaksanaan - Tim IP4T Kantah dibantu - Pokmas
perangkat Desa
- Pemandirian - Tidak ada - Tim IP4T Kantah dan
Pokmas
- Monitoring dan Evaluasi - Kanwil BPN Propinsi - Kanwil BPN Propinsi
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019

C. Penyiapan data LP2B


Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 jo. Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 19
Tahun 2016 tentang Penetapan LP2B pada Wilayah yang belum terbentuk Rencana Tata Ruang
Wilayah, LP2B adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Dalam rangka mewujudkan ketahanan dan
kedaulatan pangan dibutuhkan data dan informasi spasial lahan sawah secara nasional sebagai
data awal. Data dan informasi spasial ini dapat diketahui secara pasti melalui validasi lapang,
salah satunya dengan kegiatan penyiapan data LP2B. Kegiatan ini dilaksanakan lintas
dinas/Organisasi Perangat Daerah (OPD) terkait, antara lain: Pertanian, BPS, PUPR, BAPPEDA,
Tata Ruang, ATR/BPN. Hasil kegiatan penyiapan data LP2B berupa data spasial dan tekstual
penggunaan tanah (sawah dan tegalan) dan data pendukung lainnya. Selain itu, hasil kegiatan
penyiapan data LP2B dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk penetapan Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) atau LP2B bagi pemerintah daerah.
Dewasa ini baru beberapa daerah yang aktif mengimplementasikan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2009 jo. Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 19 Tahun 2016 tentang Penetapan LP2B
pada Wilayah yang belum terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah dengan mengeluarkan
beberapa Peraturan Daerah (Perda). Perda tersebut sejatinya sangat diperlukan untuk
mendukung secara legal dan formal pengaturan teknis pelaksanaan dan tindak lanjut di lapangan
terkait LP2B, seperti Perda tentang RTRW maupun Perda tentang Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR). Dengan adanya peraturan yang mengatur tata ruang tersebut, peluang untuk alih fungsi
lahan pertanian pangan semakin kecil, dapat mempertahankan wilayah LP2B, dan secara tidak
langsung berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

D. Tingkat Partisipasi masyarakat Desa Bulurejo


Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila secara kasar dibandingkan dengan delapan anak
tangga Arnstein, maka pelaksanaan IP4T Partisipatif di Desa Bulurejo hanya sampai pada tahap
informasi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 2).
Tabel 2. Penjelasan Tingkat partisipasi kegiatan IP4T Partisipatif Desa Bulurejo
menurut Arnstein
Tingkat Penjelasan
Citizen Control Inisiasi datang dari masyarakat baik dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengoperasian, tanggung jawab, pembiayaan dan
pemeliharaan (sesuai)
Delegated Power Inisiasi datang dari masyarakat terkait perencanaan, pelaksanaan,
pengoperasian, tanggung jawab, pembiayaan dan pemeliharaan dengan
meminta bantuan dari pihak terkait (sesuai)
Partnership Inisiasi datang dari masyarakat tetapi pada perencanaan, pelaksanaan
masih dibantu oleh pihak terkait dengan adanya kesamaan persepsi
Placation Masyarakat sudah melakukan kegiatan di atas secara sukarela, sudah
mengetahui manfaatnya, sudah ada keinginan berpendapat walaupun
hanya sebagian masyarakat yang menyampaikan (sesuai)
Consultation Masyarakat sudah melakukan kegiatan ini secara sukarela, sudah
mengetahui manfaatnya, sudah membuat usulan dan menyampaikan
permasalahan yang dihadapi (sesuai)
Informing Masyarakat telah mengetahui manfaat dari kegiatan IP4T Partisipatif bagi
Desa Bulurejo dan warga (sesuai)
Therapy Walaupun sebagian ada yang terpaksa, kegiatan IP4T Partispatif tetap
berjalan dengan penuh kerja keras (belum sesuai)
Manipulation Masyarakat melakukan kegiatan IP4T Partisipatif dengan kesadaran
namun ada yang terpaksa karena berpikir kegiatan ini menambah
pekerjaan mereka, telah mengetahui manfaatnya (belum sesuai)
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019

II. METODE
A. Pengumpulan Data
1) Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Bulurejo Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Provinsi
Jawa Tengah. Desa ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena dianggap cocok untuk
mengaplikasikan program IP4T Partisipatif. Lokasi Desa Bulurejo sangat strategis karena
posisinya yang terletak di pusat pemerintahan kecamatan Juwiring. Batas administrasi desa
bulurejo adalah sebagai berikut: sebelah barat yaitu desa Jaten, sebelah timur yaitu desa
Kenaiban, sebelah selatan yaitu desa Juwiran, dan sebelah utara yaitu desa Juwiring.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2018), desa bulurejo memilki luas wilayah total
yaitu 1.67 km2, yang terdiri dari 20 pedukuhan, 6 Rukun Warga (RW) dan 21 Rukun Tangga
(RT). Sedangkan untuk kondisi kependudukannya, di Desa Bulurejo terdapat sekitar 3.744
orang penghuni yang terdiri dari orang dewasa, anak-anak, laki-laki maupun perempuan
dengan tingkat umur yang beragam. Kondisi Desa Bulurejo yang utamanya ditopang oleh
sektor pertanian kini mulai berkembang dengan munculnya industri-industri rumah tangga.
Hal ini berakibat terhadap perubahan penggunaan tanah di Desa Bulurejo yang semulanya
tanah pertanian berubah menjadi non pertanian (industri).
2) Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode gabungan paralel (paralel mixed method), yaitu
berupa metode spasial dan metode kualitatif. Dalam metode ini, peneliti mengumpulkan data
spasial dan kualitatif, menganalisisnya secara terpisah, kemudian melihat keterkaitan
temuan-temuan yang ditemukan (Creswell, 2016). Metode spasial digunakan untuk
menganalisis data hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) taruna semester II Sekolah tinggi
Pertanahan Nasional tentang IP4T Partisipatif tahun 2019 terhadap Citra Satelit Resolusi
Tinggi (CSRT) dari Badan Informasi Geospasial (BIG); menganalisis kesesuaian
penggunaan lahan eksisting hasil PKL di atas dengan arahan pertanian tanaman
pangan/LP2B Provinsi Jawa Tengah tahun 2016; menganalisis lahan pertanian sawah hasil
PKL yang sesuai untuk LP2B di Kabupaten Klaten. Selanjutnya terhadap hasil di atas,
dilakukan analisis lagi terhadap peta tematik sesuai variabel kontrol kegiatan LP2B. Variabel
kontrol yang dimaksud antara lain: peta RTRW Kabupaten Klaten, peta kawasan hutan
Kabupaten Klaten, peta perizinan, dan peta penguasaan tanah. Semua analisis spasial di
atas dilakukan dengan metode analisis superimposed data spasial atau tumpang susun data
spasial. Sedangkan Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis potensi LP2B di Desa
Bulurejo, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten dengan kajian desk study.
3) Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari survei berupa gabungan dari data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif diantaranya berupa luasan bidang tanah, jumlah fasilitas umum dan jumlah
pemilik tanah. Sedangkan data kualitatif diantaranya berupa data jenis penggunaan tanah.
Sumber data dalam paper ini diperoleh dari sumber sekunder. Data yang digunakan oleh
penulis bukan merupakan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis sendiri
melainkan merupakan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan dari taruna semester II
Sekolah tinggi Pertanahan Nasional. Adapun rincian sumber data yang diperoleh yakni
sebagai berikut:
a) Data survei lapangan hasil kegiatan PKL IP4T Program Diploma IV pertanahan dengan
menggunakan data collector yaitu Locus GIS. Hasil export data berbentuk shapefie
(shp), meliputi lahan sawah (jenis irigasi, intesitas tanam), tegalan/ladang, curah hujan,
lereng, tekstur, rawan bencana. Data survei ini selanjutnya disebut variabel fisik.
b) Hasil studi pustaka yakni hasil studi terhadap peraturan perundang undangan dan
berbagai kajian terkait pelaksanaan IP4T di berbagai daerah.
c) Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) dari Badan Informasi Geospasial.
d) Peta-peta tematik sebagai variable kontrol, seperti: Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), Peta Kawasan Hutan, Peta Penguasaan Tanah, Peta Perizinan, dll.

B. Pengolahan Data
Pengolahan data lapangan pada penelitian ini diawali dengan menggunakan smartphone
android. Aplikasi yang digunakan yaitu Locus GIS. Aplikasi ini merupakan salah satu aplikasi
open source berbasis android yang berjenis mapping/grafis dan banyak beredar di playstore.
Selain memiliki fitur global positioning system (GPS), yang menjadi andalan dari Locus GIS
adalah basis data aplikasi ini memang open source, artinya user bisa menggunakan basis data
sesuai keinginannya baik dari segi informasi tekstual, peta dasar, maupun bidang tanah sebagai
informasi spasial. Salah satu hasil export aplikasi Locus GIS yang familier adalah file yang
berformat shapefile selanjutnya disebut .shp. Pada penelitian ini semua hasil survei lapangan di-
export menjadi data dan informasi berformat .shp dan diberi nama: PKL DIV-IP4T Plus.shp. File
tersebut kemudian kita pindah ke computer untuk selanjutnya dilakukan pengolahan
menggunakan software Quantum GIS 3.6.2.

Gambar 1. Export data lapangan menggunakan Locus GIS


Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019

Pada pengolahan data menggunakan aplikasi Quantum GIS dilakukan dengan cara
superimposed data spasial yang selanjutnya dilakukan analisis. Metode pengolahan data
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Pada tahapan ini dilakukan pengolahan
data shapefile menjadi informasi dalam bentuk peta tematik bidang tanah sesuai keinginan
peneliti dan kelengkapan sumber datanya.

Gambar 2. Tampilan awal aplikasi Quantum GIS


Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019

Hal pertama yang wajib dilakukan terhadap data shapefile hasil export Locus GIS adalah
meng-overlay-kan dengan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) dari Badan Informasi Geospasial
(BIG). Salah satu persyaratan utama dalam tumpang susun data spasial adalah kesamaan dalam
satu referensi peta. Dalam penelitian ini, CSRT dan data PKL DIV-IP4T Plus.shp. sudah memiliki
sistem koordinat yang sama yaitu Universal Transfer Mercator (UTM) 50S dengan datum WGS
1984. Hasil overlay CSRT dengan data PKL DIV-IP4T Plus.shp. sebagai berikut:

Gambar 3. Tumpang susun CSRT dengan data PKL DIV-IP4T Plus.shp


menggunakan software Quantum GIS
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019
Selanjutnya dilakukan pengecekan open attribute tabel di Quantum GIS. Pengecekan ini
dilakukan dengan tujuan apakah terdapat data yang kurang dalam survei lapangan. Apabila
masih terdapat data yang kurang bisa segera dilakukan survei dan ground check. Hasil open
attribute tabel sebagai berikut:

Gambar 4. Open attribute tabel data PKL DIV-IP4T Plus.shp menggunakan


software Quantum GIS
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019

Pengolahan data dilanjutkan dengan melakukan tumpang susun data lapangan di atas
terhadap variabel fisik dan variabel kontrol yang belum kita dapatkan di lapangan dengan cara
Union di Quantum GIS 3.6.2. Variabel fisik yang dimaksud seperti: peta kelerengan kabupaten
klaten, peta kemampuan tanah, serta peta kerawanan bencana secara bertahap. Sedangkan
variabel kontrol yaitu: peta RTRW, peta kawasan hutan, peta perizinan, peta rencana strategis
dan peta penguasaan. Semua hasil overlay data spasial di atas kemudian dilakukan analisis
dengan sistem nilai, bobot dan skoring sehingga menghasilkan kelas-kelas yang telah
ditentukan.

Gambar 5. Sistem nilai, bobot dan skoring analisis data variabel fisik LP2B
Sumber: Paparan Penetapan Luas Baku Sawah, Penyiapan Data LP2B, Upaya Percepatan
Penetapan Perda LP2B Menuju Ketahanan dan Kedaulatan Pangan oleh Kepala Subdirektorat
Penatagunaan Tanah Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Direktorat Penatagunaan Tanah
2019
Gambar 6. Sistem nilai, bobot dan skoring analisis data variabel kontrol LP2B
Sumber: Paparan Penetapan Luas Baku Sawah, Penyiapan Data LP2B, Upaya Percepatan
Penetapan Perda LP2B Menuju Ketahanan Dan Kedaulatan Pangan oleh Kepala Subdirektorat
Penatagunaan Tanah Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Direktorat Penatagunaan Tanah
2019
Hasil akhir pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menampilkan tabel jumlah landuse,
luasan bidang tanah berdasarkan variabel fisik LP2B dan variabel kontrol LP2B, dan data potensi
luasan LP2B di Desa Bulurejo, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. IP4T Partisipatif untuk Identifikasi Potensi Data LP2B
Gagasan tentang partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemerintah memang bukan
gagasan yang baru, tetapi partisipasi aktif masyarakat dalam IP4T partisipatif bukan sekedar
masyarakat ikut berpartisipasi melainkan masyarakat didorong untuk ikut menjadi penggagas
baik dalam hal ide maupun sebagai pelaksana teknis di lapangan. Data yang diambil merupakan
hasil upaya masyarakat dengan arahan dan bimbingan teknis dari petugas. Menurut Arnstein,
kegiatan ini merupakan kegiatan partisipatif walaupun hanya sampai sebatas tingkat informing.
Tujuan akhir dilakukannya pengumpulan data lengkap melalui IP4T partisipatif adalah untuk
membangun dan mengembangkan basis data pertanahan lengkap desa demi desa. Database
lengkap tersebut memiliki multiguna bagi pihak desa. Salah satunya yaitu mengidentifikasi
secara cepat dan lengkap potensi data LP2B di desa melalui peran aktif masyarakat dimulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan hingga selesai. Pada kegiatan ini, data yang dikumpulkan sudah
berbasis bidang tanah tidak hanya sekedar zonasi, sehingga hasilnya sudah sangat detail.
Dalam kaitannya LP2B, kegiatan IP4T partisipatif menjadi kegiatan awal atau pra penyiapan
data LP2B yang dilakukan lintas kementerian atau lembaga. Kegiatan ini menjadi sangat penting
karena mampu memberikan gambaran awal terkait potensi LP2B suatu desa. Data yang
diperoleh khususnya terkait identifikasi potensi LP2B merupakan representatif dari kondisi
sebenarnya di lapangan sehingga akan lebih mudah dan tepat menetapkan jumlah luasan LP2B
dan KP2B. Dengan adanya partisipasi masyarakat akan mendorong masyarakat untuk lebih
terbuka mengemukakan persoalan yang dihadapi dalam upaya pengelolaan LP2B. Selain itu
manfaat lain kegiatan ini yaitu mampu mengurangi dan mengontrol kegiatan alih fungsi lahan
yang semakin liar. Diharapkan dengan adanya identifikasi data LP2B per desa secara berkala
dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan Pemerintah Kebupaten Klaten untuk merevisi
atau memperbarui peraturan daerah tentang RTRW dan RDTR, menetapkan kawasan LP2B dan
melindunginya berdasarkan data yang valid dan aktual.
Berikut tampilan analisis data spasial terhadap variabel fisik dan variabel kontrol LP2B di
Desa Bulurejo, Klaten di bawah ini:
Gambar 7. Sistem nilai, bobot dan skoring analisis data variabel fisik dan
variabel kontrol LP2B Desa Bulurejo, Klaten
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019

Dari pengolahan data di atas dapat dilakukan beberapa analisis oleh penulis. Yang pertama
yaitu analisis terhadap luasan penggunaan tanah. Analisis ini menghasilkan pengelompokan
bidang tanah dengan variabel: sawah irigasi, sawab non irigasi, non pertanian, dan tegalan.
Analisis kedua yaitu analisis kelas berdasarkan variabel fisik. Analisis ini didapatkan hasil
penggolongan kelas bidang tanah, yakni: kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Adapun pengelompokan
bidang tanah yang tergolong kelas 1 adalah bidang tanah yang memiliki nilai > 2.5 setelah
dilakukan sistem pembobotan. Sedangkan kelas 2 yaitu bidang tanah yang memiliki nilai 1.5-2.5.
Sementara itu bidang tanah yang memiliki nilai di bawah 1.5 tergolong kelas 3. Analisis terakhir
yaitu analisis kebijakan yang diusulkan berdasarkan variabel fisik dan kontrol. Pada analisis ini
didapatkan hasil akhir yaitu pengelompokan bidang tanah yakni: bidang tanah yang sangat
direkomendasikan, bidang tanah direkomendasi, bidang tanah direkomendasi bersyarat, dan
bidang tanah yang tidak direkomendasikan sebagai LP2B. Bidang tanah yang sangat
direkomendasikan berarti bidang tanah yang kemungkinan besar sangat berpotensi sebagai
LP2B dan lokasinya sudah clear and clean. Artinya bidang tanah ini bisa langsung ditetapkan
sebagai LP2B sesuai peraturan. Bidang tanah ini terdiri dari kelas 1 ditambah 5 variabel kontrol
dengan kode 1 (lihat gambar 6). Bidang tanah direkomendasi adalah bidang tanah yang
berpotensi sebagai LP2B dan masuk dalam rencana strategis pemerintah yaitu percetakan lahan
sawah. Yang tergolong bidang tanah ini yakni bidang tanah yang memiliki 5 variabel kontrol
dengan kode 1 dan/atau kode 4 (lihat gambar 6). Selanjutnya, bidang tanah direkomendasi
bersyarat adalah bidang tanah yang berpotensi sebagai LP2B namun diperlukan effort dari
pemerintah untuk menyesuaikannya sesuai syarat peraturan LP2B. Sebagai contoh, bidang
tanah yang masih memiliki fungsi lahan non basah sesuai peraturan RTRW wajib dilakukan
perubahan fungsi menjadi lahan basah. Bidang tanah yang termasuk kawasan hutan produksi
terbatas atau bidang tanah yang masuk dalam kawasan perizinan/PTP wajib dikeluarkan dalam
kawasan tersebut sebelum ditetapkan LP2B. Bidang tanah ini terdiri dari bidang tanah kelas 1
dan 2 ditambah salah satu variabel kontrol memiliki kode 2. Pengelompokan terakhir yaitu bidang
tanah yang tidak direkomendasikan. Bidang tanah ini terdiri dari bidang tanah dengan kelas 1,
2 dan 3 ditambah salah satu variabel kontrol yang memiliki kode 3. Contoh bidang tanah ini yakni
bidang tanah yang masuk kawasan fungsi lindung dan/atau masuk kawasan Hak Guna Usaha
(HGU) perusahaan.
Hasil penelitian IP4T Partisipatif untuk identifikasi potensi LP2B di Desa Bulurejo berupa
tabel data variabel fisik, variabel kontrol dan data luasan landuse LP2B, serta peta identifikasi
potensi LP2B Desa Bulurejo.
Tabel 3. Analisis Luasan Landuse di Desa Bulurejo, Klaten
Sawah irigasi Sawah Non Irigasi Non Pertanian
Desa Tegalan Total (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha)
Bulurejo 67.681 9.363 57.566 1.757 136.368
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di Desa Bulurejo masih terdapat potensi LP2B yang
cukup besar berupa sawah irigasi dan sawah non irigasi. Total luasan kedua sawah ini sebesar
77.045 Ha (56.4% dari total luas Desa Bulurejo). Sedangkan luas tanah non pertanian sebesar
57.566 Ha (42.2% dari total luas Desa Bulurejo) dan tegalan sebesar 1.757 Ha (1.2% dari total
luas Desa Bulurejo).

Tabel 4. Analisis Kelas Berdasarkan Variabel Fisik di Desa Bulurejo, Klaten


Desa Kelas 1 (Ha) Kelas 2 (Ha) Kelas 3 (Ha) Total (Ha)
Bulurejo 70.695 8.105 - 78.802
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di Desa Bulurejo hanya terdapat dua kelas hasil analisis
data spasial terhadap variabel fisik LP2B. Kedua kelas tersebut yaitu kelas 1 dan kelas 2. Luasan
kelas 1 sebesar 70.695 Ha (89.7% dari total luas Desa Bulurejo). Sedangkan luas kelas 2
sebesar 8.105 Ha (10.7% dari total luas Desa Bulurejo).

Tabel 5. Analisis Kebijakan/Yuridis Berdasarkan Variabel Fisik dan Variabel


Kontrol di Desa Bulurejo, Klaten
Sangat Direkomendasi Tidak Total
Desa Direkomendasi Direkomendasi Bersyarat Direkomendasi (Ha)
Bulurejo 70.696315 - 8.105 - 78.802
Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019
Tabel di atas merupakan hasil akhir dari analisis spasial identifikasi potensi LP2B sebelum
menghasilkan sebuah Peta Identifikasi LP2B. Menurut tabel di atas kita mengetahui bahwa di
Desa Bulurejo hanya terdapat dua rekomendasi hasil analisis data spasial terhadap variabel
kontrol LP2B. Kedua rekomendasi tersebut yaitu sangat direkomendasi dan direkomendasi
bersyarat. Luasan wilayah potensi LP2B yang sangat direkomendasi yaitu sebesar 70.695 Ha
(89.7% dari total luas Desa Bulurejo). Sedangkan luas wilayah yang direkomendasikan bersyarat
sebesar 8.105 Ha (10.7% dari total luas Desa Bulurejo). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah bidang tanah yang termasuk kategori sangat direkomendasi yaitu sebanyak 576 bidang
tanah. Sedangkan jumlah bidang tanah yang termasuk kategori direkomendasi bersyarat yaitu
sebanyak 125 bidang tanah. Hasil Peta Identifikasi LP2B Desa Bulurejo, Klaten terlampir.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan IP4T Partisipatif dapat
mengidentifikasi potensi LP2B dalam satu desa parcel based. Di Desa Bulurejo terdapat dua kelas
dan dua rekomendasi yang dihasilkan dari analisis data spasial terhadap variabel fisik dan kontrol
LP2B. Kedua kelas tersebut adalah kelas 1 sebesar 70.695 Ha (89.7% dari total luas Desa Bulurejo)
dan kelas 2 sebesar 8.105 Ha (10.7% dari total luas Desa Bulurejo). Sedangkan rekomendasinya
yaitu sangat direkomendasi sebesar 70.695 Ha (89.7% dari total luas Desa Bulurejo) dan
direkomendasi bersyarat sebesar 8.105 Ha (10.7% dari total luas Desa Bulurejo). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah bidang tanah pertanian di Desa Bulurejo yang termasuk kategori sangat
direkomendasi yaitu sebanyak 576 bidang tanah. Sedangkan bidang tanah yang termasuk kategori
direkomendasi bersyarat yaitu sebanyak 125 bidang tanah.
.
V. Saran
Diharapkan hasil kegiatan IP4T Partisipatif untuk identifikasi potensi LP2B ini dapat bermanfaat
bagi pemerintah dalam rangka pembuatan prosedur penyiapan data LP2B melalui peran aktif
masyarakat. Selain itu penulis berharap semoga kegiatan IP4T Partisipatif menjadi terobosan dalam
meningkatkan kualitas basis data pertanahan di tingkat desa menuju desa lengkap.

VI. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu dosen terbaik yaitu: Ibu Wahyuni, S.H., M.Eng.
dan Ibu Sukmo Pinuji, S.T., M.Sc. yang telah mengijinkan penulis menggunakan data hasil PKL II
IP4T tahun 2019. Berkat jasa beliau-beliaulah, penulis menjadi bersemangat dan selalu bersungguh-
sungguh dalam membuat sebuah karya tulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan Tim PKL II IP4T tahun 2019 dengan koordinator umum: Saudara Arda Kurniansyah,
koordinator spasial: Ahmad Haris Hadi, dan koordinator tekstual: Alifia Nurhikmahwati dan Erfiana
Prihastuty.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Peraturan Perundan-Undangan
TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten
Tahun 2011-2031
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2016
tentang Penetapan LP2B pada Wilayah yang belum Terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 59 Tahun 2019
tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

Buku
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. (2016). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, Pemanfaatan Tanah Tahun 2018.
Direktorat Jenderal Penataan Agraria Kementerian ATR/BPN. Jakarta: ATR/BPN
Badan Pusat Statistik. (2018). Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018. Jakarta: BPS
Badan Pusat Statistik. (2018). Kecamatan Juwiring dalam angka 2018. Jakarta: BPS: Diakses dari
https://klatenkab.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=ZjRiNTJhM2JkMThjZjVjYzk
zMmMzMjU2&xzmn=aHR0cHM6Ly9rbGF0ZW5rYWIuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9u
LzIwMTgvMDkvMjYvZjRiNTJhM2JkMThjZjVjYzkzMmMzMjU2L2tlY2FtYXRhbi1qdXdpcmluZ
y1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDE4Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAxOS0xMC0wNyAwM
Do0ODozNA%3D%3D

Jurnal
Arnstein, S. R. (1969). A Ladder of Citizen Participation. Dalam R.T Gates, & F. Stout (Penyunting),
The City Reader (2nd ed.). New York: Routledge Press.
Creswell, J. W. (2016). Research Design (Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran)
(4th ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim, M. L. S., & Rahayu, S. (2014). Kajian kesesuaian konversi lahan pertanian ke non pertanian
terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) (Studi kasus: sebagian Kecamatan
Ungaran Timur, Kabupaten Semarang). Geoplanning, 1(1), 44–55.
Mujiati. (2015). Peta P4T hasil pemetaan partisipatif sebagai instrumen identifikasi tanah absentee.
Jurnal Bhumi. Vol. 1 (1), 59-68.
Prabowo, H. L. (2016). Membangun basis data pertanahan desa melalui Inventarisasi Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T) Partisipatif. CGISE dan FIT-ISI.

Sumber lainnya
Savitri, Donna. (2019). Penetapan luas baku sawah, penyiapan data lp2b, upaya percepatan
penetapan perda lp2b menuju ketahanan dan kedaulatan pangan. Kepala Subdirektorat
Penatagunaan Tanah Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Direktorat Penatagunaan Tanah.
VIII. LAMPIRAN

Gambar 8. Peta Identifikasi Data LP2B Desa Bulurejo, Klaten


Sumber: Olahan data sekunder peneliti 2019
IX. BIODATA PENULIS/CV
Penulis bernama lengkap Fajar Buyung Permadi. Lahir di Bantul,
27 April 1994 dan merupakan putra dari Bapak Suparmadi, S.IP., M.Si.,
dan Ibu Sunarti. Penulis beragama Islam memiliki istri bernama Dian
Shinta Amalia, S.H. dan anak bernama Zayn Ali Zydan. Penulis
merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan Unit Kerja Kantor
Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan sebagai Taruna Tugas
Belajar (Tubel) Program Diploma IV semester V Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional (STPN) jurusan perpetaan. Penulis aktif
berorganisasi di STPN dan sedang diamanahi sebagai Wakil Kepala
Badan Senat Taruna (BST) Tahun 2018/2019.

Jenjang karir pendidikan penulis:


1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bantul Timur Tahun 2000
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bantul Tahun 2006
3. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bantul Tahun 2009
4. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Program DI
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral (PPK) Tahun 2012
5. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Program DIV-
Pertanahan Jurusan Perpetaan Tahun 2017 hingga sekarang.

Portofolio dalam menulis karya ilmiah:


1. Spatial Analysis of Rehabilitation and Reconstruction of Palu
Disasters in 2018 Using Landsat, oleh: Westi Utami, Yuli Ardianto
Wibowo, Wasyilatul Jannah, Fajar Buyung Permadi (Seminar
Internasional di STPN Tahun 2019)
2. Pemanfaatan Penginderaan Jauh untuk Percepatan Pendaftaran
Tanah Daerah Perbatasan, oleh: Westi Utami, Fajar Buyung
Permadi, Wasyilatul Jannah (Seminar Nasional Senastindo
Akademi Angkatan Udara Tahun 2019)
3. Remote Sensing Application for Monitoring Land Use Pattern, 15
Years Post Tsunami in Aceh, oleh: Westi Utami, Yuli Ardianto
Wibowo, Fajar Buyung Permadi (ICEGE Tahun 2019)
4. Masyarakat Sadar Spasial: Membangun Kemandirian Masyarakat
untuk Memetakan Sumber Daya Agraria di Wilayahnya
Menggunakan Aplikasi Low Cost Berbasis Android, oleh: Fajar
Buyung Permadi (Lomba Essai Agraria Nasional Tahun 2018)
5. Sistem Informasi Tata Ruang (Upaya Pengendalian dan Penataan
Ruang Berbasis Android), oleh: Fajar Buyung Permadi,
Muhammad Abdul Nasser, Wasyilatul Jannah (LOGIN UGM Tahun
2019)

Anda mungkin juga menyukai