HUMANIKA
Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Volume 15 Nomor 1, September 2015
Volume 15 Nomor 1, September 2015
i
i
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap lebih dalam fungsi etika sosial yang berlaku
di dalam masyarakat Kotesan yang tidak hanya memegang teguh ajaran agama tetapi juga
etika sosial di dalam bermasyarakat yang terwujud dalam kerukunan umat beragama di Desa
Kotesan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan sosio-antropologis, yakni mencermati fenomena sosial-budaya yang
berkembang di Kotesan sekaligus dan mencaritahu bagaimana masyarakat tersebut memaknai
fenomena itu. Setting penelitian adalah Desa Kotesan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan masyarakat multikultural dari aspek keyakinan
agama. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan Focus Group
Discussion (FGD). Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif berupa reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan etika sosial
masyarakat desa Kotesan mempunyai signifikansi besar dalam rangka merajut hubungan sosial
dan pengelolaan konflik yang ada di dalam masyarakat. Etika sosial yang terbangun di desa
Kotesan disebabkan oleh adanya persamaan konsepsi tentang ajaran leluhur yang menuntut
hidup rukun, aman dan damai serta sebagai simbol kesetiaan dan kepatuhan dalam
memelihara dan menjaga warisan leluhur yang mereka takzimi. Secara faktual menunjukkan
tidak ada pemisahan yang signifikan antara warga muslim dan warga yang nonmuslim di desa
Kotesan, dalam pengertian tidak ada daerah muslim, daerah Kristen dan daerah Budha. Meski
berbeda-beda agama, tetapi mereka merasa berasal dari satu nenek moyang yang sama, merasa
masih satu darah atau keturunan. Sikap toleransi menjadi kunci bagi masyarakat Kotesan yang
hidup dalam suasana harmonis.Meski diakui, sikap toleransi ini juga menyebabkan
perpindahan agama (konversi agama) menjadi hal yang biasa.
49
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
50
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
dalam Islam pernah dibahas dari sudut Buddha. Selain itu, ajaran Buddha
pandang agama oleh Labbay Muis, Dhamma yang membabarkan ajaran
berjudul Etika Sosial dalam Islam: cinta kasih (metta) dan kebebasan dari
Studi atas Pemikiran Nurcholish hawa nafsu (vimutti), juga menyerukan
Madjid. Penelitian ini menjelaskan latihan meditasi dan memperkecil sifat
bagaimana pemikiran Nurcholis Madjid ke‟aku‟an (anatta) merupakan bagian
memberikan sumbangan pemikirannya dari cara pandang dan perilaku umat
terkait dengan etika sosial dalam Islam Buddha yang memberikan kontribusi
yang selama ini sebenarnya sudah ada pada kerukunan antar umat beragama di
dalam ajaran Islam dan harus senantiasa desa Kotesan ini. Demikian halnya,
digali, sehingga sebagai sebuah agama, jalan umat Buddha dalam
Islam menjadi agama rahmat bagi menyelesaikan konflik kehidupan,
semua umat manusia baik yang secara termasuk konflik antarumat beragama,
formal penganut ajaran Islam maupun yaitu berasaskan pada hukum karma
juga penganut agama lain (Lihat yang berimplikasi kepada praktik hidup
Labbay Muis: 2006). bersama tanpa kekerasan (Heriyah:
Franz Magnis Suseno dalam 2005).
bukunya Etika Jawa mencoba Berikutnya penelitian I Gede
menganalisa bagaimana kebijaksanaan Suwindia berjudul Pluralitas kehidupan
hidup orang Jawa melalui etika jawa umat beragama di Bali (studi kasus
yang mencerminkan nilai-nilai pola interaksi komunitas Islam dan
manusiawi dan pantas menjadi Hindu di desa Pemogan Denpasar),
pedoman alternatif dalam menghadapi yang menggunakan teori Paul Knitter,
tantangan modernisasi, karena etika menjelaskan bahwa pola interaksi
jawa memang unik dan mencerminkan antara komunitas Islam dan Hindu di
gambaran yang khas tentang manusia, desa Pemogan Denpasar ini
pribadi, masyarakat dan alam semesta. dilatarbelakangi salah satunya adalah
Hal ini tentu saja berbeda dengan etika dengan cara pandang yang pluralis
yang berasal dari barat (Frans Magnis- terhadap agama lain (I Gede Suwindia,
Suseno: 2001). 2005). Dengan dialog, dan juga
Heriyah dalam karyanya berjudul komunikasi yang baik, ternyata semua
Kerukunan Umat Beragama di Desa keragaman tersebut bukan sebagai
Kotesan Kecamatan Prambanan Klaten penghalang adanya interaksi, namun
(Telaah dialog antaragama dalam justru menjadi karakter yang khas dari
perspektif agama Buddha) menjelaskan komunitas itu sendiri. Keunikan inilah
tentang bagaimana kerukunan antar yang menjadi salah satu nilai yang
umat beragama di Desa Kotesan sangat berharga, sebagai salah satu
Kecamatan Prambanan ini terbangun. kearifan lokal masyarakat di mana
Namun demikian penelitian ini hanya penelitian ini dilakukan.
terfokus dalam perspektif agama Joas Adiprasetya dalam bukunya
Budha, dikarenakan kehidupan Etik Global dalam Kajian
masyarakat desa Kotesan ini masih Postmodernisme dan Pluralisme Agama
dipengaruhi oleh tradisi Hindu dan yang terinspirasi dengan buku Global
51
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
ethic karya Hans Kung, buku ini data lapangan yang berkaitan dengan
mencoba berbicara etika global bagi kajian sosial keagamaan yang ada di
masyarakat Indonesia. Etika global desa Kotesan, termasuk juga data
menjadi sebuah alternatif pendekatan kepustakaan. Penelitian ini
karena selama ini pendekatan- menggunakan pendekatan sosio-
pendekatan yang dilakukan sebagai antropologis, yakni melihat fenomena
upaya menjembatani pluralitas agama sosial-budaya yang berkembang pada
seringkali mengalami kebuntuan. masyarakat desa Kotesan Prambanan
Setidaknya ada beberapa hal yang Klaten Jawa Tengah kemudian mencari
menyebabkan kebuntuan dalam dialog tahu bagaimana masyarakat memaknai
antar-agama yakni: pertama adalah fenomena sosial-budaya tersebut.
dialog antar agama seringkali berada Pengumpulan data penelitian ini
dalam ranah dogmatis-doktriner. melalui beberapa metode, pertama
Kedua, karena dialog antar agama observasi, yakni melakukan
hanya terbatas pada wilayah intelektual penelusuran awal mengenai hal ihwal
dan kurang menyentuh dalam tataran masyarakat Kotesan berkaitan dengan
praksis dan real di masyarakat. sosial keagamaan mereka bertujuan
Ketiga,seringkali dialog ini hanya agar penelitian fokus pada persoalan-
sekedar proyek atau terdapat persoalan yang diangkat dalam
kepentingan pemerintah di dalamnya. penelitian. Kedua, metode wawancara
Dan terakhir adalah karena agama mendalam, yaitu melakukan interview
justru menjadi sumber konflik. Disini kepada informan kunci guna
kemudian etika global dianggap sebagai menanyakan lebih lanjut perihal
pendekatan yang seimbang, jujur, dan masalah dimaksud. Ketiga, FGD
menyeluruh serta lebih dapat diterapkan (Focus Group Discussion) yakni
dalam tataran real di masyarakat (Joas memperbincangkan persoalan-persoalan
Adiprasetya: 2005, 4-6). sosial keagamaan, khususnya berkaitan
Berdasarkan beberapa penelitian dengan etika sosial pada masyarakat
di atas, belum ada penelitian tentang Kotesan memanfaatkan media diskusi
etika sosial kerukunan umat beragama secara kelompok agar terjadi dialektika
di desa Kotesan kecamatan Prambanan sehingga persoalan-persoalan yang
Klaten. Penelitian ini penting dilakukan ditelaah mampu dicerna dan dipahami
karena faktanya bahwa kondisi secara baik. Terakhir, dokumentasi,
Indonesia saat ini memang sedang yakni mendokumentasikan hal-hal yang
menghadapi tantangan terhadap terkait dengan perhelatan sosial
pluralitas terutama pluralitas keagamaan, merekamnya dengan tape
keagamaan dan sedang mencari model recorder dan catatan-catatan kecil,
atau pola yang tepat terkait dengan manuskrip-manuskrip, dan data-data
masalah dimaksud. penting berkaitan dengan persoalan
penelitian.
METODE PENELITIAN Sasaran penelitian ini adalah
Penelitian lapangan yang bersifat tokoh agama dan tokoh masyarakat
kualitatif ini mencoba mengumpulkan seperti tetua adat, aparat pemerintahan
52
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
desa, pengelola rumah ibadah, dan keberadaan candi Prambanan dan juga
kelompok sosial keagamaan yang ada di beberapa candi lainnya seperti candi
desa Kotesan. Selain itu, agar datanya Sojiwan dan candi Plaosan. Karenanya
tidak bias elit, maka penelitian ini juga kota Prambanan seringkali diidentikkan
menggali informasi dan data dari sebagai subordinasi dari Daerah
masyarakat “biasa” yang bukan Istimewa Yogyakarta.
tergolong sebagai pemimpin sosial- Secara historis, daerah Kotesan
keagamaan yang punya pandangan memainkan peranan yang penting
sendiri tentang kehidupan dalam membawa perubahan masyarakat
keagamaannya. khususnya di wilayah Jawa Tengah.
Berikutnya, analisis data Desa Kotesan menjadi saksi sejarah atas
ditempuh melalui tiga langkah secara pemberantasan Gerakan 30 S/PKI di era
bersamaan, yaitu reduksi data, 60-an, juga sebagai pusat pertumbuhan
penyajian data dan penarikan dan pergerakan kaum komunis.
kesimpulan. Reduksi data sebagai Mungkin karena fakta sejarah itulah,
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada perhelatan-perhelatan politik
pada penyederhanaan pengabstrakan, nasional seringkali terlupakan.
dan tarnsformasi data-data yang tersaji Desa Kotesan mempunyai luas
apa adanya yang muncul dari catatan- wilayah 108,8 Ha terdiri dari dengan
catan tertulis di lapangan. Reduksi data, batas wilayah di sebelah utara
adalah proses menajamkan, berbatasan dengan desa Sanggrahan,
menggolongkan, mengarahkan serta sebelah berbatasan dengan desa
membuang yang dianggap tidak perlu Sengon, sebelah barat berbatasan
dan mengorganisasi data sedemikian dengan desa Taji, Kebondalem Kidul,
rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan Pereng dan di sebelah timur berbatasan
atau verifikasi. Penyajian data, adalah dengan desa Cucukan. Kondisi
proses untuk merancang dan geografisnya dalam pengertian
menggabungkan informasi yang topografi desa adalah rendah. Orbitasi
tersusun dalam suatu bentuk yang padu jarak dari desa Kotesan ke kecamatan
dan mudah dipahami dan dimengerti. adalah 2 km, ke kota kabupaten adalah
13 km dan ke kota Provinsi adalah 90
HASIL PENELITIAN DAN km. Status pertanahan bersertifikat hak
PEMBAHASAN milik berjumlah 144 buah 28 Ha yang
dibagi kepada Tanah kas desa, 11 buah
Fakta Geografis Desa Kotesan 41.0825 Ha, tanah, dan diperuntukkan
Desa Kotesan kecamatan jalan 602 Km, lahan sawah yakni seluas
Prambanan Kabupaten Klaten terletak 73,9 Ha dan sisanya 34,9 Ha di gunakan
di perbatasan antara Klaten dan kota untuk lainnya seperti bangunan, tegal,
Yogyakarta, tepatnya 5 km dari candi kebon dan lain sebagainya. Meski tidak
Prambanan yang menjadi salah satu jauh dari pusat keramaian, desa Kotesan
tempat tujuan wisata di kota merupakan desa yang indah, dengan
Yogyakarta. Kecamatan Prambanan hamparan sawah yang membentang dan
memang cukup dikenal, hal ini karena dibatasi oleh bukit-bukit kecil membuat
53
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
54
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
jaraknya memang tidak terlalu jauh dari lulus SMA/sederajat lebih memilih
desa, tetapi harus ditempuh dengan menjadi buruh pabrik di luar desanya.
berjalan kaki kurang lebih 8 km atau Hal ini tentu saja membawa pengaruh
mengendarai sepeda maupun sepeda pada ketidakoptimalan pendayagunaan
motor. Tidak jarang warga harus potensi pertanian daerah setempat.
menuju tetangga desa, yaitu pasar Taji Selain kondisi pertanian,
yang jaraknya cukup jauh dengan kehadiran warga pendatang di desa
berjalan kaki. Kotesan, yang membuka aktivitas
Meskipun demikian, terdapatnya industri mebel seperti, lemari, kursi dan
2 buah toko dan 10 warung yang meja yang telah menyerap 10 tenaga
menyediakan kebutuhan sehari-hari kerja rata-rata perempuan dari warga
menjadi sarana alternatif bagi para setempat, adanya home industry berupa
warga. Hal ini berpengaruh kepada kerajinan tangan, seperti aksesori
warga untuk menjual hasil pertaniannya pariwisata dan alat kebersihan (sapu lidi
secara tebasan atau bakulan. 1 dan ijuk) telah membuka lapangan
petak/tebasan biasanya dihargai Rp. pekerjaan dan berperan untuk
900.000 s.d 5 juta dan membawa buruh meningkatkan perekonomian
tani sendiri. masyarakat desa Kotesan.
Rendahnya harga penawaran hasil Sementara itu sumber pendapatan
panen menyebabkan tidak jarang asli desa lebih bertumpu pada
penduduk memilih hasil panennya pendayagunaan tanah kas desa. Upaya
untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini belum pelelangan tanah kas desa dalam setiap
ditambah dengan kualitas panen yang tahunnya biasanya dilakukan untuk
dapat mengurangi pendapatan para menghidupi operasional kantor desa
petani. Selanjutnya tidak tersedianya dan apabila memungkinkan juga untuk
transportasi desa menuju pusat kota upah para perangkat desa Kotesan.
langsung, mengakibatkan ketrtinggalan Sedangkan fasilitas penerimaan tanah
dalam upaya menciptakan sentral bengkok yang diberikan kepada aparat
perekonomian desa Kotesan. desa dengan rincian antara lain; Kepala
Kondisi tersebut mendorong desa menerima 4 hektar lahan,
sebagian warga untuk menyewakan sekretaris desa menerima 2,5 hektar
lahan pertaniannya, disamping juga lahan dan kepala urusan/kasi masing-
karena semakin langkanya buruh tani masing menerima 1 hektar lahan.
yang mengakibatkan mahalnya upah Pola pemukiman penduduk, yakni
bagi mereka, minimnya alat-alat berkelompok berdasarkan pada sistem
pertanian yang berteknologi tinggi, kekerabatan warga. Terlihat dari satu
sehingga biaya produksi memang cukup kelompok pemukiman dengan
tinggi. Perubahan masyarakat dan pemukiman lain sangat berdekatan dan
tuntutan perekonomian itupun berdampingan. Meski mereka berbeda
mendorong banyaknya warga desa dalam keyakinan. Misalnya, kehidupan
memilih untuk bekerja sebagai buruh umat Budha relatif menyebar di
bangunan. Begitu juga pengaruhnya beberapa dusun; Kotesan, Guwo, Jetis,
terhadap pemuda desa, dimana setelah Gatak, dan Sosiarjo. Keberadaanya
55
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
56
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
menjadi pilihan mayoritas warga desa, adalah bentuk kepedulian para pemuda
meskipun partai-partai yang berbasis dan pemudi Buddha untuk melakukan
agama seperti PKB dan PKS tetap ada pembinaan tentang dasar-dasar agama
pemilihnya. Buddha kepada mereka, yang
Meski terjadi perbedaan agama, disebabkan minimnya pendidikan
tetapi pada umumnya situasi desa agama yang diperoleh di sekolah dan
Kotesan berjalan dengan harmonis. kurangnya tenaga pengajar agama
Kegiatan kemasyarakatan seperti Buddha.
keagamaan (Majelis Ta‟lim, Majelis Sedangkan kegiatan umat
Buddha, kelompok remaja Masjid dan Kristiani, di samping ritual keagamaan
remaja Buddha) tampak berjalan aktif. setiap hari minggu, dengan waktu yang
Perkumpulan rutin selapanan, lebih fleksibel. Ada yang
perkumpulan TPA, pengajian masjid melaksakannya pada hari minggu jam 7
khusus maupun campuran baik bapak- pagi, dan ada yang melaksanakan pada
bapak maupun ibu-ibu, amaliyah jam 9, dan ada pula yang lebih suka
mauludan dan rotib (membaca al- melaksanakannya pada sore hari.
Qur‟an dan Hadis), kajian jum‟atan, Namun demikian, sebaian besar warga
Yasinan, Dzikiran, perkumpulan Kristiani di desa ini lebih suka pergi ke
tirakatan selasa kliwon dan jum‟at gereja untuk beribadah pada sore hari
kliwon, adalah beebrapa kegiatan yang dari pada pada malam hari. Selain itu
dapat disebutkan. Demikian pula, bagi anak-anak juga terdapat sekolah
selama bulan Ramadhan minggu untuk menanamkan kepada
diselenggarakan buka puasa bersama anak-anak ajaran agama semenjak dini.
dan syawalan di akhir penutup puasa Sedangkan kegiatan aliran
Ramadhan. kepercayaan Sapto Darmo terlihat pada
Sementara itu kegiatan majelis setiap minggu pahing (tepatnya pukul
Buddha diisi dengan acara pujabakti 19.00 s.d 23.00) melakukan ritual yang
pada setiap hari selasa malam jam diikuti oleh warga penganut aliran
19.00, pujabakti purnama sidi, setiap kepercayaan ini, baik dari warga desa
malam bulan purnama, dan sekolah Kotesan sendiri maupun dari luar desa
minggu pagi untuk anak-anak di Kotesan bahkan juga dari luar kota,
Vihara. Selain itu, penyelenggaraan seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan
arisan yang bertujuan untuk memupuk Jawa Timur. Selain itu setiap tanggal 1
persaudaraan antar anggota juga diisi Suro penganut aliran kepercayaan ini
dengan kegiatan pujabakti. Kegiatan ini juga memperingati dengan menggelar
biasanya dilaksanakan di rumah warga acara wayangan.
secara bergilir dalam setiap bulan Saat ini, perkembangan
purnama. Tidak jarang pula, setiap komunitas kejawen Sapto darmo
minggu pagi diisi dengan kegiatan mengalami penurunan, bahkan hampir
kebaktian remaja Buddha dan kegiatan tidak ada lagi. Hal ini disebabkan oleh
pengajaran agama Buddha kepada wafatnya Tukino sebagai kepala
anak-anak kelas 1-3 SD yang berasal pengurus Sapto Darmo, seorang figur
dari Klaten dan sekitarnya. Kegiatan ini pemimpin yang kemudian
57
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
58
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
moyang yang sama, merasa masih satu semakin modern, mulai dari cara
darah atau keturunan. penyajian hingga jenis jajanan yang
Kenyataan inilah yang membuat disuguhkan.
semua warga desa Kotesan merasa Sodiratas masyarakat untuk saling
bersaudara. Hal ini juga yang tolong menolong dan bahu membahu
menyebabkan tokoh atau pemimpin masih cukup tinggi. Hal inilah yang
dipilih dan diangkat oleh rakyat tanpa merupakan salah satu ciri yang tampak
memperhatikan latar belakang agama. dari budaya nenek moyang, kerukunan
Dari sini dapat dilihat bagaimana, dan keharmonisan di dalam masyarakat
agama tetap menjadi sesuatu yang menjadi prioritas utama. Kepentingan
panting dan berpengaruh bagi warga lebih didahulukan daripada
kehidupan warga desa Kotesan. Namun kepentingan pribadi atau individu.
demikian, tidak pernah terjadi konflik Sekat-sekat perbedaan agama tidak lagi
ataupun konfontrasi yang disebabkan ditonjolkan, yang ada adalah
oleh perbedaan agama apalagi terjadi kebersamaan antar sesama warga desa.
kerusuhan antar agama, meskipun tidak Suatu hal yang berbeda dengan budaya
dapat dipungkiri ada ketegangan- modernitas yang lebih mengutamakan
ketegangan kecil yang lebih disebabkan pragmatisme rasional, atau budaya
oleh konflik intern di dalam agama, agama yang lebih mementingkan apa
contohnya konflik antara jama‟ah MTA yang disebut dengan kehendak Tuhan.
dengan warga muslim mayoritas di desa Dalam acara pernikahan, ataupun
Kotesan. kematian misalnya, secara spontanitas
Sedangkan terkait dengan budaya warga akan ikut berpartisipasi dan
nenek moyang, dapat dikatakan membantu. Kalaupun tidak dapat
mayoritas warga desa Kotesan masih membantu secara fisik dikarenakan ada
memegang tradisi dan budaya nenek kesibukan, tetapi setidaknya kehadiran
moyang. Mulai dari acara slametan, yang sebentarpun merupakan bukti
ritual bersih desa, gotong royong, partisipasi dalam acara tersebut.
nyadran, peringatan satu suro dan lain Kesuksesan dalam menyelenggarakan
sebagainya, masih menjadi aktifitas acara pernikahan bukan hanya menjadi
rutin warga desa Kotesan dan menjadi kesuksesan orang yang mempunyai
bagian hidup warga. Hampir semua hajat saja tetapi juga kesuksesan semua
masyarakat desa berpartisipasi dalam warga desa dalam berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut. Masuknya budaya memberikan pelayanan yang baik dari
modernitas tidak mengurangi kebiasaan tamu atau keluarga besan. Tanpa
warga dalam melestarikan tradisi-tradisi partisipasi dari para tetangga tidak
tersebut. Meskipun budaya nenek mungkin acara pernikahan dapat
moyang ini juga terus mengalami terlaksana. Disini ketergantungan warga
perubahan seiring dengan adanya terhadap para tetangga masih cukup
budaya modern dan budaya agama. kuat, sehingga justru karena adanya
Acara selametan diisi dengan ritual perasaan yang saling membutuhkan
agama, sedangkan menu-menu yang inilah solidaritas antar warga desa terus
disajikan dalam slametan sudah terjalin.
59
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
60
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
61
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
62
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
63
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
dan tahlilan. Sikap-sikap seperti ini differensiasi yang besar dapat terjaga
penulis anggap sebagai salah satu dengan baik. Etika sosial ini
kesepakatan yang tidak tertulis di termanifestasi sebagai ruang dialog dan
kalangan masyarakat yang bersumber pola hubungan antar agama di dalam
dari etika sosial yang selama ini masih masyarakat yang bertitik tolak pada
dipegang kuat oleh masyarakat desa usaha pemeliharaan budaya lokal dan
Kotesan secara umum. Mereka hukum etika sebagai asas dalam
mengedepankan etika keselarasan yang masyarakat. Selain itu etika sosial yang
berangkat dari prinsip kerukunan dan terbangun di dalam masyarakat desa
rasa hormat. Sehingga hal-hal yang Kotesan ini disebabkan oleh adanya
sekiranya dapat menimbulkan konflik persamaan konsepsi tentang ajaran
yang lebih lanjut segera dapat diatasi. leluhur yang dituntut untuk hidup
rukun, aman dan damai serta sebagai
Di sisi lain etika sosial yang simbol kesetiaan dan kepatuhan dalam
notabene adalah etika jawa yang memelihara dan menjaga warisan
dipegang oleh masyarakat desa leluhur.
Kotesan, jika dikaji lebih jauh ternyata
juga tidak bertentangan dengan ajaran DAFTAR PUSTAKA
masing-masing agama yang diyakini
Adeney, Bernard T. 2000. Etika Sosial
oleh masyarakat. Sebagaimana yang
Lintas Budaya, Yogyakarta:
telah dijelaskan sebelumnya, setiap
Kanisius.
ajaran agama baik itu Islam, Kristen,
-------------------------,(ed). 2004.
dan juga Buddha ternyata juga sama-
Sosiology of Religion: A Reader,
sama mengajarkan tentang sikap
Yogyakarta: CRCS.
toleransi, menghormati serta
Andy Dermawan. 2009. Dialektika Islam
mengajarkan tentang bagaimana
dan Multikulturalisme di Indonesia:
menjaga perdamaian di muka bumi ini.
Ikhtiar Mengurai Akar Konflik,
Hal ini semakin meneguhkan etika
Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam
sosial yang selama ini sudah dipegang
Semesta.
kuat di dalam masyarakat desa Kotesan
Adiprasetya, Joas. 2002. Etik Global
yang pada dasarnya etika tersebut
dalam Kajian Postmodernisme dan
bersumber dari etika masyarakat Jawa
Pluralisme Agama, Jakarta: PT
secara umum.
BPK Tugu Mulia.
KESIMPULAN Beatty, Andew. 2001. Vatiasi Agama di
Berdasarkan pemaparan di atas, Jawa: Pendekatan Antropologi,
maka dapat digarisbawahi, bahwa etika Jakarta: Muara Kencana
sosial masyarakat desa Kotesan, Bratasiswara, Haramanto. 2000.
mempunyai signifikansi yang sangat Bauwarna: Adat Tata Cara Jawa,
besar dalam rangka merajut hubungan Jakarta: Yayasan Surya Sumirat.
sosial dan pengelolaan konflik yang ada Casanova, Joe. 1994. Public Religion in
di dalam masyarakat. Dengan etika the Modern World, Chicago dan
sosial ini hubungan sosial antar warga London: The University of Chicago
yang sebenarnya mempunyai Press
64
Humanika Vol. 15 Nomor 1. September 2015
Cowie, A. P. (ed.). 1987. Oxford Kung, Hans (ed.). 1996. Yes to a Global
Learners Pocked Dictionary, New Ethic, London: SCM Press.
York: Oxford University Press. --------------------. 1990. Global
Damami, Moh. 2002. Makna Agama Responsibility; In Search of a New
dalam Masyarakat Jawa, World Ethic, Newyork: Crossroad.
Yogyakarta: LESFI. Magnis Suseno, Franz. 2001. Etika
------------------. 1979. “Wong Tuwoisme: Jawa: Sebuah Analisa Falsafi
Nilai Budaya Vertikal Adat tentang Kebijaksanaan Hidup
Masyarakat Jawa di Yogyakarta”, Jawa, Jakarta: PT Gramedia
Skripsi, Fakultas Ushuluddin IAIN Pustaka Utama.
Sunan Kalijaga --------------------------. 1993. Etika Sosial,
El-Mirzanah, Syafaatun, Limantina Jakarta: Gramedia.
Sihaloho, dkk. 2002. Pluralisme, ---------------------------. 1985. Kerukunan
Konflik dan Perdamaian; Studi dan Konflik sekitar Paham Jawa
Bersama Antar Iman, Yogyakarta: tentang Manusia sebagai Makhluk
Dian Interfidei dan The Asia Sosial, Yogyakarta: Lembaga
Foundation. Javanologi, Yayasan Ilmu
Gede Suwindia, I. 2005. “Pluralitas Pengetahuan dan kebudayaan
kehidupan umat beragama di Bali Panunggalan.
(Study Kasus pola interaksi Muis, Labbay. 2006. “Etika Sosial dalam
komunitas Islam dan Hindu di desa Islam: Studi Atas Pemikiran
Pemogan Denpasar)”, Tesis, Center Nurcholish Madjid”, Skripsi,
for Religious and Cross Cultural Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Studies, Sekolah Pasca Sarjana Kalijaga Yogyakarta.
Universitas Gajah Madha Nadia, Zunly. 2010. “Perdamaian dalam
Yogyakarta. perspektif al-Qur‟an dan Bible”,
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation Makalah dalam mata kuliah al-
of Culture, New York: Random Qur‟an dan kitab suci agama lain,
House. tidak diterbitkan.
Glasse, Cyril. 1999. Ensiklopedi Islam, Shri Ahimsa Putra, Heddy. 2001,
Jakarta: PT Grafindo Persada, Cet Strukturalisme Levi-Strauss,
II. Yogyakarta: Galang Press.
Heriyah. 2005. "Kerukunan umat Simuh. 2003. Islam dan Pergumulannya
beragama di desa Kotesan dengan Budaya Jawa, Jakarta:
kecamatan Prambanan Klaten Teraju.
(telaah dialog antar agama dalam Supangat, M. 1991. “Merenungi Tradisi
perspektif agama Buddha)", Tesis, Jawa “Melekan” dalam Majalah
Center for Religious and Cross Mawas Diri, Ferbruari.
Cultural Studies, Sekolah Pasca
www.crcs.ugm.ac.id
Sarjana Universitas Gajah Madha
www.wahidinstitute.org
Yogyakarta.
Knitter, Paul F. 2002. Introducing
Theologies of Religions, Newyork :
Orbis Books.
65
UCAPAN TERIMA KASIH