Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi ancaman
(hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam seperti
tsunami, gempa bumi, badai, kecelakaan dan sebagainya dengan kejadian alam dan
kejadian bencana sangat bergantung pada tingkat distribusi kerentanan yang terjadi (UU
Penanganan Bencana No. 24/2007).
Organisasi kesehatan dunia dalam Report on Road Traffic Injury Prevention
menjelaskan bahwa setiap tahunnya diseluruh dunia terdapat sekitar 1,2 juta orang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka (WHO,
2009). Dalam dua tahun terakhir kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh WHO dinilai
sebagai pembunuh terbesar ke tiga setelah jantung koroner dan TBC. Berdasarkan data dari
Asean development bank, kecelakaan lalu lintas di indonesia telah memakan korban
sebanyak 37.000 jiwa pada tahun 2005 dan 48.400 pada tahun 2010. Data WHO tahun 2011
menyebutkan sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif yaitu
22 sampai 50 tahun (WHO 2012). Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 33.815 korban
tewas di kawasan Asia tenggara (South East Asia Regio di singkat SEAR) pada tahun 2010.
Rata-rata kematian karna kecelakaan lalu lintas kematian karena kecelakaan lalu lintas
lebih tinggi pada negara berpendapatan menengah kebawah dengan 19,5 kematian per
100.000 populasi daripada di negara miskin dengan 12,7 kematian karna kecelakaan lalu
lintas per 100.000 populasi. Pengguna jalan yang rentan atau (pengguna kendaraan
bermotor roda dua dan tiga, pejalan kaki dan bersepeda) menyumbangkan hampir setengah
(50%) dari total kematian karena kecelakaan lalu lintas diwilayah regional asia tenggara
(WHO 2013).
Pemberian pertolongan pada korban kecelakaan lalu lintas penolong harus memberikan
penanganan atau tindakan dengan tepat untuk menghilangkan ancaman nyawa korban.
Sebenarnya dalam tubuh kita terdapat organ dan semua itu terbentuk dari sel-sel, sel
tersebut tetap hidup bila pasokan oksigen tidak terhenti, dan kematian tubuh itu akan timbul
jika sel tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen. Kematian ada dua macam yaitu mati
klinis dan mati biologis. Mati klinis adalah apabila korban henti nafas dan henti jantung,
waktunya 6-8 menit setelah terhenti pernafasan dan sistem sirkulasi tubuh sedangkan mati
biologis adalah mulai terjadinya kerusakan sel-sel otak dan waktunya dimulai 6-8 menit
setelah berhentinya sistem pernafasan dan sirkulasi (swasanti dan putra, 2014).
Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara
penanganan korban kecelakaan korban lalu lintas. Mereka mungkin terlambat menelpon
118 atau bahkan mengabaikan layanan medis darurat (emergency medikal service) dan
membawa koraban cedera atau yang sakit serius ke layanan bantuan medis dengan
kendaraan pribadi padahal, ambulan lebih baik untuk korban. Beberapa situasi pekerjaan
perlu memanggil layanan medis darurat dan bahkan bukan awam yang membawa pasien.
Lebih lanjut hanya membutuhkan pertolongan pertama meskipun demikian harus cara
mengetahui cara menolong korban kecelakaan lalu lintas dengan benar dan kapan saatnya
mencari pertolongan medis, (Thygerson,2011)
BAB II
PEMBAHASAN
 Defisini
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa penggunaan jalan lain yang mengakibatkan
korban manusia atau kerugian harta benda (pasal 1 angka 24 UU Nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan).

 Faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas


Untuk menjamin lancarnya kegiatan transportasi dan menghindari terjadinya kecelakaan
diperlukan suatu pola transportasi yang sesuai dengan perkembangan dari barang dan jasa.
Setiap komponen perlu diarahkan pada pola transportasi yang aman, nyaman, dan hemat.
Beberapa kendala yang harus mendapat perhatian demi tercapainya transportasi yang
diinginkan adalah tercampurnya penggunaan jalan dan tata guna lahan disekitarnya (mixed
used) sehingga terwujud lalu lintas campuran (mixed traffic). Faktor mixed used dan mixed
traffic tersebut dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas dan
kemacetan. Desain geometrik yang tidak memenuhi persyaratan sangat potensial
menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, seperti tikungan yang terlalu tajam dan
kondisi lapis perkerasan jalan yang tidak memenuhi syarat. Pelanggaran terhadap
persyaratan teknis dan laik jalan maupun pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas (rambu,
marka, sinyal) yang dilakukan oleh pengemudi sangat sering menyebabkan kecelakaan.
Penempatan dan pengaturan kontrol lalu lintas yang kurang tepat dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas seperti rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas,
dan pengaturan arah.
Oder dan Spicer (dalam Fachrurrozy, 2001) menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas
dapat diakibatkan dari situasi-situasi konflik antara pengemudi dengan lingkungan, dimana
pengemudi melakukan tindakan menghindari sesuatu atau rintangan sehingga
kemungkinan dapat menyebabkan tabrakan atau kecelakaan lalu lintas. Dari beberapa
penelitian dan pengkajian di lapangan dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas
dipengaruhi oleh faktor manusia, kendaraan, dan lingkungan jalan, serta interaksi dan
kombinasi dua atau lebih faktor tersebut di atas (Austroads, 2002).
1. Faktor Manusia (Human Factors)
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Manusia
menggunakan jalan sebagai pejalan kaki dan pengemudi kendaraan. Pejalan kaki
tersebut menjadi korban kecelakaan dan dapat juga menjadi penyebab kecelakaan.
Pengemudi kendaraan merupakan penyebab 10 kecelakaan yang utama, sehingga
paling sering diperhatikan. Hampir semua kejadian kecelakaan diawali dengan
pelanggaran aturan lalu lintas. Faktor manusia dalam tabrakan kendaraan mencakup
semua faktor yang berhubungan dengan perilaku pengemudi dan pengguna jalan lain
yang dapat berkontribusi terhadap tabrakan. Contoh yang termasuk perilaku
pengemudi antara lain : pandangan dan ketajaman pendengaran, kemampuan membuat
keputusan, dan kecepatan reaksi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan jalan.
Meskipun kemahiran dalam keterampilan berkendaraan diajarkan dan diuji sebagai
persyaratan untuk mendapatkan surat keterangan ijin mengemudi, seorang pengemudi
masih dapat mengalami resiko yang tinggi menabrak karena perasaan percaya diri
mengemudi dalam situasi yang menantang dan berhasil mengatasinya akan
memperkuat perasaan percaya diri. Keyakinan akan kemahiran mengendara akan
tumbuh tak terkendali sehingga potensi dan kemungkinan kecelakaan semakin besar.
Ada perbedaan demografis di tingkat kecelakaan. Sebagai contoh, meskipun kaum
muda cenderung memiliki waktu reaksi yang baik, hasil penelitian menunjukkan
bahwa perilaku dan sikap mereka labih beresiko dan dapat menempatkan mereka
dalam situasi yang lebih berbahaya terhadap pengguna jalan lainnya. Pengemudi yang
lebih tua dengan reaksi lambat dimungkinkan terlibat dalam kecelakaan lebih banyak,
tapi ini belum terjadi karena mereka cenderung untuk melambatkan kendaraan dan
lebih hati-hati.

2. Faktor Kendaraan (Vehicle Factors)


Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik, telah dirancang dengan suatu
nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan bagi pengendaranya. Kendaraan
harus siap pakai sehingga harus dipelihara dengan baik agar semua bagian mobil
berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem kemudi, ban, lampu, kaca spion, dan sabuk
pengaman. Dengan demikian pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat:
a. Mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas
b. Mengurangi jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada pemakai jalan lainnya
c. Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor.

Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan
sebagaimana mestinya sebagai akibat kondisi teknis yang tidak laik jalan atau
penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
kecelakaan karena faktor kendaraan, antara lain:
a. Rem tidak berfungsi, kerusakan mesin, ban pecah, kemudi tidak baik, as atau
kopel lepas, lampu mati khususnya pada malam hari, selip merupakan kondisi
kendaraan yang tidak laik jalan.
b. Over load atau kelebihan muatan merupakan penggunaan kendaraan yang tidak
sesuai ketentuan tertib muatan.
c. Desain kendaraan dapat merupakan faktor penyebab berat/ringannya kecelakaan,
tombol-tombol di dashboard kendaraan dapat mencederai orang terdorong ke
depan akibat benturan, kolom kemudi dapat menembus dada pengemudi pada saat
tabrakan. Demikian design bagian depan kendaraan dapat mencederai pejalan kaki
yang terbentur oleh kendaraan. Perbaikan design kendaraan terutama tergantung
pada pembuat kendaraan, namun peraturan atau rekomendasi pemerintah dapat
memberikan pengaruh kepada perancang.
d. Sistem lampu kendaraan mempunyai dua tujuan yaitu agar pengemudi dapat
melihat kondisi jalan di depannya sehingga konsisten dengan kecepatannya dan
dapat membedakan atau menunjukkan kendaraan kepada pengamat dari segala
penjuru tanpa menyilaukan.

3. Faktor Kondisi Jalan dan Kondisi Alam


Faktor kondisi jalan dan kondisi alam juga berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan
lalu lintas. Kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Begitu
juga tidak berfungsinya marka, rambu, dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL)
dengan optimal juga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Ahli jalan raya dan
ahli lalu lintas merencanakan jalan dan aturan-aturannya dengan spesifikasi standar
yang dilaksanakan secara benar dan perawatan secukupnya supaya keselamatan
transportasi jalan dapat terwujud. Hubungan lebar jalan, kelengkungan, dan jarak
pandang memberikan efek besar terjadinya kecelakaan. Umumnya lebih 12 peka bila
mempertimbangkan faktor-faktor ini bersama-sama karena mempunyai efek
psikologis pada para pengemudi dan mempengaruhi responnya. Misalnya
memperlebar alinyemen jalan yang tadinya sempit dan alinyemen yang tidak baik akan
dapat mengurangi kecelakaan bila kecepatan tetap sama setelah perbaikan jalan.
Namun kecepatan biasanya semakin besar karena adanya rasa aman, sehingga laju
kecelakaan pun meningkat. Perbaikan superelevasi dan perbaikan permukaan jalan
yang dilaksanakan secara terisolasi juga mempunyai kecenderungan yang sama untuk
memperbesar laju kecelakaan. Pemilihan bahan untuk lapisan jalan yang sesuai dengan
kebutuhan lalu lintas dan menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya
dibanding pemilihan untuk konstruksi.
Tempat-tempat yang mempunyai permukaan dengan bagian tepi yang rendah
koefisien gaya geseknya akan mudah mengalami kecelakaan selip dibanding lokasi-
lokasi lain yang sejenis yang mempunyai nilai yang tinggi. Hal ini penting bila
pengereman atau pembelokan sering terjadi, misalnya pada bundaran jalan
melengkung, persimpangan, pada saat mendekati tempat pemberhentian bis,
penyeberang, dan pada jalan jalan miring, maka perlu diberi permukaan jalan yang
cocok. Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dari berbagai
lokasi baik di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor kondisi jalan yang
sangat berpengaruh dalam kegiatan berlalu lintas. Hal ini mempengaruhi pengemudi
dalam mengatur kecepatan (mempercepat, memperlambat, berhenti) jika menghadapi
situasi seperti :
a. Lokasi atau letak jalan, antara lain : jalan di dalam kota (di daerah pasar, pertokoan,
perkantoran, sekolah, perumahan) dan jalan di luar kota (pedesaan).
b. Iklim atau perubahan cuaca, Indonesia mengalami musim hujan dan musim
kemarau. Hari hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan 13
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan
sehingga pengemudi supaya waspada dalam mengemudikan kendaraannya.
c. Volume lalu lintas, Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa makin padat lalu
lintas jalan, makin banyak pula kecelakaan yang terjadi, akan tetapi kerusakan tidak
fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan kecelakaan akan tetapi
fatalitas akan sangat tinggi. Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut di atas,
diharapkan pada pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya agar selalu
berhati-hati dengan keadaan tersebut.

 Penanganan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas


1. Pertolongan pertama gawat darurat (PPGD)
Pertolongan pertama gawat darurat dapat menyelamatkan jiwa, mencegah luka-luka
menjadi lebih parah, mempercepat pemulihan, menjaga, dan menyadarkan orang yang
tidak sadar. Pertolongan pertama tidak hanya diperlukan pada saat bencana, tetapi
teknik-teknik ini juga dapat membantu orang yang menderita akibat dari kecelakaan
atau trauma.
Bagian ini memberikan petunjuk dasar tentang bagaimana memberikan
pertolongan pertama gawat darurat. Memberikan pertolongan pertama dengan benar
bukanlah suatu hal yang mudah, terutama pada saat darurat. Namun, seperti yang telah
dijelaskan di atas, pertolongan pertama yang benar dapat menyelamatkan jiwa, oleh
sebab itu sebanyak mungkin warga masyarakat perlu mendapatkan pelatihan
pertolongan pertama dari organisasi terkait, seperti Palang Merah atau penyedia
pelayanan kesehatan setempat.
a. Langkah pertama dalam menolong korban terluka
- Tetap tenang. Hanya orang yang tenang dapat menolong orang lain
- Selamatkan diri terlebih dahulu, kemudian baru monolong korban. Periksa
bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam
keselamatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda
- Cari bantuan. Sangatlah penting untuk meminta bantuan dari seorang ahli.
Jika memungkinkan, kirimlah seseorang untuk mencari bantuan karena
korban sebaiknya tidak ditinggalkan sendiri. Apabila Anda satu-satunya
orang yang ada di lokasi, tinggalkanlah korban dan carilah bantuan
- Hubungi rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Keterangan yang
diberikan harus singkat dan jelas termasuk (1) kondisi korban, (2) berapa
jumlah korban, dan (3) lokasi korban
- Jangan pindahkan korban patah tulang atau luka di bagian punggung tanpa
menggunakan tandu
- Jangan memberikan makanan atau minuman kepada korban
- Beri korban dukungan kejiwaan. Dukungan kejiwaan meningkatkan
kemungkinan korban untuk bertahan hidup. Bahkan orang yang tidak
menjawab atau tidak sadarkan diri mungkin dapat mendengar apa yang Anda
katakan. Sangatlah penting untuk menjelaskan dengan tenang kepada korban
bahwa Anda sedang menolongnya.
b. Menyadarkan yang perlu dilakukan bila seseorang tidak sadar
Pindahkan bahu korban secara perlahan sambil menanyakan beberapa
pertanyaan mudah seperti siapa nama korban, bagaimana perasaan korban, dll.
Orang yang sadar akan membalas dengan gerakan, membuat suara, atau
menjawab pertanyaan.

2. Jika tidak ada gerakan atau reaksi, berarti korban tidak sadar; maka yang harus
dilakukan adalah
a. Hubungi 118 atau nomor gawat darurat di daerah Anda. Jika memungkinkan, minta
orang lain untuk melakukan ini agar Anda dapat tetap bersama korban
b. Baringkan korban. Berlututlah di samping korban, dekat dengan bahunya
c. Bersihkan saluran udara korban. Angkat dagu korban dan miringkan kepala korban
ke belakang dan ke atas, pegang rahangnya dengan tangan Anda. Pastikan tidak
ada hal yang menyumbat saluran pernapasan, seperti makanan atau lidah yang
terlipat. Apabila ada hal-hal yang menyumbat, gunakan kedua jari Anda untuk
mengeluarkan hal-hal tersebut.
d. Periksa pernapasannya. Lihat naik turun (kembang-kempis) dada bagian bawah
dan perut. Dengar dan rasakan keluarnya udara dari hidung dan mulut dengan
meletakkan pipi Anda di wajah korban. Apabila korban tidak bernapas selama 5-
10 detik, segera berikan napas bantuan dari mulut ke mulut (lihat keterangan di
bawah)
e. Napas bantuan dari mulut ke mulut. Usahakan kepala korban tetap dalam posisi
menengadah. Tutup hidung korban. Tarik napas dalam-dalam dan letakkan mulut
Anda di atas mulut korban. Hembuskan udara dengan kuat ke dalam mulut korban.
Pastikan udara yang dihembuskan tidak keluar dari hidung korban. Beri napas
bantuan penuh dan pastikan dada korban naik saat udara dihembuskan. Apabila hal
tersebut tidak terjadi, kembalikan posisi kepala korban dengan cara mengangkat
dagu dan menengadahkan kepalanya, sambil memegang rahang korban dengan
satu tangan. Beri napas bantuan penuh sekali lagi.
Apabila dada korban tidak naik saat diberikan napas bantuan untuk kedua kalinya,
lanjutkan proses tersebut; jangan mengubah posisi kepala korban lagi. Setelah
hembusan napas kedua, lihat – dengar – rasakan untuk mengetahui apakah korban
telah mulai bernapas dengan sendirinya. Catatan: memberikan dua napas bantuan
akan memerlukan waktu lima detik
f. Apabila korban masih belum mulai bernapas dengan sendirinya, mulailah menekan
dada korban. Letakkan salah satu telapak tangan Anda di tengah dada korban di
antara puting susu dan letakkan tangan satunya lagi di atas yang pertama. Tekan
dada korban sedalam 4-5cm dengan lembut dan cepat (setidaknya 100 tekanan per
menit). Setelah 30 tekanan, beri 2 napas bantuan, seperti yang telah dijelaskan di
atas
g. Lanjutkan pemberian napas bantuan setiap 30 kali tekanan
h. Setelah 5 putaran (5 set 30 tekanan dan 5 set 2 napas bantuan), lihat – dengar –
rasakan untuk mengetahui apakah korban telah mulai bernapas dengan sendirinya.
Bila perlu, bergantian dengan seseorang agar Anda dapat istirahat. Orang baru akan
lebih kuat dan efektif
i. Apabila korban mulai bernapas, miringkan badannya dalam posisi pemulihan (lihat
penjelasan berikut) serta periksa saluran pernapasan dan pernapasan secara berkala.
Catatan: apabila Anda merasa tidak nyaman atau tidak mampu memberikan
pernapasan bantuan dari mulut ke mulut, memberikan tekanan pada dada masih
dapat membantu.

3. Kapan berhenti untuk mencoba memberi bantuan pernapasan kepada korban


Saat korban sadar, atau mulai bernapas dengan sendirinya
4. Saat penyedia ahli pelayanan kesehatan tiba
5. Saat Anda telah lelah atau tidak ada harapan lagi untuk bantuan pernapasan.
Apabila korban mulai tidak bernapas setelah memberikan.
napas bantuan selama 20 menit, maka sedikit kemungkinan mereka akan selamat.
Setelah 30 menit mereka sudah meninggal. Tinggalkan korban dan bantu orang lain
Catatan: bahkan seorang ahli yang terlatih dalam memberikan napas bantuan hanya
memiliki kesempatan 1 dari 10 korban yang berhasil diselamatkan. Nyawa seseorang
sangatlah berharga, jadi napas bantuan perlu dilakukan, tetapi apabila Anda
memberikan napas bantuan dan orang tersebut tidak selamat, hal itu bukanlah
kesalahan Anda.

4. Napas bantuan untuk bayi dan anak berusia di bawah 8 tahun


a. Jika memungkinkan, segera cari bantuan
b. Letakkan bayi atau anak dalam posisi telentang
c. Buka saluran pernapasan dengan menaikkan sedikit posisi kepala ke atas dan ke
belakang. Bersihkan saluran pernapasannya
d. Setelah saluran pernapasan bersih, baringkan anak sedikit miring. Untuk bayi
berusia di bawah 1 tahun, baringkan telentang
e. Apabila bayi atau anak tidak bernapas, tutup mulut dan hidung bayi dengan
mulut Anda. Beri napas bantuan sebanyak 2 kali ke dalam mulut dan hidung bayi.
Apabila tidak ada tanda-tanda pernapasan, lakukan langkah berikut
f. Letakkan jari ketiga dan keempat Anda di tengah dada anak, 1,5cm di bawah
puting susu; tekan ke bawah secara lembut sedalam 2,5-3,5cm selama 30 kali
g. Periksa pernapasan. Apabila tidak ada kemajuan, beri napas bantuan dan tekanan
dada, seperti penjelasan di atas. Lanjutkan mencoba untuk menyadarkan bayi
sampai bantuan kesehatan tiba atau bayi mulai bergerak atau bernapas
 Posisi pemulihan-pemulihan apabila seseorang bernapas namun tidak sadarkan
diri
Posisi pemulihan digunakan ketika seseorang bernapas namun tidak sadarkan
diri. Hal ini membantu untuk menjaga saluran pernapasan serta mengeluarkan
cairan dari mulut untuk mencegah korban tersedak.
PENTING: Jangan memindahkan korban yang kemungkinan menderita
luka/cedera di bagian leher dan bagian belakang. Biarkan mereka dalam
posisi semula, kecuali korban dalam bahaya.

 Cara menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan


- Baringkan korban dalam posisi telentang, luruskan kedua kakinya
- Periksa bagian saku/kantong korban untuk memastikan tidak ada benda tajam
atau benda berbahaya lainnya
- Silangkan salah satu tangannya ke bahu dan tekukkan salah satu kakinya (lihat
gambar di bawah). Biarkan tangan lainnya terulur
- Gulirkan korban ke samping dengan mendorong bahu dan pinggang korban
menjauhi Anda
- Letakkan kepala korban di atas tangan yang disilangkan ke bahu. Tangan
tersebut akan berperan sebagai bantal atau penopang kepala korban sekaligus
mencegah cairan dari mulut korban masuk kembali ke dalam mulut pada saat
korban muntah.
 Untuk bayi berusia dibawah 1 tahun
- Letakkan bayi dalam posisi telentang dantengadahkan kepalanya ke belakang
- Wajah bayi diputar sedikit menghadap ke samping untuk memudahkan cairan
keluar dari mulut dan menjaga saluran pernafasan
- Cara memindahkan korban dari bahaya
- Jangan memindahkan korban yang terluka parah, kecuali mereka atau anda
dalam keadaan berbahaya. Keadaan berbahaya termasuk berada dekat dengan
api, lalu lintas, gas beracun, atau bangunan tidak stabil. Sebaiknya berikan
pertolongan pertama kepada korban ditempat anda menemukannya sambil
menunggu bantuandatang.

 Apabila anda harus memindahkan korban perhatikan hal-hal berikut ini :


- Apabila korban dicurigai menderita cedera di bagian leher, tulang punggung,
atau tulang belakang. Sebaiknya jangan dipindahkan kecuali memang benar-
benar perlu.
- Selalu perhatikan bagian kepala, leher, dan tulang belakang korban,
bagaimana cara anda memindahkannya (kecuali apabila korban tidak sadar).
Pegang kepala, leher, dan punggung korban erat tetapi selembut mungkin
untuk menghindari cedera lebih parah.
- Angkat korban perlahan-lahan tanpa merenggutnya

 Membuat dan menggunakan tandu


- Tandu dapat dibuat menggunakan papan meja, pintu, atau 2 tiang yang kuat
dengan selimut atau kain sarung yang dibentang diantara tiang. Apabila
korban dicurigai menderita cedera pada leher, punggung, atau tulang
belakang, pastikanbahan-bahan yang digunakan sebagai tandu kuat (memiliki
permukaan yang keras).
- Cara membuat tandu dari selimut atau kain sarung dan tiang :
Bentangkan selimut tanah dan letakkan kedua tiang di atasnya dengan jarak
sepertiga lebar selimut. Lipatlah kedua sisi selimut ke dalam agar menutupi
tiang. Berat korban akan menahan lipatan selimut pada tempatnya. Sebelum
menggunakan tandu pada korban, uji tandu tersebut pada seseorang yang
memiliki berat badan yang sama atau lebih dari korban untuk memastikan
pembuatan tandu sudah benar dan terjamin kekuatannya.
 Cara memindahkan korban apabila tidak ada tandu
Apabila korban tidak memiliki cedera parah di bagian kaki: membungkuk dan
berjongkoklah dekat kaki korban, pegang pergelangan kakinya dengan erat dan
seret korban perlahan-lahan menjauhi bahaya. Pastikan bahwa kepala korban
tidak akan membentur apa pun. Apabila korban memiliki cedera di bagian
kaki: membungkuk dan peganglah siku korban dengan erat dan seret korban
perlahan-lahan menjauhi bahaya (lihat gambar). Jangan menyeret korban
dengan memegang pakaiannya. Ketika menyeret korban usahakan tubuh
korban tetap rata dengan tanah.

 Cara memindahkan korban dengan membantu mereka berjalan


Cara ini dapat dilakukan untuk korban yang masih dapat berjalan dengan
bantuan.
1. Berdirilah di samping korban, di sisi tubuh yang terluka. Namun, apabila
tangan atau bahu korban cedera, berdirilah di sisi tubuh yang tidak terluka
(lihat gambar)
2. Rangkulkan salah satu tangan Anda di pinggang korban, rangkulkan tangan
korban di bahu Anda, dan pegang tangan korban. Dukung tubuh korban
dengan bahu Anda
3. Berjalan bersama korban secara perlahan-lahan, dengan melangkahkan kaki
bagian dalam terlebih dahulu

 Cara merawat luka


1. Gunakan perban penyerap
Tutupi luka dengan perban penyerap yang steril dan tidak lengket sebelum
dibalut. Ini akan mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi atau cedera
lebih lanjut. Apabila tidak ada perban yang steril dan tidak lengket, gunakan
kain katun yang menyerap, bersih, dan tidak lengket, seperti kain sarung atau
seprai. Pembalut wanita dapat menjadi perban penyerap yang baik. Hindari
menggunakan kain yang terbuat dari serat langsung pada luka, sebab seratnya
akan menempel dan mengakibatkan masalah lebih lanjut.
2. Mengisi bantalan
Bantalan dapat dibuat dengan melipat beberapa lapis pembalut atau kain yang
kemudian diletakkan di atas atau sekitar perban. Ini akan meningkatkan daya
serap dan memberi tekanan pada daerah terluka untuk memperlambat
pendarahan.
Apabila ada patah tulang atau benda-benda yang menonjol dari luka, bantalan
juga dapat digunakan untuk mencegah pembalut menyentuh luka agar benda-
benda yang menonjol tidak bergerak. Catatan: jangan mencoba untuk
menggerakkan tulang yang retak dan benda-benda yang menonjol dari luka,
karena hal ini harus dilakukan oleh orang yang ahli.
3. Balut daerah luka
Luka perlu dibalut untuk mengendalikan pendarahan, mengencangkan
perban/ bantalan, mengurangi atau mencegah pembengkakan, mengurangi
rasa sakit, dan mencegah pergeseran pada kaki atau sendi.Anda dapat
menggunakan kain sarung, seprai, atau kain bersih lainnya sebagai pembalut.
Jangan mengikat pembalut terlalu kencang. Tanda-tanda bahwa pembalut
terlalu kencang dan perlu dilonggarkan adalah terjadi pembengkakan, jari
tangan pucat atau biru, rasa kaku dan nyeri. Hal-hal tersebut adalah tanda-
tanda bahwa sirkulasi darah tidak lancar di bagian bawah perba.

 Menggunakan Bidai
- Bidai dapat digunakan sambil menunggu bantuan kesehatan untuk
MELINDUNGI LUKA agar tidak bertambah parah
- Mengurangi rasa sakit
- Menopang bagian tubuh yang terluka
- Penyangga digunakan apabila lutut, kaki, tangan, pergelangan tangan dan kaki,
atau jari patah.
- Anda dapat menggunakan payung yang dilipat, koran yang digulung, kayu
tebal, atau barang-barang keras lainnya sebagai penyangga.

 Saat menggunakan penyangga


- Pastikan bagian tubuh yang cedera tidak bergeser saat memasang penyangga
- Penyangga harus cukup panjang sampai kedua ujungnya menjangkau bagian
yang retak
- Periksa pengikat yang memegang penyangga setiap 15 menit untuk
memastikan bahwa sirkulasi darah tidak terganggu
Catatan: kaki yang tidak terluka juga dapat digunakan sebagai penyangga. Ikat
kaki yang terluka dan yang tidak terluka dengan erat, seperti pada gambar di
bawah. Periksalah secara teratur bagian ikatan kaki korban untuk memastikan
ikatan tidak terlalu longgar atau pun terlalu erat. Hal ini penting untuk
menghindari pembengkakan atau lepasnya ikatan sehingga membuat kaki
korban terjatuh/terlepas.

 Pendarahan dan cara menghentikan pendarahan


Pendarahan dapat berakibat fatal apabila tidak di rawat. Sangatlah penting untuk
menghentikan pendarahan secepat mungkin. Ada 2 jenis pendarahan: luar dan
dalam. Pendarahan dalam (di dalam tubuh) lebih sulit untuk diketahui dan dapat
lebih berbahaya daripada pendarahan luar. Tanda-tanda berikut harus selalu
diperhatikan.

 Tanda-tanda pendarahan dalam


- Batuk atau muntah darah
- Pembengkakan atau pengerasan di perut atau paha
- Tinja berwarna merah atau hitam
- Air kencing merah
- Otot perut nyeri, lemas, atau kaku
- Kejutan

 Penanganan pendarahan dalam


- Baringkan korban dalam posisi yang nyaman
- Longgarkan pakaian korban
- Angkat dan tekuk kaki korban (kecuali retak)
- Segera cari bantuan kesehatan
- Jangan berikan makanan dan minuman kepada korban
- Periksa korban setiap ia mengalami kejutan

 Penanganan pendarahan luar


- Baringkan korban dalam posisi pemulihan (kecuali ada luka di bagian dada)
Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Apabila ada,
jangan menyentuh atau menggerakkan luka atau benda yang menonjol.
Gunakan pembalut di sekitar luka. Lihat bagian “Cara merawat luka” untuk
keterangan lebih lanjut
- Apabila tidak ada tulang yang menonjol atau benda asing, segera tekan bagian
tubuh yang terluka. Gunakan kain atau baju bersih, atau tangan untuk
mengendalikan pendarahan apabila tidak ada pembalut yang steril. Apabila
korban mampu, minta mereka untuk menekan lukanya sendiri, untuk
mengurangi risiko infeksi silang Balut luka dengan erat
- Angkat bagian tubuh yang terluka lebih tinggi dari posisi jantung korban
- Apabila darah membasahi pembalut, bukalah pembalut dan ganti bantalan.
Apabila terlihat bahwa pendarahan telah berhenti, jangan lepaskan pembalut
untuk memeriksa luka, karena hal tersebut mungkin dapat mengakibatkan
pendarahan baru
- Jangan berikan makanan dan minuman kepada korban
- Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami kejutan
- Segera cari bantuan kesehatan

 Cara menghentikan pendarahan luar yang parah


- Angkat bagian tubuh yang terluka lebih tinggi dari posisi jantung korban
- Tekan bagian tubuh yang terluka dengan kain bersih atau gunakan tangan Anda
- Tetap menekan sampai pendarahan berhenti
- Apabila pendarahan tidak berhenti, walaupun sudah diberi tekanan, dan korban
kehilangan banyak darah : Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang
terluka, Angkat bagian tubuh yang terluka setinggi mungkin, Ikatkan kain atau
sabuk di bagian lengan atau kaki sedekat mungkin dengan luka dan di antara
bagian yang terluka dan badan korban. Kencangkan kain atau sabuk sampai
pendarahan berhenti, Cara ini hanya digunakan bila cara lainnya tidak dapat
menghentikan pendarahan, Kendurkan ikatan setiap 30 menit untuk memeriksa
apakah pendarahan telah berhenti dan periksa sirkulasi darah. Apabila hal ini
tidak dilakukan atau ikatan dibiarkan terlalu lama, ada kemungkinan bahwa
bagian tubuh yang sangat kekurangan darah akan terluka dan bahkan mungkin
perlu diamputasi/dipotong.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa penggunaan jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (pasal 1 angka 24 UU Nomor
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan).
Pertolongan pertama gawat darurat dapat menyelamatkan jiwa, mencegah luka-luka
menjadi lebih parah, mempercepat pemulihan, menjaga, dan menyadarkan orang yang
tidak sadar. Pertolongan pertama tidak hanya diperlukan pada saat bencana, tetapi
teknik-teknik ini juga dapat membantu orang yang menderita akibat dari kecelakaan
atau trauma.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • SAP Glomerulonefritis
    SAP Glomerulonefritis
    Dokumen9 halaman
    SAP Glomerulonefritis
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Analisa Jurnal
    Analisa Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Analisa Jurnal
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Ansis Gagal Nafas
    Ansis Gagal Nafas
    Dokumen3 halaman
    Ansis Gagal Nafas
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • LAPORANKU
    LAPORANKU
    Dokumen34 halaman
    LAPORANKU
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Fik-Komunitas Dewasa Kel. 2
    Fik-Komunitas Dewasa Kel. 2
    Dokumen363 halaman
    Fik-Komunitas Dewasa Kel. 2
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Annisa Hand Hygiene
    Manajemen Annisa Hand Hygiene
    Dokumen24 halaman
    Manajemen Annisa Hand Hygiene
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Dekubitus Fix
    Askep Dekubitus Fix
    Dokumen13 halaman
    Askep Dekubitus Fix
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Peran Advokat KMB 2 Pak Pri
    Peran Advokat KMB 2 Pak Pri
    Dokumen21 halaman
    Peran Advokat KMB 2 Pak Pri
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen19 halaman
    Bab Iii
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • LP Icu
    LP Icu
    Dokumen14 halaman
    LP Icu
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen12 halaman
    Artikel
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat