Anda di halaman 1dari 36

Departemen Keperawatan Maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA Ny. “H” DENGAN DIAGNOSA CARSINOMA SERVIKS STADIUM
II.B DI KAMAR 5 BED 4 RUANG PERAWATAN LONTARA 4 BAWAH
DEPAN RSUP. dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh :

NURWAHIDAH, S.Kep.
NIM: 70900119011

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………….……..) (…………………………....)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020

1
KATA PENGANTAR
   
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat
segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Ny. “H” dengan diagnose Carsinoma Serviks Stadium
II.B Di Kamar 5 Bed 4 di Ruang Perawatan Kontara 4 Bawah Depan RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo”. Teriring pula salam dan salawat kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan
kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, Oleh karena itu, dari segenap
pembaca, penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan
mutu penulisan selanjutnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 15 Januari 2020


Penyusun

Nurwahidah , S.Kep

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB 1 KONSEP MEDIS .........................................................................................4
A. Definisi ..................................................................................................................4
B. Etiologi ..................................................................................................................5
C. Patofisiologi...........................................................................................................5
D. Tanda Dan Gejala ..................................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................8
F. Komplikasi .............................................................................................................10
G. Penatalaksanaan ....................................................................................................12
BAB II KONSEP KEPERAWATAN .....................................................................16
A. Pengkajian .............................................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................................19
C. Rencana Keperawatan ...........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................36
PENYIMPANGAN KDM ........................................................................................37

BAB I

3
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya. (FKUI, 2010). Kanker serviks
adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina
(Diananda Rama, 2009 ) .
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan
epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir
yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah
suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini
terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang
tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak
berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan
fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang (Sarjadi,
2011) .

B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata)yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16,18,45,56
b. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan
seksual pertama kali pada usia dini (umur < 17 tahun).
c. Infeksi virus

4
Infeksi herpes genetalia atau infeksi klamidia menahun dan penyakit
seksual (ISK) lainnya.
d. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.
e. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
f. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
g. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin
banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi.Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH
yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya
perubahan kearah dysplasia.

C. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi

5
displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada
aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau
kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon.
Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN
1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan
insitu).
Dalam jangka waktu 7 –10 tahun, perkembangan tersebut menjadi
bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam
waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para
metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan
cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor,
jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis,
hipertensi dan adanya demam.
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel sel neoplastik
terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut dysplasia, dysplasia merupakam
neoplasia serviks intrapitheliai (CNI). CNI terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu
timglat 1 ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik
untuk kanker serviks perdarahan merupkan satu satunya gejala yang nyata.
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel
yangmengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila
selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul
masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggukerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran
infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi

6
keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil
masalah keperawatan gangguan pola seksual.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia
hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul
masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Pada
pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuhyang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selaludihubungkan
dengan kematian (Price, 2015).

D. Manifestasi Klinik
a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan
gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
1. Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks,
tetapi tidak selalu ada.
2. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.

7
3. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
4. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah
muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut
1. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan
2. Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3. Dari vagina keluar air kemih atau fese
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75 – 80%)
d. Perdarahan yang terjadi diluar senggama
e. Perdarahan spontan saat defekasi
f. Perdarahan diantara haid
g. Perdarahan sesudah menapous
h. Perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul bila kanker sudah
dalam stadium lanjut
i. Rasa berat dibawah dan rasa kering di vagina
j. Anemia akibat perdarahan berulang
k. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf (Dr. Rama
Diananda, 2009)

E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1. Sitologi
Keuntungan :
a. Murah.
b. Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.
c. Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
a. Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Sciller Test

8
Dasarnya : Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat
mengikat jodium. Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal
akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak berwarna, sayangnya
bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
3. Pap Smear
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik
terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap
smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang
terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan
sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel
serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan
dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani
Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina,
tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi
perubahan prekanker pada serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar)
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
4. Kolposkopi
Kolposkop :Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 –
40 kali. Serviks mula -mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan
acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :
a. Benigna
1) Epitel gepeng yang normal
2) Ectodi

9
3) Zone transforman
4) Perubahan peradangan
b. Suspek
1) Lekoplakia
2) Punctation : Daerah bertitik merah
3) Papillary punctation
4) Mozaik
5) Transformasi yang atypis
Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah melakukan biopsi
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak
terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu
dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel
atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer.
d. Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi,
berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan
multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat
ditentukan jenis Ca – nya.
e. Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan -kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan
konisasi dengan pisau (Cold Conization).

F. Komplikasi
1. Mengalami menopause dini
Menopause adalah kondisi ketika ovarium berhenti memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Kondisi ini biasanya terjadi pada

10
wanita sekitar umur 50 tahun. Menopause dini bisa terjadi jika ovarium
diangkat melalui operasi atau bisa juga karena ovarium rusak akibat efek
samping radioterapi. Beberapa gejala yang bisa muncul akibat kondisi ini
adalah:
a. Vagina kering.
b. Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
c. Kehilangan selera seksual.
d. Sensasi rasa panas dan berkeringat (hot flushes).
e. Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
f. Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan
buang air kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini
dikenal sebagai inkontinensia urine.
g. Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang
rapuh.
Ada beberapa obat-obatan yang bisa mengatasi gejala ini dengan efek
merangsang produksi estrogen dan progesteron. Pengobatan ini disebut
sebagai terapi penggantian hormon.
2. Terjadinya penyempitan vagina
Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali
menyebabkan penyempitan vagina. Hubungan seks bisa terasa sangat
menyakitkan dan sulit. Terdapat dua pilihan pengobatan untuk ini.
Pertama, mengoleskan krim hormon pada vagina untuk meningkatkan
kelembapan pada vagina. Dan akhirnya, hubungan seks bisa menjadi
lebih mudah.
Yang kedua adalah dengan memakai vaginal dilator. Vaginal
dilator bisa terbuat dari plastik, karet, atau kaca yang halus. Bentuknya
seperti tabung dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Alat ini
berfungsi untuk mengembalikan fleksibilitas vagina. Alat ini akan
membuat jaringan vagina menjadi elastis dan hubungan seks akan terasa
lebih nyaman. Disarankan memakai vaginal dilator selama lima sampai
10 menit secara teratur selama enam bulan sampai satu tahun.

11
Banyak wanita yang merasa malu membicarakan tentang alat ini. Tapi
metode penanganan ini cukup dikenal untuk masalah penyempitan
vagina. Anda bisa menanyakan kepada dokter tentang kelebihan dan
kekurangan alat ini.
3. Munculnya limfedema atau penumpukan cairan tubuh
Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada
tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik
adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh.
Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi dengan normal jika nodus
limfa diangkat dari panggul Anda. Salah satu fungsi sistem limfatik
adalah membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh. Gangguan
pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh.
Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita kanker serviks, limfedema biasanya terjadi pada
bagian kaki. Untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi, Anda bisa
melakukan latihan dan teknik pemijatan khusus. Perban atau kain
pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasinya.
Secara emosional, didiagnosis mengidap kanker serviks atau
merasakan efek samping pengobatannya bisa sangat melelahkan. Bahkan,
pengidapnya bisa mengalami depresi. Konsultasikan dengan dokter
tentang cara menangani dampak emosional tersebut. Anda juga bisa
mencari informasi tentang kelompok dukungan kanker serviks baik di
rumah sakit maupun di Yayasan Kanker Indonesia.

G. Penatalaksanaan
Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi
karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim. Disamping terapi
karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan
mempertahankan fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0
dapat dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat

12
juga terapeutik. Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat
diangkat, agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana
(simple vagina hysterectomy).
Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara
radikal, bila tidak ingin punya anak lagi dilakukan histerektomi total. Stadium
IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB
sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah
sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor
berikut:
1. Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
2. Rencana penderita untuk hamil lagi · Usia dan keadaan umum penderita.
3. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi.
Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan
panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa: ·
1. Kriosurgeri (pembekuan)
2. Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi )
3. Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi
5. Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram
atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi.
6. Pembedahan

13
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan
untuk menjalani histerektomi.
a. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur
di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal ) serta kelenjar
getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal
dan masih berfungsi tidak diangkat
b. Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi ) efektif untuk
mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul.
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-
sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi:
1) Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar .
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
2) Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek
samping dari terapi penyinaran adalah: · Iritasi rektum dan vagina ·
Kerusakan kandung kemih dan rektum · Ovarium berhenti
berfungsi.
c. Kemoterapi Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang
dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan
obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa

14
diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi
diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan,
diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri
selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
1. Antalgin injeksi.
2. Dipenhydramine injeksi.
3. Dexamethason injeksi.
4. Metochlorpropamide injeksi.
5. Furosemide injeksi.
Sitostatika :
1. Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).
2. Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).
3. Bleomisin (30 mg) per infus hari II.
4. Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).
d. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan
pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang
paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi.
Efek Samping Pengobatan

15
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Demografi
a. Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga terjadi pada usia 18
tahun.
b. Lingkungan
Sosial ekonomi rendah dan personal higine kurang.
c. Kebiasaan
Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan ).
c. Riwayat Penyakit Dahulu.
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunannya.
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi
Personal hygine yang kurang pada daerah genitalia.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia, BB menurun.
c. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengalami kelelahan.

16
d. Pola Istirahat dan Tidur
Kelemahan dan atau keletihan Perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan Pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi Ada
gangguan tidur.
e. Persepsi diri dan Konsep diri
Harga diri rendah.
f. Pola reproduksi dan Seksual
Nyeri dan perdarahan saat koitus.
g. Sirkulasi
Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja Kebiasaan :Perubahan
pada TD
h. Integritas Ego
Faktor stress (keuangan,pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual) Masalah tentang perubahan
dalam penampilan mis: alopecia, lesi cacat, pembedahan Menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi Tanda
:Menyangkal, menarik diri, marah
i. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi mis: darah pada feses, nyeri pada
defekasi Perubahan eliminasi urinarius mis: nyeri atau rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih Tanda :Perubahan
pada bising usus, distensi abdomen
j. Makanan/Cairan
Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet) Anoreksia, mual/muntah Intoleransi makanan Perubahan
pada berat badan: penurunan berat badan hebat, kakeksia,

17
berkurangnya massa otot Perubahan pada kelembaban/turgor kulit,
edema
k. Neurosensori
Gejala :Pusing, sinkope
l. Nyeri/Kenyamanan
Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri yang berat
m. Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok) Pemajanan abses
n. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen Pemajanan matahari
lama/berlebihan Tanda :Demam Ruam kulit, ulserasi
o. Seksualitas
Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan Nuligravida lebih besar dari 30 tahun Multigravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genitalia
p. Interaksi Sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan)
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
4. Pengkajian Fisik
a. Rambut
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah.
Pucat
d. Abdomen
Distensi abdomen

18
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan
kental
f. Serviks
Ada nodul

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mislnya
neoplasma).
Kategori : Nyeri
Sub kategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D. 0077
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (PPNI,2016).
b. Penyebab (PPNI,2016).
1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisikberlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
a) Mengeluhnyeri
2) Objektif
a) Tampakmeringis
b) Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadimeningkat
e) Sulittidur

19
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Tekanan darahmeningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makanberubah
d) Proses berpikirterganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada dirisendiri
g) Diaforesis
2. Defisit nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah, intake tidak adekuat.
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D. 0019
a. Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Kurangnya asupan makanan
2) Ketidakmampuan menelanmakanan
3) Ketidakmampuan mencernamakanan
4) Ketidakmampuan mengabsorbsinutrien
5) Peningkatan kebutuhanmetabolisme
6) Faktor ekonomi (mis. finansial tidakmencukupi)
7) Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untukmakan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
(Tidak tersedia)
2) Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawa rentang

20
ideal
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1)Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Memberan mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
3. Gangguan integritas kulit/jaringan
Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan
pigmentasi kulit, radiasi
Kategori : Lingkungan
Sub kategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D. 0129
a. Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligament) (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem

21
7) Faktor mekanis (mis., penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8) Efek samping terapi radiasi
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi/integritas jaringan
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma
4. Ansietas
Ansietas
berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Integrits Ego
Kode : D. 0080
a. Definisi : Kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya

22
yang memungkinkan individu memerlakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
b. Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan ( tempramen mudah Teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar lingkungan (mis. Toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Merasa bingun, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
2) Objektuf : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tak
berdaya.
2) Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat,
suara bergetar kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi
pada masa lalu.
e. Kondisi klinis tetkait
1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, pentakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitallisasi
4) Rencana operasi

23
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
5. Hambatan Mobilitas Fisik
a. Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih Ekstremitas secara
Mandiri
b. Penyebab
1) Kerusakan intergritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan kekuatan otot
6) Keterlambatan perkembangan
7) Kekakuan sendi
8) Kontraktur
9) Malnutrisi
10) Gangguan muskuloskeletal
11) Gangguan neuromuscular
12) Efek agen farmakologis
13) Program pembatasan gerak
14) Nyeri
15) Kecemasan
16) Keengganagn kelakukan pergerakan
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivtas fisik
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang Gerak (ROM) Menurun)

24
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1) Sendi Kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik Lemah
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Stroke
2) Cedera medulla spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthritis
6) Ostemalasia
7) Keganasan
6. Gangguan Body Image
Gangguan Body Image berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan
kemoterapi.
Kategori : psikologis
Subkategori : integritas ego
Kode : D.0083
a. Definisi
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu.
b. Penyebab
1. Perubahan struktur atau bentuk tubuh
2. Perubahan fungsi tubuh
3. Perubahan fungsi kognitif

25
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindak atau pengobata
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian tubuh
Objektif
8. Kehilangan bagian tubuh
9. Fungsi atau struktur tubuh berubah atau hilang
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
10. Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian
tubuh
11. Mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh
12. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan atau reaksi orang
lain
13. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif
1. Menyembunyikan atau menunjukkanbagian tubuh secara
berlebihan
2. Menghindari melihat dan atau menyentuh bagian tubuh
3. Focus berlebihan pada perubahan tubuh
4. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
5. Focus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah.
e. Kondisi klinis terkait
14. Mastektomi
15. Amputasi
16. Jerawat
17. Parut atau luka bakar yang terlihat

26
18. Obesitas
19. Hiperpigmentasi pada kehamilan
20. Gangguan psikiatrik
21. Program terapi neoplasma
22. Alopecia chemically induced
7. Resiko Infeksi
Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat, pemajanan
terhadap patogen meningkat
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
a. Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor resiko
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer:
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan haemoglobin
b) Imunosupresi
c) Leukopenia

27
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka Bakar
3. Penyakit Paru Obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Frekuensi nadi membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nyeri :
1) Observasi

28
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
R: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri merupakan hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
R: Untuk melihat faktor pencetus yang memicu adanya nyeri
c) Monitor efek samping penggunaan analgetik
R: Untuk mencegah adanya alergi obat pada pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri(
mis.hipnosis,akupresur, terapi musik,terapi pijat,
aromaterapi,terknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau
dingin).
R: pemberian teknik non farmakologi yntuk mengendalikan dan
meredakan rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
R: Adanya lingkungan yang nyaman dapat mempengaruhi
kualitas nyeri yang dirasakan dapat berkurang
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R: Pasien dapat mengetahui penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R: Agar pasien mengethaui tindakan yang akan dilakukan ketika
nyeri dirasakan
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
R: Memandirikan pasien dalam mengontrol nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik

29
R: pemberian analgetik dengan teratur dapat mengurangi rasa
nyeri
2. Defisit nutrisi
a. Tujuandan criteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan
2) Nafsu makan membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi :
1) Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b) Identifikasi makanan yang disukai
R: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
R: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang keluar.
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygnel sebelum makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
R: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat makan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antimetic).
R: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.

30
R: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam tubuh
Manajemen Berat Badan :
1) Observasi
a) Monitor Berat Badan
R: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau
peningkatan dan penurunan status gizi
b) Monitor adanya mual muntah
R: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.
2) Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau.
R: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien dalam
menentukan makanan yang bergizi tinggi.
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan
a. Tujuandankriteriahasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam penyembuhan luka
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Peradangan luka menurun
2) Nyeri menurun
3) Kerusakan lapisan kulit menurun
4) Kemerahan menurun
5) Tekstur membaik
b. Intervensi keperawatan
Perawatan Integritas Kulit :
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan

31
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem dan penurunan
monilitas).
Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan integritas
kulit
b) Terapeutik
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Rasional: Untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan
b. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik
pada kulit
Rasional: untuk membantu penyembuhan pada kulit
3) Edukasi
a) Anjurkan memakai pelembab (mis. Lotion, serum)
Rasional: Agar kulit dapat tetap dalam keadaan lembab dan
mengurangi ruam semakin parah.
b) Anjurkan minum Air yang cukup
Rasional: turgor pada kulit tidak kering.
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rasional: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
4. Ansietas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil:
1) Perilaku gelisah menurun
2) Perilaku tegang menurun
3) Pola tidur membaik
b. Intervensi keperawatan
Reduksi Ansietas:
1) Observasi:
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)

32
R: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi, waktu dan
stressor
b) Monitor tanda-tanda ansietas
R: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya ansietas.
2) Terapeutik:
a) Dengarkan dengan penuh perhatian
R: memdengarkan seksama keluhan pasien dapat mengurangi
ansietas.
b) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
R: perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan motivasi.
3) Edukasi:
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
R: Agara pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien
merasa nyaman.
b) Latih tekhnik relaksasi
R: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks.
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi antiansietas.
R: Mengurangi perasaan cemas pada pasien.
5. Hambatan Mobilitas Fisik
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
menunjukkan perbaikan dengan criteria Hasil :
1) Pergerakan ekstremitas meningkat
2) Kekuatan otot meningkat
3) Kelemahan fisik meningkat
Intervensi keperawatan dan rasional :
Latihan Rentang Gerak:
a. Observasi:
Monitor lokasi ketidaknyamanan pada saat bergerak

33
Rasional: Mengetahui lokasi yang tidaknyaman yang dirasakan saat
bergerak
b. Terapeutik:
1) Gunakan pakaian yang longgar
Rasional: Membantu pasien untuk bergerak denagn baik.
2) Lakukan gerakan pasif dengan bantuan sesuai dengan indikasi
Rasional: dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan
rentang gerak pasif.
c. Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
Rasional: Agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur latihan
2) Anjurkan duduk ditempat tidur atau dikursi
Rasional: Membantu pasien untuk melatih bangun dan duduk.
d. Kolaborasi:
Kolaborasi dengan fisioterapis mengembangkan program latihan.
Rasional: menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
6. Gangguan Body Image
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
menunjukkan perbaikan dengan criteria Hasil :
e. Melihat bagian tubuh yang meningkat
f. Menyentuh bagian tubuh meningkat
Intervensi keperawatan dan rasional :
Promosi Citra Tubuh :
a. Observasi
1) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
R: Untuk menentukan intervensi yang akan diberikan kepada pasien.
b. Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

34
Rasional: Memberikan penjelaskan kepada pasien agar pasien
mengerti tentang penyakitnya
c. Edukasi
Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh.
Rasional: Membantu pasien untuk mengetahui perawatan yang diberikan.
7. Resiko Infeksi
a. Pencegahan Infeksi
1) Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi local
R: Memberikan informasi tentang adanya tanda dan gejala infeksi
untuk diberikan intervensi
2) Terapeutik
a) Batasi jumlah pengunjung
R: Dengan itu dapat meminimalisir penyebaran infeksi kepada
pasien
b) Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan
lingkungan
R: Mencegah terjadinya infeksi
c) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko infeksi
R: Mencegah terjadinya infeksi dan masuknya mikroorganisme
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
R: Memberikan informasi kepada pasien tentang resiko infeksi
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
R: Mencegah terjadinya Infeksi dan menjaga kebersihan

35
DAFTAR PUSTAKA

Bambang sarwiji, S.E. Adrian J Goldzmindt, MD (2013). Cancer esensial.Edisi


kedua. Jakarta barar : Hak Cipta Bahasa Indonesia
Dianand, Rama. (2013). Buku saku pencegah kanker leher Rahim dan kanker
Payudara. Jakarta. Depkes.
Rasjidi, imam (2013). Kanker Serviks Dalam BUku Epidemologi Kanker paa
Wanita, Jakarta: Sagung Seto.
Sarjadi (2015).Patologi Umum. Semarang : badan pemnerbit Diponegoro.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).Standar Diagnosis Keperawtan
Indonesia (SDKI) Definisi dan Indikator Diagnostik.Edisi 1.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) .Standar Intervensi Keperawtan
Indonesia (SIKI) Definisi dan Tindakan Keperawatan.Edisi 1 Cetakan II.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).Standar Luaran Keperawtan
Indonesia (SLKI) Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.Edisi 1 Cetakan
II.

36

Anda mungkin juga menyukai