Anda di halaman 1dari 7

Essay

Diafragma Breathing Exercise

Latar Belakang
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak.(‘infodatin-asma.pdf’, no date)
Secara umum asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon
dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam alergen yang ditandai
dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih.
Data dari WHO (2017) bahwa prevalensi asma saat ini masih tinggi,
diperkirakan panderita asma di seluruh dunia mencapai 235 juta orang dan
kematian yang disebabkan oleh asma paling banyak terjadi pada negara miskin
serta negara berkembang.
Angka kejadian Asma bervariasi diberbagai negara, tetapi terlihat
kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun
belakngan ini obat-obatan asama banyak dikembangkan. National Health
Interview Survey di amerika Serikat memperikan bahwa setidaknya 7,5 juta orang
penduduk negeri itu mengidap bronkitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita
emfisema dan setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk asma.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000
menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian
di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2% PPOK (Penyakit Paru
Obstruksi Kronis) 4,8, Tuberkulosis 3,0 %, kanker paru/ trakea/ bronkus 2,1%, dan
asma 0,3 %. (‘infodatin-asma.pdf’, no date)
Penyakit asma menyerang semua kalangan, dimana resiko tinggi, paling
berbahaya terjadi pada bayi dan anak, dimana bayi hanya bisa menangis tidak
dapat mengeluh seperti orang dewasa. Biasanya bayi tidak diketahui sedang
menderita status asmatikus. Selain bayi ibu hamil juga mempunyai resiko tinggi
terhadap penyakit asma, dimana asupan oksigen rendah pada ibu juga
mempengaruhi terhadap suplai oksigen pada janin dikandunganya. Lansia lebih
rendah resikonya karena pada lansia tubuh lebih bisa untuk beradaptasi terhadap
kondisi tubuhnya atau tubuh seorang lansia dapat berkompensasi.
Keluhan utama yang sering terjadi pada penderita asma adalah sesak
napas, sesak napas dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya penyempitan
saluran napas karena hiperreaktivitas.
Salah satu intervensi yang dilakukan pada pasien asma untuk
memaksimalkan ventilasi paru adalah latihan pernapasan diafragma yang
dilakukan dengan inspirasi maksimal melalui hidung dan mengurangi kerja otot
pernapasan, sehingga meningkatkan perfusi dan perbaikan kinerja alveoli untuk
mengefektifkan difusi oksigen yang akan meningkatkan kadar O2 dalam paru dan
meningkatkan saturasi oksigen (Zega et al dalam Mayuni et al, 2015 didalam
Lestari, 2019)
Diaphragmatic Breathing Exercise merupakan latihan pernafasan yang
merelaksasikan otot-otot pernafasan saat melakukan inspirasi dalam. Pasien
berkonsentrasi pada upaya mengembangkan diafragma selama melakukan
inspirasi terkontrol (Potter& Perry, 2006 didalam Puspita.M, 2015).

1. Evidance based medicine (EBM)


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widia Lestari dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian intervensi nafas
dalam dan posisi terhadap nilai saturasi oksigen dan frekuensi nafas pada pasien
asma. Intervensi nafas dalam dan posisi dapat diterapkan pada pasien asma.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Primanda Terdapat
peningkatan APE lebih tinggi pada kelompok pasien asma ringan-sedang yang
mendapatkan latihan pernapasan diafragma dibandingkan dengan kelompok
pasien asma ringan- sedang yang tidak mendapatkan latihan per- napasan
diafragma. Selain itu, terdapat penu- runan frekuensi kekambuhan lebih tinggi pa-
da kelompok pasien asma ringan-sedang yang mendapatkan latihan pernapasan
diafragma di- bandingkan dengan kelompok pasien asma ringan-sedang yang
tidak mendapatkan latihan pernapasan diafragma. Diharapkan pada peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian latihan pernapasan diafragma pada
pasien asma dibandingkan intervensi keperawatan lain dengan mengambil jumlah
sampel yang lebih besar .(Kartikasari, Jenie and Primanda, 2019)
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Luh Mira Puspita menganai
Pengaruh Diaphragmatic breathing exercise terhadap kapasitas vital paru pada
pasien asma. Pada penelitian ini ditemukan atau terbukti ada pengaruh
Diaphragmatic Breathing exercise terhadap kapasitas vital paru pada pasien
asma.(Iii and Utara, 2006)
Penelitian yang dilakukan Fernandes, Cukier, dan Feltrim (2011)
menyatakan bahwa latihan pernapasan diafragma selama dua minggu dapat
meningkatkan pola pernapasan dan ventilasi paru pada pasien COPD.

Pangestuti, Murtaqib, dan Widayati (2015) memaparkan bahwa latihan


pernapasan diafragma mampu meningkatkan APE dan menurunkan Respirasi
Rate (RR), namun di pene- litian ini belum memaparkan pengaruh latihan
pernapasan diafragma dengan frekuensi kekambuhan.

2. Aspek legal etik


Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yaang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang
aman, efektif dan ramah terhadap pasien. Jika hak-hak itu tidak terpenuhi maka
masyarakat akan menempuh jalur hukum. Kebijakan yang ada dalam institusi
menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap
tindakan pengobatan yang dilaksanakan.

Aspek legal etik harus melihat Prinsip-prinsip legal etis

1. Autonomi (otonomi)
2. Benefience (berbuat baik)
3. Justice (keadilan)
4. Veracity (kejujuran)
5. Fidellity (menepati janji)
6. Confeidentiallity (kerahasiaan)
7. Accountability (akuntabilitas)
8. Informed Consent

Tindakan diaphragma breathing exercise ini merupakan bentuk intervensi


murni dari keperawatan yang tujuannya untuk meningkatkan atau memperbaiki
asupan oksigen dalam tubuh seseorang.
3. Kemanfaatannya
Penelitian El-Batanoun (2009), menyebutkan bahwa latihan pernapasan
setelah enam minggu dapat meningkatkan kekuatan otot pernapasan sehingga
fungsi ventilasi paru membaik. Perbaikan ventilasi dapat dicapai setelah latihan
diafragmatik, nafas dalam, spirometrik insentif, gaya berjalan dan latihan
ekstremitas. Adanya peningkatan tahanan jalan udara dan penurunan udara
residu mengakibatkan kekuatan otot inspirasi yang dibutuhkan menjadi minimal.
Memperbaiki fungsi kerja paru dan bermanfaat untuk mengatur
pernapasan saat terjadi keluhan sesak nafas merupakan fungsi dari Deep
breathing exercise. Pada saat inspirasi dalam, dinding perut relaks (pasif) dan
udara masuk ke paru-paru melalui hidung. Latihan ini sebaiknya diikuti tehnik
relaksasi.
Pernafasan diafragma yang dilakukan berulang kali dengan rutin dapat
membantu seseorang menggunakan diafragmanya secara benar ketika dia
bernafas. Teknik ini berguna untuk menguatkan diafragma, menurunkan kerja
pernafasan, melalui penurunan laju pernafasan, menggunakan sedikit usaha dan
energi untuk bernafas, dengan pernafasan diafragma maka akan terjadi
peningkatan volume tidal, penurunan kapasitas residu fungsional, dan
peningkatan pengambilan oksigen yang optimal.(Smith, 2004)

4. Efek samping

Tidak ditemukan secara jelas mengenai efek samping dari tindakan


diaphragmatic breathing exercise. Namun dalam hal ini adanya gangguan pada
diafragma paru juga akan mempengaruhi tindakan tersebut. Jadi disini penulis
memaparkan mengenai gangguan-gangguan yang terjadi pada otot diafragma.
Sama seperti organ tubuh lain, diafragma juga bisa dapat mengalami gangguan,
beberapa di antaranya adalah:

a. Hernia hiatus

Hernia hiatus terjadi ketika bagian organ perut menembus ke rongga dada
melalui lubang di diafragma. Penyakit ini lebih sering dialami oleh wanita,
penderita obesitas, dan mereka yang berusia di atas 50 tahun. Penyebab
hernia hiatus tidak diketahui, namun diduga dikarenakan melemahnya
diafragma seiring bertambahnya usia, perkembangan diafragma yang tidak
baik saat berada dalam kandungan, meningkatnya tekanan di perut,
kehamilan, sering batuk, atau mengejan saat buang air besar.

b. Hernia diafragma bawaan

Hernia diafragma bawaan atau congenital diaphragmatic hernia (CDH) terjadi


ketika diafragma tidak terbentuk sempurna sejak di dalam kandungan dan
menyebabkan sebagian isi perut menonjol ke arah rongga dada. Salah satu
organ di dalam perut akan bergerak ke dada dan menempati ruang di mana
paru-paru seharusnya berada. Akibatnya, paru-paru, jantung, ginjal, dan
sistem pencernaan bayi tidak dapat berkembang dengan baik. Sekitar 4 dari
10.000 anak yang baru lahir menderita CDH. Efek jangka panjang CDH
kemungkinan tidak ada sama sekali, namun anak dengan CDH bisa memiliki
masalah paru-paru kronis pada usia dini.

c. Lumpuh diafragma

Ketika terjadi kerusakan saraf yang mengatur otot-otot pernapasan, termasuk


diafragma, maka akan terjadi lumpuh diafragma. Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan lumpuh diafragma yakni sindrom Guillain-Barré dan cedera
saraf tulang belakang. Gangguan ini dapat menyebabkan terganggunya
proses pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan penderitanya
mengalami gagal napas. Kelainan ini termasuk ke dalam kondisi kegawatan
medis dan perlu mendapat penanganan secepatnya. Kelainan diafragma yang
terdeteksi secara dini, dapat ditangani sebelum menimbulkan komplikasi.
Apabila terdapat tanda-tanda yang mengarah pada lumpuh diafragma, seperti
napas terasa tidak nyaman atau sesak yang bisa diikuti oleh mual atau
muntah, serta mudah lelah ketika beraktivitas, Anda perlu segera
memeriksakan kondisi Anda ke dokter, karena dapat membahayakan nyawa

5. Kesimpulan

Penyakit asma sangatlah beresiko tinggi pada bayi dan anak dimana dalam
kondisi ini bayi tidak bisa menunjukan keluhannya secara spesifik bahwa merasa
sesak. Namun perlu diperhatikan untuk bayi harus bisa mengenali tanda-tanda
asma. Bukan berarti bayi diam tidak menangis itu tidak ada tanda apa-apa, jadi
tetap harus melihat tanda-tanda yang lainnya seperti kebiruan atau hentinya nafas.
Pada ibu hamil juga sangat berisiko tinggi dimana jika kadar oksigen dalam ibu
kurang maka suplai oksigen kedalam janin juga akan kurang.

Penatalaksanaan untuk pasien dengan penyakit asma di IGD yaitu, terapi


kolaborasi pemberian nebulasi untuk melonggarkan jalan nafas dimana pada
kondisi ini bronkiulus mengalami vasokontriksi bisa juga penebalan dinding
bronkus, hiperekresi akibat pengaruh dari alergen kemudian diberikan oksigen
untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dalam paru-paru kemudian lihat posisi
pasien dimana posisi yang baik adalah semi fowler. Apabila dalam kondisi tersebut
masih terjadi sesak maka harus dilakukan perawatan selama 2-3 hari.

Pendidikan kesehatan mengenai penyebab asma juga harus dilakukan


untuk pasien asma yang ada dirumah. Dimana penderita harus mengenali pemicu
terjadinya sesak nafas, kemudian sebisa mungkin untuk menjauhinya. Penderita
juga harus siap siaga untuk selalu membawa obat. Rutin olahraga juga sangat
penting, perlu diperhatikan bahwa olahraga disini tidak harus yang berat seperti
lari tetapi cukup berjalan sambil mengatur nafas saat berjalan. Dan juga salah satu
terapi komplementer yang disarankan yaitu diaphragma breathing exercise.
Bebepera peneltian membuktikan bahwa pengaruh diaphragma breathing
exercise dapat meningkatkan kadar saturasi oksigen, kestabilan frekuensi nafas
bisa menurunkan RR, peningkatan APE, dan peningkatan kapasitas vital paru.

Jadi intervensi diaphragma breathing exercise merupakan intervensi


keperawatan yang bisa digunakan untuk sebagai tindakan meningkatkan kualitas
penderita asma untuk lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Iii, P. and Utara, D. (2006) ‘COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298’, pp. 31–36.

infodatin-asma.pdf’ (no date).

Kartikasari, D., Jenie, I. M. and Primanda, Y. (2019) ‘LATIHAN PERNAPASAN


DIAFRAGMA MENINGKATKAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI ( APE )
DAN Pendahuluan’, 22(February), pp. 53–64. doi: 10.7454/jki.v22i1.691.

Smith, J F. 2004. Chest Phisical Therapi. Wausau: The Thompson Corporation


(http://www.chclibrary.org/microed/ 00042330.html)

WHO. (2017). Asthma. Diunduh dari https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/asthma.

Nama : Angga Dwi Agustino

NIM : 1601470001

Anda mungkin juga menyukai