Anda di halaman 1dari 37

CASE REPORT I

Gastritis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Isna Nurhayati, Sp. A, M.Kes

Disusun oleh :

Guntur Adi Wibowo, S.Ked


J510170006

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RS IR SOEKARNO KABUPATEN SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT I

Gasritis

Oleh:
Guntur Adi Wibowo, S.Ked J510170006

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing:
dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M.Kes (.................................)

Dipresentasikan dihadapan:
dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M.Kes (.................................)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Nama:An. F Ruang : Edelwies


ANAMNESIS
Umur: 5 tahun 6 bulan Kelas : 3.3

Nama lengkap : An. F


Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Sukoharjo, 31/01/2013
Umur : 5 tahun
Nama Ayah : Tn.S
Pendidikan Ayah : SMK
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Umur : 39 tahun
Nama Ibu : Ny. Sr
Pendidikan Ibu : SMK
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Umur : 32 tahun
Alamat : Polokarto, Sukoharjo
Diagnosis Masuk: Abdominal pain dengan
Masuk RS tanggal : 5 Agustus 2018
vomitus
Dokter yang merawat : dr. Isna Nurhayati, Sp.A., M.Kes Ko. Asisten : Guntur Adi Wibowo, S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Tanggal : 5 Agustus 2018


KELUHAN UTAMA : Nyeri Perut
KELUHAN TAMBAHAN : lemas (+), muntah (+), nafsu makan menurun (+)

1. Riwayat penyakit sekarang


3 HSMRS
Pasien mengalami batuk dan pilek. Batuk berdahak namun pasien susah mengeluarkan dahak.
Demam (-), kesadaran menurun (-), sesak (-), BAK normal seperti biasa dan warnanya kuning jernih, nyeri
saat buang air kecil (-), mual (+), muntah (-), rasa haus meningkat (-), nafsu makan menurun (+), mimisan
(-), gusi berdarah (-), akral dingin (-). Kemudian orang tua pasie angsung memberikan obat yang dibeli
diaotik untuk batuk dan pileknya.

2 HSMRS
Bapak pasien mengatakan keluhan pasien belum membaik dan pasin tampak kekelahan. Pada keluhan
lain kesadaran menurun (-), lemas (+), rewel saat mau BAB (-), BAK normal, demam (-), rasa haus
meningkat (-),batuk (+), pilek (+), nafsu makan menurun (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), akral dingin
(-)

1 HMRS
Bapak mengatakan bahwa batuk pilek pasien sudah sembuh kemudian pada saat ssbelum tidur pasien
mengeluhkan nyeri perut. Keluhan lain berupa mual (-), muntah (-) kesadaran menurun (-), BAB (-), BAK
(+), demam (-), nafsu makan menurun (+), sesak (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), akral dingin (-).

HMRS

Pada hari minggu, 5 agustus 2018 pasien datang ke IGD RS Ir. Soekarno Sukoharjo. Pasien datang
dengn keluhan nyeri perut, pasien juga muntah 1 kali dirumah. Di IGD pasien diberikan obat antinyeri
didubur kemudian muntah 1 kali lagi keluahan lan kesadaran menurun (-), BAB (-), BAK (+), demam (-),
nafsu makan menurun (+), sesak (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), akral dingin (-).

1HMRS
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Pasien masih menrasakan nyeri perut yang dirasakan hilang-timbul dan memberat ketika makan.
Keluhan lain berupa mual (-), muntah (-) kesadaran menurun (-), BAB (-), BAK (+), demam (-), nafsu
makan menurun (+), sesak (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), akral dingin (-).

Kesan:
• Nyeri perut dirasakan hilang timbul, kemudian memberat saat makan
• Nafsu makan menurun
• Mual dan muntah
• Pasien pernah mnglami ISPA tetapi sembuh setalah mendapat obat dari apotik
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit Serupa : diakui
- Riwayat mondok : diakui, ini kali 3 pasien mondok [ 1. ISK, 2.HSP ]
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
- Riwayat demam typoid : disangkal
- Riwayat Kejang : disangkal

Kesan: Didapatkan riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan kondisi pasien saat ini.

3. Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan dan ditularkan


- Riwayat penyakit Serupa : disangkal
- Riwayat alergi makanan & obat : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : diakui [nenek]
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : diakui [nenek]
-
-

Kesan : Tidak didapat riwayat penyakit keluarga pada pasien yang berhubungan dengan kondisi
pasien.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

GENOGRAM

58 55

32 30
29 26 25 23 17 13
5
3 bulan 2 bulan

39 32

10 3,5
55

Keterangan:
pasien
meninggal

Meninggal
dan riwayat
hipertensi
Kesan : Ada penyakit yang dapat diturunkan teteapi tidak berhubungan dengan penyakit pasien
sekarang

RIWAYAT PRIBADI

1. Riwayat kehamilan dan persalinan :


a. Riwayat kehamilan ibu pasien
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Ibu G2P1A0 hamilsaat usia 26 tahun. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika usia kehamilan 3
minggu kemudian kontrol rutin ke bidan sebulan sekali. Saat kontrol ibu mendapat vitamin dan obat
penambah darah yang selalu dihabiskan. Selama hamil ibu tidak merasakan mual, muntah dan pusing
yang menggangu aktivitas sehari-hari pada trimester 1. Selama kehamilan tidak ada riwayat trauma,
perdarahan maupun infeksi selama kehamilan. Tekanan darah ibu selama kontrol dalam kisaran normal
yaitu sekitar 110/70 mmHg. Berat badan ibu ditimbang dinyatakan normal dan perkembangan
kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan anaknya dibantu bidan bayi lahir (pasien) dengan berat badan pasien 3000 gram dengan
panjang badan 52 cm. Pada saat lahir bayi langsung menangis, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi laki-laki lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit merah, tidak kebiruan dan tidak
kekuningan, mendapat ASI pada hari pertama, BAK danBAB kurang dari 24 jam.
Kesan: Riwayat ANC baik, persalinan tidak baik, dan riwayat PNC baik
2. Riwayat makanan :
a. Umur 0 - 5 bulan : ASI semau bayi tanpa tambahan lain
b. Umur 6 - 8 bulan : ASI + Susu formula + bubur susu 1 hari 3 mangkuk kecil dan selalu
dihabiskan
c. Umur 8 - 10 bulan : Susu formula + bubur timdihaluskan 1 hari 3 mangkuk kecil dan selalu
dihabiskan
d. Umur 10 - 12 bulan : Susu formula + bubur nasi dan sayur yang dihaluskan 1 hari 3 piring
kecil dan selalu dihabiskan
e. Umur 1 - 2 tahun :Nasi putih, telur, ikan, sayur sehari 2 kali satu piring kecil makan selalu
habis.
f. Umur 2 - 4 tahun : Nasi putih, telur, ikan, sayur sehari 3 kali satu piring kecil makan selalu
habis.

- .
Kesan: Pasien ASI eksklusif, kualitas cukup baik dan kuantitas makanan cukup, pemberian makanan
sesuai dengan usia.

3. Perkembangan
Motorik Halus Motorik kasar Bahasa Sosial
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Melihat sekitar Mengangkat kepala Berkata “Aaah Uuuh” Tersenyum


(1 bulan) (2 bulan) (3 bulan) (1 bulan)
Meraih benda yang ada Berguling Mengoceh ( 6 bulan ) Membalas senyum (3 bulan)
disekitarnya (6 bulan ) ( 4 bulan)
Meraih benda sebesar Duduk Mengucap pak buk (10 Tepuk tangan
kacang (9 bulan ) bulan) ( 6 bulan)
( 8 bulan)
Mencorat-coret (14 Berjalan (12 bulan) Berbicara kalimat belum Dah dah dengan tanagn (10
bulan) jelas bulan)
(12 bulan)
Mencontoh gambar Melompat (18 Berbicara kalimat jelas Bisa menggunakan sendok
( 18 bulan) bulan) (18 bulan) (14 bulan)
Menggambar 3-4 objek Berlari (2-3 tahun) Menyebut gambar (24 Memakai baju (24 bulan)
(24 bulan) bulan)
Menunjuk gambar (2 Menggoyangkan ibu jari (2
tahun) tahun )
Menggambar orang 3 Berdiri 1 kaki 3 Kegunaan 3 benda (4 Berpakaian tanpa batuan (4
bagian ( 4 tahun) detik (4 tahun) tahun) tahun)

Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosialsesuai usia

4. Vaksinasi
Jenis Usia Tempat ULANGAN Tempat
Jenis Usia Tempat
Hepatitis B 4 kali 0, 2, 3, 4 bulan Posyandu
BCG 1 kali 1 bulan Posyandu
DPT 3 kali 2, 3, 4 bulan Posyandu 18 bulan posyandu
Polio 4 kali 0, 2, 3, 4, bulan Posyandu
Campak 1 kali 9 bulan Posyandu 2 tahun posyandu
Kesan : Vaksinasi dasar dilakukan lengkap sesuai PPI
5. Sosial, ekonomi, dan lingkungan:
a. Sosial ekonomi
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Pekerjaan ayah dan ibu sehari-hari adalah Pedagang yang tiap bulan berpenghasilan ± Rp 2.500.000,-
dan mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Lingkungan
Pasien tinggal dirumah bersama ibu dan ayah bersama . Rumah pasien terdiri dari 1 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga dan 1 kamar mandi jadi satu dengan WC. Pakaian
selalu dicuci setiap 3 hari. Rumah memiliki atap yang terbuat dari genteng, dinding dan lantai dari
semen. Ventilasi udara dan penerangan cukup. Sumber air yang digunakan adalah air sumur yang dekat
dengan rumah. Jarak sumur dengan septic tank  8 meter. Air sumur yang digunakan untuk mandi dan
mencuci pakaian. Air sumur yang digunakan jernih, tidak berasa, dan tidak berbau. Sedangkan untuk
minum menggunakan air isi ulang. Di sekitar rumah tidak terdapat tertangga yang terkena peyakit
seperti pasien.
c. Personal hygiene
Pasien mempunyai kebiasaan sebelum makan jarang mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu.
Orang tua pasien mengatakan selalu mencuci tangan ketika akan menyuapi anaknya.

Kesan: Sosial ekonomi dan lingkungan cukup baik, Personal hyginene kurang baik

6. Anamnesis sistem :
- Serebrospinal : Demam (-), penurunan kesadaran (-)
- Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-)
- Respiratorius : Batuk (-), pilek (-), sesak (-)
- Gastrointestinal : BAB(-), mual (+), muntah (+) kira-kira 50 cc, kembung (-), diare (-), ampas (-
), lendir (-), darah(-), kontipasi (+)
- Urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)
- Integumentum : Pucat (-), bintik merah (-), kuning ( -)
- Muskuloskeletal : Lemas (+), Nyeri otot (-), nyeri saat berjalan/bergerak (-), nyeri sendi (-), akral
dingin (-)
Kesan: Didapatkan gangguan gastrointestinal dan muskuloskeletal

KESAN UMUM
Keadaan umum : Lemah, Tampak Kesakitan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu badan : 36.2o C
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Nadi : 84x/menit,
Pernapasan : 20x/menit
Kesan : Keadaan umum Lemah tampak kesakitan, kesadaran compos mentis. Dalam pemeriksaan vital
sign dalam batas normal.
Status Gizi
- Bb : 19 kg
- Tb : 109 cm
- BMI = BB (kg)/ TB (m)2 = kg/m2
= 19/(1,09)2
= 16,1
Status Gizi
a. Hasil Pengukuran Berat Badan Menurut Umur (BB//U)
Hasil : Normal
b. Panjang Badan Menurut Umur (PB//U)
Hasil  Normal
c. Hasil Pengukuran BMI Menurut Umur (BMI//U)
Hasil : Normal
d. Hasil Pengukuran Lingkar Kepala Menurut Umur (LK//U)
Hasil : Normal

Kesan : Status Gizi

BB// U
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BB/U

Kesan: BB // U Berada diantara Median sampai dengan – 2 SD (Berat badan sesuai dengan umur)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

TB/
U

Kesan : TB // U Berada diantara median sampai dengan – 2 SD (Tinggi badan sesuai dengan umur)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BMI/U

Kesan :BMI // U Berada diantara Median sampai dengan – 1 SD (Gizi normal)

PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), petekie (-)
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
Otot : Kelemahan (-), atrofi (-) ,nyeri otot (-)
Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
Sendi : Gerakan bebas
Kesan: Pemeriksaan kulit, kelenjar limfe, otot, tulang dan sendi dalam batas normal

PEMERIKSAAN KHUSUS:
 Kepala : Normocephal, rambut hitam, tidak mudahdicabut,
 Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+), isokor (+ /+) 2mm
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

 Hidung : Sekret (-) warna putih, epistaksis (-), nafas cuping hidung (- /-)
 Telinga : Sekret (-), hiperemis (-)
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), lidah kotor (-) perdarahan bibir (-), sianosis (-),
tremor lidah (-), Tonsil (T2/T2)
 Gigi : Caries (+), calculus (-)

Kesan : Pada pemeriksaan didapatkan caries (+) pada pasien.

Leher : Tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa abnormal, dan tidak ada
peningkatan vena jugularis
Thoraks : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Jantung : Batas jantung jelaskan :
- Inspeksi: Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Tidak kuat angkat
- Perkusi :
 Kanan atas : SIC II LPS dekstra
 Kanan bawah : SIC IV LPS dekstra
 Kiri atas : SIC II LPS sinistra
 Kiri bawah : SIC V LMC sinistra
- Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising jantung (-).
Paru :
Kanan DEPAN Kiri
Simetris (+), retraksi Inspeksi Simetris (+), retraksi (+)
(+)
Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus
fremitus kanan kiri kanan kiri sama (+)
sama (+)
Sonor Perkusi Sonor
SDV (+/+) tidak Auskultasi SDV (+/+) tidak menurun,
menurun, Ronkhi (-/-), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
wheezing (-/-)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Kanan BELAKANG Kiri


Simetris (+) Inspeksi Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus
fremitus kanan kiri kanan kiri sama (+)
sama (+)
Sonor Perkusi Sonor
SDV (+/+) tidak Auskultasi SDV (+/+) tidak menurun,
menurun, Ronkhi (-/-), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
wheezing (-/-)

Kesan : pemeriksaan fisik paru dalam batas normal

Kesan: Pemeriksaan leher, thoraks, dan jantung tidak ada kelainan


Abdomen :
 Inspeksi : Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Perkusi : Timpani (+), meteorismus (-), pekak beralih (-), asites (-)
 Palpasi : Supel, massa abnormal (-), turgor kulit kembali lambat (-), tes undulasi (- ), Nyeri
tekan (+) didaerah umbilical
Hati : Hepatomegali (-), nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium (-)
Limpa : Splenomegali (-)
Anogenital : Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tidak ada kelainan
Kesan : Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan diregio umbilical.
Ekstremitas dan status neurologis
Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-), petekie (-/-), a. dorsalis pedis teraba kuat
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK


Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus - -
Reflek Biseps(+), triceps (+) Patella (+), achilles (+)
fisiologis
Reflek Hoffman (-), tronmer (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)
patologis
Meningeal Kaku kuduk (-),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
sign
Sensibilitas Normal
Kesan : Akral hangat dan status neurologis normal, ADP kuat.

Hasil Laboratorium 5 Agustus 2018

Nilai Normal
Leukosit 14.6 (H) 5.0 – 14.5 103/ uL
Eritrosit 5.74 3.80 – 5.80 106/ uL
Hemoglobin 4.0 10.8 – 15.6 g/dL
Hematokrit 40.9 33 – 45 %
Index eritrosit
MCV 70,3 69 – 93 fl
MCH 24,4 22 – 34 pg
MCHC 34,5 32 – 36 g/dL
Trombosit 493 181 – 521 103/uL
RDW – CV 14,0 11.5 – 14 .5 %
PDW 9,6 FL
MPV 9,6 FL
P-LCR 20,4 %
PCT 0,30 %
Diff Count
NRBC 0,00 0–1
Neutrofil 81 (H) 17 – 68
Limfosit 14,6 (L) 20,00 – 70,00
Monosit 4,00 1,00 – 11,00
Eosinofil 0,10 (L) 1,00 – 5,00
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Basofil 0,30 0–1

Kesan : Pemeriksaan laboratorium menunjukan leukositosis, neutrophilia, limfopenia dan


eosinopenia.

Pemeriksaan USG abdomen 8 agustus 2018

Kesan : Didapatkan gambaran gastritis dengan konstipasi

Pemeriksaan Urine Rutin 8 agustus 2018

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


MIKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.020 1.003 – 1.030
pH 6.5 4.8 – 7.4
KIMIA
Protein - -
Glukosa - -
Keton - -
Bilirubin - -
SEDIMEN
Eritrosit 0–1 /lpb 0–1
Lekosit 0–1 /lpb 0–6
Kristal -
Epitel - /lpb -
Lain – lain - :+

Kesan : Pemeriksaan Urine tidak menunjukan kelainan.


Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
 Nyeri perut dirasakan hilang timbul,  Keadaan umum : Lemah,  Pemeriksaan
memberat ketika habis makan Tampak kesakitan laboratorium
 Kesadaran : Compos mentis menunjukan
 Muntah (+) 2 kali kira-kira sebanyak 50
 Suhu badan : 36,2 Co
peningkatan
cc berisi makanan dan cairan  Nadi : 84x/menit, leukositosis,
 Tidak terdapat penurunan kesadaran (-)  Pernapasan : 20x/menit
neutrophilia,
 Status Gizi
 Tidak ada tanda perdarahan limfopenia dan
 Pemeriksaan kulit, kelenjar
 Tidak ada tanda syok limfe, otot, tulang dan sendi eosinopenia.
 Nafsu makan menurun, Rasa haus dalam batas normal  Pemeriksaan USG
 Pada pemeriksaan didapatkan didapatkan gambaran
meningkat (+), Badan lemas (+)
Caries (+) pada pasien. gastritis dengan
 BAB (-) sejak hari sabtu  Pemeriksaan leher, thoraks, dan konstipasi
 BAK (+) jantung tidak ada kelainan
 Pemeriksaan Urine
 Pemeriksaan abdomen
 Pasien batuk dan pilek sejak 3 hari yang dalam batas normal
didapatkan nyeri tekan di regio
lalu umbilical.
 Pasien belum berobat ke dokter.  Akral hangat dan status
neurologis normal, ADP kuat
 Didapatkan riwayat penyakit pasien yang
berhubungan dengan kondisi pasien saat
ini.
 Tidak terdapat riwayat penyakit yang
ditularkan dalam keluarga yang
berhubungan dengan penyakit pasien
sekarang.
 Riwayat ANC baik, persalinan baik, dan
riwayat PNC baik
 Pasien ASI eksklusif, kualitas cukup baik
dan kuantitas makanan cukup, pemberian
makanan sesuai dengan usia.
 Motorik kasar, motorik halus, bahasa,
personal sosialsesuai usia
 Vaksinasi dasar dilakukan lengkap sesuai
PPI
 Sosial ekonomi dan lingkungan cukup
baik, personal hygine kurang baik.
 Didapatkan gangguan gastrointestinal dan
muskuloskeletal

Daftar masalah (aktif dan inaktif)


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Aktif:
Anamnesis:
 Nyeri perut yang hilang-timbul, dirasakan memberat sehabis makan
 Muntah (+) 1 kali kira-kira sebanyak 50 cc berisi makanan dan cairan
 BAB (-) sejak hari sabtu
 Badan lemas (+), nafsu makan menurun (+)
Pemeriksaan fisik:
 Compos Mentis, Tampak kesakitan
 Lemas
 Kepala : Mukosa bibir sedikit kering (-), mata cowong (-/-), karies (+), Tonsil T2/T2
 Abdomen : Supel(+), peristaltic (+), Nyeri tekan diregio umbilical(+)
 Ekstremitas : akral hangat, ADP kuat

Pemeriksaan laboratorium:
 Pemeriksaan laboratorium menunjukan peningkatan leukosit, neutrophil, penurunan limfosit dan
eosinofil.
 USG abdomen : Gastritis dengan konstipasi

Inaktif :
 Personal Hygine kurang baik.
Kemungkinan penyebab masalah :
 Abdominal pain dd Gastritis
Rencana pengelolaan
 Rencana Tindakan
 Evaluasi Nyeri perut, Keadaan Umum, Vital Sign.
 Bed Rest
 Diet Lunak
 Rencana penegakan diagnosis
Cek Lab
USG abdomen
Urine rutin
Endoskopi
 Rencana Terapi
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

- RL maintenance (10 kg x 100 ml) + (9 kg x 50 ml) = 1450 ml/hari  15 tpm makro


- Inj. Ondancentron 0,1mg x 19 = 1,9 mg  2mg/8jam jika perlu
- Inj. Ranitidin 1mgx 19 = 19 mg  25mg/12jam
- Inj. Omeprazol 1x19 =19 20mg/8jam
- Inj. Paracetamol 200mg/4j k/p

 Rencana Edukasi
- Saat di rumah sakit, orang tua diminta ikut mengawasi kondisi pasien
- Istirahat cukup
- Makan makanan yang lembut terlebih dahulu, jangan makan makanan pedas dan bersantan

Follow Up

Tanggal SOA Tatalaksana


Senin,6 S/ Planning :
agustus Pasien tampak kesakitan, Nyeri perut (+), 1. Infus RL 15 tpm makro
2018 Memberat ketika makan, demam (-), diare(-) darah 2. Inj Ondansentron 2 mg/8 jam
(-), mual (-) muntah (-), BAB (-) batuk (-) pilek (-), 3. Inj.paracetamol 200mg/8jam
BAK (+), nyeri berkemih (-), makan hanya sedikit. 4. Inj.metilprednisolon12,5g/8jamm
5. Inj.ketorolac 10mg/8jam
O/
Vital sign:
T : 38,4°C
HR: 88 X/menit RR: 22X/menit
KU : lemas, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-, lidah kotor (-),
normocephal, faring hiperemis (-), Caries
(+),Thorax: Paru : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/- Cor : BJ
I/II reguler
Abdomen: Nyeri tekan regio umbilical
(+),hepatomegali (-), turgor kulit baik
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP Kuat

A/
Abdominal pain dd HSP dd Gastritis
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Selasa, 7 S/ Planning :
agustus Pasien tampak kesakitan, Nyeri perut (+), 1. Infus RL 15 tpm makro
2018 Memberat ketika makan, demam (-), diare(-) darah 2. Inj Ondansentron 2 mg/8 jam
(-), mual (-) kemarin sore muntah 1 kali berisi 3. Inj.paracetamol 200mg/8jam
makanan dan air , BAB (-) batuk (-) pilek (-), BAK 4. Inj.metilprednisolon
(+), nyeri berkemih (-), makan hanya sedikit. 25mg/8jamm
5. Inj.ketorolac 10mg/8jam
O/
6. Antasid doen 4x1 cth
Vital sign:
7. Microlax supp 1 dd 1
T : 36,2°C
8. USG abdomen
HR: 84X/menit RR: 20X/menit
KU: lemas, CM
Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-, lidah kotor (-),
normocephal, faring hiperemis (-), Caries
(+),Thorax: Paru : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/- Cor : BJ
I/II reguler
Abdomen: Nyeri tekan regio umbilical
(+),hepatomegali (-), turgor kulit baik
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP Kuat

A/
Abdominal pain dd HSP dd Gastritis dd intutepsi

Rabu, 9 S/ Planning :
agustus Pasien tampak kesakitan, Nyeri perut (+), 1. Coba ganti dengan terapi
2018 Memberat ketika makan, demam (-), diare(-) darah gastritis
(-), muntah dan mual (-), BAB (+) konstistensi 2. Inf. R 15 Tpm
lembek dan Cuma 1 kali batuk (-) pilek (-), BAK (+), 3. Inj.ondacetron 2mg/8jam
nyeri berkemih (-), makan hanya sedikit. 4. Inj.ranitidin 25mg/12jam
5. Inj.omeprazole 20mg/8jam
O/
6. Inj.paracetamol 200mg/4jam k/p
Vital sign:
7. Cek urin rutin
T : 36,5°C
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

HR: 80X/menit RR: 22X/menit


KU : tampak kesakitan, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-, lidah kotor (-),
normocephal, faring hiperemis (-), Caries
(+),Thorax: Paru : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/- Cor : BJ
I/II reguler
Abdomen: Nyeri tekan regio umbilical
(+),hepatomegali (-), turgor kulit baik
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP Kuat

A/
Abdominal pain susp. Gastritis

Kamis, 10 S/ Planning :
agustus Pasien tampak kesakitan, Nyeri perut (+), Memberat 1. Coba ganti dengan terapi
2018 ketika makan, demam (-), diare(-) darah (-), muntah gastritis
dan mual (-), BAB (+) konstistensi lembek sebanyak 2. Inf. R 15 Tpm
3 kali, batuk (-) pilek (-), BAK (+), nyeri berkemih (- 3. Inj.ondacetron 2mg/8jam
), makan hanya sedikit. 4. Inj.ranitidin 25mg/12jam
O/ 5. Inj.omeprazole 20mg/8jam
Vital sign: 6. Inj.paracetamol 200mg/4jam k/p
T : 36,5°C 7. Sulcrafat syrup 4 x 1 cth
HR: 80X/menit RR: 20X/menit
KU : tampak kesakitan, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-, lidah kotor (-),
normocephal, faring hiperemis (-), Caries
(+),Thorax: Paru : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/- Cor : BJ
I/II reguler
Abdomen: Nyeri tekan regio umbilical
(+),hepatomegali (-), turgor kulit baik
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP Kuat
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

A/
Abdominal pain susp. Gastritis

Jumat, 11 S/ Planning :
agustus Pasien mengatakan Nyeri perut sudah tidak ada, 1. BLPL
2018 demam (-), diare(-) darah (-), muntah dan mual (-), 2. Rantidin 2 x ½ tab
BAB (+) batuk (-) pilek (-), BAK (+), nyeri berkemih 3. Sulcrafat syrp 3x 1 Cth
(-), makan hanya sedikit tetapi sehabis makan perut 4. Omeprazole 2x10mg
sudah tidak nyeri. 5. Paracetamol syrp 3x 2cth
O/
Vital sign:
T : 36,5°C
HR: 78X/menit RR: 20X/menit
KU : sedang, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-, lidah kotor (-),
normocephal, faring hiperemis (-), Caries
(+),Thorax: Paru : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/- Cor : BJ
I/II reguler
Abdomen: Nyeri tekan regio umbilical (-
),hepatomegali (-), turgor kulit baik
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP Kuat

A/
Abdominal pain ec. Gastritis
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Nama dan tanda tangan Co Ass

Guntur Adi Wibowo, S.Ked


(J510 170 036)

Diperiksa Dan Disahkan Oleh Diperiksa Oleh


Supervisor Dari Pavilion / Ruangan Dokter Pavilion/ Ruangan
Tanggal ……………….. Jam……..:.. Tanggal…………… Jam……….
Tanda Tangan, Tanda Tangan,

( ………………………………..) (dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M. Kes)


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

ANALISA KASUS

Anamnesis :

1. Nyeri Perut
2. Memberat Ketika
makan
Pemeriksaan Penunjang :
3. Demam [-]
4. Mual [+] 1. Didapatkan gambaran
5. Muntah [+]
gastritis dengan
6. Riwayat HSP
Pemeriksaan fisik : konstipasi
2. Pemeriksaan
Pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri laboratorium
tekan di regio menunjukan leukositosis,
umbilical neutrophilia, limfopenia
dan eosinopenia.
3. Pemeriksaan Urine normal

Faktor kebiasaan:

Personal hygiene
yang tidak baik

Gastritis
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
I. DEFINISI
Gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, yang secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrat sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis
dapat dibedakan menjadi gastritis akut dan gatritis kronik. Gastritis akut adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastritis
kronik adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun, yang diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu gastritis infeksius, dan gastritis non-infeksius.

II. EPIDEMIOLOGI
Suatu penelitian di Kanada menunjukkan data kasus gastritis pada anak tercatat 1 dari 2500
pasien anak yang masuk ke rumah sakit.6 Pada penelitian yang dilakukan pada rumah sakit San
Jose ditemukan bahwa H. pylori merupakan penyebab tersering gastritis kronik pada anak.
Prevalensi infeksi H. pylori di kalangan anak-anak tercatat 60-90% bergantung status sosial
ekonomi dan kesehatan.
Di negara berkembang, prevalensi infeksi H.pylori pada anak-anak berusia dibawah 10 tahun
besarnya sekitar 80%, sedangkan di negara maju prevalensi infeksi H.pylori pada anak-anak
prasekolah dan sekolah dasar besarnya sekitar 10%.3,7 Di Jakarta, prevalensi infeksi H. pylori
berdasarkan pemeriksaan serologi pada 150 murid Sekolah Dasar didapatkan angka sebesar 27%
dan 90% dari mereka yang mempunyai seropositif ditemukan H. pylori pada lambungnya.
Faktor risiko infeksi H. Pylori di antaranya lahir di negara berkembang, status ekonomi
lemah, lingkungan yang padat dan sanitasinya kurang bersih, hidup dalam keluarga besar, serta
mereka yang sering terpajan dengan isi lambung orang yang terinfeksi H. Pylori (misalnya perawat,
ahli endoskopi). Terdapat 3 kemungkinan cara penularan penyakit ini, yaitu transmisi feka-oral,
oral-oral, dan kemungkinan terakhir adalah iatrogenik.

III. ETIOLOGI
Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat (seperti Obat
Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS), bakteri (seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

secondary syphilis), virus (Sitomegalovirus dan herpes), jamur (seperti Candidiasis,


Histoplasmosis, dan Phycomycosis), stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan makanan
dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung.

Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi ada dua predisposisi
penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu: infeksi dan non infeksi.5
1) Gastritis infeksi
a) H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan penyebab utama dari
gastritis kronik.
Helicobacter pylori adalah bakteri gram negatif berbentuk batang atau kokoid (beberapa
kepustakaan menyebutnya spiral atau seperti huruf “S”), mempunyai flagel yang
memungkinkan bakteri ini memiliki daya motilitas tinggi, dan bersifat mikroaerofilik. Tempat
yang sesuai di dalam tubuh manusia adalah antrum.H.pylori dapat berkonversi dari bentuk
batang ke bentuk kokoid. Secara biokimiawi, H.pylori memproduksi enzim urease. Enzim ini
mengkatalisis proses hidrolisis urea yang terdapat pada mukosa lambung menjadi amonia dan
CO2. Amonia diduga berperan sebagai mekanisme pertahanan hidup H.pylori dalam lingkungan
asam.

Gambar 1. Bakteri Helicobacter pylori


b) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
c) Infeksi parasit.
d) Infeksi virus (sitomegalovirus dan herpes).
2) Gastritis non-infeksi
a) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu kronis dan kontak
dengan OAINS atau Aspirin.
b) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan ureum terlalu banyak
beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

c) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai penyakit, meliputi
penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan kokain, Isolated
granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas, Rheumatoid
nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung.
d) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri radiasi pada
lambung

IV. PATOGENESIS
Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung
itu sendiri, yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini.
Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian HCL dapat
berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang
mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Mukosa gaster sebenarnya sangat terlindungi dari infeksi bakteri. Tetapi kumah H. pylori
sangat pandai melakukan adaptasi terhadap hal ini, dengan caranya yang unik dapat masuk ke dalam
lapisan mukus, kemudian melakukan perlekatan dengan sel epitel, evasi respon imun dan akhirnya
terjadi kolonisasi dan transmisi persisten.
Setelah masuk gaster, bakteri ini harus melawan aktivitas asam untuk masuk ke lapisan
mukus. Langkah awal penting pada proses infeksi ini adalah motilitas bakteri dan produksi ensim
urease yang dapat mengkatalisis proses hodrolisis urea yang terdapat pada mukosa lambung
menjadi amonia dan karbondioksida. Amonia ini berperan sebagai mekanisme pertahanan hidup H.
pylori dalam lingkungan asam.

Gambar 2. Proses masuknya H. pylori ke lapisan mukus lambung


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

H. pylori dapat terikat erat pada sel epitel dengan adanya beberapa komponen yang berada
pada permukaan bakteri. Setelah melekat, sebagian besar strain H. pylori dapat memproduksi
vacuolating cytotoxin (VacA, suatu eksotoksin). Toksin ini masuk ke dalam membran sel epitel dan
menyebabkan keluarnya bikarbonat dan anion organik yang diperlukan untuk nutrisi bakteri. Selain
itu, VacA ini juga mempunyai target pada membran mitokondria yang menyebabkan terjadinya
apoptosis.
Sebagian besar strain H. pylori mempunyai cag pathogenicity island (cag-PAI), suatu urutan
DNA sepanjang 40 kB yang di dalamnya mengandung 40 gen, salah satu di antaranya adalah
cytotoxin-associated gen A (cagA). Suatu penelitian memperlihat bahwa cagA ini terlibat pada
proses induksi kemokin pro-inflamasi yang dilepaskan oleh sel. Setelah melekat pada sel epitel,
cagA ini terfosforilasi dan menyebabkan terjadinya respon seluler dan produksi sitokin oleh sel
epitel gaster. H. pylori menyebabkan continous gastric inflammation pada setiap individu yang
terinfeksi. Respon inflamatori ini terdiri dari rekrutmen netrofil yang kemudian diikiuti oleh sel
limfosit B dan T, sel plasma, makrofag, dan kemudian terjadi rusaknya sel epitel. Sel epitel gaster
yang terinfeksi oleh H. pylori terdapat peningkatan sitokin interleukin-1B, interleukin-2,
interleukin-6, interleukin-8, dan tumor necrosis factor. Interleukin-8 merupakan kemokin yang
poten untuk aktivasi neutrofil. Infeksi H. pylori ini dapat menyebabkan pula terjadinya respon
humoral sistemik dan mukosa. Produksi antibodi ini tidak mengakibatkan eradikasi bakteri tetapi
menyebabkan kerusakan jaringan. Sebagian penderita dengan H. pylori mempunyai autoantibodi
terhadap H+/K+-ATP-ase sehingga menyebabkan atrofi corpus gaster. Pada saat terjadi inflamasi
ini apabila respon Th1 yang lebih dominan akan menyebabkan peningkatan produksi interleukin-8,
dan ditambah dengan apoptosi akan mengakibatkan infeksi persisten H. pylori.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK


Gambar 3. Patogenesis infeksi H. pylori

V. MANIFESTASI KLINIS
Anak-anak yang menderita gastritis dapat menunjukkan gejala seperti mual, muntah, nyeri
dan kram perut, nafsu makan hilang, demam, lemah, nyeri dada yang tajam dan mengganggu, rasa
asam di mulut dan kembung.
Secara klinis, sulit membedakan gastritis yang terinfeksi H. pylori dengan yang tidak
terinfeksi H. pylori. Sebagian besar kasus infeksi H. pylori pada anak bersifat asimtomatis. Berbagai
manifestasi klinis akibat infeksi H. pylori pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti seperti sakit
perut berulang di daerah epigastrium, mual, dan muntah. Gejala seperti sakit perut, muntah-muntah,
hematemesis dapat dikaitkan dengan infeksi H. pylori. Beberapa gejala klinis di luar saluran cerna
yang pernah dilaporkan pada anak terinfeksi H. pylori adalah anemia defisiensi besi, pusing, dan
alergi makanan. Infeksi H. pylori dihubungkan pula dengan gangguan tumbuh kembang anak dan
kejadian limfoma (mucosa associated lymphoid tissue/MALT) di kemudian hari.

VI. PENEGAKAN DIAGNOSIS


Penegakan diagnosis gastritis utamanya gastritis akibat infeksi H. pylori terdiri atas
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri atas pemeriksaan noninvasif
dan invasif.
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan gejala seperti mual, muntah, nyeri dan kram perut, nafsu
makan hilang, demam, lemah, nyeri dada yang tajam dan mengganggu, rasa asam di mulut dan
kembung. Sementara kecurigaan adanya infeksi H. pylori apabila dari anamnesis ditemukan
adanya gejala seperti sakit perut berulang di daerah epigastrium, hematemesis serta beberapa
gejala klinis di luar saluran cerna seperti anemia defisiensi besi, pusing, dan alergi makanan.1,3
Pemeriksaan Fisik
Dari penampakan klinis, pasien dengan gastritis akan terlihat pucat, lemah, keringat dingin
dan apabila dalam keadaan berat, pasien dapat saja mengalami penurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan takikardi, takipnea, dan peningkatan suhu tubuh. Nyeri
tekan pada regio epigastrik merupakan temuan klinis khas pada pemeriksaan fisik pasien dengan
gastritis.
Metode Non Invasif
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Tes serologi merupakan teknik non-invasif pertama yang dipakai untuk mendeteksi anti H.
pylori IgG pada serum penderita. Pemeriksaan serologi IgG H. pylori murah dan nyaman, serta
memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 79%. Adanya infeksi mukosa lambung karena H. pylori
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar IgG dan IgA dalam serum dan peningkatan kadar
sekretori IgA dan IgM dalam perut. Pemeriksaan ELISA merupakan metode yang mudah dilakukan
dan cukup sensitif. Pemeriksaan ini baik digunakan sebagai uji saring dan studi epidemiologi.
Respon IgG terhadap infeksi H.pylori dapat tetap positif sampai 6 bulan setelah eradikasi. Oleh
karena itu, cara ini tidak dianjurkan sebagai pemantau hasil eradikasi.
Uji C-urea nafas didasarkan pada kenyataan bahwa kuman H. pylori memproduksi urease.
Urease adalah enzym yang memecah urea menjadi amonia dan CO2. Pemeriksaan uji urease
pernafasan menggunakan 13C & 14C labeled urea meal. Bahan tersebut ditelan oleh pasien. Urea
akan dihidrolisis menjadi amonia dan bikarbonat yang terlabel. Bikarbonat yang terlabel akan
dibawa ke paru dan diekskresi dalam udara napas sebagai CO2 yang dapat diukur. Uji ini bersifat
semikuantitatif. Uji C-urea nafas merupakan uji diagnostik yang realibel dan merupakan pilihan
pertama dan dapat digunakan sebagai evaluasi terapi. Pemeriksaan UBT untuk mengetahui
keberhasilan eradikasi sebaiknya dilakukan minimal 4 minggu setelah eradikasi untuk menghindari
hasil negatif palsuUji ini memilki nilai sensitivitas sebesar 95-98% dan spesifisitas 98-100%.

Gambar 4. Uji C-urea Nafas


Stool Antigen Test (SAT) adalah pemeriksaan enzimatik (ELISA) yang dapat
mengidentifikasi antigen H. pylori pada feses. SAT terdiri atas metode poliklonal dan monoklonal
untuk mendeteksi infeksi juga untuk monitoring pasca terapi H. pylori. Pemeriksaan SAT untuk
mengetahui keberhasilan eradikasi dilakukan minimal 4 minggu setelah eradikasi tersebut.
Keuntungan pemeriksaan SAT adalah membedakan infeksi aktif H. pylori dengan paparan,
pemeriksaan non-invasif, penderita lebih nyaman, lebih murah daripada metode lain, mendeteksi
antigen secara langsung, dapat digunakan sebagai alat untuk monitoring sebelum dan sesudah
terapi dan akurasi lebih dari 95%.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Metode Invasif
Pemeriksaan endoskopi direkomendasikan untuk dikerjakan pada kasus dengan gejala
saluran cerna atas yang dicurigai suatu kelainan organik dan bila ditemukan H. pylori pada
pemeriksaan endoskopi, maka pasien harus segera mendapat terapi. Endoskopi merupakan
tindakan penting untuk mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan histologi, biakan, atau uji urease.
Endoskopi UGI dengan biposi masih merupakan baku emas diagnosis H. pylori.
Pemeriksaan invasif untuk menemukan adanya infeksi H. pylori dapat dilakukan dengan 3
cara yakni melalui rapid urease test, pemeriksaan histopatologi dan kultur.
Gastric Biopsi Test didasarkan pada aktivitas enzim urease yang memecah reagen urea tes
untuk membentuk amonia. Uji urease dapat mendeteksi infeksi H. pylori dengan cepat. Uji ini
mempunyai nilai spesifisitas yang tinggi, tetapi sangat tergantung pada ketepatan pengambilan
sampel jaringan.
Pemeriksaan histopatologi selain dapat menilai derajat inflamasi juga dapat mengenali
morfologi H. pylori. Sensitifitas histologi secara umum 90-95%. Jika biopsi dilakukan pada posisi
kurang lebih 2-3 cm dari kurvatura lambung akan menunjukkan hasil positif lebih dari 90%.
Biakan organisme merupakan cara yang terbaik untuk menegakkan diagnosis setiap infeksi
bakteri termasuk H. pylori. Bakteri ini dapat dibiak dari jaringan biopsi lambung dan duodenum.
Walaupun demikian, biakan masih dianggap sebagai jenis pemeriksaan yang tidak praktis. Teknik
biakan sulit, karena memerlukan suasana media yang mikroaerofilik (5% oksigen dengan 5-10%
CO2) dan memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini yang menjadi hambatan bila digunakan
sebagai prosedur rutin. Cara ini umumnya digunakan untuk kepentingan penelitian. Biakan
mempunyai dua keuntungan yaitu kegunaan utama biakan adalah menentukan jenis antibiotik yang
digunakan, sedangkan kegunaan lain adalah mengisolasi bahan dengan menggunakan kultur.
Pemeriksaan ini tidak diperlukan pada saat awal terapi, tetapi mungkin diperlukan bila terdapat
kegagalan eradikasi sebanyak 2 kali.

VII. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding dari gastritis adalah sebagai berikut:
 Gastroentritis, biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare,
kram perut, dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna.
 Heart burn, rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada yang biasanya
terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan masuk ke dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

esofagus. Heart burn juga dapat menyebabkan rasa asam pada mulut dan terasa sensasi
makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.
 Ulkus peptikum, rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus-menerus dan parah, maka
hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya luka terbuka dalam lambung. Gejala yang
paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung
sedang kosong.

VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal pada gastritis akut tanpa infeksi H.pylori pada anak adalah dengan
pemberian antasida, istirahat yang cukup hingga gejala membaik, minum sesering mungkin
utamanya susu dan air, hindari makanan yang pedas, asam dan makanan lain yang dapat
memperberat gejala.
Tata Laksana Infeksi H. pylori
Sampai sejauh ini belum terpapar kesepakatan dari para ahli gastroenterologi tentang
pengobatan infeksi H.pylori pada anak. Beberapa kelompok ahli merekomendasi pengobatan
eradikasi H. pylori pada anak dengan dispepsia fungsional dengan uji tapis positif, sedangkan
kelompok lain merekomendasi hanya pada anak dengan ulkus. Berbagai jenis obat yang pernah
digunakan adalah bismut, ranitidin bismut sitrat, H2 antagonis, PPI, dan beberapa antibiotik. Terapi
yang diberikan sebaiknya sederhana, dapat ditoleransi dengan baik, dan memiliki tingkat eradikasi
lebih dari 80%. Selain untuk mencegah terjadinya resistensi, penggunaan berbagai jenis obat akan
memberikan hasil yang lebih efektif, karena terdapat mekanisme sinergis dari obat-obat tersebut.
Dilaporkan tingkat eradikasi yang dicapai dengan menggunakan kombinasi 3 jenis obat (PPI,
klaritromisin dan amoksisilin) sebesar 87-92%, sedangkan bila hanya menggunakan 2 jenis obat
(PPI dan amoksisilin) sebesar 70%. Kombinasi amoksisilin, bismut, dan metronidazol juga
memberikan tingkat eradikasi yang tinggi, yaitu sebesar 96%.33 Oleh karena itu, kombinasi 3 jenis
obat yang menggunakan PPI atau bismut direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama. Akan
tetapi dalam penggunaannya , PPI lebih mudah diteloransi oleh anak dibanding dengan bismut.
Bismut-salisilat tidak dianjurkan penggunaannya pada anak berumur di bawah 16 tahun karena
ditakutkan terjadinya sindrom Reye. Kombinasi obat yang menggunakan PPI ternyata
memperlihatkan penyembuhan ulkus yang lebih cepat.
North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, Nutrition (2000)
mencoba merekomendasikan terapi untuk infeksi H. pylori yang digunakan selama 14 hari.7
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Regimen lini pertama, masing-masing diberikan dua kali sehari selama 10-14 hari:7
 Proton pump inhibitor (1-2 mg/kg/hari) + amoxicillin (50 mg/kg/hari) + clarithromycin
(15 mg/kg/hari)
 Proton pump inhibitor (1-2 mg/kg/hari) + amoxicillin (50 mg/kg/hari) + metronidazole
(20 mg/kg/hari)
 Proton pump inhibitor (1-2 mg/kg/hari) + metronidazole (20 mg/kg/hari) + clarithromycin
(15 mg/kg/hari)
Di negara Belanda dan Belgia digunakan kombinasi omeprazole 0.6 mg/kg dua kali sehari,
amoksisilin 30 mg/kg dua kali sehari, dan klaritromisin 15 mg/kg dua kali sehari, selama 7 hari.
Pedoman terapi yang dilaksanakan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM mengacu kepada
terapi yang diberikan oleh kedua negara tersebut.
Kejadian resistensi terhadap amoksisilin rendah, sedangkan kejadian resistensi terhadap
golongan makrolid (klaritromisin) dan metronidazol cenderung meningkat sejalan dengan
meningkatnya penggunaan obat-obat tersebut. Pada daerah yang memiliki angka kejadian
resistensi terhadap metronidazol lebih dari 30%, dianjurkan untuk langsung memberikan
amoksisilin. Data terakhir memperlihatkan penggunaan lanzoprazol sebagai PPI. Kombinasi
lanzoprazol, amoksisilin/metronidazol, dan klaritromisin memberikan tingkat eradikasi yang cukup
baik (87%), tetapi penggunaannya pada anak belum dilaporkan secara luas.
Eradikasi dikatakan berhasil apabila ditemukan gambaran histologi yang normal, atau hasil
biakan jaringan biopsi dan uji urea napas negatif. Uji diagnostik yang bersifat non invasif lebih
dianjurkan. Sebagai uji baku digunakan uji urea napas. Evaluasi hasil eradikasi sebaiknya tidak
dilakukan sebelum 4 minggu karena dapat memberikan hasil negatif palsu. Pemeriksaan serologi
yang memperlihatkan penurunan kadar antibodi sebesar 50% sebagai petanda keberhasilan
eliminasi bakteri harus dilakukan pada 6 bulan setelah eradikasi. Apabila eradikasi yang diberikan
tidak memberikan hasil optimal, biakan dan uji resistensi diperlukan untuk menentukan jenis
antibiotik selanjutnya.

IX. PENCEGAHAN
Hanya sekitar 1% penderita yang mengalami infeksi H.pylori akan berkembang menjadi
kanker lambung. Untuk itu tidak dapat dibenarkan untuk melakukan penyaringan dan pengobatan
secara luas untuk individu yang menderita infeksi H.pylori. Strategi lain untuk mencegah terjadinya
infeksi H.pylori adalah pemberian vaksinasi. Vaksinasi yang potensial untuk mencegah infeksi
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

H.pylori masih dalam taraf penyelidikan. Namun belum terbukti vaksinasi dapat mencegah infeksi
pada manusia. Di samping itu, mengingat kecilnya prevalensi kanker lambung pada individu yang
terinfeksi dapat mengakibatkan tingginya harga vaksin.
Pencegahan lebih ditujukan untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi H.pylori. Perbaikan
status sosioekonomi, gizi dan lingkungan seperti penyediaan air bersih terbukti mampu
menurunkan prevalensi infeksi H.pylori pada anak. Monitoring kecenderungan kolonisasi dan
penyakit gastrointerstinal bagian atas pada berbagai populasi dapat memberikan gambaran
kecenderungan terjadinya infeksi H.pylori.

X. KOMPLIKASI
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
a. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis
dan melena, dapat berakhir syok hemoragik.

b. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan
anemia.
Komplikasi dari infeksi H.pylori adalah gastritis nodular, ulkus peptikum, kanker lambung, dan
limfoma MALT.

Gambar 5. Komplikasi gastritis dengan infeksi H. pylori

XI. PROGNOSIS
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Kebanyakan penderita gastritis dapat sembuh. Tergantung dari banyaknya faktor yang
mempengaruhi, gejala gastritis dapat kambuh sewaktu-waktu. Pada umumnya, gastritis dengan
gejala minimal dapat berespon baik denga terapi yang diberikan.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi kasus yang serius bahkan dapat menjadi kasus
darurat yang mengancam jiwa. Adanya gejala yang berkelanjutan dan perdarahan terus-menerus
dapat menjadi tanda bagi praktisi kesehatan untuk mencari penyebab dasar dari kasus tersebut.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 3 8 1 4 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Hasil Diskusi Presentasi Kasus

1.

Anda mungkin juga menyukai