Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

dan

ASUHAN KEPERAWATAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN HOME CARE

STROKE

Oleh

VITRI LUTVIA ARUM

NIM 1601100048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D-III KEPERAWATAN MALANG


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan .......................................................................dan Asuhan Keperawatan


pada ......................... dengan ......................................... .......................... di.....................
.......................................

Nama : Vitri Lutvia Arum

NIM : 1601100048

Prodi : D-III Keperawatan Malang

Malang,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Klinik/CI,

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN HOME CARE

STROKE

Oleh

VITRI LUTVIA ARUM

NIM 1601100048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D-III KEPERAWATAN MALANG


I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,
2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu: (Muttaqin,
2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam
atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen
. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

C. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
2. Haemorhagi
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
D. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah
atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan
perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar
serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di
daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc
maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di
pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)

E. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

F. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
3. CT scan
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
5. EEG
6. Pemeriksaan laboratorium
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan telfon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga

Hub
No Nama JK dng Umur Pendidikan Status Imunisasi Ket
KK

Hepa
BCG Polio DPT Campak
titis

6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut .
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut berkait dengan kesehatan.
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
9. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga yang lain. Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga, barang yang dimiliki keluarga.
10. Aktifitas rekreasi keluarga
 Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi.
 Nonton TV.
Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
13. Riwayat keluarga inti (tinggal dalam satu rumah)
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber Yankes yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap Yankes.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis
septik tank, jarak septik tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW menjelaskan mengenai karakteristik dari
tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
17. Mobilisasi geografis keluarga
Mobilisasi geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
19. Sistem penduduk keluarga
 Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.
 Fisik, psikis atau dukungan dari anggota keluarga.
 Sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
21. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku.
22. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
23. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan.
Fungsi Keluarga
24. Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
25. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi / hubungan dalam keluarga sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
26. Fungsi perawatan kesehatan
 Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit.
 Kesanggupan keluarga melaksakan 5 tugas kesehatan.
Hal-Hal Yang Dikaji Sejauh Mana Keluarga Melakukan Pemenuhan Tugas Perawatan
Keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga mengenal masyarakat kesehatan, yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masyarakat.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masyarakat yang dialami.
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
 Apakah keluarga kurang mempercayai terhadap tenaga kesehatan.
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran,
komplikasi, prognosa dan cara perawatannya).
 Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial,
fasilitas fisik, psiko sosial).
 Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki.
 Sejauh mana keluarga melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.
 Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.
 Sejauh mana sikap / pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
 Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga.
e. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan
kesehatan dimasyarakat yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan.
 Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang diperoleh
fasilitas kesehatan.
 Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan.
 Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas
kesehatan.
 Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
27. Fungsi reproduksi
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
28. Fungsi ekonomi
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.

Stres Dan Koping Keluarga

29. Stressor jangka pendek dan panjang


a. Stressor jangka pendenk adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi / stressor.
31. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila mengalami permasalahan.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi masalah.
33. Pemeriksaan Fisik
 Memeriksa fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
 Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
34. Harapan Keluarga
Pada akhirnya pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas yang
ada.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan stroke.
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
stroke.
C. INTERVENSI
Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Gangguan mobilitas TUM keluarga mampu beri pendidikan
fisik berhubungan setelah diakukan menjelaskan tentang: kesehatan mengenai
dengan tindakan pengertian, penyakit stroke:
ketidakmampuan keperawatan, penyebab, tanda dan pengertian,
keluarga merawat keluarga mampu gejala, cara penyebab, tanda dan
anggota keluarga mengerti dan perawatan, diit, dan gejala, cara
dengan stroke memahami tentang pencegahan stroke perawatan, diit, dan
penyakit stroke. berulang. pencegahan stroke
TUK berulang
setelah dilakukan
kunjungan selama 1
x 30 menit keluarga
mengetahui dan
memahami
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, cara
perawatan, diit, dan
pencegahan stroke
berulang
Defisit pengetahuan TUM 1. keluarga mampu - jelaskan kepada
berhubungan dengan setelah dilakukan memahami keluarga bahwa px
ketidakmampuan tindkan keperawatan kondisi px yang memerlukan
keluarga mengenal keluarga mampu memerlukan bantuan
masalah stroke menyediakan bantuan - demonstrasikan
dukungan yang 2. keluarga mampu cara rom pasif
cukup terhadap menjelaskan cara - minta kepada px
kondisi pasien. rom pasif supaya mau
TUK 3. keluarga mampu dijemur pada pagi
setelah dilakukan memberikan hari.
kunjungan keluarga dorongan dan
selama 1 x 30 menit motivasi kepada
keluarga mengetahui px untuk dijemur
tentang:
1. memahami
kondisi px yang
memerlukan
bantuan
2. mengetahui cara
rom pasif
3. memberikan
dorongan dan
motivasi pada px
untuk mau
dijemur.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo

Anda mungkin juga menyukai