Anda di halaman 1dari 7

1

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PUTUS OBAT


ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA

Susilowati1, Yulia2

1. Program Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof.
Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424. Indonesia
2. Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI,
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424. Indonesia

E-mail: usiadisty@yahoo.com

Abstrak

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan global saat ini. Penelitian ini meneliti
pasien tuberkulosis yang mengalami riwayat putus obat anti tuberkulosis atau default. Dampak yang ditimbulkan dari
putus obat ini akan meningkatkan resiko terjadinya Multi drug resistance tuberculosis (MDR-TB), yang berakibat
pengobatan lebih lama, lebih mahal dan lebih banyak menularkan ke orang lain. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pasien tuberkulosis berhenti minum obat anti tuberkulosis sebelum
waktunya di suatu rumah sakit di Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kwantitatif dengan
pendekatan cross sectional, menggunakan total sampling sebanyak 31 pasien putus obat anti tuberkulosis. Hasil dari
analisa univariat didapatkan faktor tertinggi yang mempengaruhi putus obat anti tuberkulosis adalah kurang mengerti
informasi. Implikasi keperawatan di penelitian ini adalah perawat perlu meningkatkan perannya sebagai edukator,
konselor, dan motivator serta mereview kembali pendekatan edukasi yang selama ini diberikan pada pasien tuberkulosis
dengan pengobatan obat anti tuberkulosis.

Kata kunci: default, putus obat, tuberkulosis

Abstract

Description Of Factors That Influence The Default Of Tuberculosis In Adult Patients With Tuberculosis.
Tuberculosis is an infectious disease that becomes a global health problem today. This study examines patients who had
a history of default tuberculosis. Where the impact of default tuberculosis will increase the risk of multiple drug
resistance tuberculosis, which resulted in longer treatment, more expensive and more infect other people. The purpose
of this study was to determine the factors that cause tuberculosis patient stopped taking anti-tuberculosis medication
prematurely in the pulmonary clinic of a hospital in Jakarta, Indonesia. The design study is a descriptive quantitative
with cross-sectional approach, using total sampling as many as 31 samples patients of default tuberculosis. Results
showed that the highest factor affecting default of anti tuberculosis drug is a lack of understanding about information
given. This study suggests that nurse have to improve their educating, coseling, motivating and reviewing the education
approach that have been provided to tuberculosis patient with anti-tuberculosis medication treatment.

Keywords: default, tuberculosis

Pendahuluan penyebabnya adalah kuman Mycobacterium


tuberculosis (Leong, Dartois, Dick, 2011). TB
Tuberkulosis merupakan penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan global
yang paling sering menyerang paru, dengan utama saat ini. Pada tahun 2012 di dunia

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014


2

ditemukan 8,6 juta insiden TB dan 1,3 juta patuhan dalam minum obat secara rutin.
orang meninggal akibat penyakit ini. Prediksi faktor penyebab pasien tidak patuh
Sedangkan di Indonesia dengan jumlah dalam minum obat dapat berasal dari faktor
penduduk 246,8 juta jiwa, terdapat insiden TB pasien sendiri, faktor klinik, faktor pemberi
sejumlah 460 ribu, dengan angka prevalensi pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan
730 ribu. Dan dalam tahun yang sama, terdapat (Bosworth, 2010). Dari penelitian sebelumnya
120 ribu kematian akibat TB di Indonesia yang pernah dilakukan di Irak yang didapatkan
(WHO, 2013). Berdasarkan laporan penyebab putus obat antara lain: pasien
rekapitulasi tahunan di suatu poliklinik paru berfikir dirinya sembuh, kurang kepercayaan
rumah sakit di Jakarta pada tahun 2012, terhadap dokter yang merawat, adanya efek
ditemukan jumlah kasus pasien TB selama satu samping OAT, pasien menderita penyakit
tahun sejumlah 1.271 kasus dengan insidensi sistemik yang lain, masalah sosial dan
1.062 kasus baru. Dari sekian banyak penderita diagnosis yang salah (Al-Zubaidi, 2007).
TB yang berobat di poliklinik tersebut, di Dalam penelitian yang dilakukan di India
temukan 105 orang mengalami putus obat TB diperoleh faktor independen yang terkait putus
(default TB). obat yaitu: alkoholisme, buta huruf, memiliki
komitment lain selama pengobatan,
Dampak yang ditimbulkan oleh kasus putus pengetahuan TB yang kurang, kurangnya
obat ini akan meningkatkan resiko terjadinya interaksi petugas kesehatan dengan pasien,
TB Multi drug resistance (TB MDR). Yang kurangnya dukungan tenaga kesehatan, efek
berarti pengobatannya akan lebih lama yaitu samping OAT dan ketidakpuasan dengan
sampai 2 tahun (Caminero, 2013). Saat ini layanan yang disediakan (Vijay et all, 2010).
jumlah pasien TB MDR di Indonesia semakin
meningkat, diperkirakan terdapat sekitar 6.300 Pada penelitian kali ini peneliti mencari
kasus setiap tahunnya. Dengan angka kejadian faktor–faktor apa sajakah yang menyebabkan
diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB putus OAT pada penderita TB di poliklinik
baru dan 20% dari kasus TB dengan paru sebuah RS di Jakarta dan bagaimana
pengobatan ulang (Kemenkes RI, 2011). persentasenya.
Faktor penyebab dari resistensi kuman tersebut
dapat berasal dari pemberi jasa atau petugas Metode
kesehatan, dari program penanggulangan TB
dan dari faktor pasien sendiri yang tidak patuh Penelitian ini menggunakan desain penelitian
dan tidak teratur minum Obat anti tuberkulosis deskriptif kuantitatif, dimana peneliti hanya
(OAT), gangguan penyerapan obat dan bahkan melakukan deskripsi mengenai fenomena
menghentikan pengobatan secara sepihak yang ditemukan, hasil pengukuran disajikan
sebelum waktunya (putus berobat) apa adanya, tidak dilakukan analisis mengapa
(Dep.Kes.RI, 2009). fenomena terjadi (Sastroasmoro, 2011).
Pendekatannpenelitian yang digunakan pada
Upaya yang dianggap paling efektif saat ini penelitian ini adalah cross sectional, di mana
dalam mencegah kejadian putus OAT adalah data dikumpulkan pada satu waktu, untuk
penggunaan strategi Directly Observed menggambarkan status fenomena atau untuk
Treatment Shourtcourse (DOTS) (Caminero, menggambarkan hubungan antara fenomena
2013). Salah satu hal yang dilakukan untuk (Polit & Beck, 2012).
memutus mata rantai TB adalah perlunya
mencegah pasien mengalami putus obat. TB Setelah ijin keluar, penelitian ini dapat
merupakan penyakit kronis. Tingkat kepatuhan dilaksanakan pada 1 Juni 2014 sampai dengan
seorang penderita penyakit kronis untuk 15 juni 2014 di poliklinik paru RS di Jakarta.
minum obat mencapai 50%. Dan 50% Lokasi ini dipilih karena dipoliklinik RS
berikutnya cenderung mengalami ketidak tersebut terdapat banyak kasus pasien

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014


3

tuberkulosis, dengan 1.062 kasus baru dan Data yang terkumpul dilakukan pengolahan
ditemukan 105 pasien mengalami putus obat data sehingga dihasilkan informasi yang dapat
TB selama tahun 2012. Kriteria Inklusinya menjawab pertanyaan penelitian. Proses
adalah pasien TB berusia 15 tahun keatas dan pengolahan data tersebut meliputi editing,
berobat di Poliklinik Paru pada bulan Juni coding, entry data, cleaning data dan scoring
yang pernah minum OAT minimal 1 bulan dan data. Kemudian dilakukan analisa data dengan
mengalami putus OAT selama 2 bulan atau Analisa Univariate menggunakan
lebih sebelum selesai program pengobatan komputerisasi perangkat lunak. Studi
sebelumnya. penelitian deskriptif analisa univariat yaitu
mengumpulkan informasi mengenai terjadinya,
Karena jumlah pasien default TB yang frekuensi kejadian atau nilai rata-rata dari
terbatas, maka pada penelitian kali ini variabel yang menarik, satu variabel pada
digunakan total sampling. Dengan teknik suatu waktu, tanpa berfokus pada hubungan
pengambilam sampel menggunakan timbal balik antar variabel (Polit & Beck,
Consecutive sampling yaitu mengambil semua 2012).
orang-orang dari populasi diakses yang
memenuhi kriteria kelayakan selama suatu
Hasil
interval waktu tertentu (Polit & Beck, 2012).
Sampel diambil dari semua pasien TB riwayat
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
putus OAT (default) yang berkunjung ke
besar pasien putus OAT TB adalah laki-laki
poliklinik paru rumah sakit tersebut pada 1
yaitu sebesar 22 responden. Dari tabel tersebut,
Juni sampai 15 Juni 2014 yang memenuhi
jenjang pendidikan yang pernah diperoleh
kriteria inklusi pasien putus obat TB.
penderita TB paru putus OAT adalah SD 6
Sebelum pengumpulan data penelitian responden, SMP 4 responden, SMA 13
dilakukan, sudah dilakukan uji validitas responden dan perguruan tinggi 7 responden.
terlebih dahulu terhadap kuesioner yang akan Dengan frekuensi terbanyak adalah pendidikan
dibagikan. Dari uji validitas diperoleh 18 SMA. Dari tabel pekerjaan diketahui bahwa
pertanyaan yang valid dengan nilai cronbach’s responden yang memiliki pekerjaan karyawan
alpha 0.957. Kuesioner ini berisi pertanyaan ada 10 responden, wiraswasta 8 responden,
dengan jawaban ya dan tidak tentang faktor PNS/TNI/POLRI 1 responden dan sebagai
penyebab putus obat anti tuberkulosis. jumlah responden terbesar adalah yang tidak
bekerja yaitu 11 responden
Kemudian pengumpulan data dilakukan
dengan melihat data pasien yang pernah Tabel 2 menunjukkan sebaran data umur pada
mengalami putus OAT TB dengan melihat pasien TB putus OAT (default) dengan
data dari formulir TB 01 dan dari rekam medis distribusi yang normal, yaitu memiliki mean,
pasien yang ada dipendaftaran poliklinik. median dan modus yang relatif sama dengan
Responden yang telah mengisi persetujuan kurva normal. Oleh karena distribusi data
penelitian dilakukan wawancara dengan normal, maka hasil yang ditampilkan dalam
menggunakan instrument kuesioner yang tabel adalah nilai rerata mean, standar deviasi,
dibacakan oleh peneliti kepada pasien yang nilai minimal, nilai maksimal dan 95% CI.
pernah mengalami putus OAT yang Hasil penelitian didapatkan mean umur pasien
berkunjung ke Poli Paru pada tanggal 1 Juni adalah 36,20 tahun dengan standar deviasi
sampai 15 Juni 2014. Kemudian mencatat 12,96 tahun. Umur termuda 15 tahun dan umur
seluruh data sampel pasien TB yang mengisi tertua 58 tahun. Dari hasil estimasi interval
kuesioner. dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
sebaran umur pasien adalah antara 31,36 tahun
sampai 41,04tahun.

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014


4

Tabel 1. Karakteristik Responden TB Paru Putus OAT di terjadi demikian, ini dapat di hubungan dengan
Poliklinik Paru
hasil laporan dari WHO (2013), bahwa jumlah
No Karakteristik n Presentase (%) penderita TB pada tahun 2012 secara global
1 Jenis kelamin menurut umur yang palin tinggi adalah rentang
Laki-laki 22 73.3 umur 25 tahun – 34 tahun sebanyak 541.104
Perempuan 8 26.7 penderita, umur 35tahun – 44 tahun sebanyak
Total 30 100.0
475.375 penderita TB umur 15 tahun – 24
2 Pendidikan
SD 6 20.0 tahun sebanyak 443.437 penderita dan yang
SMP 4 13.3 terakhir umur 45 tahun sampai 54 tahun
SMA 13 43.3 dengan jumlah penderita 405. 873 penderita.
PT 7 23.3 Dan hasil itu semua menduduki nomer
Total 30 100.0
tertinggi penderita adalah pada usia produktif.
3 Pekerjaan
Karyawan 10 33.3
Karena pada usia produktif orang akan lebih
Wiraswasta 8 26.6 sering kontak dengan banyak manusia yang
PNS/TNI/POLRI 1 3.3 lain, sehingga tidak memungkiri untuk terkena
Tidak bekerja 11 36.6 penularan TB.
Total 30 100.0
Tabel 3. Ditribusi Pasien Putus OAT Pada Pasien TB Paru
Tabel 2. Distribusi umur pada pasien TB putus OAT
No Gambaran yang n
Variable Mean SD Min- 95% CI mempengaruhi putus OAT
mak 1. Kurang mengerti informasi 22
Umur 36.20 12.960 15-58 31.36-41.04 2. Kurangnya motivasi 21
3. Pasien merasa lebih baik 20
Dari tabel 3 diketahui bahwa dari 30 responden 4. Kurang informasi penyakit 20
dan pengobatan
pasien TB paru dengan riwayat putus OAT TB 5. Kurang nyaman dengan 17
(default) didapatkan data bahwa faktor yang fasilitas pelayanan kesehatan
mempengaruhi putus OAT paling banyak 6. Tidak ada PMO 16
adalah kurang mengerti informasi sebanyak 22 7. Masalah transportasi 16
responden, kurang motivasi 21 responden, 8. Tidak mendapat dukungan 15
pasien merasa lebih baik 20 responden, pasien sosial
kurang mendapatkan informasi penyakit dan 9. Jumlah obat yang banyak 14
pengobatan sebanyak 20 responden, pasien 10. Kurangnya harga diri 11
kurang nyaman dengan fasilitas pelayanan 11. Peningkatan gejala efek 8
kesehatan ada 17 responden, pasien yang tidak samping obat
memiliki PMO ada 16 responden, pasien 12. Lupa 7
dengan masalah transportasi ada 16 responden, 13. Merasa tidak segera sembuh 5
tidak mendapat dukungan sosial sebanyak 15
responden, mendapat jumlah obat yang banyak Dari karakteristik jenis kelamin didapatkan
14 responden, kurang harga diri 11 responden, laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
peningkatan gejala efek samping 8 responden, Kenapa dapat terjadi demikian, hal ini dapat
lupa 7 responden dan merasa tidak segera dikaitkan dengan teori bahwa resiko tinggi
sembuh 5 responden. terjadinya tuberkulosis salah satunya adalah
perokok. Merokok terbukti dapat mengganggu
Pembahasan bersihan mukosilier. Makrofag alveolar paru
yang merupakan pertahanan utama terjadi
Dari beberapa penelitian yang dilakukan penurunan fungsi fagositosis dan membunuh
diperoleh data bahwa rata-rata responden putus kuman pada individu yang merokok (Lin.HH
OAT TB adalah usia produktif. Mengapa dapat

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014


5

dalam Wijaya, 2012). Asap rokok memiliki Keterbatasan penelitian ini bahwa peneliti
efek baik pro-inflamasi dan imunosupresif menyadari dalam penelitian ini masih banyak
pada sistem imun saluran pernapasan. memiliki kekurangan dan keterbatasan baik
Merokok meningkatkan risiko infeksi yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Mycobacterium tuberculosis, risiko Adapun keterbatasan dan kekurangan dalam
perkembangan penyakit dan kematian pada penelitian ini meliputi waktu yang kurang
penderita TB (Wijaya. AA, 2012). Sedangkan dalam pengambilan data, sehingga jumlah
seorang perokok mayoritas adalah laki-laki. responden yang dilakukan dengan total
Oleh karena itu wajar bila penderita TB putus sampling pasien putus OAT ditanggal 1 Juni
OAT juga sebagian besar adalah kaum laki- sampai 15 Juni 2014 hanya mencapai 30
laki. responden. Selain itu peneliti kesulitan dalam
menemukan instrumen penelitian yang baku
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 11 untuk penelitian yang serupa. Jadi peneliti
responden dari 30 orang adalah tidak bekerja. memiliki keterbatasan kemampuan untuk
Hal ini dikarenakan pasien datang kembali membuat instrumen kuesioner penelitian
untuk berobat ke poliklinik paru dikarenakan
sakit lagi setelah putus OAT (default), dan
biasanya keadaannya lebih parah dibanding Kesimpulan
pada waktu pengobatan kategori sebelumnya.
Pada saat kondisi sudah lemah, banyak Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
responden sudah tidak dapat bekerja kembali, pembahasan sebelumnya, peneliti dapat
bahkan ada yang di PHK dari tempat kerjanya menarik kesimpulan :
karena menderita sakit TB. - Karakteristik responden di poliklinik paru
sebuah RS di Jakarta mayoritas berjenis
Dari semua gambaran factor yang kelamin pria, berpendidikan SMA dan
mempengaruhi putus OAT tersebut diatas sebagian tidak bekerja.
ternyata faktor yang paling banyak adalah - Karakteristik responden di poliklinik paru
faktor kurang mengerti informasi yaitu tersebut rata-rata berusia 36,20 tahun
sebanyak 22 responden. Yang berikutnya dengan sebaran umur antara umur 15 tahun
dikarenakan pasien merasa lebih baik (21), sampai 58 tahun.
kurang motivasi (21) dan kurangnya informasi - Faktor yang mempengaruhi putus OAT
penyakit dan kesehatan (21). Dari 31 paling tinggi adalah dari diri pasien sendiri
responden ditemukan banyak responden yang yaitu kurang mengerti informasi tentang
memiliki multi factor yang dapat penyakit TB dan pengobatannya.
mempengaruhi seorang penderita TB menjadi Kemudian di urutkan dari yang tinggi ke
putus OAT. Kurang mengerti informasi rendah yaitu faktor pasien merasa lebih
menjadi faktor terbesar yang didapatkan dari baik, kurangnya motivasi, kurang
penelitian ini. Di Filipina pernah dilakukan informasi tentang penyakit dan
study terhadap 244 pasien TB, dan hanya 10% pengobatannya, tidak ada PMO, kurang
yang yang diberi informasi langsung oleh nyaman dengan fasilitas pelayanan
penyedia layanan bahwa ia menderita TB. kesehatan, tidak mendapat dukungan
Setelah bertemu petugas dan menerima sosial, masalah transportasi, jumlah obat
diagnosis, hanya 73% yang mendapatkan yang banyak, kurangnya harga diri, lupa
informasi berapa lama pengobatan penuh akan dan merasa tidak segera sembuh.
berlangsung, dan hanya 56% yang mengerti - Tidak ditemukannya faktor baru yang
mengapa hal itu penting bagi mereka dan menyebabkan seseorang putus minum obat
keluarga mereka untuk menyelesaikan rejimen anti tuberkulosis.
penuh selama enam bulan (Blumenfeld,
Santos, Cruz, Dizon, 1999).

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014


6

- Sesuai penelitian yang sudah ada, Referensi


penyebab pasien TB putus OAT adalah
multipel faktor yang berasal dari faktor Blumenfeld, Santos, Cruz, Dizon. 1999. Reducing
pasien sendiri, faktor obat, faktor Treatment Default Among Tuberculosis
pelayanan dan faktor lingkungan. Patients in the Philippines. USA: Center
for human services.
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Caminero, JA. (2013). Guidelines for clinical and
operational management of drug-resistant
Untuk pelayanan keperawatan tuberculosis. Paris : International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor
kurang mengerti informasi dari responden Depkes RI. (2009). Pelatihan Penanggulangan TB
menandakan masih sedikitnya informasi yang MDR. Jakarta : Sub Direktorat TB.
diberikan kepada pasien TB sehingga Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
mengalami putus OAT. Sebagai seorang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
perawat yang lebih sering mendampingi pasien Lingkungan. (2011). Terobosan menuju
dibanding petugas kesehatan yang lain, akses universal: Strategi nasional
hendaknya perawat meningkatkan komunikasi pengendalian tb di Indonesia 2010-2014.
dalam membantu mencegah terjadinya putus Jakarta.
obat tuberkulosis yang lebih banyak lagi di
kemudian hari yang dapat meningkatkan resiko Leong, F.J., Dartois.V, Dick. T. (2011).A color
suspek MDR, maka sebaiknya dikuatkan atlas of comparative pathology of
pulmonary tuberculosis. USA: CRC Press.
dalam peran perawat sebagai edukator pada
pasien TB. Oleh karena itu saran dari peneliti Polit, D. & Beck, CT. (2012). Nursing resarch :
adalah setidaknya disediakannya seorang Generating and assessing evidence for
perawat edukator yang ditempatkan di nursing practice(9th ed). US: Lippincott
poliklinik paru untuk memberikan informasi Williams & Wilkins.
kepada pasien TB dan sebagai motivator dan
konselor agar tidak terjadi putus obat lagi Sastroasmoro. S. & Ismael. S. (2011). Dasar-dasar
dikemudian hari. Dan kemudian diadakan jalur metodologi penelitian klinis (ed.4).
komunikasi pada pasien yang telat mengambil Jakarta : Sagung Seto.
obat ke poliklinik agar tidak putus minum
Vijay, S., Kumar, P., Chauhan, LS., Vollepore,
OAT. Selain itu juga dapat dibentuk forum
HB., Kizhakkethil, UP. & Rao, SG. (2010).
kelompok pasien TB untuk meningkatkan Risk factors associated with default among
motivasi antar pasien. Forum komunikasi new smear positive tb patients treated
kelompok tersebut dapat di lakukan di under dots in India. PLoS ONE 5(4):
pertemuan penyuluhan ataupun di dunia maya e10043. doi:10.1371 / journal. pone.
dengan fasilitas internet. 0010043.

Untuk penelitian keperawatan berikutnya WHO. (2013). Global tberculosis report 2013.
Switzerland : WHO Press.
Perlu diteliti lebih lanjut penelitian serupa
dengan waktu yang lebih lama dan variabel Zubaidi, A. (2007). Effectiveness of the direct
yang lebih luas agar data yang diperoleh lebih observation treatment DOTS on treatment
default in TB. Kufa Med Journal, 10, 1-5.
bervariasi. Selain itu juga penelitian ini dapat
menjadi bahan dasar dalam mengembangkan
penelitian yang lain.

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014


7

Wijaya, AA. (2012). Jurnal tuberkulosis tuberkulosis (Vol.8). Jakarta : PPTI


Indonesia: Merokok dan

Gambaran faktor-faktor yang..., Susilowati, FIK Ui, 2014

Anda mungkin juga menyukai