Fix Bettii
Fix Bettii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), pegawai ASN memiliki peranan penting dalam
penyelenggraan pemerintah yang berfungsi sebagai : (1) pelaksana
kebijakan publik, (2) Pelayanan publik, (3) Perekat dan pemersatu
bangsa. Oleh karena itu, penting agar PNS memiliki profesionalisme
dan kompetensi yang memadai untuk bisa menjalankan tugas
tersebut dengan baik danpenuh tanggung jawab.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah. Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) tentang Aparatur
Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib
memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan.
Merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen PNS, PNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan untuk membangun moral, kejujuran, semangat
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang.
Pelatihan yang memadukan pembelajaran klasikal dan non-
klasikal di tempat pelatihan dan di tempat tugas sehingga
memungkinkan peserta mampu mengaktualisasikan dan membuatnya
menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya. Karakter
PNS profesional dibentuk dari sikap dan perilaku disiplin PNS, nilai-
nilai dasar profesi PNS, dan pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS dalam NKRI serta mengusai tugasnya sehingga mampu
1
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai
pelayan publik.
Peran ASN di bidang kesehatan melalui kegiatan, mewujudkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas prima di rumah sakit meliputi
pelayanan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat
tumbuhnya penyakit.
Batuk bukanlah suatu penyakit, batuk merupakan mekanisme
pertahanan tubuh didalam saluran pernafasan dan merupakan gejala
suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi ditenggorokan karena
adanya lendir, makanan, asap dan sebagainya. Sedangkan bersin
adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung ketika
mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke
dalam hidung, sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri
tersebut. Bersin juga dapat timbul akibat adanya peradangan benda
asing, infeksi virus, atau reaksi alergi. Reaksi alergi tersebut muncul
karena paparan terhadap bahan alergen. Sebagai sebuah institusi
pelayanan kesehatan RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
wajib memberikan pengetahuan terhadap pencegahan dan
pengendalian terhadap infeksi yang termasuk didalamnya tentang
kewaspadaan isolasi terhadap transmisi udara dalam mencegah
penularan penyakit yang dapat menular melalui udara diantaranya
pneumonia dan tuberculosis (TBC).
Pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi tersebut harus
terus berjalan, sehingga salah satu hal yang paling sederhana yang
dapat dilakukan dalam mengendalikan dan mencegah penularan
infeksi yang melalui droplet ataupun airbone dengan cara memberikan
informasi atau edukasi mengenai etika batuk dan bersin yang benar.
Etika batuk dan bersin ini harus diberikan karena disekitar kita masih
sering ditemui kebiasaan yang salah diantaranya pasien tidak
menutup mulut dan hidung saat batuk, tidak memakai masker saat
2
batuk atau flu, dan tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk
menutup mulut.
3
3. Kurangnya sosialisasi tentang pemberian diit yang tepat pada
pasien diabetes melitus Ruang Aster 1 RSUD dr Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
4. Kurang optimalnya penulisan jadwal pemberian obat pasien di
form CPO (Catatan Pemberian Obat) di Ruang Aster 1 RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
5. Kurang optimalnya pemberian edukasi tentang etika batuk dan
bersin pada pasien dan keluarga di ruang Aster 1 RSUD dr
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
Kurang optimalnya peran perawat dalam kelengkapan
penulisan dokumentasi di Ruang Aster 1 RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa
penerapan prinsip manajemen ASN belum terpenuhi seperti
kondisi yang diharapkan saat ini yaitu pengisian dokumentasi
pasien lengkap sehingga tidak ada lagi panggilan dari rekam
medik untuk melengkapi dokumentasi.
Kurangnya sosialisasi kepatuhan penggunaan alas kaki
penunggu pasien di Ruang Aster 1 RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri hal ini disebabkan oleh kebiasaan
masyarakat dimana mereka menganggap jika menggunakan alas
kaki akan mengotori lantai ruangan dan rendahnya pengetahuan
tentang adanya resiko terpapar kuman dan bakteri penyakit. Hal
ini menunjukkan prinsip pelayanan publik kurang diterapkan.
Seharusnya penekanan dampak terhadap ketidakpatuhan
penggunaan alas kaki lebih ditingkatkan sehingga seluruh
penunggu atau keluarga pasien patuh terhadap aturan yang ada.
Kondisi yang diharapkan penunggu pasien sadar akan pentingnya
penggunaan alas kaki dan terbiasa menggunakannya di
lingkungan rawat inap.
Kurangnya sosialisasi mengenai pemberian diit yang tepat
pada penderita diabetes melitus di ruang Aster 1 RSUD Soediran
4
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa
prinsip whole of goverment belum diterapkan dengan baik
disebabkan karena kurangnya kerjasama antara perawat dengan
ahli gizi tentang pemberian edukasi mengenai diit pada penderita
diabetes melitus dan kebiasaan masyarakat yang tidak
mengontrol pola makan serta makan sembarangan. Kondisi yang
diharapkan pasien dan keluarga mengetahui diit yang tepat pada
penderita diabetes melitus.
Kurang optimalnya penulisan jadwal pemberian obat pasien
di form CPO (Catatan Pemberian Obat) di Ruang Aster 1 karena
erat hubungannya dengan beban kerja perawat non keperawatan
sehingga penulisannya belum sempurna. Hal ini menunjukkan
manajemen ASN belum terpenuhi. Seharusnya apabila perawat
memiliki lebih banyak waktu untuk menuliskan jadwal pemberian
obat di form CPO, maka penulisannya akan optimal. Kondisi yang
diharapkan penulisan CPO sesuai dengan prinsip 6 benar yaitu
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
dan benar pendokumentasian.
Kurang optimalnya pemberian edukasi tentang etika batuk
dan bersin pada pasien dan keluarga di ruang Aster 1 RSUD dr
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri kondisi menunjukkan prinsip
pelayanan publik belum diterapkan dengan baik. Kondisi yang
diharapkan penulis saat ini adalah pasien dan keluarga mampu
mengetahui dan mempraktekkan tata cara etika batuk dan bersin
sehingga bisa mencegah penyebaran infeksi penyakit.
5
Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai Negeri
Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat di identifikasi
isu-isu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Identifikasi Isu
6
Aster 1 RSUD pada pasien
dr Soediran diabetes
Mangun melitus di
Sumarso ruang aster1
Wonogiri
7
2. Penetapan Isu
a) Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Metode APKL
Rancangan aktualisasi yang akan dilaksanaan menggunakan
pendekatan Analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan
Layak) digunakan untuk menentukan kelayakan suatu isu sebagai
berikut. (Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat
IV, 2008).
Tabel 1.2
Tabel parameter APKL
No Indikator Keterangan
1 2 3
1 Aktual (A) Isu yang sedang terjadi atau dalam proses
kejadian, sedang hangat dibicarakan di
kalangan masyarakat, atau isu yang
diperkirakan bakal terjadi dalam waktu dekat.
jadi bukan isu yang sudah lepas dari
perhatian masyarakat atau isu yang sudah
basi.
2 Problematik (P) Isu yang menyimpang dari harapan standar,
ketentutan yang menimbulkan kegelisahan
yang perlu segera dicari penyebab dan
pemecahannya.
3 Kekhalayakan (K) Isu yang secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak, masyarakat pelanggan
pada umumnya, dan bukan hanya untuk
kepentingan seseorang atau sekelompok
kecil orang tertentu saja.
4 Layak (L) Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis,
dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.
8
Berikut beberapa isu yang ada pada RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
yang ditetapkan menggunakan pendekatan APKL:
Tabel 1.3
Tabel penetapan isu dengan APKL
Mata Indikator Keterangan
No Pelatihan Identifikasi Isu
Terkait A P K L
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Manajemen 1. Kurang optimalnya + + + + Memenuhi
ASN peran perawat dalam Syarat (MS)
kelengkapan
penulisan
dokumentasi di
Ruang Aster 1 RSUD
dr. Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten
Wonogiri
2 Pelayanan 2. Kurangnya sosialisasi + + + + Memenuhi
Publik mengenai kepatuhan Syarat (MS)
penggunaan alas kaki
penunggu pasien di
Ruang Aster 1 RSUD
dr. Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten
Wonogiri
9
4 Manajemen 4. Kurang optimalnya + + _ + Tidak
ASN penulisan jadwal Memenuhi
pemberian obat Syarat
pasien di form CPO (TMS)
(Catatan Pemberian
Obat) di Ruang Aster
1 RSUD dr Soediran
Mangun Sumarso
Kabupaten Wonogiri
5 Pelayanan 5. Kurang optimalnya + + + + Memenuhi
Publik Syarat (MS)
pemberian edukasi
tentang etika batuk dan
bersin pada pasien dan
keluarga di ruang Aster
1 RSUD dr Soediran
Mangun Sumarso
Wonogiri
10
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin
memburuk jika dibiarkan.
11
Analisis penetapan USG yang dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 1.6
Tabel penetapan isu USG
Indikator
No Isu U S G Jumlah Peringkat
(1-5) (1-5) (1-5)
1 2 3 4 5 6 7
Kurang optimalnya
peran perawat dalam
kelengkapan penulisan
1 dokumentasi di Ruang 5 5 3 13 II
Aster 1 RSUD dr.
Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri
Kurangnya
sosialisasi mengenai
kepatuhan
penggunaan alas
kaki penunggu
2 4 5 3 12 III
pasien di Ruang
Aster 1 RSUD dr.
Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri
12
Kurang optimalnya
pemberian edukasi
tentang etika batuk
dan bersin pada
pasien dan keluarga
3 di ruang Aster 1 5 5 5 15 I
RSUD dr Soediran
Mangun Sumarso
Wonogiri
C. Rumusan Masalah
13
Bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA yaitu
Akuntabilitas,Nasionalisme,Etika Publik,Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi dalam kegiatan serta bagaimana mengaitkan hasil kegiatan
dengan visi, misi dan nilai-nilai organisasi.
D. Tujuan
E. Manfaat
14
visi,misi dan tujuan organisasi.
c. Bagi Masyarakat
Tercapainya pelayanan yang berkualitas bagi pasien sehingga
tercapai kepuasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
15
1. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat
didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah
negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara
kita.
2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan
dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat
mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh
luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif
saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu
bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di
Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-
lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap
ancaman, tantangan, dan hambatan.
4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk
bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun
supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri
16
hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para
atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap
menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.
17
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab : kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya atau biasa yang disebut
dengan chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme
adalah pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang
harus diperhatikan, yaitu:
Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
18
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradap
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban
asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
19
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
20
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk,
benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang
baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk
melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/normal yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Kode etik adalah aturan – aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
21
pada hal – hal prinsip dalam bentuk ketentuan – ketentuan tertulis.
Contoh kode etik seorang ASN adalah menjalankan tugas dengan
jujur, tanggung dan inegritas tinggi melakukan tugas dengan cermat
dan disiplin, mentaati semua peraturan yang berlaku serta memegang
teguh rahasia jabatan dan rahasia negara.
Nilai – nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang – Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan
publik dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh
individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/ buruk.
Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara lain:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
22
jumlah maupun mutu hasil kerja sehingga dapat memberi kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu:
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital
untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga
kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa
melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas
pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
5. Anti Korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan
untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan
norma–norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian
keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang,
penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan
dan gratifikasi.
23
a. Jujur; merupakan landasan utama bagi penegakan integritas.
Seseorang dituntut untuk bisa jujur pada diri sendiri dan orang lain.
b. Peduli; kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi
akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya.
c. Mandiri; kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain
dan mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
d. Disiplin; ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
e. Tanggung Jawab; segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara dan bangsanya.
f. Kerja Keras; individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya.
g. Sederhana; pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani; Seseorang berkarakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebatilan.
i. Adil; pribadi dengan karakter yang baik akan mewujudkan keadilan
dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
24
politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
1. Manajemen ASN
2. Pelayanan Publik
25
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh
sektor swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-
excludable, serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara
kolektif. Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public
Administration (OPA), New Public Management (NPM) dan seterusnya
menjadi New Public Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel,
akuntabel, dan berkeadilan. Fundamen Pelayanan Publik yaitu:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan
datang.
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.
3. Whole Of Government
26
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat
sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
2) Dialog atau pertukaran informasi;
3) Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Joint working, atau kolaborasi sementara;
2) Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu
peserta kerjasama;
3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi
menjadi:
1) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada isu besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama;
2) Union, berupa unifikasi resmi, identitas masing-masing masih
nampak;
3) merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru.
BAB III
27
1. Dasar Hukum Pembetukan Unit Kerja
28
perkembangan tuntutan publik terhadap peningkatan kualitas
pelayanan publik, maka pembenahan pelayanan dilakukan dengan
kerja keras oleh keluarga besar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab. Wonogiri yang membawa peningkatan terhadap tipe rumah sakit
menjadi tipe C pada tanggal 11 Juni 1983, kemudian menjadi Tipe B
pada tanggal 5 Juni 1996, dan berdasarkan keputusan Menkes No.
544/Menkes/SK/IV/1996 menjadi tipe B Non Pendidikan, yang menjadi
dasar peningkatan kelas rumah sakit.
Tahun 1993 RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
mendapat penghargaan sebagai “Rumah Sakit Berpenampilan Baik”
peringkat III Tingkat Nasional untuk kategori rumah sakit tipe C.
Kemudian tahun 1994 dr. Soediran Mangun Sumarso Kab. Wonogiri
memperoleh penghargaan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sebagai Rumah Sakit Sayang Bayi. Dalam rangka meningkatkan
kinerja pelayanan, kinerja keuangan, kinerja manfaat, dan mutu
pelayanan kepada masyarakat, RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kab.Wonogri menetapkan pola pengelolaan keuangan BLUD
berdasarkan keputusan Bupati Wonogiri Nomor 313 Tahun 2010.
Ruang Asoka merupakan bangsal perawatan intensif yang terdiri
dari ruang Neoristi, NICU, dan PICU. Dimana Ruang Neoristi terdapat
17 tempat tidur, NICU terdapat $ tempat tidur, dan PICU juga terdapat
4 tidur dengan total 25 tempat tidur.
Ruang Aster 1 merupakan bangsal perawatan umum yang terdiri
dari kasus anak, penyakit dalam, bedah, penyakit jantung dan paru. Di
mana terdapat 25 tempat tidur yang terdiri dari 7 bed kelas VIP dan 18
bed kelas II.
2. Visi, Misi, Motto, Semboyan, Tata Nilai, Tujuan dan Sasaran
Organisasi
Rencana Strategis merupakan suatu proses awal dari
serangkaian proses dalam rangka untuk mencapai tujuan. Rencana
strategis meliputi penetapan visi, misi, tujuan, sasaran serta cara
mencapai tujuan dan sasaran dengan mengantisipasi
perkembangan masa depan.
29
a. Visi
Visi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso adalah : Rumah
Sakit Unggulan yang Berdaya saing dan Diminati Masyarakat.
b. Misi
Sedangkan misi yang menunjang Visi tersebut adalah :
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan lengkap dan
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative) yang
berkualitas tinggi, berstandar internasional dan berorientasi
pada kepuasan pelanggan demi mewujudkan Wonogiri sehat
2) Mengelola keuangan secara rasional dan proporsional dalam
rangka efektifitas dan efisiensi dengan penerapan sistem
akuntabilitas publik yang bisa dipertanggungjawabkan
secara profesional.
c. Motto
Motto pelayanan kami yaitu : ” Kami Melayani Dengan
Sepenuh Hati “
d. Tata Nilai
Nilai-nilai yang ditanamkan pada karyawan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat adalah MITRA HATI, yang
merupakan akronim dari :
1) Mengelola rumah sakit dengan niat iklas dan
bertanggungjawab.
2) Ingat, pasien datang untuk sembuh.
3) Tanamkan kepercayaan pasien kepada setiap pelayanan.
4) Rasakan setiap langkah pelayanan mampu mengatasi beban
penderitaan.
5) Agar kesembuhan cepat didapat, Hanya satu tekad kita
bersama.
6) Antusias menjadi kunci keberhasilan.
7) Teguhkan pendirian, kedepankan pengabdian.
8) Ibadah sebagai dasar pelayanan.
30
perawat dan jajaran manajemen, semuanya bagaikan mitra yang
terpaut dalam satu hati untuk sembuh. Dua kata yang tepat untuk
meletakkan nilai dasar pelayanan adalah MITRA HATI. Kita sering
bersentuhan dengan kutup negatif dan kutup positif, namun kita
akan menjadikan dua kutup itu bersinergi melahirkan yang terbaik
bagi masyarakat. Kepuasan akan didapat tanpa mengorbankan
harga diri masing-masing. Setiap menjalankan tugas kita harus
bermitra dengan hati atau dengan filosofi Jawa : “tepakno awakmu
dhewe”.
B. Tujuan Organisasi
RSUD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan, penelitian dan pengembangan
serta pengabdian masyarakat.
31
10. Pengelolaan urusan kepegawaian, hukum, hubungan
masyarakat, organisasi dan tatalaksana, serta rumah tangga,
perlengkapan dan umum.
11. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
1. Struktur Organisasi
32
Gambar 3.2
Struktur Organisasi RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
2. Job Deskripsi
Peserta diklat adalah seorang perawat bangsal rawat inap yang
memiliki tugas dan kewajiban tertentu. Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 pasal 37 menjelaskan bahwa dalam melaksanakan
tugas keperawatan, perawat berkewajiban untuk:
a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan
perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar
prosedur operasional, dan ketentuan perundang-undangan;
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau
tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup
dan tingkat kompetensinya;
d. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar;
e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan
mudah di mengerti mengenai tindakan keperawatan kepada
klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya;
f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat; dan
g. Melaksanakan penugasan khusus yang di tetapkan oleh
Pemerintah
Selain tugas-tugas yang telah disebutkan di atas, peserta
sebagai perawat telah menentukan target-target yang akan
dicapai yang dituangkan dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
Beberapa tugas yang sesuai SKP yang dibuat peserta adalah :
a. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat
33
b. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/
lanjut
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu
d. Membuat prioritas diagnosa keperawatan
34
(Pemeriksaan fungsi pendengaran), Elektro-cauterasi, Brain-
mapping dan EMG, Treadmill, Infant Incubator, Mobile X-Ray,
Ventilator, Mammograf, Defibrillator, DC-Shock, Hematologi
Automatic, Patient Monitor, Pulse Oxymetri Neonatus, Therapy
Sinar, Vacuum Extractor, CTG, Ventilator Transport,
Electrosurgical-Cauter, Emergency Resusitation Kit, Hemodialisa,
Autokeratometer, Biometry, Spirometer, Panoramic X-ray,
Laparoscopy, Endoscopy, Bronchoscopy, CT Scan 16 Slice, Laser
Needle dan Bera (THT).
35
12. Paru-paru 21 2 2 6 11
13. Isolasi 14 14
14. ICU 10 10
15. Gigi dan Mulut 1 1
16. Perinatologi 17 17
JUMLAH 347 2 23 38 88 150 46
Sumber : rsudsoediran.com
Tabel 2.2
1 Dokter Spesialis 26 30 32 33
2 Dokter Umum 17 15 19 15
3 Dokter Gigi 3 3 3 3
4 Apoteker 6 7 13 13
5 Perawat Ahli 87 93 99 96
6 Perawat Terampil 141 137 178 200
7 Perawat Gigi 5 4 5 6
8 Bidan 32 33 40 40
9 Fisioterapis dan Terapis 9 11 11 11
10 lainnya
Radiografer 9 10 9 9
11 Psikolog Klinik 1 1 1 1
12 Sanitarian Ahli 4 3 3 3
13 Sanitarian Terampil - 1 1 1
14 Pranata Laborat Ahli 3 3 2 2
36
15 Pranata Laborat Terampil 14 15 25 25
16 Teknisi Elektro Medik 6 6 6 6
17 Asisten Apoteker 19 19 35 34
18 Nutrisionis Ahli 4 5 7 7
19 Nutrisionis Terampil 4 3 3 3
20 Perekam Medik 8 9 24 23
21 Pembimbing Kesehatan 1 1 1 1
22 Kerja Struktural
Pejabat 22 21 20 19
23 Non Medis/Administrasi/JFU 172 147 168 168
Jumlah 577 576 705 719
E. Role Model
37
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang
patut ditiru atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan,
perbuatan, sifat dan sebagainya.
Dalam hal ini role model bagi penulis adalah Kepala
bidang keperawatan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso yaitu
Agus Sutarto, S.Kep, Ns, MPH. Beliau adalah pimpinan di bidang
keperawatan yang dapat menjadi panutan, inspirasi, contoh, dan
teladan bagi penulis
38
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI
39
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rencana
operasional pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang akan
diterapkan oleh penulis di RSUD dr Soediran Mangun Sumarso
Kabupaten Wonogiri yaitu:
1. Menyusun pedoman etika batuk dan bersin yang benar
2. Membuat leaflet tentang etika batuk dan bersin yang benar
3. Membuat poster tentang etika batuk dan bersin yang benar
4. Melakukan edukasi tentang etika batuk dan bersin yang benar pada
pasien dan keluarga
5. Mendemonstrasikan cara penggunaan APD (masker) yang benar
40
Rancangan kegiatan Aktualisasi
Judul : Optimalisasi Pemberian Edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin pada Pasien dan Keluarga
di Ruang Aster 1 RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
Nama lengkap : Betti Sari Nastiti, A.Md.Kep.
Jabatan :
Perawat Terampil
Unit kerja :
Coach : RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Mentor :
41
pemecahan isu di ruang Aster 1 RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi
42
55
43
Keterangan : (Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)
Keterangan : √ : Pelaksanaan Kegiatan
56
44
antisipasi menghadapi kendala tersebut, dan perlu dicari secara cermat strategi untuk menghadapi kendala tersebut.
Kendala, resiko dan solusi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 4.3
Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan Asumsi Kendala Antisipasi dan Strategi menghadapi
No kendala
1. Menyusun pedoman etika batuk dan bersin Pengumpulan materi Mencari literasi dan berkonsultasi dengan
yang benar terlalu sulit atasan
2. Membuat leaflet tentang etika batuk dan Pelaksanaan leafletMembuat desain semenarik mungkin dan
bersin yang benar kurang menarik mudah dipahami
3. Membuat poster tentang etika batuk dan Pelaksanaan poster Membuat desain semenarik mungkin dan
bersin yang benar kurang menarik mudah dipahami
4. Melakukan edukasi cara etika batuk dan Tempat yang kurang Memanfaatkan ruang tunggu dengan
memadai efisien
bersin yang benar
5. Mendemonstrasikan cara penggunaan APD Tempat yang kurang Memanfaatkan ruang tunggu dengan
(masker ) yang benar memadai efisien
56
45
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan bagian dari Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang memiliki peranan penting dalam menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
Indonesia saat ini. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN, terdapat 3 fungsi ASN yaitu sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa.
Terdapat beberapa nilai-nilai dasar yang harus dikuasai oleh ASN.
Nilai-nilai dasar tersebut diantaranya akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu, dan anti korupsi. Kelima nilai-nilai dasar
tersebut harus dimiliki oleh ASN agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik sebagai ASN yang profesional.
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah
pelayanan pasien. Dalam upaya optimalisasi pelayanan publik di
rumah sakit khususnya pelayanan upaya kesehatan preventif melalui
edukasi tentang etika batuk dan bersin yang benar di Ruang Aster 1
RSUD dr Soediran Mangun Sumarso, perawat menerapkan nilai-nilai
dasar ASN yang terdiri dari Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) yang diimplementasikan
pada 6 (enam) kegiatan aktualisasi, yang dalam penerapannya
diharapkan memberikan pengetahuan pasien dan keluarga tentang
etika batuk dan bersin yang benar. 6 (enam) kegiatan yang sudah
penulis implementasikan antara lain:
Laporan rancangan aktualisasi ini dibuat sebagai salah satu
perwujudan nyata nilai-nilai dasar ASN dalam menjalankan tugas,
yang diperoleh penulis selama mengikuti kegiatan Pelatihan Dasar
CPNS Golongan II dan III Angkatan CLXXXIV. Begitu juga dalam
menjalankan aktualisasi dan habituasi, selain mendasari pelaksanaan
51
57
tugas pokok nilai-nilai dasar ini juga senantiasa diaktualisasikan oleh
penulis dalam rangka mewujudkan visi dan misi RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, dengan adanya program
aktualisasi ini dapat bermanfaat bagi keluarga pasien dan perawat
dalam meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
berupa melakukan etika batuk dan bersin yang benar.
Terlaksananya kegiatan ini juga tidak lepas dari dukungan
kepala ruang, rekan-rekan perawat satu ruangan, kepala bagian
keperawatan selaku mentor serta keluarga pasien yang dapat
bekerjasama dalam pelaksanaan seluruh program aktualisasi.
Berdasarkan kegiatan aktualisasi nilai-nilai ANEKA di RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, penulis dapat
simpulkan:
1. Kegiatan aktualisasi nilai-nilai ANEKA di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dilaksanakan 5 kegiatan
dimulai tanggal 1 September 2019
2. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan beberapa tahapan yang
menghasilkan output cukup baik dan dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang etika batuk dan bersin
yang benar.
3. Kegiatan yang dilaksanakan mampu menjadi perwujudan nilai-nilai
ANEKA yang terdiri dari: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, Anti Korupsi di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Kabupaten Wonogiri khususnya di bangsal Aster 1.
52
58
etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) dapat
terinternalisasikan dan diaktuakisasikan pada rancangan aktualisasi
serta dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi jabatan. Kegiatan
pada rancangan aktualisasi juga dilakukan untuk pencapaian visi, misi
dan tata nilai organisasi.
Apabila Rancangan Aktualisasi tidak dilaksanakan maka dapat
mengakibatkan dampak berupa tidak terselesaikannya isu yang ada di
unit kerja dan dapat menghasilkan berbagai masalah yang lebih
kompleks. Selain itu pemahaman mengenai nilai-nilai dasar ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi) pun menjadi kurang karena tidak ada pedoman dan panduan
dalam mengimplementasikan nilai-nilai tersebut.
Terlaksananya kegiatan aktualisasi ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme , Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) di UPTD
Puskesmas Batuwarno diharapkan nilai-nilai dasar ASN dapat
terinternalisasi dalam tindakan dan pekerjaan sehari-hari, mampu
memberi pengaruh di lingkungan kerja kearah yang lebih positif , serta
dapat mempertanggungjawabkan pekerjaan agar mampu mewujudkan
misi RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yaitu :
Visi: Rumah Sakit Unggulan yang Berdaya saing dan Diminati
Masyarakat.
Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan lengkap dan paripurna
(preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative) yang berkualitas
tinggi, berstandar internasional dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan demi mewujudkan Wonogiri sehat
2. Mengelola keuangan secara rasional dan proporsional dalam
rangka efektifitas dan efisiensi dengan penerapan sistem
akuntabilitas publik yang bisa dipertanggungjawabkan secara
profesional.
59
53
54
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Elly, dan Erna Irawati. 2016. Manajemen ASN. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Latief, Yudi, Adi Suryanto, dan Abdul Aziz Muslim. 2015. Nasionalisme.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
55
60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 2 Ngadirojo lulus tahun 2004
2. SMP Negeri 6 Wonogiri lulus tahun 2007
3. SMA Negeri 2 Wonogiri lulus tahun 2010
4. DIII Poltekkes Kemenkes Surakarta lulus tahun 2013
56