Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “TEORI YANG MENDASARI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN”.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi kami menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami mohon untuk
memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2019


Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 3
1.2.Rumusan Masalah...................................................................................................... 3
1.3. Tujuan......................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 4
2.1. Pengertian.................................................................................................................. 4
2.1.1.Pengambilan Keputusan
2. 1.2.Keterlibatan Bidan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
2.1.3.Empat Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan
Ketika Menghadapi Delima Etik.
2.1.4. Bentuk pengambilan keputusan
2.1.5. Pendekatan Tradisional Dalam Pengambilan Keputusan
2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
2.1.7. Pengambilan keputusan yang etis
2.2. Cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik kebidanan... 7
2.3. Masalah – Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik
Kebidanan................................................................................................................. 9
2.4. Pembagian Dilema / Konflik Etik Pembagian konflik etik meliputi empat hal 9
2.5. Istilah Dalam Etik.................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan................................................................................................................. 19
3.2.Saran........................................................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesi dan dalam hidupnya
di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan
tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya
dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik memiliki tujuan, yaitu
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga & memelihara kesejahteraan para
anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa yang maksud dari pengambilan keputusan?
b.Bagaimana teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika dan moral
pelayanan kebidanan?
c. Bagaimana cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktek kebidanan?
d. Sebutkan pembagian dilema dan konflik etik?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui Pengertian pengambilan keputusan.
b.Mengetahui teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika dan moral
pelayanan kebidanan.
c. Mengetahui cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktek kebidanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau
salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negatif yang berhubungan
dengan hukum. Seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai etika. Semua profesi
kesehatan memiliki etika profesi, namun demikian etika dalam kebidanan mempunyai
kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong
persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
berhubungan dengan tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang
bidan harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu
memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Derasnya arus globalisasai yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia juga mempengaruhi munculnya masalah atau penyimpangan etik sebagai akibat
kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejagatan ini dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan
demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan
misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB, institusi
kesehatan lainnya, bidan praktek mandiri mempunyai tanggung jawab yang lebih besar
karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan
yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan
besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

2.1.1. Pengambilan Keputusan


Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu
profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.

Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:


1) Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh.

4
2) Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus. Sehingga
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu kasus.
3) Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4) Wewenang lebih bersifat rutinitas.
5) Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten.

2. 1.2. Keterlibatan Bidan Dalam Proses Pengambilan Keputusan


Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena
dipengaruhi oleh 2 hal yaitu:
1) Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan bisa
memenuhi kebutuhan.
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi
kebutuhan.
b. Perawatan berfokus pada ibu(women centered care) dan asuhan total( total care).
2) Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh 3
keterlambatan yaitu :
a. Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga terlambat untuk
memulai pertolongan.
b. Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.

2.1.3. Empat Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan


Ketika Menghadapi Delima Etik.
a. Tingkatan 1
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman
rekan kerja.
b. Tingkatan 2
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi, kerahasiaan dan
kesetiaan ( menepati janji). Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik
dan panduan praktik profesi.
c. Tingkatan 3
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktik kebidanan:
- Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.

5
- Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik
untuk orang lain.
- Non Maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun
kerugian pada orang lain.
- Justice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan.
d. Tingkatan 4
Teori pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika dan moral pelayanan
kebidanan
a) Teori Utilitarisme
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan
ketidaksenangan.
b) Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh bila
berjanji ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan.
c) Teori Hedonisme
Menurut Aristippos , sesuai kodratnya, setiap manusia untuk mencari kesenangan
dan menghindari ketidaksenangan.
d) Teori Eudemonisme
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia
mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.

2.1.4. Bentuk pengambilan keputusan


a. Strategi
Dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan,
rencana bisnis dan lain-lain.
b. Cara kerja
Mempengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
c. Individu dan profesi
Dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik kebidanan.

2.1.5. Pendekatan Tradisional Dalam Pengambilan Keputusan


a. Mengenal dan mengidentifikasi masalah.
b. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
c. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.

6
d. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
e. Mengevaluasi pilihan tersebut.
f. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


a. Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa sakit, tidak nyaman
dan kenikmatan.
b. Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
c. Rasional, didasarkan pada pengetahuan
d. Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan dalam melaksanakanya.
e. Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada.
f. Struktural, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik

2.1.7. Pengambilan keputusan yang etis Ciri-cirinya:


a. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
b. Sering menyangkut pilihn yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

2.2. Cara menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik kebidanan.
Menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik kebidanan
menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat menerapkan etika dalam
menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi
praktik kebidanan.
1. Informed Choice
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentan
alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993)
bidan harus menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang
pilihan dalam asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya. Definisi
informasi dalam konteks ini meliputi, informasi yang sudah lengkap diberikan dan dipahami
ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap
pilihannya.Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :

7
a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan aspek
hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.
b. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.

2. Bagaimana pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik


Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan dapat
dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka.
Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan
menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.
Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah
memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap
tentang dampak dari keputusan mereka
Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan
sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah,
propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. Menjaga fokus asuhan
pada ibu dan evidence based,
diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin. Tidak perlu takut akan konflik tetapi
mengganggapnya sebagai sutu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu
penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif
pada perubahan

3. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien


a. Bentuk pemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC
b. Tempat melahirkan
c. Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
d. Di dampingi waktu melahirkan
e. Metode monitor djj
f. Augmentasi, stimulasi, induksi
g. Mobilisasi atau posisi saat persalinaan
h. Pemakaian analgesia
i. Episiotomi
j. Pemecahan ketuban

8
k. Penolong persalinan
l. Keterlibatan suami pada waktu melahirkan
m. Teknik pemberian minuman pada bayi
n. Metode kontrasepsi

2.3.Masalah – Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi Dalam Praktik Kebidanan
Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan :
1. Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :
1) Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
2) Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil

2. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :


1) Pengetahuan klinik yang baik
2) Pengetahuan yang Up to date
3) Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan
4) Harapan Bidan dimasa depan :
- Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan praktik
kebidanan (Daryl Koehn ,Ground of Profesional Ethis,1994)
- Dengan memahami peran bidan tanggung jawab profesionalisme terhadap patien atau
klien akan meningkat
- Bidan berada dalam posisi baik memfasilitasi klien dan membutuhkan peningkatan
pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik kebidanan

3. Langkah-langkah penyelesaian masalah :


1) Melakukan penyelidikan yang memadai
2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3) Memperluas pandangan tentang situasi
4) Kepekaan terhadap pekerjaan
5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

2.4. Pembagian Dilema / Konflik Etik


Pembagian konflik etik meliputi empat hal:
1. Informed Concent
2. Negosiasi

9
3. Persuasi
4. Komite etik

Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent atau
persetujuan :
1. Sukarela (Voluntariness)
Sukarela mengandung makna pilihan yang dibuat atas dasar sukarela tanpa ada unsur
paksaan didasari informasi dan kompetensi
2. Informasi (Information)
Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan dalam berbagai
kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap dibutuhkan agar mampu
keputusan yang tepat.Kurangnya informasi atau diskusi tentang risiko, efek samping akan
membuat klien sulit mengambil keputusan.
3. Kompetensi (Competence)
Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang
membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan yang tepat bahkan ada rasa
cemas dan bingung .
4. Keputusan (decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan
tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian
persetujuan.Keputusan penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus di validasi lagi
apakah karena pasien kurang kompetensi.

2.5. ISTILAH DALAM ETIK


Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan, maka
ada baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini:
1. Legislasi (Lieberman, 1970 ) :
Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorng yang berhubungan erat
dengan tindakan

2. Lisensi :
Pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
ditetapkan tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan untuk meyakinkan klien.

10
3. Deontologi/tugas :
Keputusan yang diambil berdasarkan keterkaitan atau hubungan dengan tugas dalam
pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.
4. Hak :
Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
5. Instusionist :
Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilema etik dari kasus per kasus.
Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.
6. Beneficience :
Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.
7. Mal-eficience :
Keputusan yang diambil merugikan pasien.
8. Malpraktek/lalai :
a. Gagal melakukan tugas atau kewajiban kepada klien.
b. Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar.
c. Melakukan tindakan yang mencederai klien.
d. Klien cedera karena kegagalan melakukan tugas.
9. Malpraktek terjadi karena :
a. Ceroboh
b. Lupa
c. Gagal mengkomunikasikan

Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Seiring masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi belum
tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai etik. Banyak hal yang bisa
membawa seorang bidan berhadapan dengan masalah etik.

Contoh kasus:
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan pospartum setelah
melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan
uterotonika.
Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa
saja tidak memberikan suntikan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan

11
dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan
pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal
karena pendarahan. Dalam hal ini bidan bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan
baik. Walaupun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik mungkin itulah keputusan
yang terbaik yang harus ia lakukan (deontology).

Contoh lain:
Seorang bidan praktek mandiri memberikan vitamin secara rutin hanya karena ingin
mencapai bonus yang dijanjikan oleh perusahaan obat (Mal-eficience). Dalam kasus ini bidan
telah memaanfaatkan pasiennya sebagai obyek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya
sendiri.

KEWAJIBAN DALAM PEKERJAAN


Sangat jelas bahwa kewajiban harus mendapat pengakuan hukum. Bidan dalam
melaksanakan peran dan fungsinya wajib memberikan asuhan kepada semua pasiennya (ibu
dan bayi), termasuk orang lain yang secara langsung juga memberikan asuhan kepada pasien
tersebut misalnya orang tua/keluarga pasien.
Kewajiban bidan yang antara lain:
a. Memberikan informasi kepada klien dan keluarganya.
b. Memberikan penjelasan tentang resiko tertentu yang mungkin terjadi dalam memberikan
asuhan atau prosedur kebidanan.

Kewajiban ini telah diatur dalam PP 32 tentang tenaga kesehatan yang merupakan
pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesinya secara baik, juga dalam kode etik maupun standar profesi yang
disusun oleh profesi.

BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBAHASAN ETIK DALAM KEHIDUPAN SEHARI-


HARI
1. Persetujuan dalam proses melahirkan
2. Memilih/mengambil keputusan dalam persalinan
3. Kegagalan dalam proses persalinan misalnya memberikan epidural anestasi
4. Pelaksanaan USG dalam kehamilan
5. Konsep normal pelayanan kebidanan

12
6. Bidan dan pendidikan seks

MASALAH ETIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEHNOLOGI


1. Perawatan intensive pada bayi
2. Skrening terhadap bayi
3. Transplantasi bayi
4. Teknik reproduksi dan kebidanan

ETIK DAN PROFESI


1. Pengambilan keputusan dan penggunaan Kode Etik
2. Otonomi bidan dan Kode Etik Profesional
3. Etik dalam penelitian kebidanan
4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitive

ETIK ISSUE DAN DILEMA


1. Agama/kepercayaan
2. Hubungan dengan pasien
3. Hubungan dokter dengan bidan
4. Kebenaran
5. Pengambilan keputusan
6. Pengambilan data
7. Kematian yang tenang
8. Kerahasiaan
9. Aborsi
10. AIDS
11. In-vitro fertilization

BEBERAPA PEDOMAN ETIK KEBIDANAN


1. Kode Etik Profesi
Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah mengenail kode etik yang
digunakan untuk melaksanakan praktek kedokteran pada zaman itu. Kode etik merupakan
suatu kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok tradisional) sebagai tuntunan
dalam melakukan praktek. Kode etik ini disususn oleh profesi berdasarkan keyakinan dan
kesadaran profesional .Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif dari

13
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktek dalam
bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasian, keluarga, masyarakat teman
sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik tidak dapat lagi
dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam menyelesaikan masalah etik. Untuk itu
dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar/salah pada
penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.

2. Dimensi Kode Etik


a. Anggota profesi dan klien/pasien
b. Anggota profesi dan sistem kesehatan
c. Anggota profesi dan profesi kesehatan
d. Sesama anggota profesi
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang
memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang
berhubungan dengan klien/pasien, keluarga masyarakat , teman sejawat, profesi dan dirinya
sendiri.

3. Prinsip Kode Etik


a. Menghargai otonomi
b. Melakukan tindakan yang benar
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
d. Memperlakukan manusia secara adil
e. Menjelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan

PENGERTIAN HUKUM
Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah/norma yang mengatur tata tertib di dalam
suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan. Hukum
adalah aturan didalam masyarakat tertentu. Hukum dilihat dari isinya terdiri dari norma atau
kaidah tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak, dilarang atau diperbolehkan. Hubungan
hukum perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan:

14
Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbal balik ini mempunyai
dasar hukum yang merupakan peraturan pemerintah.
Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa sama-
sama mempunyai hak dan kewajiban.

STANDAR ASUHAN
Standar asuhan juga sangat penting untuk menentukan apakah seseorang telah
melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugasnya.
Misalnya : Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan dengan ekstrasi vacum pada
bayi dengan presentasi kepada yang masih tinggi di sebuah RB yang masih termasuk wilayah
DKI. Dalam kasus ini Bidan tersebut bisa dikatakan melanggar tugasnya karena hal ini sudah
diatur dalam Permenkes No. 572, dimana dalam salah satu butir peraturannya mengatakan
bahwa bidan hanya diperbolehkan melakukan ekstraksi vacum pada posisi kepala sudah
didasar panggul dan tidak memungkinkan melakukan rujukan.
Banyak sekali dimensi etika yang berhubungan dengan keputusan dalam pelayanan
kebidanan.
Misal : Prinsip pengkajian berdasarkan aturan dan moral artinya setiap keputusan yang
diambil harus berdasarkan peraturan tidak menjadi terlalu spesifik.

BIDAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL


1. Peran bidan Professional
a. Pelaksana
b. Pengelola
c. Pendidik
d. Peneliti

2. Pelayanan Professional
a. Berlandaskan sikap dan kemampuan profesional
b. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima
c. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi
d. Memberikan perlindungan bagi anggota profesi

15
3. Perilaku Profesional
a. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan pengalaman
serta keterampilan yang tinggi
b. Bermoral tinggi
c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri
d. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu pengetahuan
profesinya
e. Tidak memberikan janji yang berlebihan
f. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan komersial
g. Memegang teguh etika profesi
h. Mengenal batas-batas kemampuan
i. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS


Ciri keputusan yang etis:
- Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
- Sering menyangkut pilihan yang sukar.
- Tidak mungkin dielakan.
- Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman tabiat dan lingkungan sosial
Situasi:
- Mengapa kita perlu mengerti situasi?
Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan
- Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi:
Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka dan
faktor-faktor subyektif lain
- Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi?
Melakukan penyelidikan yang memadai
Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
Kepekaan terhadap pekerjaan
Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

16
Moral : Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik, atau buruk
walaupun situasi berbe

BIDAN DAN RAHASIA JABATAN


Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan
termasuk bidan. Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak saja sebagai
pemberi asuhan kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi semacam “biceht vader”
(tumpuhan permasalahan) dari klien maupun keluarganya. Permasalahan ini dapat pula yang
telah diamati sendiri oleh bidan pada waktu menolong persalinan di rumah dan/atau pada
waktu melakukan kunjungan rumah. Data/informasi yang didapat bidan melalui anamnese
klien di klinik menjadi faktor rahasia pula dalam tugas bidan. Seorang wanita dalam keadaan
hamil, melahirkan atau nifas, seringkali mendapat gangguan pada emosinya atau pada
keadaan kesehatan mentalnya. Dalam keadaan seperti ini seringkali ia ingin mencurahkan
segala isi hatinya atau permasalahan dirinya secara pribadi maupun dalam keluarga pada
seseorang yang mau mendengarkannya. Biasanya orang tersebut adalah bidan, yang pada
waktu-waktu tersebut adalah dekat dengan klien. Bidan harus tetap menghormati
kepercayaan yang diberikan klien kepadanya dan memegang teguh kerahasiaan informasi
yang didapat.
Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada
persidangan (hukum) bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu dibutuhkan
hakim sebagai bukti. Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per Menkes No. 572/1996,
ps.30, ad 2 b untuk bidan dan dalam UU Kes No.23/1992 bagi semua tenaga kesehatan.

KERAHASIAAN DAN PRIVACY


Ada dua hal yang hampir sama yang harus dibedakan yaitu kerahasiaan dan privacy,
sebagai berikut.
Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kerahasiaan dan
privacy sering dilanggar, walaupun contoh kasus ini sangat jarang terjadi.
Seorang bidan (Betsy) melakukan pemeriksaan antenatal pada kunjungan pertama.
Klien menceritakan bahwa ia pernah menggugurkan kandungannya pada waktu yang lalu,
tetapi tidak diketahui suaminya. Dan ia meminta kepada Betsy agar tidak memberitahukan
hal ini kepada suaminya.

17
Kemudian terjadilah peristiwa sebagai berikut:
Bidan A memberitahukan hal tersebut kepada suami wanita tersebut tanpa disengaja. Bidan
dianggap melanggar kerahasiaan.
Bila B yang membaca catatan perihal Betsy dari catatan yang ada di file Betsy pada
pergantian dinas, juga termasuk melanggar kerahasiaan.
Bidan B kemudian meninggalkan file Betsy di meja sehingga suami Betsy membuka dan
membaca catatan B, Bidan B juga dianggap melanggar privacy Betsy.
Bila kejadian diatas terjadi, Bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan walaupun
mereka telah melanggar kerahasiaan dan privacy Betsy.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta


mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang benar salah, baik buruk, yang
secara umum dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman suatu
tindakan. Bidan dihadapkan pada dilema etik membuat keputusan dan bertindak didasarkan
atas keputusan yg dibuat berdasarkan Intuisi mereflekasikan pada pengalamannya atau
pengalaman rekan kerjanya.
1. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik
atau salah (Jones, 1994).
2. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada
3. Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi, atau
rutin.

3.2. Saran

Bidan dituntut berperilaku hati-hati dalam setiap tindakan, dalam memberikan asuhan
kebidanan dengan menampilkan perilaku yang ethis dan profesional sehingga, tidak
merugikan diri sendiri dan klien.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/teori-teori-yang-mendasari pengambilan.html
http://janthorahan.wordpress.com/2012/11/28/pengambilan-keputusan-dalam-menghadapi-
dilema-etika-atau-moral/S
http://ririnpujilestari.blogspot.com/2011/06/pengambilan-keputusan-dalam-menghadapi.html
Brownlee, M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-faktor di dalamnya. PT BPK
Gunung, Mulia, Jakarta.
Frith, L (1996) Ethtes Midwifery. Issue in Contemporary Practice, Butterworth
Heinemann. Oxfoed.
Jones, S (1994) Ethtes in Midwifery, Mosby, London.

20

Anda mungkin juga menyukai