BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kajian terkait permasalahan lingkungan, sudah menjadi fokus kepedulian
pemerintah hampir di semua Negara, tak terkecuali Negara Indonesia yang
merupakan Negara dengan industri yang perkembangannya sangat pesat.
Berdasarkan data Kementrian Perindustrian (Kemenperin) pada kuartal III-2014,
pertumbuhan industry manufaktur mencapai 4,99% dengan pertumbuhan ekonomi
5%. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan industry selalu mengungguli
PDB. Hingga akhir tahun 2014, industry pengolahan non-migas diperkirakan
tumbuh 5,4-5,6% di bawah target sebesar 6%. Sekretaris Jenderal Kemenperin
Anshari Bukhari menegaskan, dalam Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN) Indonesia 2015-2019, manufaktur diharapkan tumbuh 6,8%.
(www.kemenperin.go.id)
Perkembangan perindustrian yang terus berkembang sepanjang tahun
sudah tentu berpengaruh besar terhadap pergerakan industri di kota besar seperti
Kota Semarang, pertumbuhan industri ini memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positif yang dapat diperoleh antara lain seperti pertumbuhan ekonomi di
semarang, sedikitnya ada delapan kawasan industri besar dengan luasan lahan
mencapai lebih dari 1.200 hektare. Kawasan industri juga mampu memberikan
kontribusi lapangan pekerjaan bagi lebih dari 63.000 orang (suara merdeka).
Sedangkan dampak negatif dari pertumbuhan industri ini menurut Frank Muller
dari GTZ Indonesia-Jerman, berdasarkan survey yang telah dilakukan bersama
dengan pihaknya, masalah yang ditimbulkan terhadap lingkungan diantaranya
limbah cair, bau, pencemaran air di tambak dan sumur serta suara bising.
Salah satu sumber pencemaran yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan karyawan pada industri adalah kebisingan. Kebisingan dihasilkan dari
serangkaian proses mekanik yang ada pada aktivitas industri. Kebisingan yang
dihadapi oleh para karyawan dan terjadi secara terus menerus dan karyawan
merupakan orang yang terpapar secara terus menerus dengan waktu yang cukup
signifikan, keadaan ini akan menimbulkan beberapa risiko kesehatan, khususnya
yang berkaitan dengan penurunan tingkat pendengaran.
Dampak kebisingan yang secara terus-menerus didapatkan karyawan ang
dalam jarak (radius) yang sangat dekat dengan sumber kebisingan tentu menjadi
permasalahan yang akan membesar di kemudian hari. Suma’mur (1980)
menyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran yang diderita para karyawan
dapat bersifat sementara dan/atau permanen bergantung pada intensitas dan jam
kerja yang diperkenankan. Disamping intensitas dan jam kerja, penurunan tingkat
pendengaran juga dipengaruhi oleh jenis industri (Eleftheriou, 2001). Lebih lanjut
Miyakita dan Ueda (1997) menyatakan bahwa gaya hidup, riwayat penyakit
telinga, pola konsumsi obat-obatan, trauma kepala, dan genetik adalah beberapa
faktor yang dapat menimbulkan penurunan tingkat pendengaran, sehingga perlu
diperhatikan sebagai faktor penentu disamping faktor utama yaitu kebisingan.
Dampak kebisingan terhadap kesehatan karyawan menurut Boedhi
Raharjani, dalam penelitiannya pada pekerja PT. Kereta Api Indonesia didapatkan
hasil yaitu tekanan darah sebelum kerja rata-rata dalam batas normal, namun
sesudah kerja dicatat adanya kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik. Keadaan ini diduga kuat bukan disebabkan oleh beban kerja masinis
(ringan), tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tingginya tingkat kebisingan
di dalam kabin kerja masinis. Sedangkan pengaruh utama kebisingan pada
manusia adalah kerusakan pada bagian-bagian indra pendengaran yang
menyebabkan ketulian progresif, yang secara umum telah diketahui dan diterima
untuk berabad-abad lamanya (Suma’mur 1980). Kondisi demikian, jika terjadi
pada seluruh karyawan industry akan mengakibatkan kerugian yang diderita oleh
karyawan. Kerugian yang dimaksud meliputi kerugian materiil untuk biaya
pengobatan, kehilangan kenikmatan dalam hal pendengaran, maupun kerugian
moril akibat cacat, dan menimbulkan rasa hilang kepercayaan diri bagi karyawan
tersebut. (Heri Iskandar, 2007)
Besaran risiko yang akan diterima para karyawan dari sumber pencemaran
berupa kebisingan dikaji dengan menggunakan teori simpul sebagaimana
disajikan pada Gambar 1.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil adalah :
Kebisingan industri, dampak yag ditimbulkan serta cara pengendalian.
C. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari adanya kesalahan pengertian dalam penelitian ini maka perlu
diberikan penjelasan tentang beberapa istilah sebagai berikut:
1. Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-
48/MENLH/11/1996, yang dimaksud dengan kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Pertumbuhan transportasi darat, laut, dan udara yang cepat, kebisingan telah
menjadi faktor lingkungan yang sangat penting di perkotaan, dan bukanlah sesuatu
yang tidak realistic untuk meramalkan bahwa daerah pedesaan pun akan
dipengaruhi oleh bising pada masa yang akan datang.
2. Kawasan Industri
Berdasarkan keputusan presiden Nomor 35 Tahun 1989 yang dimaksud
kawasan industri adalah suatu tempat/kawasan pemusatan kegiatan pengolahan
yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang lainnya yang
disediakan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri.
Kawasan industry yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah,
kawasan industry yang memiliki intensitas kebisingan diatas NAB yang telah
ditentukan.
D. TUJUAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak kesehatan akibat
pemaparan kebisingan pada para karyawan industry Wijaya Kusuma dan PT Herculion
Carpet Semarang, sedangkan tujuan khusus penelitian terdiri atas:
A. Mengetahui kebisingan pada kawasan industri
B. Mengetahui dampak dari kebisingan di kawasan industri
C. Mengetahui bentuk pengendalian kebisingan di kawasan industri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Suara atau Bunyi
Suara atau bunyi didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan melalui
suatu medium elastis (misalnya udara) yang kemudian diterima dan dipersepsi oleh
telinga manusia. Suara atau bunyi juga merupakan bentuk gelombang getaran suara
yang merambat sebagai gelombang longitudinal dalam medium padat, cair dan gas
(Achmadi 1994). Bunyi mempunyai dua aspek yang menimbulkan ketulian pada
pendengaran manusia, yaitu frekuensi dan intensitas. Adapun yang dimaksud
frekuensi adalah banyaknya getaran perdetik (cps = cycle per second atau hertz).
Pendengaran manusia berada pada kisaran bunyi antara 20-20.000 Hz, sedangkan
kisaran frekuensi pembicaraan adalah 275-2.500 Hz (Peterson 1997 dalam Santosa
1992). Bunyi yang berada di bawah 20 Hz disebut infrasound, sedangkan bunyi
yang berada diatas 20.000 Hz disebut ultrasound. Intensitas adalah variasi tekanan
dari suatu bunyi dengan satuan yang dinyatakan dalam desibel (dB). Makin besar
intensitas bunyi, makin keras pula bunyi itu terdengar. Terdapat 3 kondisi fisis yang
dibutuhkan agar suara dapat terdengar oleh manusia (Pearce 2002) antara lain:
1. Ada tidaknya medium elastis yang memiliki inersia sehingga memungkinkan
energi suara dapat merambat atau berpropagasi, dan medium tersebut mungkin
berbentuk gas (udara), cairan atau padat.
2. Getaran ini berlanjut dari satu titik ke titik yang lain di dalam ruang (virtual) di
sekitar sumber suara atau dapat disebutkan bahwa getaran akan mengalami
propagasi dengan kecepatan tertentu.
3. Getaran ini berlanjut dari satu titik ke titik yang lain di dalam ruang (virtual) di
sekitar sumber suara atau dapat disebutkan bahwa getaran akan mengalami
propagasi dengan kecepatan tertentu.
B. Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-
48/MENLH/11/1996, yang dimaksud kebisingan adalah bunyi yang tak diinginkan
dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dari sudut pandang ke
lingkungan, kebisingan termasuk dalam suatu energy (suara) ke dalam lingkungan
hidup sedemikian rupa sehingga mengganggu kelangsungannya. Dari sudut
pandang lingkungan, kebisingan termasuk dalam kategori pencemaran karena dapat
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko,
2000).
Intonasi atau nada dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi yang
ada. Intensitas atau arus energy per satuan luas biasanya dinyatakan dalam satuan
logaritmatis yang disebut decibel (dB) dengan memperbandingkan dengan kekuatan
dasar 0,0002 dyne/cm yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang
tepat dapat didengar oleh telinga normal (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-15/MEN/1999,
kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bising
merupakan kumpulan nada dengan bermacam-macam intensitas dan suara tersebut
tidak dikehendaki sehingga terasa mengganggu ketentraman. Bising dengan
intensitas di atas 85 dB dapat menimbulkan ketulian. Hal ini telah dibuktikan dari
beberapa penelitian.
Dinamika lingkungan hidup adalah salah satu faktor yang berpengaruh pada
tingkah laku manusia yang sering tidak dapat dikendalikan. Oleh sebab itu,
dinamika lingkungan secara khusus yang menghasilkan suara, berpotensi
menimbulkan kebisingan. Satu di antara sumber kebisingan adalah msin-mesin
modern yang digunakan berbagai industry yang menghasilkan suara ataua bunyi
pada saat beroperasi. Penggunaan mesin-mesin modern tersebut dalam rangka
meningkatkan produktifitas dan memenuhi kebutuhan pasar.
C. Jenis Kebisingan
Sumber suara dapat di dengar sebagai rangsagan-rangsangan pada system
pendengaran melalui getaran-getaran media rambat, dan ketika suara tersebut
mengganggu atau tidak dikehendaki, maka terjadilah kebisingan. Jenis-jenis
kebisingan adalah sebagai berikut:
1. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa terputus-putus dengan frekuensi yang .
2. luas (Steady state, Wide band noise)
Contoh : Suara mesin, kipas angina.
3. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spectrum frekuensi tipis (Steady
state, narrow band noise)
Contoh : suara gergaji sirkuler
4. Kebisingan terputus-putus (Intermitten).
Contoh : suara aktifitas pesawat di bandara.
5. Kebisingan Impulsive (Impact or Impulsive noise)
Contoh : suara pukulan palu, tembakan dan ledakan.
6. Kebisingan impulsive berulang (Continue)
Contoh : suara mesin tempa perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan
(Suma’mur, 2009)
Sumber kebisingan berdasarkan bentuk sumbernya, ada dua jenis, yaitu:
1. Sumber kebisingan berasal dari titik (sumber diam) yang penyebaran
kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber kebisingan
sebagai pusatnya dan menyebar di udara dengan kecepatan sekita 360 m/detik.
2. Sumber garis suara berasal dari sumber yang bergerak dan perembetan
kebisingan dalam bentuk silinder-silinder konsentris dengan sumber kebisingan
sebagai sumbunya dan menyebar di udara dengan kecepatan sekitar 360
m/detik, sumber kebisingan ini umumnya dari keguatan transportasi (Sasongko
et.al, 2000)
Jenis kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Bising yang mengganggu (irritating noise) intensitasnya tidak keras.
2. Bising yang menutupi (masking noise) merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas, secara langsung bunyi ini membahayakan kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dan kebisingan dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging / injurious noise) ialah bunyi yang
intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas, bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran. (Soeripto,1993).
I. Dampak Kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat di kategorikan menjadi
dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya
waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di
atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di
bawah NAB) (Tawakka et.al, 2004)
1. Dampak kebisingan intensitas tinggi
a. Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah
terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan
penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat
permanen, biasanya didahului dengan pendengarana yang bersifat sementara
yang dapat menganggu kehidupan yang bersangkutan baik di tempat kerja
maupun dilingkungna keluarga dan lingkungan sosialnya.
b. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya
terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
c. Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut
jantung, risiko serangan jantung meningkat gangguan pencernaan.
d. Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi
demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar
kegiatan tersebut dihentikan dll.
2. Training Motivasi
Berikan penjelasan ke karyawan tentang akibat kebisingan serta bagaimana cara
mencegahnya, buktikan bahwa tidak ada orang yang kebal terhadap kebisingan dengan
memberikan data catatan rekam medis audiometri serta data pengukuran area kerja.
Pelatihan dengan metoda visualisasi adalah cara yang efektif untuk menjelaskan ke
karyawan.
3. Pemeliharaan Catatan
Pelihara data pengukuran area kerja, audiometri test karyawan dan evaluasi secara
berkala. Lakukan upaya teknis untuk area kerja yang memiliki tingkat kebisingan melebihi
NAB.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1) Kebisingan adalah semua suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan pada saat sedang
bekerja.
5) Penyakit adalah gangguan kesehatan yang pernah diderita pekerja dan diduga
berhubungan dengan pendengaran, seperti otitis media, hypertensi, trauma
capitis, diabetes melitus, dan TB paru.
6) Tempat kerja adalah ruangan para karyawan selama melakukan proses produksi.
7) Tempat tinggal adalah rumah tinggal para karyawan dan situasi sekeliling rumah
yang berhubungan dengan kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA
Benny L, Priatna dan Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002, Green
Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra Internasional Tbk.
Eleftheriou, P.C. 2001. Industrial Noise and Its Effects on Human Hearing. Applied
Acoustics 63 (2002): 35-42
Ikron, I Made Djaja dan Ririn Arminsih Wulandari. 2007. Pengaruh Kebisingan
Lalulintas Jalan Terhadap Gangguan Kesehatan Psikologis Anak Sdn
Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Propinsi Dki
Jakarta, 2005. Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2007: 32-37.
Universitas Indonesia
Kholik, Heri Mujayin dan Dimas Adji Krishna. 2012. Analisis Tingkat Kebisingan
Peralatan Produksi Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Teknik Industri, Vol.
13, No. 2, Agustus 2012: 194–20. Universitas Muhammadiyah Malang
Menteri Tenaga Kerja, 1999, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-
51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja,
Jakarta
Noor, Haula. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Ingatan. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah
Pearce E.C 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia. Jakarta
Sasongko, Budi, Basuki, dan Hendrayanto. 2007. Internal Audit dan Delima Etika.
Surabaya: STIE Perbanas.
Sears, F.W., dan Zemansky, M.W., 1999, Fisika Untuk Universitas 1: Mekanika,
Panas, dan Bunyi, Penerbit Trimitra Mandiri, Jakarta
Soepardi & Iskandar, 2001, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher, FKUI, Jakarta.
Sugeng, Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang :
Badan Penerbit UNDIP
Tarwaka, Solichul HA. Bakri dan Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS, Surakarta
Ulandari, Andi Anita AM, M furqaan Naiem dan Andi wahyuni. 2014. Hubungan
Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pekerja Laundry Rumah Sakit
Kota Makassar. Universitas Hasanuddin
Widana, I Ketut dan I Gede Oka Pujihadi. 2014. Kebisingan Berpengaruh Terhadap
Beban Kerja Dan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Di Industri Pengolahan
Kayu. Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014: ISSN : 2407-1846.
Politeknik Negeri Bali
www.suaramerdeka.com/harian/0704/14/kot12.html