AUTISME
AUTISME
AUTISME
1. FAJERIA FITRI
2. IRSANDI ISMAIL
4. PUTRI HANDAYANI
5. TRIYA ULANDARI
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“AUTISME”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami
hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-
teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata autis berasal dari bahasa Yunani "auto" berarti sendiri yang ditujukan pada
seseorang yang menunjukkan gejala "hidup dalam dunianya sendiri". Pada umumnya
melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau
malahan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon
terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak
masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini
masih banyak masyarakat yang belum mengenal secara baik apa yang dimaksud autis,
sehingga seringkali permasalahan autisme ini dianggap sebagai suatu hal yang negatif.
dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri, seperti melamun
Menurut data dari Unesco pada tahun 2011, terdapat 35 juta orang penyandang
autisme di seluruh dunia. Rata-rata, 6 dari 1000 orang di dunia telah mengidap
autisme. Di Amerika Serikat, autisme dimiliki oleh 11 dari 1000 orang. Sedangkan di
anak menyandang autisme, orangtua perlu menerima dengan tulus, dan yang paling
penting adalah menyiapkan diri dengan empati, karena hal tersebut penting dalam
seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai
dikarenakan ibu berperan langsung dalam kelahiran.Orang tua pada anak yang autis
membuat mayoritas orang tua merasa malu ketika memiliki anak autis.Banyak
menyandang autisme. Penyakit ini dianggap sebagai aib yang mengusik harga diri.
keunikan anak dengan autisme. Sikap menerima dan memahami inilah yang kemudian
menumbuhkan empati pada orangtua dan keluarga. Sebab kesabaran tanpa empati,
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
autism.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala.Autisme
Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30
kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi
sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur
dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit
sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls
listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat
di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput
bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu
sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh
bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai
pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar
dua tahun.Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh
merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel
saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain
growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.Peningkatan neurokimia otak secara
autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh
dan mati secara tak beraturan.Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer
atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye
merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.Degenerasi
sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau
obat seperti thalidomide.Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak
besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar
yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping
depan otak besar yang berperan dalam proses memori).Faktor lingkungan yang
menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta
zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial,
serta asam folat.Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak
antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi
1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda,
disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat,
menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat
terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau
orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan
nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata
terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Penarikan diri
Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang
berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara
lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
emosional.
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal,
fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
G. PENGOBATAN
1. Terapi autis
c. Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat.
Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk
f. Terapi lumba-lumba.
lambat.
yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
5. Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat
ASKEP TEORI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin:
Alamat :
pencapaian
sosial
lain. Adanya ketidak mauan melakukan perawatan diri atau kontrol diri dalam
beraktivitas sesuai dengan usianya, pada bayi adanya gangguan tidur dan kurang
memeperhatikan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
mendukung.
mur frustasi,kemarahan,depre
n berbicara(menulis
perkembangan,ga dimeja,menggunakan
komunikasi,kesul mengembangkan
komunikasi efektif.
mengenai pasien
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autisme merupakan keadaan yang disebabkan oleh kelainan otak yang ditandai
dengan kelainan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang sangat kaku
dan pengulangan perilaku. Autisme dapat dibagi ke dalam tiga jenis yaitu autism
spectrum disorder (ASD) dan asperger syndrome, kedua jenis autism ini mengalami
kelambatan dalam perkembangan kognitif dan bahasa, dan PDD-NOS apabila kriteria
dari kedua jenis autisme yang terdahulu tidak cocok dengan karakteristik autism yang
dialami anak. Di Indonesia, saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah anak
penyandang autisme, namun diperkirakan jumlah anak autis dapat mencapai 150-200
ribu orang. Perbandingan antara laki dan perempuan adalah 2,6-4:1, namun anak
Upaya terapi juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak autistik agar
dapat berfunggsi di dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri. Salah satu metoda
intervensi dini yang banyak diterapkan di Indonesia adalah modifikasi perilaku atau
lebih dikenal sebagai metoda Applied Behavioral Analysis (ABA) Kelebihan metode
ini dibanding metode lain adalah sifatnya yang sangat terstruktur, kurikulumnya jelas,
2016.
LPS3, 2014.
2006.