Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MENGENAI

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Di SUSUN OLEH

KELOMPOK 1:

1. AYUS ARIANTI
2. FAJERIA FITRI
3. HERMAWAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA

PALOPO

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “ADHD (Attention

Deficit Hyperactivity Disorder)”, dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan

hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan

dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga

kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan

dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para

pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap

kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan

dalam mengerjakan makalah ini.

Palopo,15 November2019

penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap
mempunyai kelainan/ penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya,
dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya Efendi (Abdullah,
2013). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan
anak -anak secara umum atau rata - rata anak seusianya. Anak dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.
anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan
penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang
dialami anak. Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat
dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan pada aspek :1. Fisik/motorik:
cerebral palsi, polio. 2. Kognitif : mental retardasi, anak unggul (berbakat). 3. Bahasa
dan bicara. 4. Pendengaran. 5. Penglihatan. 6. Sosial emosi.Salah satu dari anak
berkebutuhan khusus yaitu anak ADHD. Attention-Deficit/ Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah yang paling sering didiagnosis emosional/perilaku gangguan
kesehatan pada anak-anak.Sebagai tingkat kenaikan diagnosis ADHD, sehingga akan
kemungkinan bahwa konselor sekolah akan dipanggil untuk bekerja dengan orang
tua, guru, dan profesional pendidikan lainnya untuk membantu anak penderita
ADHD. Adler menulis secara ekstensif tentang pentingnya bermain dan masa kanak-
kanak,mengembangkan Adlerian Play Therapy, yang merupakan pendekatan
komprehensif dan responsif terhadap perkembangan konseling anak-anak yang
mengintegrasikan prinsipprinsip dasar Adler dari individu dengan keterampilan dan
konsep terapi bermain. Filosofi yang mendasari teori Adlerian menguraikan bahwa
individu adalah (a) tertanam secara sosial, (b) subyektif dan kreatif, dan (c)
diarahkan pada tujuan. Dari sejak lahir, individu adalah bagian dari kelompok sosial,
biasanya di keluarga asal mereka, dan terus menjalani kehidupan mereka di
lingkungan sosial. Untuk penanganan Anak ADHD dapat menggunakan pendekatan
kognitif perilaku, melalui berbagai keterampilan kognitif dan kemampuan dapat
menemukan unsur-unsur dan stimulus dari lingkungannya, belajar peran dan
memahami peran orang lain, mengidentifikasi budaya, bahasa, nilai-nilai dan moral
masyarakat, dan menjadi mampu membedakan sekitarnya sifat dan hubungan
mereka dengan fungsi dan pentingnya mereka, dan apa yang memperkaya mental
dengan pengetahuan yang berbeda tentang dunia di sekitar terutama keterampilan
anak-anak yang menderita ADHD.(Mohammed,2016)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ADHD ?
2. Apa etiologi dari ADHD ?
3. Apa patofisiologi dari ADHD ?
4. Apa manifestasi klinis dari ADHD ?
5. Apa komplikasi dari ADHD ?
6. Apa pemeriksaan penunjang untuk ADHD ?
7. Bagaiman pencegahan dari ADHD ?
8. Bagaimana penatalaksanan medis dan perawatan pada anak dengan ADHD ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dengan anak ADHD ?

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi ADHD

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis


yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil.Anak ADHD mulai
menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan
teman sebaya sesuai aturan.ADHD adalah gangguan perkembangan dalam
peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak
yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan
perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas
berlebihan, dan suka membuat keributan (Ginanjar, 2012).

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan hiperaktivitas


kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan
dikarakarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive
dan hiperaktif.ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia
sekolah menderita ADHD.(Permadi, 2012).

ADHD merupakan gangguan neurobehavioral anak yang paling sering


didiagnosis, mempengaruhi sekitar 5,5 juta anak-anak.Anak-anak dengan gangguan
ini biasanya menunjukkan perilaku yang didorong oleh tidak perhatian, hiperaktif,
atau kombinasi keduanya. Subtipe berdasarkan karakteristik ini digunakan dalam
diagnosis mereka dengan ADHD. Meskipun tidak dianggap sebagai
ketidakmampuan belajar, efek ADHD dapat membuat belajar lebih menantang bagi
siswa Samuels.Akibatnya, sekitar 66% dari anakanak didiagnosis dengan ADHD.
(Stacy dkk., 2015)

B. Etiologi

Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori yang


menyebabkan ADHD di antaranya :
1. Psikodinamika

Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan perkembangan ego.


Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanifestasikan dengan perilaku yang
impulsif, seperti ada perilaku tempertatrum yang berat. Kegagalan berprestasi
yang berulang, kegagalan mengikuti petunjuk social dan harga diri rendah.
Beberapa teori menunjukkan bahwa anak tetap pada fase simbiotik dan tidak
dapat membedakan dirinya dengan ibunya.

2. Biologis

Hal ini bisa di akibatkan oleh:

a. Genetik ( resiko meningkat jika ada riwayat keluarga )

b. Faktor perkembangan

c. Kelainan fungsi pada jalur inhibisi dilobus parietalis dan frontalis.

3. Dinamika Keluarga

Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai
cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.kemungkinan iritabilitas
impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir reaksi
orang tua cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau meningkatkan
intensitas gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi system keluarga masalah
perkawinan dan lain sebagainya, dapat juga member kontribusi pada gejala
gangguan ini orang tua frustasi terhadap buruk anak terhadap keadaan
tertentu.orang tua mungkin menjadi terlalu sensitif atau menjadi putus asa dan
tidak member struktur eksternal.

4. Psikososial

a. Kemiskinan

b. Diet ( timbale, tertazine )


c. Penyalahgunaan alcohol oleh orang tua(Doengoes,2015)

C. Patofisiologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga
masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley,
menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan
instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan
sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk
mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD
relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu.
Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka
memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan
predisposisi keturunan.Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab
pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme),
beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik,
perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat
kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial
sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga.
Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter
dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan
bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama
setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD
memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD.Teori lain menyebutkan
adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai
gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi
dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol,
rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur,
hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)(Mohammed,2016)
D. Manifestasi Klinik
Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan
ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa
melihat-lihat)(Mohammed,2016)
E. Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi )
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan )
4. IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar )
5. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas )
6. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat
anak-anak lainnya marah )
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organic
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar
dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa

4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik


(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi
SSP)( Avicenna,2015)

F. Pencegahan
1. Skrining DDTK pada ADHD
2. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholic ) untuk orang tua
3. Asupan nutrisi yang seimbang
4. Berikan rutiitas yang tersturktur ( membantu anak untuk mematuhi jadwal yang
teratur )
5. Manajemen perilaku (dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang mereka
lakukan )( Avicenna,2015)
G. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
1. Perawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt
Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
a. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
b. Hentikan perilaku yang tidak aman
c. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima
d. Berikan pengawasan yang ketat
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi
untuk menyelesaikan tugas)
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
c. Izinkan beristirahat
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari
b. Minimalkan perubahan
c. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan
perasaan dan frustasi orang tua
d. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
(Avicenna.2015).
H. Pengobatan Medis
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan
melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara
lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu
Obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain :
1. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi
nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan,
efek obat lengkap dalam 2 hari.
2. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
3. Pemolin (Cylert)

Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay


peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu
untuk mencapai efek obat yang lengkap(Avicenna,2015)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ADHD

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Keluhan utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya bergerak
terus
3. Riwayat penyakit sekarang :
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Tanyakan kepada keluarga apakah anak dulu pernah terjadi benturan dikepala
atau ada faktor genetik?
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga sebagai
penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.

6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :


Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina hubungan
dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan impulsivitas
7. Riwayat tumbuh kembang :
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-
obatan selama kehamilan
b. natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan. lahir
premature, berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa
tidak.
8. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
a. Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
b. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
c. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
d. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
e. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
f. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
9. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca
pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
 Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ;
tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ
seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
 Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika,
2010)
 Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
10. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi
atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut,
jumlah dan distribusi rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada
lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut
jagung dan kering)
 Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
b. Wajah
 Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak
pucat/ikterik, simetris.
 Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
c. Mata
 Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak
mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera
(anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon
terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata
kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.

d. Telinga
 Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas,
posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi),
alat bantu dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika,
integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
 Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus Normal: tidak
ada nyeri tekan.
e. Hidung
 Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung
internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi). Normal: simetris kika,
warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
 Palpasi : frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum
deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
f. Mulut
 Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan
bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut
dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.
 Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan
gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi
lidah, dan keadaan langit2. Normal: gigi lengkap, tidak ada
tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada
perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2
utuh dan tidak ada tanda infeksi
g. Leher
 Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna
sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak
ada pembesaran kelenjer gondok.
 Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus,
pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada
kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran),
kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba). Normal: tidak teraba
pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran
kel.limfe, tidak ada nyeri.
h. Thorax
 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan
otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur
normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit
sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
 Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus. Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil
vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
 Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu
sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola
berjenjang sisi ke sisi)
 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan
2, di atas manubrium dan di atas trachea) Normal: bunyi napas
vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
i. abdomen
 Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,
dan gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan
warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
 Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh
darah.Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk,
terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
 Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak
searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman
kualitas bunyinya.Perkusi hepar: Batas. Perkusi Limfa: ukuran
dan batas. Perkusi ginjal: nyeri. Normal: timpani, bila hepar dan
limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan
= hipertimpani.
 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan):
massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi,
dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih
dahulu. Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan,
tidak ada massa dan penumpukan cairan.
j. Eksremitas
 Inspeksi struktur muskuloskletal atas : simetris dan pergerakan,
Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot. Normal: simetris kika,
integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
 Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. Radialis. Normal: teraba
jelas
 Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis. Normal:
reflek bisep dan trisep positif
 Inspeksi struktur muskuloskletal bawah : simetris dan
pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan
tonus otot. Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif,
kekuatan otot penuh
 Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis:
denyutan.Normal: teraba jelas
 Tes reflex :tendon patella dan archilles.Normal: reflex patella dan
archiles positif
11. Activity daily living ( ADL ) :
a. Nutrisi.
Anak nafsu makan nya berkurang(anaroxia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
c. Eliminasi
Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
d. Istirahat tidur.
Anak mengalami gangguan tidur
e. Personal Higiane.
Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya sendiri dan sulit di atur
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional berhubungan gangguan citra tubuh ditandai oleh
perilaku tidak selaras dengan nilai
2. Risiko cedera berhubungan dengan malnutrisi ditandai oleh gangguan fungsi
kognitif ,gangguan fungsi psikomotorik
3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak akuedat
yang diciptakan oleh karakteristik hubungan yang ditandai oleh ketidakmampuan
mengikuti informasi,ketidak mampuan menghadapi situasi,ketidakmampuan
menghadapi masalahh
4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman pada status terkini
ditandai oleh gerakan ekstra,berfokus pada diri sendiri,gangguan pola
tidur,gangguan konsentrasi,gangguan perhtian,lupa,penurunan kemampuan belajar
5. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang
perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan
dalam jangka waktu yang lama.
BAB IV
KASUS
Seorang Anak laki-laki berusia 9 tahun,dibawa ke dokter oleh ibu kandungnya.
Menurut gurunya, anak tersebut sangat sulit untuk menyelesaikan tugas kelasnya. Pasien
juga dikenal nampak selalu berbuat kesalahan dan ceroboh dalam melakukan
pekerjaannya sehingga nilai–nilainya menurun, sering tidak mengerjakan pekerjaan
rumah yang diberikan kepadanya, diperlukan pengulangan beberapa instruksi supaya
pasien bisa menyelesaikan tugasnya, saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung
dan pasien juga sering menyela penjelasan yang diberikan oleh gurunya. Pasien
mengatakan hanya menyenangi pendidikan ekstrakulikuler ataupun kegiatan yang
pergerakannya sangat aktif yaitu sepak bola sementara pelajaran yang lain tidak. Orang
tua melaporkan bahwa pasien malas berangkat kesekolah karena belum mengerjakan
perkerjaan rumah.Orang tua pasien sering kali berdebat karena selalu menyalahkan satu
sama lain terkait kelakuan anaknya jika sebab,pasien sering tidak mengerjakan pekerjaan
rumahnya karena pasien sulit untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan rumah
dan sering lupa menaruh barang mliknya.Hasil pemeriksaan : TD : 110/90 , Nadi :
100/menit , Pernafasan : 17xmnt , Suhu : 36,8 0C.Pemeriksaan penunjang CT.Scan :
adanya gangguan otak organik.

No. DS DO

1. Pasien mengatakan hanya menyenangi Menurut gurunya, anak


pendidikan ekstrakulikuler ataupun tersebut sangat sulit untuk
kegiatan yang pergerakannya sangat menyelesaikan tugas kelasnya.
aktif yaitu sepak bola sementara
pelajaran yang lain tidak
2. Pasien juga dikenal nampak selalu Orang tua melaporkan bahwa
berbuat kesalahan dan ceroboh dalam pasien malas berangkat
melakukan pekerjaannya sehingga kesekolah karena belum
nilai–nilainya menurun, sering tidak mengerjakan perkerjaan rumah,
mengerjakan pekerjaan rumah yang pasien sering tidak
diberikan kepadanya, diperlukan mengerjakan pekerjaan
pengulangan beberapa instruksi rumahnya karena pasien sulit
supaya pasien bisa menyelesaikan untuk berkonsentrasi dalam
tugasnya, saat kegiatan belajar mengerjakan pekerjaan rumah
mengajar sedang berlangsung dan dan sering lupa menaruh
pasien juga sering menyela penjelasan barang mliknya.
yang diberikan oleh gurunya

3. Hasil pemeriksaan : TD :
110/90 , Nadi : 100/menit ,
Pernafasan : 17xmnt , Suhu :
36,80C.Pemeriksaan penunjang
CT.Scan : adanya gangguan
otak organik.

A. Pengkajian

Identitas Klien
Nama :An. P
Umur :9 Tahun
Jenis kelamin :L
Alamat :Palopo,Sulawesi Selatan
Agama :Islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Siswa

B. Hasil TTV
TD :110/90
Nadi :100/menit
Pernafasan :17xmnt.
Suhu :36,80C.
Pemeriksaan penunjang CT.Scan : adanya gangguan otak organik.
C. Keluhan utama
Sering tidak masuk sekolah dan nilai-nilai dikelasnya menurun,pasien juga suka lupa
menaruh barang dan lebih senang kegiatan ekstrakulikuler daripada pelajaran sekolah
D. Riwayat penyakit sekarang
1. sangat sulit untuk menyelesaikan tugas kelasnya.
2. nilai–nilainya menurun, sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan
kepadanya, diperlukan pengulangan beberapa instruksi supaya pasien bisa
menyelesaikan tugasnya
3. sering menyela penjelasan
4. Pasien hanya menyenangi pendidikan ekstrakulikuler atau kegiatan yang bersifat
aktif yaitu sepak bola sementara pelajaran yang lain tidak.
5. pasien sulit untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan sering
lupa menaruh barang mliknya.
E. Riwayat tumbuh kembang
1. Periode Prenatal dan Perinatal
Pada saat mengandung pasien, ibu pasien menerima kehamilannya dengan senang
hati. Selama mengandung pasien, dikatakan tidak terdapat permasalahan fisik
maupun psikologis pada ibu kandung pasien. Menurut ibu pasien, pasien lahir
dengan persalinan normal, cukup bulan, langsung menangis kuat, berat badan 3,7
kg, panjang badan 51 cm, lahir secara normal di sebuah klinik bersalin dengan di
tolong oleh bidan.

2. Periode Masa Bayi (0-1 tahun)


Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya dengan perasaan senang hati. Pasien juga
menjadi seorang anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Pasien
mendapatkan ASI selama 2 tahun disertai dengan makanan tambahan seperti bubur
sun yang diberikan sesuai dengan usia pertumbuhannya. Pasien tidak mengalami
kesulitan dalam pola makan. Imunisasi dikatakan lengkap (ibu tidak ingat sampai
imunisasi apa). Menurut ibunya, tumbuh kembang pasien tidak ada kelainan
semuanya dalam batas normal. Pasien dapat berdiri sebelum usia 1 tahun.
3. Periode Masa Batita (1 sampai 3 tahun)
Menurut ibu pasien, pasien tumbuh seperti anak seusianya. Saat diasuh, pasien
dikatakan tidak rewel dan senang diajak bermain dengan senang bersama keluarga.
Tidak ditemukan permasalahan dalam pola makan pada pasien.
4. Periode Pra Sekolah dan Masa Kanak Awal (3 sampai 6 tahun)
Dalam bermain dengan teman sebayanya, pasien cenderung hiperaktif, pasien
senang membuat kegaduhan dengan melompat-lompat, berlari-lari dan memanjat-
manjat tanpa kontrol seakan-akan digerakan oleh mesin dibandingkan teman-teman
sebayanya. Pasien senang bergerak dengan aktif didalam ruangan dan terangsang
untuk menyentuh dan memanipulasi semua benda, sesuka hati.
5. Periode Masa Kanak Akhir (7 sampai sekarang)
Pada masa kanak akhir, pasien dikenal sebagai anak yang periang dan sangat
mudah bergaul dengan teman-temanya. Pasien senang bermain dengan teman
sebayanya dan temannya pun sangat senang bermain dengan pasien. Saat berada di
sekolah pasien sangat sering kehilangan alat tulis yang digunakan karena sering
lupa dimana meletakkan alat tulis yang telah dipakainya.
F. Penampilan umum dan perilaku motorik
1. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.
2. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
3. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
4. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
G. Mood dan Afek
1. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
2. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
3. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki
sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
4. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan
H. Proses dan isi piker
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
I. Sensorium dan proses intelektual
1. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
2. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan
secara nyata.
3. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit
pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
4. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
berhenti memikirkan sesuati.
5. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas
J. Penilaian dan daya tilik diri
1. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
2. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
3. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
4. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
5. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
6. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku
mereka sendiri
K. Konsep diri
1. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga
diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
2. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
3. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang
yang buruk dan bodoh
L. Peran dan hubungan
1. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial.
2. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
3. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
4. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan
memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
5. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
6. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.
M. Diagnosa keperawatan
1. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan emosional,gangguan
perkembangan,gangguan sistem saraf pusat ditandai dengan kesulitan memahami
komnikasi,
2. Risiko cedera berhubungan dengan malnutrisi ditandai oleh gangguan fungsi
kognitif ,gangguan fungsi psikomotorik.
3. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang
perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan
dalam jangka waktu yang lama.
Intervensi keperawatan
No. Nanda Noc Nic
1. Hambatan Dalam 1x24 jam 1. Monitor keceapatan
komunikasi verbal perawat mampu
bicara,tekanan,kecepatan,kun
berhubungan mengontrol tingkat
titas volume dan diksi.
dengan gangguan komnikasi pasien
2. Monitor proses
emosional,ganggua
kognitif,anatomis dan
n
perkembangan,gan fisiologis yang terlibat dalam
gguan sistem saraf
kemampuan berbicara.
pusat ditandai 3. Kenali emosi dan perilaku
dengan kesulitan
fisik klien sebagai bentuk
memahami
komunikasi mereka
komnikasi,kesulita
4. Ulangi apa yang disampaikan
n mempertahankan
pasien untuk menjamin
komunikas,kesulita
n mengekspresikan akurasi
5. Gunakan penerjemah bila
pikiran secara
verbal,kesulitan diperlukan.
6. Instruksikan pasien
menggunakan
ekspresi ataukeluarga menggunakan
tubuh,kesulitan
proses kognitif,aatomis dan
menggunakan
fisiologis.
ekspresi
7. Kolaborasi bersama keluarga
wajah,tidak ada
dan ahli terapis bahasa
kontak mata.
patologis
8. Untuk mengembangkan

rencana agar bisa

berkomunikasi secara efektif


9. Koordinasi aktivitas-aktivitas

tim rehabilitasi.
2. Penurunan koping Dalam 1x24 jam 1. Monitor interaksi keluarga
keluarga perawat mampu dalam permasalahan
berhubungan mengatasi masalah berakitan dengan pasien.
dengan perasaan yang terjadi dipasien 2. Mengkaji tingkat
bersalah yang dan keluarganya pengetahuan caregiver
berlebihan, marah melalui konsultasi 3. Memberikan informasi
atau saling kepada caregiver mengenai
menyalahkan dukunganp pelayanan
diantara anggota kesehatan komunitas yang
keluarga tentang bisa diakses
perilaku anak, 4. Mengajarkan care giver
kepenatan orang mengenai pemberian terapi
tua karena bagi pasien sesuai dengan
menghadapi anak keinginan pasien.
dengan gangguan 5. Mendukung upaya
dalam jangka bertanggungjawab caregiver
waktu yang lama. sesuai dengan kebutuhan.
6. Diskusikan mengenai
Pada kasus :Orang
keterbatasan yang dimiliki
tua pasien sering
caregiver kepada pasien
kali berdebat
7. Kolaborasi dengan pelayanan
karena selalu
kesehatan tentang caregiver
menyalahkan satu
kepada pasien dan keluarga.
sama lain terkait
kelakuan anaknya
jika sebab,pasien
sering tidak
mengerjakan
pekerjaan
rumahnya karena
pasien sulit untuk
berkonsentrasi
dalam mengerjakan
pekerjaan rumah
dan sering lupa
menaruh barang
mliknya)

3. Risiko cedera Dalam 1x24 jam 1. Observasi perilaku anak


berhubungan perawat mampu secara sering. Lakukan hal ini
dengan malnutrisi mengurangi resiko melalui aktivitas sehari – hari
ditandai oleh cedera klien dan interaksi untuk
gangguan fungsi menghindari timbulnya rasa
kognitif ,gangguan waspada dan kecugiaan.
fungsi
2. Observasi perilaku–perilaku
psikomotorik.
yang mengarah pada tindakan
bunuh diri.

3. Tentukan maksud dan alat –


alat yang memungkinkan
untuk bunuh diri. Tanyakan
“apakah anda memiliki
rencana untuk bunuh diri?”
dan “bagaimana rencana anda
untuk melakukannya?”

4. Bantu anak mengenali kapan


kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan
tersebut sebagai miliknya
sendiri. Apakah anak telah
menyimpan suatu: buku
catatan kemarahan “dimana
catatan yang dialami dalam
24 jam disimpan.

5. Bertindak sebagai model


peran untuk ekspresi yang
sesuai dari percobaan.

1. Bentuk hubungan
kepercayaan dengan anak.
Bersikap jujur, konsisten di
dalam berespons dan
bersedia. Tunjukkan rasa
hormat yang positif dan
tulus
2. Sediakan aktivitas-aktivitas
yang diarahkan pada
penurunan tegangan dan
pengurangan ansietas
(misalnya berjalan atau
joging, bola voli, latihan
dengan musik, pekerjaan
rumah tangga, permainan-
permainan kelompok
3. Anjurkan anak untuk
mengidentifikasi perasaan-
perasaan yang sebenarnya
dan untuk mengenali sensiri
perasaan-perasaan tersebut
padanya
4. Perawat harus
mempertahankan suasana
tentang
5. Berikan obat-obatan dengan
obat penenang sesuai
dengan yang diperintahkan.
Kaji untuk
keefektifitasannya, dan beri
petunjukkepada anak
mengenai kemungkinan
efek-efek samping yang
memberi penharuh
berlawanan.

BAB V

PENUTUP

.A KESIMPULAN

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu


kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009).Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang
anak dapat menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan, psikososial
merupakan faktor penyebab dari gangguan ini.Pada umumnya terdapat beberapa tes
penunjang dalam menentukan bahwa anak menderita ADHD atau tidak, namun yang
sering dilakukan dan merupakan tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan
mengguanakan formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale).

.B SARAN

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD dapat
melibatkan anak dalam brain Gym untik memfokuskan perhatian anak. Anak ADHD
mengalami kesulitan untuk fokus dan berlaku berlebihan (hiperaktif) yang dapat
mengganggu teman-temannya. Melihat dari permasalahan tersebut, maka pada
proyek tugas akhir ini, penulis ingin memberikan solusi dalam penyembuhan anak
ADHD melalui metode Brain Gym yang dipercaya dapat memberikan efek baik
kepada anak ADHD. Metode yang digunakan dari Brain Gym adalah metode untuk
latihan koordinasi otak. Latihan koordinasi otak ini ditujukan untuk melatih fokus
anak ADHD.

Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk membantu
anak ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua dan staf sekolah dapat
merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru seringkali merupakan pihak yang
pertama dalam mengenali perilaku seperti ADHD serta dapat memberikan informasi
yang berguna kepada orangtua, penanggung-jawab, dan dokter yang dapat membantu
diagnosa dan pengobatan.Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk
pemecahan masalah dan merencanakan cara-cara untuk membantu pelajaran anak
baik di rumah maupun di sekolah.

Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang menderita ADHD harus
memberikan perawatan anak dengan metode yang berbeda dengan anak yang
normal. Oleh karena itu hendaknya orang tua atau keluarga menyusun kegiatan
sehingga anak mempunyai rutinitas yang sama tiap hari, mengatur kegiatan harian,
menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah, dan memperpertahankan aturan secara
konsisten dan berimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Avicenna.2015. Askep Anak Dengan ADHD. Di akses tanggal 08/05/2012 jam 11.00

Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2015. Rencana asuhan keperawatan
Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mariyah, Mariyah, Christiyanti Aprinastuti, dan Brigitta Erlita Tri Anggadewi.


“Pengembangan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Pada
Anak Dengan ADHD.” Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia, Peran Psikologi Perkembangan Dalam Penumbuhan
Humanitas Pada Era Digital, Vol. 1 (2017).
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/ view/2195.
Mohammed, Ali Mohammed Haidar. 2016. The Cognitive Abilities and Skills of Children
Who Suffer from Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) in Kuwait State.
Journal of Education and Practice. 7 (17) p149-155, 2222-1735.
Khotijah, Lia Nur. 2014. Konseling Integratif dalam Menangani Gangguan Konsentrasi
Belajar Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Studi kasus Kumbang di
SLB Yapenas Pringwulung Yogyakarta. SKRIPSI UNY.
Orban, Sarah A; Rapport, Mark D; Friedman,Lauren M. & Kofler, Michael J. 2014.
Executive Function/Cognitive Training for Children with ADHD: Do Results Warrant the
Hype and Cost?. Journal Guilford.

Anda mungkin juga menyukai