MAGELANG
Disusun Oleh:
RENI FERMIATI
071182055
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
HALUSINASI
I. Masalah Utama
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
B. Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusiogenik,
gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,
psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosio-
budaya, sosio-budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau
orang yang berasal dari sosio-budaya yang berbeda (Sunaryo, 2004).
Secara pasti yang menyebabkan terjadinya halusinasi belum diketahui
namun ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang halusinasi (Stuart
2007) antara lain:
a. Teori Interpersonal
Halusinasi berkembang dalam waktu yang lama dimana seseorang
mengalami kecemasan yang berat dan penuh stress. Individu akan
berusaha untuk menurunkan kecemasan itu dengan menggunakan
mekanisme koping yang biasa digunakan, namun bila situasi tidak dapat
ditangani maka individu tersebut akan melanin, berangan-angan sehingga
individu akan lebih sering menyendiri dan merasa senang dalam dunianya
tanpa menghiraukan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
b. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang ditekan dan mengancam diri akhirnya muncul dalam alam
sadar.
c. Faktor Genetika
Gen mempengaruhi belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukan bahwa
factor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit,ini dibuktikan dengan pemeriksaan kromosom tubuh,indensi
sangat tinggi pada anak dengan satu atau kedua orang tua yang menderita
atau anak kembar identik.
E. Macam-macam Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa macam. Macam-macam halusinasi seperti
halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan dan lain-lain. Halusinasi
adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal.
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa macam halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya:
F. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Menurut Stuart dan Sundeen (2005), seseorang yang mengalami halusinasi
biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
ORIENTASI:
”Selamat pagi saudara, , perkenalkan Nama Saya perawat Reni Fermiati, senang
dipanggil reni. Saya Mahasiswa keperawatan UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
yang akan merawat saudara. Nama bapak/ibu siapa?Senang dipanggil apa ?”
”Bagaimana perasaan saudara hari ini? Apa keluhan saudara saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
saudara dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di teras? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah Mmendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
”Apa yang M lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
” M, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung M bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Mperagakan! Nah begitu,
… bagus! Coba lagi! Ya bagus Msudah bisa”
TERMINASI:
Orientasi:
“Selamat pagi saudara Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang saudara minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
saudara?”
Kerja:
“saudara adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang saudara
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
Mminum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, M
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis
M bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Mjuga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Mharus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan
cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya Mjuga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan saudara setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan saudara Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
“Selamat pagi saudara Bagaimana perasaan saudara hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Bagaimana perasaan Msetelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
Mpelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau
saudara mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian saudara. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan
ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini
lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
Kerja: “Apa saja yang biasa saudara lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus
jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali saudara bisa lakukan. Kegiatan ini dapat saudara lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar
dari pagi sampai malam ada kegiatan.
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Sdr. A
Umur : 31 tahun
Informan : pasien dan perawat penaggung jawab
Tanggal pengkajian : 30 Desember 2019
No RM :-
VI. Psikososial.
1. Genogram
Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= pasien
= garis pernikahan
= garis keturunan
---- = keluarga yang tinggal serumah
X = meninggal dalam keluarga
Komunikasi dalam keluarga
Pasien mengatakan selama ini dekat dengan ibunya jadi kalau ada
masalah dia akan meceritakan masalah dengan ibunya.
Pola asuh
Pasien mengatakan dulu waktu masih anak-anak diasuh oleh budenya
karena ibunya harus bekerja sebagai TKI ke luar negeri.
Pengambil keputusan
Pasien mengatakan pengambil keputusan adalah ibunya.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan bagian tubuh yang paling di sukai adalah tangan
kanannya karena kuat bekerja keras, sedangkan bagian tubuh yang tidak
disukai adalah kaki kanannya karena terlalu banyak bekas luka.
b. Identitas
Pasien mengatakan dirinya adalah sebagai laki-laki yang kuat, belum
menikah, pasien berumur 31 tahun, tamat sekolah SMK, bekerja
sebagai buruh tani/berkebun.
c. Peran
Pasien mengatakan berperan sebagai anak, pasien mengatakan ingin
menikah dan menjadi kepala keluarga, pasien dulu bekerja sebagai
buruh berkebun sehingga dapat menghasilkan uang diberikan ibunya
untuk membantu perekonomian.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan lulus SMK sebenarnya ingin kuliah dan menjadi
sarjana pertanian dan memiliki kebun yang luas sendiri, pasien ingin
menikah dan memiliki rumah tangga sendiri karena usianya sudah
diatas 30 tahun.
e. Harga diri
Pasien mengatakan sering berkumpul dengan temannya, pasien
mengatakan tidak iri dan tidak minder dengan teman dan tetangganya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah
orang tuanya terutama ibu.
b. Peran serta dalam masyarakat
Pasien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti acara
tahlilan rutin setiap malam jumat, dan sering mengikuti acara besar
dikampungnya seperti peringatan maulid nabi, dan sering mengikuti
takziah saat ada tetangganya meninggal.
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Pasien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan sosial
dengan orang lain, pasien merasa percaya diri.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama islam, pasien mengatakan jika dirinya
tidak sakit sekarang sedang diberikan kekuatan lebih oleh Allah SWT.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan saat ini sering shoalat lima waktu tetapi kadang
lupa.
D. RENCANA KEPERAWATAN
O:
- Pasien bicara cepat dan melompat
- Pasien kadang nampak tegang
- Pasien muda teralihkan dengan
lingkungan
P : lanjutkan intervensi SP 2
- Berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki oleh pasien
1. Selasa Gangguan sensori persepsi : SP III SP III
31/12/2019 halusinasi pendengaran 1. Memvalidasi masalah dan latihan S.
09.00 sebelumnya - Pasien mengatakan jika ada bisikan akan
2. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi mengarahkan dengan cara menonton tivi
dengan kegiatan harian agar halusinasi tidak
muncul. O:
Tahapannya : - Pasien paham dan mengikuti jadwal
- Menjelaskan pentingnya aktivitas yang harian
teratur untuk mengatasi halusinasi - Pasien kooperatif
- Mendiskusikan aktifitas yang bisa dilakukan - Pasien mampu beraktifitas sehari-hari
oleh pasien dengan kelompok
- Membimbing kontrol halusinasi dengan cara
kegiatan sehari-hari. A : SP 3 dapat teratasi
P : Lanjutkan intervensi
SP 4
- Jelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan teratur minum obat
Hari/
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal
2 Selasa Gangguan sensori persepsi : SP II SP II
31/12/2019 halusinasi pendengaran 1. Mengevaluasi jadwal harian pasien S:
09.00 2. Mendiskusikan tentang kemampuan yuang - Pasien mengatakan ada seorang sarjana
dimiliki pertanian yang memiliki kebun yang luas
3. Menanyakan kemampuan yang dimiliki - Pasien mengatakan biasa bekerja di kebun
oleh pasien O:
- Pasien adalah pekerja buruh berkebun
- Support pasien tentang kemampuan yang
dimiliki pasien
- Pasien kooperatif
- Pasien sering bercerita tentang
keahliannya dalam berkebun
A : SP II dapat teratasi
P : Lanjutkan intervensi
SP III
Memberikan pendidikan kesehatan tentang
menggunakan obat secara teratur
3 Selasa Gangguan sensori persepsi : SP I S:
07/1/2020 halusinasi pendengaran Melatih kemampuan pasien dalam mengontrol - Pasien mengatakan akan melakukan cara
09.00 halusinasi dengan menghardik menghardik saat mendengar suara atau
bisakan
O:
- Pasien kooperatif
- Melatih pasien cara menghardik
- Pasien dapat memperagakan cara
mengontrol halusinasi dengan
menghardik
A:
SP I dapat teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
SP II
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang
obat menggunakan obat yang teratur
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi
Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Edition 8. Missouri : Mosby Years Book
Isaacs, A. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC
Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
salemba Medika