Oleh :
ANALISIS KASUS
Dari kasus diatas dapat diketahui bahwa Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia telah mengeluarkan fatwa Nomor 33 Tahun 2018 tentang penggunaan
vaksin measless dan rubella untuk imunisasi. MUI menyatakan, pada dasarnya
vaksin yang diimpor dari Serum Institute of India itu haram karena mengandung
babi. Namun, penggunaannya saat ini diperbolehkan karena darurat. Presiden
Joko Widodo pun mengatakan bahwa pemberian vaksinasi Measless-Rubella
(MR) adalah untuk kebaikan anak-anak Indonesia.
Dalam kasus tersebut dapat diduga bahwa para masyarakat masih enggan
untuk memberi anak-anak mereka vaksin MR karena vaksin tersebut haram
sebelum adanya pernyataan dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia bahwa
vaksin MR boleh dipergunakan karena keadaan yang daruat di Indonesia.
Sehingga Presiden Joko Widodo harus menyampaikan kepada masyarakat bahwa
vaksin MR adalah untuk kebaikan anak-anak Indonesia.
Rubella adalah infeksi virus akut menular yang disebabkan oleh virus
RNA selubung untai tunggal teratogenik yang merupakan anggota dari family
togaviridae. Walaupun penyakit Rubella menyerang pria dan wanita, ancaman
terpenting oleh penyakit ini adalah menyerang wanita hamil yang mengakibatkan
masalah besar seperti aborsi spontan, keguguran, dan kelainan kongenital seperti
gangguan pendengaran, kelainan hati, dan katarak pada lebih dari 20% populasi
rentan. Virus Rubella adalah penyebab utama dari kelainan saat kelahiran diantara
kelompok agen TORCH (Toksoplasma, Other disease, Rubella, virus
Cytomegalo, dan virus Herpes), yang mana menyebabkan kelainan kongenital
(Mazaba dkk, 2015).
Rubella atau campak Jerman (German measles) atau three days measles
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Rubella. Istilah Rubella
berasal dari bahasa Latin yang berarti bintik merah kecil-kecul atau little red. Bila
terkena penyakit ini, biasanya kita akan kebal secara permanen/menetap seumur
hidup (Nusatia-Abidin, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil yang
pernah mengalami infeksi salah satu unsur TORCH didapatkan 12% ibu pernah
melahirkan anak dengan kelainan kongenital, 70% pernah mengalami abortus dan
18% pernah mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD) (Aini dan Saimin,
2017).
Di Indonesia, dari sekitar 11.000 kasus suspek measles yang dilaporkan
dan diuji di laboratorium, 12-39% diantaranya positif campak dan 16-43%
diantaranya positif rubella. Hasil laporan yang didapat dari periode tahun 2010
sampai tahun 2015 terdapat sekitar 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus
rubella. Hasil data yang diperoleh menunjukkan fenomena gunung es karena
diduga hasil yang ada dilapangan jauh lebih tinggi (Prabandari dkk, 2018).
Global Vaccine Action Plan (GVAP) menargetkan bahwa campak dan
rubella ditargetkan untuk dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020 dengan
cara pemberian dua dosis vaksin yang mengandung campak dan rubella melalui
imunisasi rutin dan tambahan dengan cakupan yang tinggi (>95%) (Pramitasari
dan Puteri, 2017).
Dalam upaya mencapai target eliminasi measles dan rubella pada tahun
2020, pemerintah Indonesia mengadakan kampanye imunisasi measles
rubella/MR sebagai imunisasi tambahan sebelum dimasukkan ke dalam imunisasi
rutin. Kampanye imunisasi Measles Rubella dilaksanakan serentak di sekolah dan
pos pelayanan kesehatan dan ditujukan bagi anak usia 9 bulan sampai <15 tahun
dengan cakupan imunisasi 95% (Prabandari dkk, 2018).
Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan
umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu
yang sudah hamil (Fitriany dan Husna, 2018).
Menurut pasal 1 ayat 2 Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen
berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya,
yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu (Kemenkes RI, 2017).
Rantai dingin vaksin adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga
vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar tetap memiliki potensi yang
baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberiannya (disuntikkan
atau diteteskan) kepada sasaran (Kairul dkk, 2016).
Pada pasal 26 ayat 1 Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi menyatakan bahwa setiap fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Imunisasi Program, wajib
menggunakan Vaksin yang disediakan oleh Pemerintah Pusat (Kemenkes RI,
2017).
Kementerian Kesehatan adalah salah satu Instansi Pemerintah yang
menjalankan program sarana pelayanan terkait kesehatan masyarakat. Untuk
mencakup seluruh informasi dan pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas
(Pusat Kesehatan Masyarakat) yang merupakan suatu organisasi kesehatan
fungsional berperan dalam melakukan berbagai program untuk kepentingan
masyarakat. Kemenkes berperan sebagai pemandu sedangkan Puskesmas berperan
untuk turut serta melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Kemenkes pada
pelayanan masyarakat (Kussanti dan Leliana, 2018).
Pada pasal 30 Undang-undang Perlindungan Anak nomor 23 Tahun 2002
pun menjelaskan bahwa orang tua yang melalaikan kewajibannya, dalam hal ini
tidak mengasuh, tidak memelihara, tidak mendidik, dan tidak melindungi anak;
tidak menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya; dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak, dapat
dilakukan tindakan pengawasan atau kuasa asuh orang tua dapat dicabut
(Kemenkes RI, 2018).
Yang berarti bahwa jika seorang anak tidak diberikan vaksin maka orang
tua bisa mendapatkan sanksi dari negara karena dimata negara hal tersebut adalah
tindakan yang melalaikan kewajiban seorang anak tersebut sehingga dengan hal
tersebut orang tua dapat diawasi atau kuasa asuh orang tua dapat dicabut oleh
negara.
Kemudian pada pasal 33 Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi menyatakan bahwa seseorang atau sekelompok orang
yang menghalang-halangi penyelenggaraan Imunisasi Program termasuk menolak
tanpa alasan medis dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Kemenkes RI, 2017).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus diatas dapat diduga bahwa para masyarakat masih enggan
untuk memberi anak-anak mereka vaksin MR karena vaksin tersebut haram
sebelum adanya pernyataan dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia bahwa
vaksin MR boleh dipergunakan karena keadaan yang daruat di Indonesia.
Sehingga Presiden Joko Widodo harus menyampaikan kepada masyarakat bahwa
vaksin MR adalah untuk kebaikan anak-anak Indonesia.
Rubella adalah infeksi virus akut menular yang disebabkan oleh virus
RNA selubung untai tunggal teratogenik yang merupakan anggota dari family
togaviridae. Rubella atau campak Jerman (German measles) atau three days
measles adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Rubella. Di
Indonesia, dari sekitar 11.000 kasus suspek measles yang dilaporkan dan diuji di
laboratorium, 12-39% diantaranya positif campak dan 16-43% diantaranya positif
rubella.
Dalam upaya mencapai target eliminasi measles dan rubella pada tahun
2020, pemerintah Indonesia mengadakan kampanye imunisasi measles
rubella/MR sebagai imunisasi tambahan sebelum dimasukkan ke dalam imunisasi
rutin. Kampanye imunisasi Measles Rubella dilaksanakan serentak di sekolah dan
pos pelayanan kesehatan dan ditujukan bagi anak usia 9 bulan sampai <15 tahun
dengan cakupan imunisasi 95%
Kementerian Kesehatan adalah salah satu Instansi Pemerintah yang
menjalankan program sarana pelayanan terkait kesehatan masyarakat. Pada pasal
30 Undang-undang Perlindungan Anak nomor 23 Tahun 2002 pun menjelaskan
bahwa orang tua yang melalaikan kewajibannya, dalam hal ini tidak mengasuh,
tidak memelihara, tidak mendidik, dan tidak melindungi anak; tidak
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak, dapat dilakukan
tindakan pengawasan atau kuasa asuh orang tua dapat dicabut
Pada Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi menyatakan bahwa seseorang atau sekelompok orang yang
menghalang-halangi penyelenggaraan Imunisasi Program termasuk menolak tanpa
alasan medis dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
B. Saran
Untuk Pemerintah dan instansi-instansi terkait agar untuk bertindak cepat
dan tidak gegabah dalam hal pemberian vaksin MR ini dengan cara selalu
mensosialisasikan mengenai virus Rubella, akibat dari virus Rubella dan vaksin
MR tersebut kepada masyarakat agar masyarakat mengerti dampak serta ancaman
dari virus Rubella tersebut agar dampak dari virus Rubella tidak semakin
menyebar luas diantara masyarakat sehingga Indonesia dapat mencapai target
bebas dari Rubella pada tahun 2020.
DAFTAR PUSTAKA
Aini Z.M., dan Saimin J. 2017. Hubungan infeksi torch pada kehamilan dengan
kejadian kelainan kongenital pada bayi baru lahir. Jurnal Medula; 4(2): 344-
354.
Fitriany J., dan Husna Y. 2018. Sindrom rubella kongenital. Jurnal Averrous;
4(1): 1-14.
Kairul dkk. 2016. Gambaran pengelolaan rantai dingin vaksin program imunisasi
dasar (studi di 12 puskesmas induk kabupaten Sarolangun). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal); 4(4): 417-424.
Kussanti D.P., dan Leliana I. 2018. Program kampanye humas puskesmas
kecamatan Palmerah dalam upaya preventif bahaya campak dan rubella di
masyarakat. Jurnal Komunikasi; 9(1): 109-118.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Wajib Imunisasi, Pelanggar Kena
Sanksi. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17050200003.
Mazaba M.L., dkk. 2015. Characterization of rubella seronegative females in the
Zambian blood donor community. Jurnal Frontiers in Public Health; 3(59):
1-4.
Nusatia-Abidin A. 2014. Menghindari dan mengatasi torch (toksoplasma rubella
cmv herpes). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
Prabandari G.M., dkk. 2018. Beberapa faktor yang berhubungan dengan
penerimaan ibu terhadap imunisasi measles rubella pada anak SD di Desa
Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal); 6(4): 573-582.
Pramitasari D.A., dan Puteri I.R.P. 2017. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu
dalam mengikuti imunisasi measles-rubella (mr) massal di posyandu
wilayah kerja puskesmas Ngangklik II Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Jurnal The Shine Cahaya Dunia D-III Keperawatan; 2(2):54-63.