Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

LOGIKA
ETIKA KEILMUAN

Dosen Pengampu : Ayu Riana, SKM, M.Kes

Oleh :
KELOMPOK IV
Muhammad Fajar Readi 1610912110021
Recksy Harisandi 1610912310039
Bella Nurhaliza 1610912220006
Ghanis Candrika Nofal 1610912320017
Lutfia Rahmi 1610912120016
Nur Ramadhayanti Pratiwi 1610912220024
Putri Muslimah 1610912320036
Tia Indriani 1610912120031
Widya Wati Rahmadani 1610912220037

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan, demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya,
khususnya bagi para pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Banjarbaru, 10 Maret 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................. 1


B. TUJUAN ..................................................................................... 2
C. RUMUSAN MASALAH ............................................................ 2

BAB II ..................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengertian Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan ........................ 3


B. Dimesi Ontologis, Eprestologis dan Eksiologi ........................... 4
C. Hubungan Antara Nilai dan Budaya ........................................... 8

BAB III .................................................................................................. 10

PENUTUP .............................................................................................. 10

KESIMPULAN ...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi canggih mengatasi masalah dalam hidup, tapi
di sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mampu menumbuhkan
moralitas luhur masyarakatnya. Negara Indonesia memiliki filosofi
"gotong royong, empati terhadap sesama, sekarang mengalami krisis
moral. Nilai Kejujuran, kebenaran, keadilan, simpati dan empati kepada
sesama berubah menjadi perilaku yang suka menipu, menindas, memeras,
dan saling menyakiti bahkan membunuh. Mereka bekerjasama untuk
kepentingan kelompoknya dan secara berkelompok melakukan penipuan,
pencurian, penindasan. Filsafat ilmu berusaha menempatkan dan
mengembalikan tujuan mulia dari ilmu sehingga ilmu yang diciptakan
pada masyarakat modern, tidak menjadi bomerang membawa kehancuran
umat manusia. ikatan keagamaan yang terlalu kaku dan terstruktur dapat
menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, namun kecerdasan ilmu
yang menjunjung kebebasan harus memperhatikan sistem nilai agama,
sehingga keduanya tidak bertentangan(Rahayu SW, 2015).
Secara global aspek moral dan etika dalam kehidupan manusia
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dengan baik.Aspek moral
dan etika dalam melakukan komunikasi antar manusia harus benar-benar
dijalani dengan baik secara menyeluruh. Demensi awal manusia itu
dibentuk dari proses rumah tangga dalam hal ini orang tua yang berperan
penting dalm penciptaan dan pembentukan etika dan moral seorang
manusia. Guru yang pertama ada bagi anak adalah orang tua, berangkat
dari hal tersebut orang tua haris memiliki kemampuan yang tinggi dalam
keilmuan baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Hal dilakukan dalam
pembentukan moral serta etika yang berkaitan dengan tanggung jawab

1
2

ilmuan sosiologi terhadap moral manusia memang sangat berat.Berangkat


dari hal tersebut seorang sosiolog harus mampu memberikan solusi serta
arahan bagi masyarakat dalam berinterkasi serta berkomunikasi.
Kerukunan, kedamaian serta ketentraman dalam hidup yang didalamnya
masyarakat multikultural harus terciptakan dengan baik (Baharuddin,
2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan?
2. Apa yang dimaksud dimensi Ontologis, Eprestologis dan Eksiologi ?
3. Adakah ada hubungan antara nilai dan budaya ?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini antara lain:


1. Agar mahasiswa memahami dan menambah wawasan mengenaiEtika,
Moral, Norma dan Kesusilaan.
2. Mahasiswadapat mengetahuidimensi Ontologis, Eprestologis dan
Eksiologi.
3. Mahasiswa juga dapat mengetahui hubungan antara nilai dan budaya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan


Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa
Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga
adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang
baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan
moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku. Etika di nilai dari watak atau perilaku seseorang dari caranya
berbicara, caranya menghormati orang yang lebih tua dan caranya berperilaku
setiap hari, etika sangat lah penting dalam kehidupan sehari hari dimana
orang yang dianggap tidak beretika adalah orang yang buruk.

Moral adalah hasil dari pada gabungan perbuatan yang mampu


dilakukan secara bebas (merdeka). Ada sebagian lagi mendefinisikan sebagai
kecenderungan (tendensi) kepada sesuatu, yang menguasai dari berbagai
kecenderungan secara terus menerus (continue) dan lalu menjadi kebiasaan diri
yang melekat lalu menjadi sifat dan sikap (Anwar, 2015).

Dalam the Advanced of Learner’s Dictionary of Current English


dijelaskan tentang pengertian moral dalam empat arti yang saling terkait dan
berhubungan satu sama lain, yaitu:

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar salah (concerning principles


of right and wrong)
b. Baik dan buruk (good and virtous)
c. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah (able to
understand the difference between right and wrong)

3
4

c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik (teaching or illustrating good
behaviour) (Anwar, 2015).

Kesusilaan atau susila merupakan bagian kecil dari norma sehingga kita
mengenal nama norma susila, yaitu aturan yang menata tindakan manusia
dalam pergaulan sosial sehari-hari, seperti pergaulan antara pria dan wanita.
Kesusilaan dapat pula menjadi bagian dari adab dan sopan santun (Husaini
dkk, 2017).Leibniz seorang filsuf pada zaman modern berpendapat bahwa
kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa. Yang
dinamakan kesusilaan ialah keseluruhan aturan, kaidah atau hukum yang
mengambil bentuk amar dan larangan (Husaini dkk, 2017).

Kata norma berasal dari Bahasa latin ‘norma’ yang semula berarti penyiku
yang biasa digunakan tukang kayu sebagai alat membuat pintu atau jendela.
Pengertian norma berkembang menjadi pedoman, ukuran, aturan, kebiasaan.
Jadi, pengertian norma secara luas adalah aturan-aturan yang mengikat,
memaksa, dan dapat dipaksakan (Lapian, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengertian norma diberi arti sebagai berikut: 1. Aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat, dipakai sebuah
panduan, tatanan, dan kendalian tingkah laku yang sesuai dan berterima. 2.
Aturan, ukuran, atau kaidah, yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai
atau memperbandingkan sesuatu (Gumelar dkk, 2011).

B. Dimensi Ontologis, Eprestologis dan Aksiologi


1. Dimensi Ontologi
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada
tahun 1636. Ontologi tersebut diperkenalkan untuk menamai teori tentang
hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya
metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari
ontologi. Objek kajian telaah ontologi adalah semua yang ada, yaitu ada
individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada
mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian
maupun sumber segala yang ada, yaitu tuhan yang maha esa, pencipta dan
5

pengatur serta penentu alam semesta. Kata Ontologi berasal dari kata
“Ontos” yang berarti “berada (yang ada)” dan kata “logos” berarti ilmu
pengetahuan, ajaran dan teori. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu
hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang
sebenarnya. Obyek telaah ontology adalah yang ada tidak terikat pada satu
perwujudan tertentu, ontology membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang
meliputi segala realitas dalam semua bentuknya (Bahrum, 2013).
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata cara dan
struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan
kategori-kategori seperti: ada atau menjadi aktualitas atau potensilitas,
nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi kesempurnaan, ruang dan
waktu, perubahan dan sebagainya. Ontologi adalah cabang filsafat yang
satu, yang absolut, bentuk abadi, sempurna dan keberadaanya segala
sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya. Cabang filsafat yang
mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran
itu nyata atau sebagainya (Putra MUM danDilham A, 2016).
Landasan ontologis mempertanyakan objek apa yang ditelaah ilmu,
bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut, bagaimana hubungan
antara objek dengan daya tangkap manusia (berpikir, merasa, menduga)
yang membuahkan pengetahuan, secara ringkas landasan ontologis
mengungkapkan hakikat dari apa yang dikaji (Tagela U, 2013).
Objek yang ditelaah dalam manajemen kependidikan adalah
pendidikan (aras berpikir teoritis), yang memaparkan hakikat pendidikan,
tujuan pendidikan, makna pendidikan, huku pendidikan, sejarah
pendidikan dan sebagainya (Tagela U, 2013).
2. Dimensi Epistemologi
Manusia hidup di dunia ini pada hakekatnya mempunyai keinginan
untuk mencari pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan menurut arti sempit
sebuah keputusan yang benar dan pasti. Penganut pragmatis, utamanya
6

John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dan kebenaran (antara


knowledge dan truth). Hal inilah yang kemudian menjadi kajian menarik
epistemology (Atabik A, 2014).
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan
asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Epistemologi atau Teori
Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta per-tanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Epistemologi atau filsafat pengetahuan adalah cabang filsafat yang
menyelidiki asal mula, susunan, metode dan sahnya pengetahuan (Arifin
Z, 2014).
Epistemologi sebagai cabang dari ilmu filsafat mempelajari batas-batas
pengetahuan dan asal-usul pengetahuan serta di criteria kebenaran. Pokok
persoalan dari kajian epistemology adalah sumber, asal mula, dan sifat
dasar pengetahuan; bidang, batas jangkauan pengetahuan. Namun, dalam
diskursus filsafat, epistemology merupakan cabang dari filsafat yang
membahas asal usul, struktur, metode-metode, dan kebenaran
pengetahuan. Selainitu, dapat pula dikatakan bahwa epistemology adalah
cabang dari filsafat yang secara khusus membahas “teori tentang
pengetahuan” (Atabik A, 2014).
Objek telaah epistemology adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu
itudatang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan
dengan lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta
waktu mengenai sesuatu hal. Jadi yang menjadi landasan dalam tata
ranepistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan
pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur
memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa
yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral
(Bahrum, 2013).
7

Landasan epistomologi dari manajemen kependidikan berpihak pada


hampiran induktif dan hampiran dedukatif. Hampiran induktif dalam arti,
ada fakta, peristiwa atau amatan tentang pendidikan (empirik) yang
digunakan untuk membentuk dan memodifikasi konsep atau menata dalil
(abstrak). Misalnya ada fakta kurikulum, tenaga kependidikan, siswa,
keuangan sekolah, sarana prasarana, hubungan masyarakat dengan
sekolah. Fakta-fakta ini perlu dikelola (direncanakan, diorganisasikan,
diarahkan, diawasi dan dinilai). Pada arah berpikir seperti itu ada upaya
untuk membentuk konsep yaitu konsep manajemen pendidikan dan menata
dalil dengan asumsi (andalan) bahwa dibutuhkan manajemen untuk
mengelola dan mengatur pendidikan (Tagela U, 2013).
3. Dimensi Aksiologi
Apakah kegunaan ilmu itu bagi kita? Tak dapat dipungkiri bahwa ilmu
telah banyak mengubah dunia dalam memberantas berbagai termasuk
penyakit kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang duka.
Namun apakah hal itu selalu demikian: ilmu selalu merupakan berkat dan
penyelamat bagi manusia. Seperti mempelajari atom kita bisa
memanfaatkan wujud tersebut sebagai sumber energy bagi keselamatan
manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni
membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan
malapetaka. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran aksiologi adalah
untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana hubungan penggunaan
ilmiah dengan moral etika? Bagaimana penentuan obyek yang diteliti
secara moral? Bagimana kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan
kaidah moral? (Bahrum, 2013).
Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang berarti “bermanfaat” dan kata
“logos” berarti ”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori”. Menurut istilah,
aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang
ditinjau dari sudut kefilsafatan. Dengan demikian aksiologi adalah kajian
tentang nilai ilmu pengetahuan (Bahrum, 2013). Aksiologi (filsafatnilai)
ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya
8

ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak


cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai
yang khusus, seperti ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan
epistemologi. Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah
pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam
kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak (Arifin Z,
2014).
Landasan aksiologi menyoal untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
dipergunakan, bagaimana kaitanan tara cara menggunakan dengan kaidah-
kaidah moral. Dalam tautan makna yang demikian, Vercruysse
mengemukakan empat nilai yang harus dijadikan patokan. Pertama,
netralitas emosional yang memaparkan bahwa dalam setiap usaha ilmiah,
pendekatan yang dilakukan haruslah tidak pribadi. Kedua, universalitas,
nilai ini menegaskan tentang adanya kebenaran universal. Ketiga, orientasi
persekutuan, artinya harus ada keterbukaan. Dan keempat, nilai
individualisme yang memperjuangkan kebebasan pribadi untuk berpikir
dan betindak secara ilmiah (Tagela U, 2013).

C. Hubungan Antara Nilai dan Budaya

Nilai merupakan prinsip atau nilai dalam menentukan perilaku seseorang,


manusia merupakan sumber daya yang perlu di didik sebagai generasi
penerus bangsa. Pada usia anak-anak hingga dewasa dianggap sebagai
investasi terbesar bagi orang tuanya dan secara global merupakan investasi
jangka panjang bagi keberlangsungan bangsa. Untuk menciptakan investasi
yang baik, maka anak perlu dibekali ilmu pengetahuan maupun agama
sebagai bekal menjalani kehidupan sosial masyarakat. Peran pendidikan di
lingkungan keluarga mulai terkikis dengan kehidupan masyarakat yang mulai
materialistik (Wen Yusri, 2015).

Nilai-nilai yang ada dimasyarakat merupakan sebuah cerminan yang


harus dilakukan. Budaya merupakan bentukan dari nilai-nilai yang berlaku di
9

masyarakat. Manusia dimanapun ia berada sangat berkaitan erat dengan adat


dan budayanya. Manusia menciptakan budaya dan budaya juga membentuk
karekter manusia itu sendiri. Karakter merupakan salah satu nilai dari
perilaku seseorang. Namun secara umum pengertian kebudayaan mengacu
kepada kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai yang ada dimasyarakat
merupakan sebuah cerminan yang harus dilakukan. Budaya merupakan
bentukan dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Tidak semua budaya itu
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di kehidupan. Adapula budaya yang
melenceng dari nilai kehidupan, maka kita perlu memasukan nilai agama,
agar bisa mengoptimalkan kembali budaya yg sudah mulai melenceng
tersebut. Contohnya dalam dunia kesehatan yaitu, seseorang yang masih
mepercayai makhluk ghaib untuk meminta penyembuhan penyakit, maka kita
perlu menanamkan nilai agama dengan baik, agar kita bisa yakin bahwa
penyembuhan itu berasal dari tuhan yang maha esa,serta melalui perantara
tenaga medis yang mempunyai ahli dibidangnya. Bukan meminta pertolongan
atau mempercayai hal ghaib tersebut (Arifin Muhammad, 2016).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, norma sangat diperlukan oleh seseorang dalam
mengatur hubungan antar anggota. Etika pada akhirnya membantu untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang
perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan. Ilmu sebagai bidang yang otonom tidak bebas nilai. Ia
selalu berkaitan dengan nilai-nilai etika terutama dalam penerapan ilmu. Etika
sebagai salah satu cabang dalam filsafat akan memberikan arahan bagi gerak
ilmu, sehingga membawa kemanfaatan bagi semua.
B. Saran
Etika berusaha membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan
sebagai mahasiswa yang sudah mempelajari etika keilmuan hendaknya
beretika dan bertanggung jawab dalam upaya memecahkan masalah-masalah
sehari-hari yang sudah pasti menerapkan dengan ilmu pengetahuan sebagai
senjata atau pedoman bertingkah laku.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sudirman. 2015. Management of Student Development (Perspektif Al-


Qur’an dan As-Sunah). Riau: Yayasan Indragiri.
Arifin Muhammad. 2016. Islam Danakulturasi Budaya Lokal Di Aceh (Studi
Terhadap Ritual Rah Ulei Di Kuburan Dalam Masyarakat Pidie Aceh).
Ilmiah Islam Futura 15 (2): 252-284.
Arifin Z. 2014. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat Ilmu.Ta’dib 19(1):
123-142.
Atabik A. 2014. Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka
Untuk Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama. Fikrah 2(1): 253-271.
Baharuddin. Aspek Moral Dan Etika Dalam Berkomunikasi Antar Manusia.
Jurnal Dakwah. 2013. 7(1): 39-50.
Bahrum. 2013. Ontologi,Epistemologi dan Asiologi. Sulesana 8(2): 35-41.
Gumelar, M.S., dan Putra, R.M.S., 2011. Ultimart. Tangerang: Universitas
Multimedia Nusantara.
Husaini, dkk. 2017. Filsafat dan Logika. Banjarbaru: Pustaka Banua.
Lapian, L.M.G., 2012. Disiplin hukum yang mewujudkan kesetaraandan keadilan
gender. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Putra MUM dan Dilham A. 2016. Ontologi dalam Esensi Ilmu Ekonomi dan
Sumber Pengetahuan. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil 6(1): 13-22.
Rahayu SW. Kontribusi Filsafat Ilmu Terhadap Etika Keilmuan Masyarakat
Modern. Kanun Jurnal Ilmu Hukum. 2015. 17(3): 533-553.
Rahman Wen Yusri. 2015. Analisis Kebijakan Pendidikan Keluarga Dalam
Memantapkan Perilaku Moral Anak Di Kabupaten Aceh Tengah.
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 3(2): 104-
115.
Tagela U. 2013.Ontologi, Epistemologi Aksiologi Manajemen Pendidikan. Widya
Sari 15(2): 183-189.

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai