LOGIKA
ETIKA KEILMUAN
Oleh :
KELOMPOK IV
Muhammad Fajar Readi 1610912110021
Recksy Harisandi 1610912310039
Bella Nurhaliza 1610912220006
Ghanis Candrika Nofal 1610912320017
Lutfia Rahmi 1610912120016
Nur Ramadhayanti Pratiwi 1610912220024
Putri Muslimah 1610912320036
Tia Indriani 1610912120031
Widya Wati Rahmadani 1610912220037
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan, demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya,
khususnya bagi para pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
PENUTUP .............................................................................................. 10
KESIMPULAN ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi canggih mengatasi masalah dalam hidup, tapi
di sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mampu menumbuhkan
moralitas luhur masyarakatnya. Negara Indonesia memiliki filosofi
"gotong royong, empati terhadap sesama, sekarang mengalami krisis
moral. Nilai Kejujuran, kebenaran, keadilan, simpati dan empati kepada
sesama berubah menjadi perilaku yang suka menipu, menindas, memeras,
dan saling menyakiti bahkan membunuh. Mereka bekerjasama untuk
kepentingan kelompoknya dan secara berkelompok melakukan penipuan,
pencurian, penindasan. Filsafat ilmu berusaha menempatkan dan
mengembalikan tujuan mulia dari ilmu sehingga ilmu yang diciptakan
pada masyarakat modern, tidak menjadi bomerang membawa kehancuran
umat manusia. ikatan keagamaan yang terlalu kaku dan terstruktur dapat
menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, namun kecerdasan ilmu
yang menjunjung kebebasan harus memperhatikan sistem nilai agama,
sehingga keduanya tidak bertentangan(Rahayu SW, 2015).
Secara global aspek moral dan etika dalam kehidupan manusia
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dengan baik.Aspek moral
dan etika dalam melakukan komunikasi antar manusia harus benar-benar
dijalani dengan baik secara menyeluruh. Demensi awal manusia itu
dibentuk dari proses rumah tangga dalam hal ini orang tua yang berperan
penting dalm penciptaan dan pembentukan etika dan moral seorang
manusia. Guru yang pertama ada bagi anak adalah orang tua, berangkat
dari hal tersebut orang tua haris memiliki kemampuan yang tinggi dalam
keilmuan baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Hal dilakukan dalam
pembentukan moral serta etika yang berkaitan dengan tanggung jawab
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika, Moral, Norma dan Kesusilaan?
2. Apa yang dimaksud dimensi Ontologis, Eprestologis dan Eksiologi ?
3. Adakah ada hubungan antara nilai dan budaya ?
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
3
4
c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik (teaching or illustrating good
behaviour) (Anwar, 2015).
Kesusilaan atau susila merupakan bagian kecil dari norma sehingga kita
mengenal nama norma susila, yaitu aturan yang menata tindakan manusia
dalam pergaulan sosial sehari-hari, seperti pergaulan antara pria dan wanita.
Kesusilaan dapat pula menjadi bagian dari adab dan sopan santun (Husaini
dkk, 2017).Leibniz seorang filsuf pada zaman modern berpendapat bahwa
kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa. Yang
dinamakan kesusilaan ialah keseluruhan aturan, kaidah atau hukum yang
mengambil bentuk amar dan larangan (Husaini dkk, 2017).
Kata norma berasal dari Bahasa latin ‘norma’ yang semula berarti penyiku
yang biasa digunakan tukang kayu sebagai alat membuat pintu atau jendela.
Pengertian norma berkembang menjadi pedoman, ukuran, aturan, kebiasaan.
Jadi, pengertian norma secara luas adalah aturan-aturan yang mengikat,
memaksa, dan dapat dipaksakan (Lapian, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengertian norma diberi arti sebagai berikut: 1. Aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat, dipakai sebuah
panduan, tatanan, dan kendalian tingkah laku yang sesuai dan berterima. 2.
Aturan, ukuran, atau kaidah, yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai
atau memperbandingkan sesuatu (Gumelar dkk, 2011).
pengatur serta penentu alam semesta. Kata Ontologi berasal dari kata
“Ontos” yang berarti “berada (yang ada)” dan kata “logos” berarti ilmu
pengetahuan, ajaran dan teori. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu
hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang
sebenarnya. Obyek telaah ontology adalah yang ada tidak terikat pada satu
perwujudan tertentu, ontology membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang
meliputi segala realitas dalam semua bentuknya (Bahrum, 2013).
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata cara dan
struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan
kategori-kategori seperti: ada atau menjadi aktualitas atau potensilitas,
nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi kesempurnaan, ruang dan
waktu, perubahan dan sebagainya. Ontologi adalah cabang filsafat yang
satu, yang absolut, bentuk abadi, sempurna dan keberadaanya segala
sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya. Cabang filsafat yang
mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran
itu nyata atau sebagainya (Putra MUM danDilham A, 2016).
Landasan ontologis mempertanyakan objek apa yang ditelaah ilmu,
bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut, bagaimana hubungan
antara objek dengan daya tangkap manusia (berpikir, merasa, menduga)
yang membuahkan pengetahuan, secara ringkas landasan ontologis
mengungkapkan hakikat dari apa yang dikaji (Tagela U, 2013).
Objek yang ditelaah dalam manajemen kependidikan adalah
pendidikan (aras berpikir teoritis), yang memaparkan hakikat pendidikan,
tujuan pendidikan, makna pendidikan, huku pendidikan, sejarah
pendidikan dan sebagainya (Tagela U, 2013).
2. Dimensi Epistemologi
Manusia hidup di dunia ini pada hakekatnya mempunyai keinginan
untuk mencari pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan menurut arti sempit
sebuah keputusan yang benar dan pasti. Penganut pragmatis, utamanya
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, norma sangat diperlukan oleh seseorang dalam
mengatur hubungan antar anggota. Etika pada akhirnya membantu untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang
perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan. Ilmu sebagai bidang yang otonom tidak bebas nilai. Ia
selalu berkaitan dengan nilai-nilai etika terutama dalam penerapan ilmu. Etika
sebagai salah satu cabang dalam filsafat akan memberikan arahan bagi gerak
ilmu, sehingga membawa kemanfaatan bagi semua.
B. Saran
Etika berusaha membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan
sebagai mahasiswa yang sudah mempelajari etika keilmuan hendaknya
beretika dan bertanggung jawab dalam upaya memecahkan masalah-masalah
sehari-hari yang sudah pasti menerapkan dengan ilmu pengetahuan sebagai
senjata atau pedoman bertingkah laku.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22