Nomor Dokumen :
SMF : Penyakit Dalam
Tanggal :
Revisi : 0
Skop Pengguna : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Di Indonesia yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria
tertiana (Benign Malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah dijumpai pada kasus kami
tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau
Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya).
Manifestasi Klinis
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise,
sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang,
demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin.
Keluhan prodromal sering terjadi pada P vivax dan ovale, sedang pada P falciparum dan
malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara beruntun: periode dingin (15-
60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperature; diikuti dengan periode panas:
penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti
dengan kedaan berkeringat; periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan
temperature turun, dan penderita merasa sehat.
Serangan primer: yaitu keadaan mulai dai akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat
Periode latent: yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
PEMERINTAHAN KOTA DUMAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan Tanjung Jati No. 4 Dumai Telp. (0765)38367 Faks. (0765)31041
Recrudencense: berulang gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhir serangan primer.
Relapse atau Rechute: ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama
dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi primer yaitu setelah periode yang
lama dari masa latent (sampai 5 tahun) , biasanya terjadi karena infekGsi tidak sembuh
atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
Diagnosis
Anamnesis riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke
daerah endemic malaria, trias malaria.
Laboratorium: sediaan darah tebal dan tipis ditemukan plasmodium, serologi malaria
(+) (sebagai penunjang)
Malaria berat: ditemukan P falciparum dalam stadium aseksual disertai satu atau lebih
gejala berikut:
1. Malaria serebral: koma dalam yang tak dapat/sulit dibangunkan dan bukan
disebabkan oleh penyakit lain
2. Anemiaa berat (normositik) pada keadaan hitung parasit > 10.000/ul; (Hb < 5
g/dl atau hematokrit < 15%)
3. Gagal ginjal akut ( urin < 400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau < 12 ml/KgBB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi disertai kreatini > 3 mg/dl)
6. Gagal sirkulasi atau syok (tekanan darah sisitolik < 70 mmHg, disertai keringat
dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa > 10C)
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan/atau disertai gangguan
koagulasi intravascular
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia
10. Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena efek
samping obat antimalaria pada pasien defisiensi G6PD)
11. Diagnosis pasca- kematian dengan ditemukannya P falciparum yang padat pada
pembuluh darah kapiler jaringan otak
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan
gambaran klinis daerah setempat:
1. Gangguan kesadaran
3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Darah tebal dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati,
gula darah, UL, AGD, elektrolit, hemostasis, foto thoraks, EKG
Tatalaksana
Artemisin
Amodiquin
o Hari II : 2 tablet
o Hari I : 4 tablet
o Hari II : 4 tablet
Drip kina HCl 500 mg (10 mg/kgBB) dalam 250-500 ml D5%? Diberikan
dalam waktu 8 jam (maksimum 2000 mg) dengan pemamtauan EKG dan
PEMERINTAHAN KOTA DUMAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan Tanjung Jati No. 4 Dumai Telp. (0765)38367 Faks. (0765)31041
kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasien dapat minum obat per oral
atau sampai hitung parasit malaria sesuai target (total pemberian
parenteral dan per oral selama 7 hari dengan dosis per oral 10
mg/kgBB/24 jam diberikan 3 kali sehari)
Perhatian SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakuin tidak
boleh diberikan pada ibu hamil, bayi dan penderita defisiensi G6PD. Klorokuin
tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong. Pemberian kina
parenteral, bila obat sudah diberikan dalam 48 jam tetapi belum ada
perbaikan dan atau terdapat gangguan fungsi ginjal, maka dosis selanjutnya
diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi pada
malaria serebral.
Pencegahan:
Klorokuin 5 mg/kgBB, maksimal 300 mg/ minggu diminum tiap minggu sejak
1 minggu sebelum masuk daerah endemik sampai dengan 4 minggu ssetelah
meninggalkan daerah endemik
Komplikasi
Referensi
2. Harijanto PN. Malaria. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, K Marcellus
S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia;
Jakarta; Juni 2006: 1754-1766.
Dr. Evy Eryta, Sp.PD Dr. Evy Eryta, Sp.PD Dr. AZRIDA
Pembina Tk.I Pembina Tk.I Penata Tk.I
NIP. 19581220 198602 2 003 NIP. 19581220 198602 2 003 NIP. 19650604 199704 2 001