Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat, taufik, sertahidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul AQUA GUGAT AQUARIA. Makalahini kami susun untuk
melengkapitugas Mata Kuliah Etika Bisnis untuk kami laporkan kepada dosen
pembimbing kami.
Makalah Etika Bisnis ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada Dosen pembimbing kami Batista Sufa Kefi SE, MSi. Selaku Dosen
pembimbing Mata Kuliah Etika Bisnisdan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan laporan ini.
Disamping itu kami mengharapkan suatu saran yang bersifat membangun
sehingga dapat mengetahui kekurangan, kesalahan ataupun kelalaian penyusun
dalam menyusun Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat sekaligus
menjadi acuan dan pedoman bagi kita semua.
Semarang, 6 Januari 2020
DAFTAR ISI
Pasar telah dibanjiri berbagai jenis barang yang diproduksi masaal, akibatnya
konsumen pun menghadapi terlalu banyak pilihan produk. Namun, sayangnya
informasi tentang kualitas-kualitas produksi yang ada di pasaran sangat minimum
sekali. Dalam kondisi ini seperti itu, produsen harus punya keahlian untuk
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kekuatan mereknya sebab pada saat
brand equity sudah terbentuk, maka ia akan menjadi aset yang sangat berharga
sekali bagi perusahaan.
Merek menurut Wiranto Dianggoro yang dikutip isan budi Maulana (2000)
mengatakan mark sebagai tanda pengenal dan tanda pembeda akan dapat
menggambarkan jaminan kepribadian (individuality) reputasi barang dan jasa
hasil usahanya sewaktu diperdagangkan. Karena disatu sisi produsen, mark
digunakan sebagai jaminan nilai hasil produksi khususnya mengenai kualitas
pemakaiannya. Dari sisi pedagang, mark digunaka sebagai promosi barang
barang dagangannya untuk promosi guna mencari dan meluaskan pasar. Dari sisi
konsumen, mark digunakan untuk pilihan-pilihan barang yang akan dipilih.
Pasal 1 UU no 15 Thn 2001 mark adalah tanda yang di lekatkan pada suatu
produk yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Peran merk disamping
sebagai tanda yang dikenal konsumen sebagai jaminan bagi kualitas barang atau
jasa yang menunjukan asal barang. Merk telah digunakan sejak ratusan tahun
untuk memberikan tanda dari prodak yang dihasilkan dengan maksud
menunjukan asal usul barang. Merk dan sejenisnya dikembangkan oleh para
pedagang sebelum adanyan di Industrialisasi.
BAB II PERMASALAHAN
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PEMBAHASAN
Memposisikan diri sebagai market leader di bisnis air minum, ternyata tidak
begitu saja membuat perusahaan ini dapat melenggang dengan tenang. Seperti
peribahasa, “Besar Kapal, Besar Gelombang”, itulah yang sedang dirasakan PT
Aqua Golden Mississipi, Tbk yang mempunyai merek dagang AQUA akhir-akhir
ini.
Meskipun bukan hal yang baru, bagi perusahaan yang sudah diakuisisi oleh
Danone Internasional, mengatasi sesama pemain air minum yang senangnya
mendompleng brand perusahaan, memang perlu ekstra kerja keras. Bagaimana
tidak, walaupun diakui Willy Sidharta, Vice President Industrial PT Tirta
Investama, member of The Aqua Group, bahwa keberadaan mereka tidak sampai
mengganggu kinerja perusahaan, tetap saja untuk ke depannya hal itu kalau tidak
segera ditangani akan mengganggu juga. Maka, wajar saja, jika pada akhirnya,
gugatan-gugatan terbaru untuk para pemain air minum yang menggunakan kata
“Aqua” terus digulirkan.
Setelah berhasil menyeret Aquaria, Club Aqua, Qua-qua, dan berapa merek
lainnya yang dianggap memiliki kemiripan dan telah dijatuhi putusan pengadilan,
kali ini Aqua kembali melayangkan gugatannya ke beberapa perusahaan yang
menurut mereka masih senang membonceng nama mereka. Di antara nama-nama
merek yang masuk ke Pengadilan Niaga, Jakarta Pusat, merek air minum
“Vianaqua” dan “Indoqua” akhirnya harus juga merasakan gugatan dari sang
Giant. Begitu juga dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Republik Indonesia, sebagai lembaga yang mengeluarkan izin merek.
Bagi perusahaan yang menguasai pangsa pasar lebih dari 50% ini, putusan
Mahkama Agung RI dalam perkara merek Aqua yang dijadikan yurisprudensial
tetap, telah memberikan perlindungan hukum atas merek Aqua. Berdasarkan
kutipan surat gugatan yang dilayangkan Prof. Mr. Dr. S. Gautama & Associates
sebagai wakil PT Aqua Golden Mississipi Tbk. ke pengadilan niaga tertanggal 19
November 2002, setiap pemakaian merek oleh pihak lain yang menggunakan
tambahan kata Aqua dianggap tidak memiliki itikad baik dalam berbisnis. Hal itu
menunjukkan Aqua yang sudah dikenal luas oleh masyarakat konsumen
Indonesia, “bagi klien kami, merek air minum yang ada qua-quanya sama saja
mendompleng”. Tutur Udeng Mulyar, salah satu kuasa hukum penggugat. Lebih
lanjut Udeng merasa bahwa merek Aqua merupakan merek terkenal yang sudah
dikenal secara luas oleh masyarakat konsumen Indonesia sejak tahun 1973 dan
keberadaannya dilindungi oleh Undang-Undang No. 15 Tahun 2001.
Untuk itu, kliennya merasa keberatan terhadap pendaftaran merek No. 462059
Vianaqua dan juga Indoqua dengan nomor pendaftaran merek 372203 yang
sama-sama menggeluti bisnis air minum. Sebagai tindak lanjut, Aqua meminta
pengadilan untuk membatalkan atau setidak-tidaknya menyatakan batal
pedaftaran merek Indoqua dan Vianaqua serta meminta Direktorat HAKI mau
tunduk dan taat pada putusan pengadilan, yaitu dengan mencoret pendaftaran
merek keduannya.
Motivasi Bisnis
Hal lain, yang juga menjadi perhatian Yosef, kalau mengkaji UU Merek dengan
cermat, maka yang dapat disebut “ merek terkenal” dan mendapat perlindungan
dari UU Merek No. 15 Tahun 2001 sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No.
15 Tahun 2001 adalah merek yang memang sudah disosialisasikan seluas-luasnya
dan juga telah dipromosikan besar-besaran di Negara lain. Sebagaiman yang
tercantum pada pasal tersebut bahwa, “permohonan harus ditolak oleh direktorat
jenderal apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek yang sudh terkenal milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis. “Dan hal itu, sepanjang pengetahuan Yosef tidak atau
belum dilakukan Aqua. Jadi, tak seharusnya Aqua menggugat kita”, ujarnya.
Terlebih-lebih, jika menilik darimana merek secara keseluruhan, logo dan
warnanya saja, merek Vanaqua bisa dikategorikan sangat berbeda dengan merek
Aqua.
Menyikapi hal tersebut, Udeng menganggap sah-sah saja kalau mereka merasa
tidak memiliki persamaan merek pada pokok ataupun keselahan dari merek
kliennya. Dan juga sah-sah saja, jika kliennya merasa bahwa ada persamaan
merek antara produk kedua belah pihak. Adapun hasil putusannya sidangnya,
memang sangat tergantung dari sudut pandang manakah sang hakim
menerjemahkan arti dan makna dari sebuah persamaan. “ bisa jadi di mata saya
itu sama, tapi di mata orang lain berbeda”, ujarnya santai. Sedangkan kecurigaan
tentang motivasi di belakang gugatan ini, Udeng merasa wajar saja jika
perusahaan merasa terancam jika ada pesaingnya menggunakan nama merek
yang hampir sama dengan milik, tak terkecuali perusahaan sebesar dan sekaliber
Aqua sekalipun. Hal itu dilakukan sebagai wujud usaha PT Aqua Golden
Mississipi, Tbk. untuk menjaga mereknya.
Sebagaimana yang diungkapkan Willy Sidharta, tindakan hukum yang selama ini
diambil pihak Aqua, lebih didasari oleh wujud perusahaan memberikan
perlindungan bagi para konsumen. Karena menurutnya, masyarakat sering
terkecoh, seolah-olah kalau yang ada qua-quanya merupakan satu perusahaan
dengan Aqua, “Namun itukan banyak, kenapa harus menggunakan yang mirip
dengan kita “, sesalnya. Mewakili salah stu orang kuatnya Aqua, Willy merasa
bahwa sebagai perusahaan go public yang mempunyai tanggung jawab kinerja
perusahaan terhadap pemegang saham, sudah sepatutnya Aqua berusaha untuk
terus menjaga mereknya- hak intelektual property. “inikan milik asset perusahaan
dan kita mesti mempertanggungjawabkan luar dalam”, tukasnya. Apalagi baginya
yang terpenting dalam kasus ini adalah Aqua berhak atas perlindungan hak
intelektualnya yang selama 30 tahun telah dibaginya.
Kalau kita berbicara keuntungan finansial yang akan diraih Aqua secara langsung
dari kasus ini, mungkin setiap kasus ini, mungkin hal itu tidak akan ditemukan
secara kasat mata. Tetapi jika memang setiap kasus yang berusaha diselesaikan
oleh Aqua melalui jalur hukum sebagian besar akan dimenangkan mereka, maka
keuntungan ke depannya, yaitu berupa semakin terkikisnya pesaing-pesaing
perusahaan sejenis yang dianggap mendompleng merek perusahaan, akan terbuka
lebar bagi sang penguasa pasar.
Meski demikian, bagi Willy, yang terpenting dari proses ini adalah bagaimana
Aqua berusaha untuk tetap menjaga image brand-nya yang sudah dirintis puluhan
tahun lamanya, karena, sebagai market leader yang kualitas produknya telah
dipercaya oleh masyarakat luas, Willy tidak mau hanya karena beberapa merek
nakal yang sering menyamai merek perusahaan, padahal kualitas produk mereka
belum tentu dapat dipertanggungjawabkan, membuat kepercayaan masyarakat
terhadap produk perusahaan akan semakin memudar. Dan jika memang itu benar-
benar terjadi, malapetaka bagi Aqua.
Untuk itu, Willy optimis, pengadilan akan berpihak kepadanya. Pasalnya, kalau
bercermin pada beberapa kasus belakangan ini, yang telah dilayangkan Aqua dan
sudah ada hasl putusannya, memang lebih banyak dimenangkan oleh
peruahaannya. Apalagi di Negara Indonesia tercinta ini, maslah perlindunga
hukum terhadap hak intelektual, memang sedang digalakkan.
Sedangkan dari pihak tergugat (Vianaqua, Indoqua, dan Direktorat HaKI) pun,
sepertinya sudah mempersiapkan kuda-kuda untuk mempertahankan opini
mereka. Untungnya, dari semua pihak yang bertikai, sama-sama memberikan
kesempatan pada hakim untuk memutuskan kasus ini secara proporsional. “Apa
pun hasil putusannya, kita serahkan pada pihak hakim”, ujar mereka bijak.
(Sumber: Business Low No. 6 Th. 1, Januari 2003.)
Penyelesaian:
A. SIMPULAN
B. SARAN