Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu

penindakan dan pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya

dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Hal

ini disebabkan karena korupsi di Negara kita, ibarat “warisan haram” tanpa

surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang

berlaku dalam tiap orde yang datang silih berganti.Hampir semua segi

kehidupan terjangkit korupsi.

Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)

yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk

memberantasnya. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika peserta didik didik

- sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris

masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia.

Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab

korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor

penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal

terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu,

aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial

seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 1


Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan

atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas

politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek

managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi,

aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan dan

lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau

masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

Keterlibatan peserta didik didik dalam upaya pemberantasan korupsi

tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi

penegak hukum. Peran aktif peserta didik didik diharapkan lebih difokuskan

pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya antikorupsi

di masyarakat. Peserta didik didik diharapkan dapat berperan sebagai agen

perubahan dan motor penggerak gerakan antikorupsi di masyarakat. Untuk

dapat berperan aktif, peserta didik didik perlu dibekali dengan pengetahuan

yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak

kalah penting, untuk dapat berperan aktif peserta didik didik harus dapat

memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-

hari.

Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya

korupsi sebagaimana telah dipaparkan diatas, maka dapat dikatakan bahwa

penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau

individu, sedangkanfaktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 2


Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan

menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi

tersebut.

Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti

korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut

antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,

kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu

perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal

agar korupsi tidak terjadi.

Nilai anti korupsi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah,

keadilan karena nilai ini sangat erat hubungannya dengan tugas penulis

sebagai peserta didik didik program pendidikan kesehatan khususnya

keperawatan yang terpanggil untuk melayani sesama berdasarkan sumpah dan

janji sebagai seorang perawat kesehatan masyarakat yang bertugas di Pusat

Kesehatan Masyarakat. Dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada

masyarakat maka dibutuhkan dedikasi dan keadilan yang tinggi. Selanjutnya

nilai budaya keadilan dapat diterapkan sebagai upaya untuk mencegah

timbulnya korupsi. Karena berbicara korupsi, bukan semata-mata tentang

kerugian uang Negara namun lebih daripada itu bahwa tidak disiplin dalam

bekerja melayani sesama, termasuk dalam tindakan korupsi yang harus

dicegah bahkan harus diberantas.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 3


B. Tujuan Penulisan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :

1. Sebagai tugas individu dosen mata kuliah Budaya Anti Korupsi

2. Untuk memahami disiplin sebagai salah satu nilai Anti Korupsi

3. Agar penulis dapat memahami disiplin sebagai nilai budaya anti korupsi

sebagai dasar dalam penerapan anti korupsi di tempat tugas terutama

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

4. Agar penulis dapat menerapkan displin sebagai budaya anti korupsi dalam

kehidupan sehari-hari.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Keadilan berasal kata adil yang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) online adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak

memihak, berpihak pada yang benar dan tidak sewenang-wenang. Sementara

Keadilan diartikan sebagai suatu sifat atau perbuatan atau perlakuan yang

adil.1Sedangkan menurut bahasa Arab, adil di sebut dengan kata ‘adilun yang

berarti sama dengan seimbang, dan al’adl artinya tidak berat sebelah, tidak

memihak, berpihak kepada yang benar, tidak sewenang-wenang, tidak zalim,

seimbang dan sepatutnya.

Menurut Sugono (2008) istilah, adil adalah menegaskan suatu

kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan

sesuai dengan aturan- aturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan berbagai

muatan makna “adil” tersebut, secara garis besar keadilan dapat didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana terdapat kesamaanperlakuan dimata hukum,

kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, hak menikmati

pembangunan dan tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya

keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan.

B. Jenis-Jenis Keadilan

Aristoteles membedakan keadilan menjadi keadilan distributif dan

keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang menuntut

bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya, jadi sifatnya

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 5


proporsional. Di sini yang dinilai adil adalah apabila setiap orang

mendapatkan apa yang menjadi haknya secara proporsional. Jadi keadilan

distributif berkenaan dengan penentuan hak dan pembagian hak yang adil

dalam hubungan antara masyarakat dengan negara, dalam arti apa yang

seharusnya diberikan oleh negara kepada warganya.

Hak yang diberikan dapat berupa benda yang tak bisa dibagi (undivided

goods) yakni kemanfaatan bersama misalnya perlindungan, fasilitas publik

baik yang bersifat administratif maupun fisik dan berbagai hak lain, di mana

warga negara atau warga masyarakat dapat menikmati tanpa harus

menggangu hak orang lain dalam proses penikmatan tersebut. Selain itu juga

benda yang habis dibagi (divided goods) yaitu hak-hak atau benda-benda

yang dapat ditentukan dan dapat diberikan demi pemenuhan kebutuhan

individu pada warga dan keluarganya, sepanjang negara mampu untuk

memberikan apa yang dibutuhkan para warganya secara adil, atau dengan

kata lain dimana terdapat keadilan distributif, maka keadaan tersebut akan

mendekati dengan apa yang disebut keadaan dimana tercapainya keadilan

sosial bagi masyarakat.

Sebaliknya keadilan komutatif menyangkut mengenai masalah

penentuan hak yang adil diantara beberapa manusia pribadi yang setara, baik

diantaramanusia pribadi fisik maupun antara pribadi non fisik. Dalam

hubungan ini maka suatu perserikatan atau perkumpulan lain sepanjang tidak

dalam arti hubungan antara lembaga tersebut dengan para anggotanya, akan

tetapi hubungan antara perserikatan dengan perserikatan atau hubungan

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 6


antara perserikatan dengan manusia fisik lainnya, maka penentuan hak yang

adil dalam hubungan ini masuk dalam pengertian keadilan komutatif.

Obyek dari hak pihak lain dalam keadilan komutatif adalah apa yang

menjadi hak milik seseorang dari awalnya dan harus kembali kepadanya

dalam proses keadilan komutatif. Obyek hak milik ini bermacam-macam

mulai dari kepentingan fisik dan moral, hubungan dan kualitas dari berbagai

hal, baik yang bersifat kekeluargaan maupun yang bersifat ekonomis, hasil

kerja fisik dan intelektual, sampai kepada hal-hal yang semula belum

dipunyai atau dimiliki akan tetapi kemudian diperoleh melalui cara-cara yang

sah. Ini semua memberikan kewajiban kepada pihak lain untuk

menghormatinya dan pemberian sanksi berupa ganti rugi bila hak tersebut

dikurangi, dirusak atau dibuat tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Didalam konsep keadilan distributif muncul pertanyaan atau masalah

tentang kapan timbulnya hak tersebut dan bagaimana pembagian hak itu, apa

harus merata atau harus proporsional?. Berbeda dengan keadilan komutatif

yang timbul dari hak yang semula ada pada seseorang atau yang diperolehnya

secara sah dalam proses keadilan komutatif, maka dalam keadilan distributif

dasarnya atau perolehan hak tersebut semata-mata timbul dari keadaan di

mana seseorang itu menjadi anggota atau warga dari suatu negara. Tidak

seharusnya mereka yang bukan warga negara memperoleh kemanfaatan

kecuali dalam hubungan yang bersifat timbal balik terutama dalam hubungan

internasional antar negara-negara modern, sehingga seseorang asing dapat

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 7


pula menikmati hak-hak atau fasilitas lain dari suatu negara yang

dikunjunginya.

Mengenai persamaan ini, berkembang suatu pengertian bahwa

persamaan bukan hanya menyangkut dengan seberapa jauh konstribusi warga

negara terhadap negara atau sifat dari kontribusi tersebut, akan tetapi juga

telah berkembang konsep persamaan dalam hal kemampuan, atau besar

kecilnya halangan yang dialami oleh warga negara dalam memberikan

konstribusinya. Orang-orang yang tidak mempunyai modal, tidak

berpendidikan, cacat tubuh dan sebagainya yang tetap menjadi warga negara

harus mendapat jaminan dalam keadilan distributif untuk memperoleh bagian,

minimal dapat memberikan kesejahteraan hidup baginya dan keluarganya.

Hal ini merupakan bagian dari prinsip hak asasi manusia yang telah

memperoleh pengakuan internasional. Dalam hal yang demikian tentu saja

konsep persamaan itu diartikan dalam bentuk yang proporsional, karena tidak

mungkin diberikan hak-hak yang secara aritmatik sama mengingat

kontribusinya berbeda. Keadilan komutatif bertujuan untuk memelihara

ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum, sebab disini dituntut adanya

kesamaan dan yang dinilai adil ialah apabila setiap orang dinilai sama oleh

karena itu sifatnya mutlak.

Dari konstruksi konsep keadilan Aristoteles tersebut, dapat ditarik

benang merah bahwa keadilan distributif merupakan tugas dari pemerintah

kepada warganya untuk menentukan apa yang dapat dituntut oleh warga

negara dalam negaranya. Konstruksi keadilan yang demikian ini

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 8


membebankan kewajiban bagi pembentuk Undang-undang untuk

memperhatikannya dalam merumuskan konsep keadilan kedalam suatu

Undang-undang.

C. Prinsip Keadilan Sebagai Ide Hukum

Dalam berbagai literatur hukum banyak teori-teori yang berbicara

mengenai keadilan. Salah satu diantara teori keadilan itu adalah teori etis,

menurut teori ini hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum

ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang yang adil dan tidak adil1.

Hukum menurut teori ini bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan

keadilan. Pemikiran filsafat tentang keadilan ini, terutama yang dipandang

dari sudut filsafat hukum, sesuai dengan sudut pandang teori tentang tiga

lapisan ilmu hukum yang meliputi dogmatik hukum, teori hukum dan filsafat

hukum, sangat bermanfaat juga pada akhirnya bagi praktek hukum. Melalui

pemikiran yang mendasar tentang apa yang menjadi hak yang telah menjadi

buah pemikiran, dari beberapa ahli filsafat mulai dari Aristoteles sampai

pada ahli filsafat masa kini, dapat disediakan referensi bagi pengambil

keputusan untuk mengarahkan dan menjalankan fungsi pengaturan dalam

praktek hukum.

Masalah keadilan telah lama menjadi bahan kajian dan bahan

pemikiran oleh para ahli filsafat, para politikus dan rohaniawan, namun

demikian apabila orang bertanya tentang keadilan atau bertanya tentang apa

itu keadilan, akan muncul berbagai jawaban dan jawaban ini jarang

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 9


memuaskan hati orang yang terlibat maupun para pemikir yang tidak terlibat.

Bebagai jawaban mungkin akan muncul yang menunjukkan bahwa sukar

sekali diperoleh jawaban umum, apabila dikemukakan jawaban atau batasan

tentang keadilan oleh suatu masyarakat maka akan terdapat semacam

jawaban yang sangat beragam, sehingga dapat dikatakan bahwa berbagai

rumusan tentang keadilan merupakan rumusan yang bersifat relatif.

Kesulitan tersebut mendorong orang terutama kaum positivis untuk

mengambil jalan pintas dengan menyerahkan perumusan keadilan pada

pembentuk undang-undang yang akan merumuskannya pada pertimbangan

sendiri

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 10


BAB III
PENERAPAN KEADILAN SEBAGAI
NILAI BUDAYA ANTI KORUPSI

A. Pendekatan dalam Pemberantasan Korupsi

Gerakan melawan korupsi dijalankan di berbagai belahan dunia, bisa

diidentifikasi 4 (empat) pendekatan yang paling banyak diadopsi oleh

berbagai kalangan (Wijayanto, 2010) yaitu:

1. Pendekatan Pengacara (Lawyer approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah memberantas dan mencegah

korupsi melalui penegakan hukum, dengan aturan-aturan hukum yang

berpotensi menutup celah-celah tindak koruptif serta aparat hukum yang

lebih bertanggungjawab. Pendekatan ini biasanya berdampak cepat (quick

impact) berupa pembongkaran kasus dan penangkapan para koruptor,

namun memerlukan biaya besar (high costly), meskipun di Indonesia

misalnya, tantangan terbesar justru berasal dari para aparat hukum

(kepolisian dan pengadilan) itu sendiri.

2. Pendekatan Bisnis (Business approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah mencegah terjadinya

korupsi melalui pemberian insentif bagi karyawan melalui kompetisi

dalam kinerja. Dengan kompetisi yang sehat dan insentif yang optimal

maka diharapkan orang tidak perlu melakukan korupsi untuk

mendapatkan keuntungan.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 11


3. Pendekatan Pasar atau Ekonomi (Market or Economist approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah menciptakan kompetisi

antar agen (sesama pegawai pemerintah misalnya) dan sesama klien

sehingga semua berlomba menunjukkan kinerja yang baik (tidak korup)

supaya dipilih pelayanannya.

4. Pendekatan Budaya (Cultural approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah membangun dan

memperkuat sikap antikorupsi individu melalui pendidikan dalam

berbagai cara dan bentuk. Pendekatan ini cenderung membutuhkan waktu

yang lama untuk melihat keberhasilannya, biaya tidak besar (low costly),

namun hasilnya akan berdampak jangka panjang (long lasting).

Keempat pendekatan diatas telah dilakukan oleh sektor pemerintah,

swasta, organisasi maupun unit-unit masyarakat lainnya. Selama ini tiga

pendekatan pertama yaitu pendekatan hukum, pendekatan bisnis dan

pendekatan pasar lebih banyak diterapkan karena dianggap paling tepat untuk

menangani kasuskasus korupsi yang sudah terjadi dan mencegah korupsi

selanjutnya. Tetapi di Indonesia misalnya, meskipun Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dan aparat pemerintah sudah berhasil menuntaskan berbagai

kasus korupsi besar, berbagai instansi sudah melakukan upaya hukum dan

lingkungan kerja yang lebih berintegritas, kenyataannya masih saja banyak

terjadi kasus-kasus korupsi. Lebih memprihatinkan adalah begitu mudahnya

korupsi skala kecil (petty corruption) dilakukan oleh individu-individu di

dalam masyarakat, karena sesungguhnya korupsi besar berasal dari korupsi

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 12


kecil. Disinilah perhatian terhadap pentingnya pendekatan budaya (cultural

approach) mulai menguat.

Pendidikan formal maupun non formal akhirnya menjadi pilihan.

Secara umum, pendidikan ditujukan untuk membangun kembali pemahaman

yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan kesadaran

(awareness) terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak

melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak

korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersamasama semua

pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa

baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi.

B. Menumbuhkan Keadilan sebagai Nilai Budaya Anti Korupsi

Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya

korupsi sebagaimana telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dapat

dikatakan bahwa penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari

diri pribadi atau individu, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan

atau sistem.

Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan

menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi

tersebut. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti

korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut

antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,

kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 13


perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal

agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain

memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan

mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi,

kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu organisasi / institusi

/ masyarakat.

Sikap keadilan seorang harus mulai ditumbuhkan sejak dini melalui

pendidikan di keluarga dan bangku pendidikan baik tingkat Sekolah Dasar,

Menengah dan Atas serta Perguruan Tingg. Pada tingkat keluarga misalnya

orang tua mengajarkan/memberikan contoh tentang rasa keadilan bagi anak-

anak . Contonya apabila ada anak yang berbuat salah perlu diberi nasihat atau

hukuman dan hal tersebut berlaku sama kepada anak yang lain. Di lingkungan

sekolah dan kampus, melalui penerapan peraturan akademik yang dilakukan

dengan maksud agar agar peserta didik selalu patuh/taat terhadap peraturan

tersebut, yang selanjutnya dapat menjadi kebiasaan.

Upaya mengembangkan nilai keadilan sebagai budaya anti korupsi di

kalangan peserta didik merupakan nilai sangat penting. Seorang peserta didik

dan pendidiknya dituntut untuk menerapkan nilai keadilan sebagai karakter

masing-masing sehingga proses pendidikan sesuai aturan akademik yang

dikeluarkan oleh institusi pendidikan dan melaporkan keberhasilan

akademiknya kepada orang tua, misalnya pengajar memberikan nilai secara

adil, baik dan benar. Demikian juga apabila mendapati permasalahan di

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 14


kampus. Sehingga segera dicari solusi pemecahan masalahnya oleh orang tua

dan dosen agar tidak merugikan peserta didik didik yang bersangutan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, peserta didik didik juga dituntut

untuk menerapkan nilai keadilan dalam kehidupan kampus selanjutnya dapat

diterapkan di masyarakat . Perilaku semacam ini merupakan terhadap

pengamalan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke 2 Pancasila

yaitu perikemanuasia yang adil dan beradap.

Penerapan nilai keadilan yang dilakukan sebagai suatu rutinitas atau

kebiasaan hidup akan menjadi muda atau terasa berat untuk dilaksanakan.

Peserta didik didik sebagai warga masyarakat yang berasa di masyarakat,

selalu berinteraksi dengan orang lain, misalnya mengikuti pertemuan di luar

kampus dengan tepat waktu dan membangun pola kerja sama yang saling

mmenguntungkan. Sikap keadilan mendasari semua kegiatan /program kerja

yang diawali dengan menyusun rencana kegiatan, melaksanakannya serta

melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan program kegiatan tersebut. Hal ini akan sangat berguna bagi para

peserta didik didik untuk mengembangkan karir dan reputasi mereka sebagai

calon pemimpin pada masa yang akan datang.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 15


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)

yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk

memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian

besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal

jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta

masyarakat. Memberantas korupsi butuh kerja sama dari semua unsur dalam

masyarakat termasuk pendidikan sejak dini di keluarga dan institusi

pendidikan dengan menanamkan nilai-nilai budaya anti korupsi yang meliputi

: kejujuran, kepedulian, disiplin, kerja keras, tanggungjawab, kemandirian,

sederhana, keberanian dan keadilan.

Salah satunya nilai yang penting untuk ditanamkan kepada peserta didik

didik program pendidikan tenaga kesehatan adalah keadilan. Nilai budaya ini

penting untuk diajarkan dan wajib diterapkan bagi peserta didik didik karena

merupakan langkah strategis yang sangat penting untuk diterapkan karena

sebagai calon tenaga kesehatan yang akan bertugas memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Seseorang yang menjadikan disiplin kebiasaan

hidupnya, tidak merasa berat untuk menjalankannya. Misalnya adil dalam

memberikan pelayanan kesehatan tanpa membedakan seseorang berdasarkan

unsur suku, ras, agama dan kelompok.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 16


Peserta didik program pendidikan tenaga kesehatan diharapkan untuk

selalu bersikap adil terhadap melakukan hal-hal kecil dalam lingkup yang

kecil misalnya antar sesama mahasiswa Hal ini penting karena bebicara

korupsi bukan hanya kerugian Negara berupa uang rakyat tetapi, korupsi

dalam perbuatan tidak adil juga merupakan salah satu bentuk korupsi yang

harus di cegah.

B. Saran

1. Bagi keluarga agar mengajarkan nilai-nilai budaya anti korupsi sejak dini
bagi anak-anak di rumah. Melatih anak untuk bersikap adil dalam hal-hal
yang kecil agar terlatih dan menjadi kebiasaan untuk selanjutnya dapat di
terapkan di tengah-tengah masyarakat. Hal ini disebabkan tempat
mendidik anak yang pertama dan utama adalah di keluarga.
2. Bagi institusi pendidikan di tingkat sekolah dasar, lanjutan pertama dan
atas serta perguruan tinggi agar mengajarkan dan melatih peserta didik dan
peserta didik tentang pendidikan budaya anti korupsi bagi peserta didik
dalam bentuk yang nyata seperti praktek langsung tentang penerapan nilai-
nilai budaya anti korupsi.
3. Bagi institusi pelayanan kesehatan dan jajarannya sebagai lahan praktek
agar lebih intens dalam menerapkan nilai-nilai budaya anti korupsi
terutama nilai-nilai keadilan dari pimpinan kepada bawahan atau staf yang
sudah bekerja maupun peserta didik didik yang berpraktek pada institusi
tersebut.
4. Bagi masyarakat umum agar menerapkan nilai-nilai budaya anti korupsi
dalam kehidupan sehari-hari misalnya berlaku adil dalam melakukan
setiap pekerjaan atau tugas dan tanggungjawab yang telah diberikan
kepadanya dan patuh terhadap aturan yang ditetapkan sebagai upaya
pencegahan perbuatan korupsi.

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 17


DAFTAR PUSTAKA

Azwar S, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta, 2006
Budiningsih, C.A, Pembelajaran Moral : Berpijak pada Karakteristik Peserta didik
dan Budayanya, Bhineka Cipta, Jakarta, 2004
Dananjaya, Utomo , Media Pembelajaran Aktif, Penerbit Nuansa, Bandung,2010
Fishbein M & Ajzein.I, Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction
to Theory and Research, Addison-Wesley Publishing, Sydney, 1975
Halim, A. Ridwan. Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2015.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Anti Korupsi untuk


Perguruan Tinggi, Jakarta 2011
Lord Lloyd of Hampstead & MDA Preeman. Introduction to Jurisprudence.
London: English Language Book Society.1985.

Nasution, Bahder Johan. Hukum dan Keadilan.Bandung: Mandar Maju, 2015.

Rapar, J.H. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Rajawali Press, 1993.

Rawls, John. Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan


Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, (judul asli A Theory of Justice).
Terjemahan Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006.

Saleh, Roeslah. Penjabaran Pancasila keDalam UUD 1945 Dalam Perundang-


undangan. Jakarta: Aksara Baru, 1999.

UNESCO, Handbook Non-formal Adult Education Facilitators, Modul Four:


Participatory Learning
Wade C & Tavris, C , Psikologi (ed.9 jilid 2), Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007
Wijayanto, et.al, Korupsi Mengorupsi Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2010
http://kbbi.web.id/adil. Mengacu pada KBBI Daring (Dalam Jaringan) Edisi III
Hak Cipta Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud,
September 2015 .

Keadilan sebagai nilai budaya anti korupsi 18

Anda mungkin juga menyukai