Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI LITERATUR PERBANDINGAN TERAPI MUSIK


KERONCONG DENGAN MUSIK INSTRUMENTAL
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SEKBAN
KABUPATEN FAKFAK

Oleh :
SHEFTY DWI RIFKAWATI
(NIM : 11430120127)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2021

ii
HALAMAN SAMPUL

PERBANDINGAN TERAPI MUSIK KERONCONG DENGAN


MUSIK INTRUMENTAL TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKBAN
KABUPATEN FAKFAK

Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Keperawatan (S.Tr.Kep) pada Program Studi D IV Keperawatan

Oleh :
SHEFTY DWI RIFKAWATI
(NIM : 21530120078)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Perbandingan Terapi Musik Keroncong dengan Musik


Instrumental Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sekban
Kabupaten Fakfak Tahun.

Nama Peneliti : Shefty Dwi Rifkawati


NIM : 11430120127
Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing I dan II.

Sorong,… 2021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yehud Maryen, SKM, MPH Nurul Kartika Sari, M.Kep


NIP. 196407241989031015 NIP. 198408242019022001

Mengetahui
Ketua Ketua Prodi D IV Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Sorong

Oktovina Mobalen, M.Kep


NIP. 19710052001122001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh

Nama : Shefty Dwi Rifkawati

NIM : 11430120127
Judul : Perbandingan Terapi Musik Keroncong Dengan Musik
Instrumental Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sekban Kabupaten
Fakfak.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai
persyaratan yang diperlakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keperawatan pada Program Studi D IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Sorong.

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. ……. ...……………………………
NIP. ……..
2. Yehud Maryen, SKM, MPH …...…………………………
NIP. 196407241989031015
3. Nurul Kartika Sari, M.Kep ……………………………...
NIP. 198408242019022001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Sorong

Simon Lukas Momot, S.SiT, MPH


NIP. 196609261988031011

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Shefty Dwi Rifkawati

NIM : 11430120127

Program Studi : D IV Keperawatan

Judul Skripsi : Perbandingan Terapi Musik Keroncong dengan Musik


Instrumental Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sekban
Kabupaten Fakfak.

Menyatakan bahwa dalam proposal penelitian yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri, kecuali secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Fakfak, 2021
Pembuat Pernyataan

Shefty Dwi Rifkawati

Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yehud Maryen, SKM, MPH Nurul Kartika Sari, M.Kep


NIP. 196407241989031015 NIP. 198408242019022001

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian dengan judul : Perbandingan Terapi Musik Keroncong

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Sekban Kabupaten Fakfak.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

maka proposal ini tidak dapat tersusun dengan baik. Oleh sebab itu melalui

kesempatan yang baik ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Ariani Pongoh, S.ST, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Sorong dan Dosen Riset Keperawatan yang telah memberikan

ilmu dan motivasi dalam penyusunan proposal ini.

2. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak atas ijin belajar yang

diberikan dan selalu memberikan motivasi kepada penulis.

3. Ibu Sunaeni, S.ST, M.Keb, selaku Pudir I yang memberikan motivasi serta

dukungan dalam penyusunan proposal ini.

4. Bapak Simon Lukas Momot, S.SiT, MPH, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Ibu Oktovina Mobalen, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D IV

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

v
6. Bapak Yehud Maryen, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing peneliti dan

mendukung dalam proses penyusunan proposal ini.

7. Ibu Nurul Kartika Sari, M. Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing peneliti dalam

penyusunan proposal ini.

8. Bapak Abdul Manaf Batigin, AMK, selaku Kepala Puskesmas Sekban

Kabupaten Fakfak beserta dokter dan para staf yang telah mendukung

penulis selama perkuliahan hingga penyusunan proposal ini.

9. Suami tercinta beserta anak-anak tersayang yang telah memberikan bantuan

material, moral dan kasih saying yang tulus sehingga penulis bisa sampai

pada tahap ini.

10. Tak lupa juga kepada sahabat dan teman-teman D IV Keperawatan Kelas

Karyawan Fakfak yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi

serta semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa, berkenan

membalas segala kebaikan bapak/ibu sekalian dalam rangka penyusunan

proposal ini.

Fakfak,…….2021

Shefty Dwi Rifkawati

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM........................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................iv

KATA PENGANTAR.........................................................................................v

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3

D. Manfaat Penelitian........................................................................................4

vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6

A. Hipertensi.....................................................................................................6

1. Definisi Hipertensi..............................................................................6

2. Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi...............................................6

3. Klsifikasi Hipertensi............................................................................7

4. Etiologi Hipertensi..............................................................................8

5. Patofisiologi.........................................................................................9

6. Manifestasi..........................................................................................11

7. Komplikasi..........................................................................................11

8. Penatalaksanaan...................................................................................14

9. Pengukuran Tekanan Darah................................................................19

10. Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan Pada Pengukuran Hipertensi.........21

B. Terapi Musik................................................................................................22

1. Pengertian Terapi Musik.....................................................................22

2. Jenis Terapi musik...............................................................................22

3. Manfaat Terapi Musik.........................................................................24

4. Klasifikasi Musik................................................................................26

5. Waktu Yang di Butuhkan Dalam Pemberian Terapi Musik................28

6. Karateristik Terapi Musik...................................................................28

7. Prosedur Terapi musik.........................................................................29

8. Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan Dalam Terapi Musik.....................30

9. Musik Keroncong................................................................................30

10. Musik Instrumental..............................................................................31

viii
C. Hipotesis.......................................................................................................32

D. Kerangka Teori.............................................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................34

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...................................................................34

B. Sumber Data.................................................................................................34

C. Metode Pengumpulan Data..........................................................................35

D. Metode Analisis Data...................................................................................35

E. Prosedur Penelitian.......................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 : Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : SOP Mengukur Tekanan Darah

Lampiran 4 : SOP Pemberian Terapi Musik Keroncong dan Instrumental

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013).

Data buletin Word Health Organization (WHO) tahun 2020 hipertensi

merupakan kondisi medis serius yang secara signifikan meningkatkan risiko

penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Diperkirakan 1,13

Milliar orang diseluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua

pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun

2025, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita menderita hipertensi dan meruakan

penyebab utama kematian dini di seluruh dunia.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada

penduduk > 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar

34,11%. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar

44,13% diikuti oleh Jawa Barat sebesar 39,6%, Kalimantan Timur sebesar

39,3%. Provinsi Papua memiliki prevalensi hipertensi terendah sebesar

22,2% diikuti oleh Maluku Utara sebesar 24,65% dan Sumatra Barat sebesar

25,16% (Kemenkes RI, 2019).


2

Menurut data Riset Kesehatan Dasar Provinsi Papua Barat 2018,

prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat

Antihipertensi pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut kabupaten/kota

provinsi Papua Barat berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi

tertinggi Fakfak (9,43%), Manokwari (8,80%), Kabupaten Sorong (8,18%),

Kota Sorong (8,06%) dan prevalensi terendah Teluk Wondama (1,67%)

(LPB), 2018).

Pelayanan kesehatan penderita hipertensi dalam kurun tiga tahun

terakhir terus mengalami peningkatan di Kabupaten Fakfak, walaupun

masih sangat jauh dari target yang ditetapkan secara nasional. Pada tahun

2016 kasus hipertensi sebesar 13,9%, tahun 2017 sebesar 27,8% dan pada

tahun 2017 meningkat sebesar 42,8% (Profil Kesehatan Fakfak, 2019).

Penatalaksanaan terhadap penderita hipertensi dapat dilakukan dengan

terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis

dilakukan dengan tujuan agar tidak timbul ketergantungan kepada

pengobatan secara medis, misalnya konsumsi obat herbal, dan beberapa

studi menyimpulkan bahwa terapi musik dapat menurunkan hipertensi

seperti musik klasik, keroncong , dan musik intrumental. Hal ini didasari

pendapat bahwa musik yang terdiri dari kombinasi ritme, irama , harmonik

dan melodi sejak dahulu di yakini mempunyai pengaruh terhadap

pengobatan orang sakit seperti penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004)

mendengarkan musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan stres


3

sehingga tubuh mengalami relaksasi, yang mengakibatkan penurunan

tekanan darah dan denyut jantung (Shintia, 2018).

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Sekban tahun 2020 .

hipertensi menempati urutan ke 2 dari 10 besar penyakit dengan jumlah

kasus sebanyak 591 orang. Sedangkan pada bulan Maret sampai dengan

Mei 2021 rata-rata kunjungan pasien hipertensi sebanyak 72 orang.

Sebagai bentuk penatalaksanaan nonfarmakologik untuk membantu

penderita hipertensi agar tidak timbul ketergantungan kepada pengobatan

secara medis, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terapi

musik dengan cara membandingkan pengaruh terapi musik keroncong

dengan musik instrumental terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipeertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sekban Kabupaten Fakfak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka peneliti merumuskan

permasalahan apakah ada perbandingan terapi musik keroncong dengan

musik instrumental terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sekban Kabupaten Fakfak ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan terapi

musik keroncong dengan musik instrumental terhadap penurunan


4

tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Sekban Kabupaten Fakfak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbandingan terapi musik keroncong dengan

musik instrumental terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sekban Kabupaten

Fakfak.

b. Menganalisis perbandingan terapi musik keroncong dengan

musik instrumental terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sekban Kabupaten

Fakfak.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini merupakan sumbangsih nyata peneliti untuk

memberikan informasi dalam tindakan keperawatan mandiri pada

masyarakat terhadap penurunan tekanan darah dengan terapi non

farmakologis.

2. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan

Sebagai salah satu institusi pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia

yang menyiapkan lulusan tenaga kesehatan profesional dibidang

keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong, maka penelitian

ini akan menjadi masukkan bagi peserta didik lain yang sementara

mengenyam pendidikan di institusi ini.


5

3. Metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan

mahasiswa serta menjadikan sebagai bahan acuan untuk

memepertanggung jawabkan hasil penelitian.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama
No Peneliti Judul Penelitian Metode Kesamaan Perbedaan
Mahatidanar Pengaruh musik Desain Dalam Pemberian
1 & Nisa, 2017 klasik penelitian penelitian intervensi,
menggunakan
terhadap penurunan metode ini menjelaskan tehnik sampling ,
tekanan darah pada quasi tentang
lansia eksperimen penurunan uji statistik,
dengan tekanan darah
penderita hipertensi pendekatan pada jumlah sample,
pre and post penderita
tanpa hipertensi durasi waktu dan
kelompok
kontrol tempat penelitian
Hairuddin,
2 2015 Perbandingan terapi Penelitian ini Penelitian ini Terapi Murottal
murottal Al qur'an menggunakan menjelaskan Al qur'an lebih
dan metode terapi efektif
terapi musik musik menurunkan
keroncong desain quasi keroncong hipertensi
terhadap dibandingkan
terhadap penurunan eksperimen penurunan dengan
hipertensi pada dengan terapi musik
lansia di pendekatan tekanan darah kerongcong
pre test - post
posyandu lansia test
Bengkuring two group
Samarinda design
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan

darah di dalam arteri. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat

duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan

diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Pada hipertensi biasanya

terjadi kenaikan sistolik dan diastoliknya (Ruhyanudin, 2006) dalam

(Yulastari et al., 2018).

Smeltzer (2001) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah

persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan

diastoliknya di atas 90 mmHg dan pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan

diastolik di atas 90 mmHg.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Kozier dan Erb (2009) dalam (Netty Herawati, 2018) menyebutkan

beberapa hal yang dapat mempengaruhi hipertensi, yaitu :

a. Umur

Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap

sesuai usia hingga dewasa. Pada saat lanjut usia, arterinya lebih

keras dan kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini

mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik


7

juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi

retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.

b. Jenis kelamin

Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita

menyebabkan wanita cenderung memiliki tekanan darah tinggi.

c. Olahraga

Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk

mendapatkan pengkajian yang dapat dipercaya dari tekanan

darah saat istirahat, tunggu 20-30 menit setelah olah raga.

d. Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau

menurunkan tekanan darah.

e. Stress

Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung

dan sehingga meningkatkan nilai tekanan darah.

f. Ras

Obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa

merupakan faktor predisposisi hipertensi.

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi diperlukan untuk memudahkan diagnosis dan

terapi atau penatalaksanaan hipertensi (Gunawan, 2001). Klasifikasi

hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut :


8

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut WHO-ISH

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 - 139 85 - 89

Hipertensi grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

Sub-grup : perbatasan 140 - 149 90 - 94

Hipertensi grade 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109

Hipertensi grade 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub-grup : perbatasan 140 - 149 < 90

Sumber : WHO-ISH 1999, Guidelines for the Management of Hypertensi

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tingkat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tingkat 2 160 atau lebih Atau 100 atau lebih

Sumber : The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 2006.

4. Etiologi Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan berdasarkan dari

penyebabnya (Aziza, 2007) dalam (Netty Herawati, 2018) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu hipertensi

yang penyebabnya/etiologinya tidak jelas. Terjadi pada sekitar

90% penderita hipertensi. Kelainan hemodinamik utama terjadi


9

pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer.

Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari

faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi

kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas

pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan

lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lin

diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain- lain.

b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada

sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah karena

kelainan hormonal atau pemakan obat tertentu (misalnya pil

KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang ditemukan adalah

feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang

menghasilkan hormon epinefrin dan norepinefrin.

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Bermula dari

jaras saraf simpatis di pusat vasomotor ini , kemudian berlanjut ke

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

saraf simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

astilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan


10

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap

rangsangan vasokonstriktor. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi. korteks adrenal mensekresi adrenal dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada akhirnya

akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan hipertensi.

6. Manifestasi

Menurut (Netty Herawati, 2018) tanda dan gejala yang dapat

timbul pada pasien hipertensi yaitu :

a. Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya: pusing,

melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun

seluruh bagian.
11

b. Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan dapat langsung buta.

c. Mual muntah.

d. Pada pemeriksaan diperoleh nilai tekanan darah tinggi (≥140/90

mmHg), dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti

penyempitan pembuluh darah, perdarahan, edema pupil.

e. Hipertropi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja

ventrikel untuk berkontraksi.

f. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke.

g. Lansung komplikasi berat, seperti sesak nafas hebat : kaki bengkak

(akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di

otak (stroke).

7. Komplikasi

Penderita hipertensi berisiko menderita penyakit lain. Dalimartha,

at Al (2008) dalam (Sahrir Sillehu, 2019) menyebutkan beberapa

penyakit yang dapat timbul akibat dari hipertensi, diantaranya sebagai

berikut :

a. Penyakit jantung koroner

Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai

akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah

jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung

menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian

otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat
12

berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat

menyebabkan timbulnya serangan jantung.

b. Gagal jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja

lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot

jantung akan menebal dan meregang sehingga daya pompa otot

menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan jantung secara

umum. Tanda-tandanya adanya komplikasi yaitu sesak nafas,

napas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada

tungkai bawah serta kaki.

c. Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa

hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh

darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu

pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh

darah. Dampak akhirnya seseorang bisa mengalami stroke dan

kematian.

d. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal

akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan

nefrosklerosis maligna. Nerfrosklerosis benigna terjadi pada

hipertensi berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan


13

fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua.

Hal itu menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh

darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan

kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di

atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

8. Penatalaksanaan

Intervensi atau penatalaksanaan pasien hipertensi ada dua macam,

yaitu intervensi farmakologis dan non farmakologis (Corwin, 2009)

dalam (Putri et al, 2020) :

a. Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan

menggunakan obat-obatan antihipertensi. Terapi dengan obat

antihipertensi dimulai pada pasien dengan tekanan darah sistol ≥

160 mmHg dn tekanan darah diastole ≥ 100mmHg yang

menetap. Target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

Penggunaan satu dari lima obat berikut menunjukan penurunan

kasus kardiovaskuler pada pasien hipertensi sehingga dapat

dijadikan monoterapi lini pertama untuk pasien hipertensi.

Kelima obat tersebut adalah diuretik tiazid, bete blocker,

penghambat angiotensin converting enzyme (ACEI), calcium

channel blocker (CCB), angiotensin receptor blocker (ARB)

(Aziza, 2007).
14

1) Dieuretik

Dieuretik bekerja menghambat reapsorpsi natrium

chlorida (NaCl) di tubulus ginjal. Ada penurunan awal

curah jantung karena penurunan volume plasma dan

volume ekstraseluler. Diuretik dosis rendah seperti

hydrochlorthiazid (HCT) direkomendasikan sebagai terapi

awal hipertensi.

2) Penghambat adrenergik Penghambat adrenergik

merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker,

beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol. Beta blocker

bekerja dengan menurunkan denyut jantung dengan

menurunkan curah jantung dan kontraktilitas otot jantung,

menghambat pelepasan renin ginjal, dan meningkatkan

sensitivitas barorefleks. Alfa-blocker bekerja menurunkan

aliran balik vena tetapi tidak menyebabkan takikardia.

Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma

biasanya tidak berubah tidak berubah. Karena efek

antihipertensi alfa-blocker didasarkan pada vasodilatasi

arteriol perifer, maka lebih efektif pada pasien dengan

aktivitas simpatis kuat. Penggunaan alfa-blocker dengan

masa kerja lama seperti doxazosin sebelum tidur efektif

untuk mencegah peningkatan tekanan darah di pagi hari.


15

3) ACE inhibitor

Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi

angiotensin II sehingga mengganggu kerja sistem Renin

Angiotensin Aldosteron (RAA). Aktivitas rennin plasma

meningkat, kadar angiotensin II dan aldosteron menurun,

volume cairan menurun dan terjadi vasodilatasi.

4) Calcium Channel Blocker (CCB)

CCB menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal

lambat di jaringan otot polos skuler dan menyebabkan

relaksasi ateriol dalam tubuh. CCB berguna untuk terapi

semua derajat hipertensi.

5) Angiotensi Receptor Blocker (ARB)

ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu menganggu sistem

RRA. Golongan ini menghambat ikatan angiotensin II

pada salah satu reseptornya . ARB lebih aman dan

tolerable dibandingkan ACE-I (Aziza, 2007).

b. Intervensi nonfarmakologi, yaitu dengan modifikasi pola

hidup. Mengikuti pola hidup yang sehat penting untuk

pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari tatalaksana hipertensi. Kombinasi dua atau

lebih pola hidup akan memberikan hasil yang lebih baik.

Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa modifikasi pola hidup,

diantaranya adalah :
16

1) Penurunan berat badan

Hipertensi dan obesitas memiliki hubungan yang dekat.

Tekanan darah yang meningkat seiring dengan

peningkatan berat badan menghasilkan hipertensi pada

sekitar 50% individu obesitas. Penurunan berat badan

sebanyak 10 kg yang dipertahankan selama dua tahun

menurunkan tekanan darah kurang lebih 6,0/4,6 mmHg.

Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa

pengurangan berat badan sebanyak 5 kg dapat

menurunkan tekanan darah pada sebagian besar pasien

hipertensi dan memiliki efek menguntungkan terhadap

faktor risiko DM, hiperpidemia, dan LVH.

2) Pembatasan alkohol

Efek samping asupan alkohol yang berlebihan (> 14

gelas per minggu untuk laki-laki dan 9 gelas per minggu

untuk perempuan) terbukti memperburuk hipertensi.

Alkohol mengurangi efek obat antihipertensi namun efek

tersebut reversible dalam 1-2 minggu dengan moderation

of dringking sekitar 80%. Pembatasan konsumsi alkohol

dapat menurunkan tekanan darah sistolik 3 mmHg dan

tekanan darah diastolik 2 mmHg. Pasien hipertensi yang

minum alkohol harus disarankan untuk membatasi

konsumsi; tidak lebih dari 20-30 gram alkohol setiap hari


17

untuk laki-laki dan tidak lebih dari 10-20 gram untuk

perempuan.

3) Pengurangan asupan natrium

Canadian Hypertension Education Program (CHEP)

dalam Aziza (2007) merekomendasikan asupan natrium

kurang dari 100 mmol/hari. Pasien yang sensitif terhadap

pengurangan garam hanya 30% dari total seluruh pasien

hipertensi. Jadi untuk kepentingan jangka panjang

diberikan diet rendah garam yang tidak terlalu ketat

(masih ada cita rasa/tidak hambar) kecuali pasien yang

sedang mengalami komplikasi akut, misalnya gagal

jantung berat yang sedang dirawat rumah sakit dan

memerlukan asupan garam lebih ketat.

4) Penghentian rokok

Merokok dihubungkan dengan efek pressor, dengan

peningkatan tekanan darah sekitar 107 mmHg pada pasien

hipertensi 15 menit setelah merokok dua batang. Efek itu

semakin kuat jika minum kopi. Selain itu, merokok juga

menurunkan efek antihipertensi beta blocker. Oleh karena

itu semua pasien hipertensi yang merokok harus

mendapatkan konseling.
18

5) Olahraga/aktivitas fisik teratur

Olahraga dinamis sedang (30-45 menit, 3-4

kali/minggu) efektif dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi dan orang normotensi pada

umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan cepat

atau berenang dapat menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg. Olahraga ringan

lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah daripada

olahraga yang memerlukan banyak tenaga, misalnya lari

atau jogging dapat menurunkan tekanan darah sistolik

kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga isometrik seperti angkat

berat dapat mempunyai efek stresor dan harus dihindari.

6) Relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu tekhnik pengelolaan

diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis

dan parasimpatis. Relaksasi ini dapat menghambat stress

atau ketegangan jiwa yang dialami oleh seseorang

sehingga tekanan darah tidak meninggi atau turun. Dengan

demikian, relaksasi akan membuat kondisi seseorang

dalam keadaan rileks dan tenang. Dalam mekanisme

autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah

melalui penurunan denyut jantung dan TPR (Corwin,

2009). Tehnik relaksasi sendiri dibagi menjadi dua


19

macam, yaitu tekhnik relaksasi fisik dan tehnik relaksasi

mental. Adapun yang termasuk tekhnik relaksasi fisik

antara lain: pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif

(PMR), pelatihan otogenik dan olahraga. Sedangkan yang

termasuk tehnik relaksasi mental yaitu meditasi dan

imajinasi mental (National Safety Council, 1994 dalam

widyastuti, 2003). Miltenberger (2004) mengemukakan

ada empat macam relaksasi, yaitu: relaksasi otot

(progressive muscle relaxation), pernafasan diafragma

(diafragmatic breathing ), meditasi (attention-focussing

exercises), dan relaksasi perilaku (behavior relaxation

training).

9. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran hipertensi (tekanan darah) dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. (Smeltzer, 2001) dalam (Netty Herawati,

2018).

a. Metode langsung

Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan ke dalam

arteri, akan tetapi pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat

menimbulkan masalah lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat

pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi

penusukan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan

(ekimosis) bila jarum lepas dan tromboplebitis.


20

b. Metode tidak langsung

Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sphygnomanometer dan stetoskop.

Sphygnomanometer tersusun atas manset yang dapat

dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan

dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi dengan

sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer

sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang

dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer, 2001).

Pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan

manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan

dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan

sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya

denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah

dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset

dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik

hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan

perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun

palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan

sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur

tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer,

2001). Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop

yang berbentuk corong atau diafragma diletakan pada arteri


21

brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang

merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua

kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2

sampai 3 mmHg perdetik, sementara kita mendengarkan awitan

bunyi berdetak yang menunjukan tekanan darah sistolik. Bunyi

tersebut dikenal sebagai bunyi korotkoff yang terjadi bersamaan

dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri

brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

diastolik dan pada titik tersebut bunyi akan menghilang.

10. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Pengukuran Hipertensi

Smeltzer (2001) menyebutkan beberapa rincian penting yang harus

diperhatikan agar pengkajian hipertensi dapat benar-benar akurat :

a. Ukuran manset harus sesuai untuk pasien.

b. Manset dipasang dengan benar pada lengan dan balon manset

harus berada di tengah di atas arteri brakialis, dengan jarak

2-3 cm di atas lipatan lengan.

c. Lengan pasien harus setinggi jantung.

d. Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan,

pengukuran selanjutnya dilakukan pada lengan yang tekanannya

lebih tinggi.

e. Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah harus dicatat,

misalnya RA (Right Arm) untuk lengan kanan.


22

f. Palpasi tekanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu

mengetahui dengan segera adanya gap auskulatori

(penghilangan bunyi sementara pada saat auskultasi).

g. Pasien diminta untuk tidak berbicara selama pengukuran

tekanan darah karena dapat meningkatkan frekuensi jantung.

B. Terapi Musik

1. Pengertian Terapi Musik

Terapi terdiri dari dua kata, yaitu kata “terapi dan musik”. Kata

terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk

membantu atau menolong orang. Biasanya dalam konteks masalah

fisik dan mental (Djohan, 2006). Terapi musik adalah sebuah terapi

kesehatan yang menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk

meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan

sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Bagi orang sehat,

terapi musik bisa dilakukan untuk mengurangi stress dengan cara

mendengarkan musik (Javasugar, 2009) dalam (Nancye & Tjahjono,

2017).

2. Jenis Terapi Musik

Dalam kongres Terapi Musik ke-9 di Washington tahun 1999

dipresentasikan empat model terapi musik yaitu guide imagery and

music dari Helen Bony, creatif music therapy dari Poul Nordoff dan

Clife Robbins, behavioral music therapy dari Clifford K. Madsen dan

improvisasi music therapy dari Juliette Alvin (Cholifah et al., 2019).


23

Menurut Djohan (2006) dalam (Cholifah et al., 2019) Guide

imagery and music merupakan terapi yang disusun secara berurutan

guna mendukung, membangkitkan, dan memperdalam pengalaman

yang terkait dengan kebutuhan psikologis dan fisiologis. Sepanjang

musik yang didengar, klien diberi kesempatan untuk menghayati

berbagai aspek kehidupannya melalui perjalanan imajinatif. Kreatif

musik terapi adalah terapi yang memposisikan klien dan terapis

sebagai pusat pengalaman. Bermain musik adalah fokus dalam sesi

terapi dan mulai dari awal terapi individu dan pengalaman musikal

akan diserap melalui sesi-sesi yang berlangsung.

Behavioral music therapy merupakan terapi yang menggunakan

musik sebagai kekuatan atau isyarat stimulus untuk meningkatkan

atau memodifikasi perilaku adaftif dan menghilangkan perilaku mal-

adaftifI. Musik disini digunakan untuk membantu program

memodifikasi perilaku. Improvisasi music therapy yaitu terapi musik

yang didasarkan atas pemahaman suatu terapi musik akan berhasil jika

klien dibebaskan untuk mengembangkan kreasinya, memainkan, atau

memperlakukan alat musik sekehendak hati. Terapis tidak sama sekali

tidak memberikan intervensi, mencampuri ataupun memberikan

peraturan, struktur, tema, ritme, maupun bentuk musik. Dalam arti,

tanpa seorang terapis profesional pun terapi ini bisa dilaksanakan

(Djohan, 2006) dalam (Cholifah et al., 2019).


24

3. Manfaat Terapi Musik

Manfaat (Yulastri et al, 2018), bahwa manfaat terapi musik terdiri

dari :

a. Musik sebagai hiburan

Musik dapat mempengaruhi hidup seseorang, hanya dengan

musik suasana ruang batin seseorang dapat dipengaruhi. Apakah

suasana bahagia ataupun sedih, tergantung pendengar itu sendiri.

Musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, resah dan

lesu. Apa lagi bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, musik

seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk menyemangati

perjalanan cinta seseorang.

b. Musik dan terapi kesehatan

Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika

seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di

otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang

sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan,

musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi

stress seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik

dan kesehatan memiliki kaitan erat dan tidak diragukan bahwa

dengan mendengarkan musik kesukaannya seseorang akan

mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu

singkat.
25

c. Musik dan kecerdasan

Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan

manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa

dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk

meningkatkan intelegensia. Seorang ibu hamil duduk tenang,

seakan terbuai oleh alunan musik tadi yang juga ia perdengarkan

di perutnya. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan

memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan

dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik.

Dengan cara tertentu, otak pun akan stimulasi untuk belajar

segala sesuatu lewat nada-nada musik. Selain itu musik-musik

berirama klasik adalah jenis musik yang dianjurkan banyak

pakar buat ibu hamil dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi

dan juga bisa memberi ketenangan untuk ibu yang sedang hamil.

d. Musik dan kepribadian

Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Bagi

orang yang berolahraga musik dapat meningkatkan motivasi

untuk melakukan olahraga yang lebih baik. Untuk selanjutnya

pada saat berolahraga musik membantu olahragawan

meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan

olahragawan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selma

olahraga. Jenis musik terbaik untuk olahraga adalah musik


26

dengan musik tempo tinggi seperti hip-hop atau musik dansa

(Muttaqin, dkk, 2008).

4. Klasifikasi Musik

Menurut (Yulastari et al, 2018) secara umum, musik dikelompokan

menurut kegunaannya, yang dapat dikelompokkan dalam tiga ranah

besar, yaitu Musik Seni, Musik Populer, dan Musik tradisional.

a. Musik Seni (art music)

Musik Seni atau juga sering disebut musik serius dan musik-

musik sejenis (musik avant garde, kontemporer) adalah sebuah

istilah pengelompokan jenis musik yang mengacu pada teori

bentuk musik Klasik Eropa atau jenis- jenis musik etnik lainnya

yang diserap atau diambil sebagai dasar komposisinya. Berbeda

dengan musik populer atau musik masa, musik jenis ini biasanya

tidak lekang dimakan waktu, sehingga berabad-abad lamanya.

Tokoh-tokoh komponis indonesia yang menciptakan jenis musik

seperti ini antara lain: Amir Pasaribu, Tri Suci Kamal, Slamet

Abdul Syukur, rahayu Supanggah, Otto Sidharta, Tony

Prabowo, Michael Asmara, I wayan Sadre, Iwan Gunawan,

Dody Satya E. Gustdiman.

b. Musik populer

Musik populer merupakan jenis-jenis musik yang sangat ini

digemari oleh masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan

musik yang sesuai dengan kadaan zaman saat ini, sehingga


27

sesuai dengan telinga kebanyakan orang. Genre musik ini dapat

ditemui dihampir seluruh belahan dunia oleh karena sifat

musiknya yang hampir bisa diterima semua orang.

c. Musik tradisional

Musik tradisional adalah musik yang hidup dimasyarakat

secara turun-temurun, melainkan ada juga dipakai untuk

pengobatan ada yang menjadi suatu sarana komunikasi antara

manusia dengan penciptaanya, hal ini adalah menurut

kepercayaan masing-masing orang saja. Musik tradisional

merupakan perbendaharaan seni lokal dimasyarakat. Musik

tradisional yang ada di Indonesia, diantaranya adalah

gamelan ,angklung dan sasando. Selain dari musik tradisional

yang berasal dari kebudayaan lokal , juga terdapat musik

tradisional yang berasal dari pengaruh kebudayaan luar

diantaranya gambang kromong, marawis dan keroncong.

5. Waktu Yang Dibutuhkan Dalam Pemberian Terapi Musik

Sebuah musik dapat saja terdengar lembut dan tenang, walaupun

diperpanjang selama berjam-jam dan tidak dibuat macam-macam,

sebenarnya sebuah nada dengan sendirinya telah membawa pulsa

gelombang yang mempengaruhi pikiran dan tubuh dalam berbagi

tingkatan (Djohan, 2006) dalam (Putri at al, 2020).

Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang

diinginkan belum memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang


28

jelas. Pemberian terapi musik dengan jenis musik yang tepat dan

diberikan pada pasien yang tepat tidak akan memberikan efek yang

membahayakan, walaupun di berikan dalam waktu yang agak lama

pada beberapa pasien. Terapi musik yang hanya diberikan dalam

waktu yang singkat dapat memberikan efek positif bagi pasien

(Shintia, 2008). Sedangkan Bellavia (2010) mencatat penggunaan

waktu ideal bagi tiap pasien dalam melakukan terapi musik tidak

kurang dari 30 menit hingga satu jam tiap harinya (Hidayat et al,

2018).

Menurut Rihantoro (2007). Hal ini senada juga pada studi yang

dilakukan oleh Reymond Bahr dalam waktu 30 menit mendengarkan

musik lembut memiliki efek terapi yang sama seperti menggunakan

obat penenang Valium 10 mg (Sahrir Silehu, 2019).

6. Karakteristik Terapi Musik

Menurut Robert (2002) dari Greer (2003), musik mempengaruhi

persepsi dengan cara:

a. Distraksi, yaitu pengalihan pikiran dan nyeri, musik dapat

mengalihkan konsentrasi klien pada hal-hal yang

menyenangkan.

b. Relaksasi, musik menyebabkan pernafasan menjadi lebih rileks

dan menurunkan denyut jantung.

c. Menciptakan rasa nyaman, pasien yang berada diruang

perawatan dapat merasa cemas dengan lingkungan yang asing


29

baginya dan akan merasa lebih nyaman jika mereka

mendengarkan musik yang mempunyai arti bagi mereka. Musik

juga dapat menurunkan hormon kortisol yang meningkat pada

stress. Musik juga merangsang pelepasan horomon endorphin,

hormon tubuh yang memberikan perasaan senang.

7. Prosedur Terapi Musik

Menurut Potter & perry (2010) dalam (Shinta, 2018) menjelaskan

langkah-langkah dalam pemberian terapi musik pada pasien dengan

hipertensi, sebagai berikut :

a. Mengukur tekanan darah sebelum pemberian terapi.

b. Memfasilitasi klien dengan alat perekam dan alat pendengar.

c. Minta klien untuk memilih kaset musik yang tenang dan pelan

yang disukai.

d. Instruksikan klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman

(duduk atau berbaring tapi dengan tangan dan kaki disilang) dan

untuk menutup mata dan mendengarkan musik melalui alat

pendengar Instruksikan klien untuk meresapi alunan musik.

e. Instruksikan klien untuk membayangkan terapung atau ditiup

dengan musik ketika sedang mendengarkan.

f. Instruksikan klien untuk tetap fokus pada alunan musik hingga

musik selesai.

g. Ukur tekanan darah setelah pemberian terapi. Idealnya, peneliti

dapat melakukan terapi musik selama kurang lebih 30 menit


30

hingga satu jam setiap hari, namun jika tidak memiliki cukup

waktu maka terapi ini dapat dilakukan 10 menit, karena selama

waktu 10 menit telah membantu pikiran responden beristirahat

(Wijayanti, 2012).

8. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Musik

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik yaitu

hindari interupsi yang diakibatkan cahaya remang-remang dan hindari

menutup gorden atau pintu, usahakan klien untuk tidak menganalisa

musik dengan prinsip nikmati musik kemanapun musik membawa dan

gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien terutama yang

berirama lembut dan teratur. Upayakan untuk tidak menggunakan

jenis musik rock and roll, disco, metal dan sejenisnya. Karena jenis

musik tersebut mempunyai karakter berlawanan dengan irama jantung

manusia (Wijayanti, 2012) dalam (Shinta, 2018).

9. Musik Keroncong

Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele

dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang

menggunakan instrumen musik keroncong, flute dan seorang penyanyi

(Sutjaksono, 2008). Musik keroncong dapat dibagi menjadi tiga tahap

yaitu keroncong doeloe, keroncong abadi, dan keroncong modern.

Keroncong tempo doeloe memiliki cangkok dan irama lebih cepat dan

lincah. Keroncong abadi memiliki irama yang lambat dan gemulai.

Keroncong modern memiliki beat yang cepat dan dipengaruhi oleh


31

perkembangan musik pop. Musik keroncong khususnya keroncong

abadi merupakan salah satu musik yang dapat digunakan dalam terapi

musik, musik ini memiliki irama yang lembut dan alunan tempo yang

lamban. Musik dengan tempo lamban memberikan rangsangan pada

korteks serebri (korteks auditorius primer dan skunder) sehingga

dapat menyeimbangkan gelombang otak menuju gelombang alfa

menandakan ketenangan (Wijayanti, 2012) dalam (Yulastari et al,

2018).

10. Musik Instrumental

Musik instrumental adalah musik yang berisikan hanya suara alat

musik tanpa ada lirik atau suara vokal dari penyanyi. Musik

Instrumental serupa dengan musik klasik, karena biasanya musik

klasik juga tidak mempunyai lirik. Mendengarkan musik intrumental

itu sangat bermanfaat, diantaranya manfaat yang sangat popular yaitu

bisa membuat pendengarnya merasa relaks. Terbukti pada James

Medical Center di Ohio State University, para ahli bedah sekarang ini

banyak yang menggunakan musik instrumental untuk memberikan

efek relaksasi kepada pasien selama proses pembedahan maupun

setelah proses pembedahan berlangsung (Sahrir Silehu, 2019).

Instrumental, kontras dengan lagu, adalah suatu komposisi atau

rekaman musik tanpa lirik atau musik vokal dalam bentuk apapun,

semua musik dihasilkan melalui alat musik (Sahrir Silehu, 2019).


32

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan

oleh peniliti adalah :

1. Hipotesis nol (H0) Ho :

Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara pemberian terapi

musik keroncong dan terapi musik instrumental terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Sekban Kabupaten Fakfak.

2. Hipotesis alternatif (Ha) Ha :

Ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara pemberian terapi

musik keroncong dan terapi musik instrumental terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Sekban Kabupaten Fakfak.


33

D. Kerangka Teori

Pasien
Farmakologi Obat
Hipertensi Penatalaksanaan

Nonfarmakologi
Hipertensi turun
Diet garam

Faktor yang
Penghentian rokok
mempengaruhi nilai
tekanan darah :
Pembatasan
 Umur alkohol
 Jenis kelamin
 Obat-obatan Penurunan berat
 Stres badan
 Olah raga
 Ras Olahraga/aktifitas
 Obesitas
Relaksasi

Musik keroncong dan


Musik instrumental

Sumber : Kozier dan Erb (2009) ; Corwin (2009)


Adopsi dari : Hairuddin, dkk (2015)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


34

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu

serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data

pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam

informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan

dokumen).

Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature

research) merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis

pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur

berorientasi akademik (academic-oriented literatur), serta merumuskan

kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Nana Syaodih,

2016).

B. Sumber Data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung.

Akan tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti-peneliti terdahulu (Jurnal Farmasi Klinik, 2017).

Sumber data sekunder yang dimaksud laporan ilmiah primer atau asli

yang terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak dan/atau non-cetak) yang
35

berhubungan dengan penelitian yang akan di lakukan pemilihan sumber

didasarkan pada empat aspek yakni :

1. Provenance (bukti), yakni aspek kredensial penulis dan dukungan bukti,

misalnya sumber utama sejarah.

2. Objectivity (objektifitas), yakni apakah ide perspekstif dari penulis

memiliki banyak kegunaan atau justru merugikan.

3. Persuasiveness (derajat keyakinan), yakni apakah penulis termasuk dalam

golongan orang yang dapat diyakini.

4. Value (nilai kontributif), yakni apakah argumen penulis meyakinkan, serta

memiliki konstribusi terhadap penelitian lain yang signifikan.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan

data dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa

yang dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data yang telah di dapatkan

dari berbagai literatur di kumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang

digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

D. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penelitian

tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi

bibliografi (annotated bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan


36

sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal, atau beberapa sumber tulisan yang

lain, sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber dari suatu

topik. Dari kedua definisi tersebut, anotasi bibliografi diartikan sebagai suatu

daftar sumber-sumber yang digunakan dalam suatu penelitian, dimana pada

setiap sumbernya diberikan simpulan terkait dengan apa yang tertulis di

dalam nya.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi

bibliografi. Ketiga hal tersebut adalah :

1. Identitas sumber yang dirujuk.

2. Kualifikasi dan tujuan penulis.

3. Simpulan sederhana mengenai konten tulisan.

4. Kegunaan / pentingnya sumber yang dirujuk dalam menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan.

E. Prosedur Penelitian

Terdapat empat prosedur yang digunakan dalam penelitian ini. Tiga prosedur

tersebut yakni :

a. Organize, yakni mengorganisasi literatur yang akan ditinjau / di-review.

Literatur yang di-review merupakan literatur yang relevan / sesuai dengan

permasalahan. Adapun tahap dalam mengorganisasi literatur adalah

mencari ide, tujuan umum, dan simpulan dari literatur dengan membaca

abstrak, beberapa paragraf pendahuluan, dan kesimpulannya, serta

mengkelompokkan literatur berdasarkan kategori-kategori tertentu.


37

b. Synthesize, yakni menyatukan hasil organisasi literatur menjadi suatu

ringkasan agar menjadi satu kesatuan yang padu, dengan mencari

keterkaitan antar literatur.

c. Identify, yakni mengidentifikasi isu-isu kontroversi dalam literatur. Isu

kontroversi yang dimaksud adalah isu yang dianggap sangat penting

untuk dikupas atau dianalisis, guna mendapatkan suatu tulisan yang

menarik untuk dibaca.

d. Formulate, yakni merumuskan pertanyaan yang membutuhkan penelitian

lebih lanjut.
38

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani. (2008). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan uin alauddin Makassar

2018. Pengaruh Terapi Relaksasi Dzikir Dan Terapi Dzikir Murottal Al

Qur'an Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pra Lansia Penderita

Hipertensi.

Cholifah, N., Setyowati, S., & Karyati, S (2019). Pengaruh Pemberian Terapi

Musik Suara Alam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Desa Pelang Mayong Jepara Tahun 2016. Jurnal Ilmu

Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 236

Fakfak, D. K. (2019). Profil Kesehatan 2019, 1–35. Fakfak.

Hairuddin, Nunung Herlina, R. M. (2015). Perbandingan Terapi Murottal Al-

Qur’an dan Terapi Musik Keroncong Terhadap Penurunan Hipertensi pada

Lansia di POSYANDU Lansia Bengkuring Samarinda. Retrieved from

https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/999

Hidayat, M. F, Nahariani, P & Mubarrok, A. S. (2018). Pengaruh Terapi Musik

Klasik Jawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di

UPT Panti Werdha Mojopahit Mojoker

Kesehatan, K., Hipertensi, R. I., & Senyap, S. P. (2019). Jurnal Ilmiah

Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 4(1), 31-36.

https://doi.org/1010.33023/jikep.v4i1. 132t r Hipe. InfoDatin Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Papua Barat 2018.


39

Kemenkes RI. (2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementerian

Kesehatan RI, 53(9), 1689-1699.

LPB. (2018). Laporan Provinsi Papua Barat RISKESDAS 2018. Jakarta.

Mahatidanar, A., & Nisa, K. (2017). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi. Agromed Unila, 4(2), 264–

268.

Nancye, P. M., & Tjahjono, H. D. (2017). Pengaruh Terapi Musik Keroncong

Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Panti Erda Usia Anugrah

Surabaya. Jurnal Keperawatan, 20.

http://jurnal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/d3kep/article/view/74

Netty Herawati, et al. (2018). PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KTK SOLOK. Menara Ilmu, XII(3), 72-

79.

Nurarif, & Kusuma. (2016). Pengaruh Hipertensi Terhadap Perilaku Hidup Pada

Lansia. Poltekkes Jogja, 2011, 8-25.

Sahrir Sillehu. (2019). Pemberian Terapi Musik Instrumental Untuk Menurunkan

Tekanan Darah Lansia di Negeri Herlauw Pauni Seram Utara Barat

Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes,

10(1), 45-48.
40

Shintia, A. I. (2018). Pengaruh Waktu Pemberian Terapi Musik Gamelan Jawa

Laras Slendro Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi

Di UPT PELAYANAN Sosial Tresna Werdha Magetan. Photosynthetica,

2(1), 1-13.

Yulastari, putri rania, Betriana, F., & Kartika, I. R. (2018). Terapi Musik Untuk

Pasen Hipertensi. Real in Nursing Journal, 1(1), 1-8.


41

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Shefty Dwi Rifkawati

NIM : 11430120127

Adalah Mahasiswi Program Studi Diploma IV Keperawatan Poltekkes


Kemenkes Sorong yang akan melaksanakan penelitian dengan judul
“Perbandingan Terapi Musik Keroncong Dengan Musik Instrumental
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Sekban Kabupaten Fakfak”.

Peneliti memohon dengan hormat kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk


bersedia menjadi responden dan mau mengisi data serta memberikan tanggapan
yang layak dengan sejujur-jujurnya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini tidak akan mneimbulkan akibat apapun bagi semua responden.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

Fakfak,….Juli 2021
Peneliti

Shefty Dwi Rifkawati


42

Lampiran 2 : Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan


dilakukan oleh Shefty Dwi Rifkawati Mahasiswi Program Studi Diploma IV
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Sorong yang berjudul ” Perbandingan Terapi
Musik Keroncong Dengan Musik Instrumental Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sekban
Kabupaten Fakfak“, maka dengan ini saya bersedia mengikuti proses penelitian
serta menjawab kuesioner dengan sejujur-jujurnya.

Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi
responden pada penelitian ini dengan suka rela dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Fakfak, Juli 2021


Responden

(………………………………….)
43

Lampiran 3 : SOP Mengukur Tekanan Darah

Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tekanan


darah/tensi.
Indikasi 1. Semua pasien baru.
2. Pasien yang memiliki penyakit hipertensi, jantung dan
penyakit kronis lainnya.
Tujuan Mengetahui tekanan darah
Persiapan Baki berisi :
tempat dan alat 1. Sphignomanometer jarum yang siap pakai.
2. Stetoskop.
3. Buku catatan.
4. Alat tulis.
Persiapan pasien 1. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Atur posisi pasien dalam keadaan rileks berbaring atau
duduk.
Persiapan 1. Mengatur pencahayaan.
lingkungan 2. Tutup pintu.
3. Mengatur suasana yang nyaman (tenag/tidak berisik)
Pelaksanaan 1. Mencuci tangan.
2. Memakai masker.
3. Memberitahu pasien bahwa tindakan segera dilaksanakan.
4. Letakkan tensimeter disamping atas lengan yang akan
dipasang manset pada titik paralax.
5. Meminta/membantu pasien menggulung lengan baju sebatas
bahu.
6. Pasang manset pada lengan bagian atas sekitar 3 cm diatas
fossa cubiti dengan pipa karet dilengan atas.
7. Memakai stetoskop pada telinga.
8. Meraba arteri brakhialis dengan jari tengah dan telunjuk.
9. Meletakkan stetoskop bagian bell diatas arteri brakhialis.
10. Mengunci skrup balon karet.
11. Balon dipompa lagi sehingga terlihat jarum naik sampai
denyut arteri tidak terdengar.
12. Membuka skrup balon dan menurunkan tekanan perlahan.
13. Mendengar dengan teliti dan membaca jarum dengan mata,
pada skala berapa mulai terdengar bunyi denyut pertama
sampai suara denyut terakhir terdengar lambat dan
menghilang.
14. Mencatat denyut pertama sebagai tekanan sistolik dari
denyut terakhir sebagai tekanan diastolik.
15. Melepas manset dan digulung dengan rapi.
16. Merapikan pasien dan mengatur kembali posisi seperti
semula.
17. Memberi tahu pasien bahwa tindakan telah selesai
44

dilaksanakan.
18. Alat-alat dirapikan dan disimpan pada tempatnya.
19. Mencuci tangan.
45

Lampiran 4 : SOP Pemberian Terapi Musik Keroncong dan Intrumental

Pengertian Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi


kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik
memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak
seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta
analisis intelek dan fungsi kesadaran.
Tujuan Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan
spiritual pasien.
Prosedur Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi relaksasi
musik keroncong dan instrumental yaitu 10 menit.

Persiapan alat 1. Hand phone


2. Head set
Prosedur Pelaksanaan pemberian terapi relaksasi
1. Persiapan :
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang.
b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan.
2. Pelaksanaan :
a. Persiapan sebelum memulai latihan.
 Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal,
dan mata terpejam.
 Atur napas hingga napas menjadi lebih lentur.
 Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara
perlahan- lahan
b. Langkah
 Fokuskan diri saat menikmati musik keroncong /
musik instrumental.
 Bayangkan anda sedang berada di tempat yang
tenang, sejuk dan damai, lakukan sampai 10 menit.
 Setelah 10 menit buka mata dan ceritakan apa yang
dirasakan
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai