Anda di halaman 1dari 19

Instrumen Evaluasi Program

Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Program
Dosen Pengampu: Nurfitriani M.Pd
Oleh
Kelompok 3 / VIIA
Nessya arzianti 160141030
Ichena oktari 161141007
Anggi Wulandari 160141018
Aan Anharudin 160141040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam mempelajari Evaluasi Program.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya sadar masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Pangkalan Baru, 3 Oktober 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi program merupakan suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesenambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan
keputusan. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan
program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan
sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya. Evaluasi sama artinya dengan kegiatan
supervise. Kegiatan evaluasi/supervise dimaksudkan untuk mengambil keputusan
atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari
evaluasi program dapat berupa penghentian program dapat berupa penghentian
program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.

Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa


tinggi mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan program setelah data
terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu. Dalam evaluasi
program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui tingkat ketercapaian program,
dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana ingin mengetahui letak kekurangan
dan sebabnya. Hasilya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan
yang akan diambil. Dalam kegiatan evaluasi program, indicator merupakan
petunjuk untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan.

Evaluator memiliki kompetensi, diantaranya mampu melaksanakan, cermat


objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat
berasal dari kalangan internal ( evaluator dan pelaksana program ) dan kalangan
eksternal ( orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan
kebijakan dan implementasi program). Model evaluasi merupakan suatu desain
yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Dalam melakukan evaluasi, perlu
dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Biasanya model evaluasi ini
dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang
diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep evaluasi program ?
2. Bagaimana definisi instrumen penilaian ?
3. Bagaimana pembagian instrumen penilaian ?

C. Tujuan
Mengetahui konsep evaluasi program, instrument penilaian dan pembagian
instrument penilaian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep evaluasi program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang
berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun
waktu tertentu (Widoyoko,2013:2). Evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat
dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kgiatan yang
bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi
dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan,
dan terjadi dalam suatu organisasi melibatkan sekelompok orang guna
pengambilan keputusan.
Adapun ciri-ciri dan persyaratan evaluasi program yaitu mengacu pada
kaidah yang berlaku, dilakukan secara sistematis, teridentifikasi penentu
keberhasilan dan kebelumberhasilan program, menggunakan tolak ukur
baku, dan hasil evaluasi dapat digunakan sebagai tindak lanjut atau
pengambilan keputusan. Tujuan dari evaluasi program yaitu untuk
mengetahui pencapaian tujuan program digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan
keputusan berikutnya.
Sedangkan manfaat dari evaluasi program berdasarkan pengertian.
Evaluasi yang sama artinya dengan kegiatan supervise. Kegiatan
evaluasi/supervise dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau
melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat
dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi
program, dan menyebarluaskan program.
B. Pengertian instrumen
Instrument adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis,
sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur mengukur obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor – factor
yang di duga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil
belajar, perkembangan has il belajar siswa, keberhasilan proses belajar
mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pengertian instrument menurut para ahli :
Menurut Suharsimi Arikunto
Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Menurut notoatmojo
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data, instrument penelitian ini dapat berupa kuisioner,
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan data dan sebagainya.
Menurut KBBI
Instrument adalah alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu , srana
penelitian (berupa seperangkat tes dn sebagainya) untuk mengumpulkan
data sebagai bahan pengolahan.

C. Pembagian Instrumen
Instrument dapat dibagi menjadi dua teknik yaitu tes dan non tes.
1. Instrumen tes
a. Pengertian Tes
Kegiatan penilian hasil pelatihan memerlukan intrumen untuk mengukur
hasil pelatihan yang akan di nilai. Intrumen tersebut dapat di kelompokan
menjadi dua, yaitu tes dan non tes. tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
krakteristik suatu objek. Tes merupakan bagian tersempit dari penilian.
Menurut Djemari (2011:67) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertayaan. Tes dapat juga diartikan sebagai
sejumlah pernyataan yang harus diberikan tangapan dengan tujuan untuk
mengkur tingkat kemampuan seseorang atau mengukap aspek tertentu dari
orang yang di kenai tes. respons peserta tes terhadap sejumlah peryataan
maupun peryataan mengambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. tes
digunakan untuk mengukur hasil pelatihan, khususnya aspek pengetahuan.
berdasarkan sistem penskoranya tes dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu
tes objektif dan tes subjektif.
A. Tes Objektif (ObjectiveTes)
Pengertian tes objektif dalam hal ini bentuk tes yang dalam penentuan skor
hasil tes sepenuhnya tergantung pada jawaban/ respons peserta tes, tidak ng
mengandung kemungkinan jawaban atau respons yang harus dipilih oleh
peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respons telah disediakan oleh
penyusun butir tes. peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah
disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban/respons
peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu: benar salah (true false),
menjodohkan (matching), pilihan ganda (multiple choice).
1. Tipe Benar - Salah (true – False Test)
Tes tipe benar – salah (true – false test) adalah tes yang butir soalnya terdiri
dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau
pernyataan yang benar dan yang salah. Peserta tes diminta untuk menandai
masing-masing jawaban atau pernyataan itu dengan melingkari ataupun
memberi tanda silang pada huruf “B” jika jawaban atau pernyataan itu
dianggap benar menurut pendapatnya dan melingkari ataupun memberi tanda
silang pada huruf “S” jika jawaban atau pernyataan itu menurut pendapatnya
dianggap salah.
Contoh:
B-S Komponen AC yang berbentuk tabung dan kaca pengintai pada bagian
atasnya adalah evaporator.
a. Pedoman Penghitungan Skor (Scoring)
Rumus untuk menghitung ekor dalam tes tipe benar-salah ada 2 macam
yaitu:
1) Sistem denda
Rumus menhitung skor dengan sistem denda adalah
Sk = B – S
Dengan ketentuan :
Sk = skor peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
S = jumlah jawaban yang salah
Contoh :
Jumlah butir tes = 100 butir soal
Ani Puspa dapat menjawab dengan betul sejumlah 70 butir soal, jawaban
yang salah berjumlah 25 butir dan 5 butir tidak dikerjakan. Maka skor
untuk Ani Puspa adalah :
70 - 25 = 45
Kelebihan sistem denda akan mengurangi kemungkinan peserta tes untuk
berspekulasi ( untung-untungan ) dalam menjawab butir tes, namun
kelemahanya ada kemungkinan seseorang peserta tes memperoleh skor
negatif.
2) Sistem tanpa denda
Rumus skor dengan sistem tanpa denda adalah:
Sk = B
Dengan ketentuann:
Sk = skor peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja,sedangkan
jawaban yang salah tidak memengaruhi skor peserta tes, apabila jawaban
Ani Puspa dalam contoh di atas menggunakan sistem tanpa denda, maka
Ani Puspa memperoleh skor = 70
Kekurangan sistem tanpa denda adalah mendorong peserta tes untuk
berspekulasi dalam menjawab butir tes, namun kelebihannya tidak ada
peserta tes yang memperoleh skor negatif.

a. Kelebihan Tipe benar-salah


tes tipe benar-salah mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1) Dapat mewakili materi pelatihan yang lebih luas ini dapat dicapai karena setiap
butir tes benar salah hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk
menjawabnya. Karena itu dalam waktu yang relatif singkat dapat dicakup banyak
butir soal. Tipe benar-salah ini juga tidak banyak membutuhkan lembar soal yang
lebih banyak karena biasanya pernyataanya singkat.
2) Mudah penyusunanya. Untuk menyusun soal tipe benar salah diperlukan satu
pernyataan, pernyataan harus berhubungan dengan materi pelatihan yang diuji
dengan butir tes tersebut, karena mudahnya, maka seringkali instruktur/ evaluator
memilih bentuk ini.
3) Mudah diskor. Karena hanya ada dua alternatif jawaban, maka setiap butir tes
hanya mempunyai dua alternatif skor, yaitu 1 (satu) untuk menjawab dengan
benar, dan 0 (nol) bagi yang menjawab salah.
4) Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil pelatihan
langsung, terutama yang berkaitan dengan ingatan
b. Kekurangan tipe benar-salah
Tipe benar-salah juga mempunyai kekurangan-kekurangan yang sulit diatasi, seperti
ini:
1) Hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali. Bentuk butir tes
tipe ini hanya mengji hasil pelatihan langsung yang berbentuk ingatan dan
pengenalan kembali. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya
dengan dua kemungkinan benar dan salah.
2) Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban. Karena
probabilitas(kemungkinan) jawaban benar dan salah adalah 50%, maka tipe tes
ini seakan mendorong para peserta tes untuk menebak jawaban walau mereka
tidak mengetahui jawaban yang benar. Kelemahan ini dapat diatasi dengan
menerapkan strategi tertentu yang mendorong peserta untuk tidak berspekulasi
apabila tidak mengetahui jawaban yang pasti, misalnya dalam menghitung skor
digunakan sistem denda.
b. Tipe menjodohkan (Matching test)

Ada berapa istilah yang digunakan untuk menujuk tes menjodohkan ( matching
test), seperti memasangkan, atau mencocokan. Butir tes tipe menjodohkan ditulis
dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama disebelah kiri adalah pertanyaan/
pertanyaan atau biasa juga disebut dengan stem. Kelompok kedua disebelah kanan
adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan
jawaban-jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-
jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan/pernyataan.

Bila tes harus dikerjakan di lemaran jawaban yang terpisah, maka didepan
pertanyaan/pernyataan dan jawaban harus diberikan kode urutan, baik menggunakan
nomor maupun menggunakan huruf.

Contoh:

“pasangkanlah pernyataan yang ada pada lajur kiri dengan pernyataan yang ada pada
lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur
kanan pada titik-titik yang disediakan pada lajur kiri”.

1. Zat cair yang terdapat dalam sistem AC adalah a. Kompresor


2. Alat yang berfungsi menyerap panas udara b. refrigerant
Sehingga membuat udara menjadi dingin adalah
3. Komponen AC yang berbentuk tabung dan kaca c. Dryer
Pengintai di bagian atasnya adalah: d. Evaporator

1). Pedoman penghitungan skor (scoring)


Rumus untuk menghitung skor dalam tes tipe menjodohkan adalah:
Sk = B
Dengan ketentuan:
Sk = skor peserta tes
B = Jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja, sedangkan jawaban yang
salah tidak memengaruhi skor.
a. Kelebihan tipe menjodohkan
Kelebihan tes tipe menjodohkan antara lain:
1) Baik untuk menguji hasil pelatihan yang berhubungan dengan pengetahuan
istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
2) Dapat menguji kemampuan menghubungkan secara langsung maupun tidak
langsung
Kelemahan tes tipe ini adalah terlalu mengandalkan kepada pengtes aspek ingatan.
Untuk menghindari kelemahan ini maka penyusunan butir tes tipe ini harus
dipersiapkan secara hati-hati.

3. Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)


Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir sualnya memiliki jumlah alternatif
jawaban lebih dari dua. Pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 3
(tiga) sampai 5 (lima).
Tes pilihan ganda dapat dibedakan menjadi 5 model, yaitu:
1) Pilihan Ganda sederhana : tipe ini paling populer dan banyak digunakan dalam
kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Setiap tes
pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1) pernyataan atau disebut juga stem, dan
(2) alternatif pilihan jawaban atau disebut juga option.
2) Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal : pilihan ganda hubungan antar hal
terdiri dari dua pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh kata
“SEBAB”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan antar kedua pernyataan tersebut yaitu
ada hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat. Supaya kedua
pernyataan ini termasuk pilihan ganda maka harus dicari variabel lain yang dapat
mengukur kemampuan peserta tes. variabel tersebut adalah kualitas pernyataan, yaitu
apakah pernyatan pertama benar atau salah dan apakah pernyataan kedua benar atau
salah.
3) Pilihan ganda asosiasi: bentuk pilihan ganda asosiasi ini struktur soalnya sama
dengan melengkapi pilihan. Perbedaannya adalah kalau pada melengkapi pilihan hanya
hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar, tetapi pada melengkapi berganda
justru jawavab yang benar dapat lebih dari satu.
c. Kelebihan Tes Pilihan Ganda
1) Butir-butir tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level
pengetahuan, mulai dari yang paling sederhana seperti pengetahuan konsep sampai
dengan yang paling kompleks seperi analisis
2) Karena karakteristik burtir tes pilihan ganda hanya menuntut waktu
mengerjakan sangat minimal maka setiap prangkat tes yang menggunakan butir tes
pilihan ganda yang menggunakan alat ukurdapat menggunakan jumlah butir tes yang
relatif banyak.jadi stiap prangkat tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan materi
pelatihan.
d. Kekurangan tes pilihan ganda
1) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal.
2) Ada kecebdrungan bahwa evaluator menyusun butir tes tipe ini dengan hanya
menguji atau mengukur aspek ingatan atau aspek yang paling rendah dalam
ranah kognitif.
3) Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap bentuk pilihan ganda terhadap
hasil tes peserta.

B. Tes subjektif
Tes subjektif adalah bentuk tes yang dalam penghitungan skor hasil tes selain
dipengaruhi oeh jawaban atau respons peserta tes juga dipengruhi oleh subjektivitas
pemeriksa/pemberi skor. Tes dengan soal dan jawaban yang sama apabila diperiksa
oleh pemeriksa yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda.
Tes subjektif pada umumnya berbentuk urayan (esai),walaupun tes uraian tidak
sama tes uraian adalah butir tes yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban
atau pengerjaan soalnya harus dilakuakan dengan cara mengekspresikan pikiran
peserta tes.
Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab tes uraian dapat dibagi
menjadi 2 bentuk:
1. Tes uraian bebas (extended response test)
Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya
dalam menjawab butir tes. jumlah butir tes dalam tes uraian biasanya tidak banyak,
hanya sekitar 5-10 butir tes dalam waktu kira-kira 90-120 menit.
2. Tes uraian terbatas (Restricted response test)
Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan
atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab butir tes. batasan atau
rambu tersebut mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi butir tes uraian
terbatas itu harus menentukan batasas jawaban yang dikehendaki. Batasan itu meliputi
konteks jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban yang dikerjakan, keluasan
uraian jawabandan luas jawaban yang diminta.
3. Pedoman penghitungan skor
Pedoman penghitungan skor dalam tes uraian menggunakan metode holistik.
Cara pemberian skor jawaban adalahdengan membaca jawaban secara keseluruhan tiap
butir tes kemudian dimasukan dalam kategori atau klasifikasi, mulai dari yang baik
sampai yang tidak baik. Penempatan jawaban dalam klasifikasi tertentu tergantung
pada kualitas jawaban peserta tes. klasifikasi jawaban bisa 3(baik,cukup,kurang baik),4
(baik, cukup baik, kuramg baik, tidak baik),maupun 5 (amat baik, cukup baik, kurang
baik, dan tidak baik). Tiap klasifikasi diberi skor.
4. Kelebihan tes uraian
a. Dapat digunakan untuk mengukur hasil pelatihan yang kompleks, seperti
kemampuan mengaplikasikan prinsip kemampuan menginterpretasikan
hubungan, kemampuan merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya.
b. Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes
objektif.
c. Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
bagi evaluator untuk mempersiapkannya.
5. Kekurangan tes uraian
a. Reliabilitas tes rendah artinya skor yang dicapai peserta tes tidak konsisten bila
tes yang diujikan sama diujikan beberapa kali.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan
tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan.
C. Karakteristik tes yang baik
Suharsimi Arikunto (2012:56) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik
apabila memenuhi 5 persyaratan:
1. Validitas : alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur dengan kata lain validitas berkaitan dengan
“ ketepatan “ dengan alat ukur. Tes sebagai salah satu alat ukur hasil pelatihan
dapat dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur hasil pelatihan yang
hendak diukur . dengan tes yang valid akan menghasilkan data hasil pelatihan
yang valid pula.
2. Reliabilitas: kata reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reability
dalam bahasa inggris , berasasal dari kata asal reliable yang artinya dapat
dipercaya. Tes tersebutdikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan berkali kali. Jika kepada peserta pelatihan diberikan tes
yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap peserta pelatihan akan tetap
berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
3. Objektivitas: objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang memengaruhinya.
Lawan dari objektiv adalah subjektif artinya terdapat unsur pribadi yang masuk
memengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi,terutama dalam
penentuan sistem skornya.
4. Praktikabilitas : sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
5. Ekonomis: yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan
tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan
waktu yg lama.

2. Instrumen non tes

Intrumen non tes adalah suatu daftar yang berisi ada kesatuan dengan intrumen
tes, karena tes hanya mengukur aspek pengetahuan. Apa yan diketahui, dipahami atau
yang dikuasai oleh peserta pelatihan dalam tingkatan proses ental lebih tinggi belum
ada jaminan dapat didemonstrasikan dalam tingkah lakunya.

A. Clek Lists (Daftar Cek)


Chek list adalah suatu datar yang berisi ada atau tidak adanya suatu unsure,
komponen, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, fenomena, tugas atau
kesatuan yang kompleks. Chek list pada dasarnya hampir sama dengan rating scale.
Perbedaanya adalah dalam esensinya adalah menentukan derajat atau peringkat dari
suatu unsure, komponen, karakteristik atau orang, baik dalam bandingnya suatu kriteria
tertentu mapun dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Chekl list
bermanfaat untuk mengukur hasil pelatihan yang baik berupa sikap, produk maupun
proses yang dapat diperinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi
secara operasional dan sangat spesifik. Chek list digunakan untuk mengamati suatu
hasil pelatihan yang tidak digunakan untuk mengamati suatu hasil pelatihan yang tidak
terinci secara jeals dan tidak terdefinisikan secara baik terlalu bermanfaat untuk
dijadikan sebagai alat ukur. Chek lists semakin besar manfaatnya bila tersusun dari
komponen-komponen yang lengkap. Jadi brbeda dengan alat ukur lainnya, chek list
jusrtu mengkhendaki dicantumkan suatu komponen yang mungkin diamati, baik
komponen yang pentingmaupun komponen yang tidak berarti (trivial).
Chek lists terdiri dari dua komponen yaitu, komponen yang akan diamati dan
tanda menyatakan ada atau tidak adanya komponen tersebut selama observasi
dilakukan.
B. Rating Scale (skala urutan)
Rating scale adalah instrument pengukuran non tes yang menggunakan suatu
prisedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang suatu yang di observasi yang
mneyatakan posisi tertentu dalam hubunganya dengan yang lain (Asmawi Zaenul dan
Noehi Nasution, 2005). Biasanya ratting scale berisikan seperangkat pernyataam
kualitas sesuatu yang aan diukur beserta pasangnya yang berbentuk semacam nilai
yang menunjukkan peringkat kualitas yang dimiliki oleh sesuatu yang diukur tersebut.
Ada empat tipe ratting scale, yaitu numerical rating scale, compariosons rating scale,
ranking method rating scale, dan paired comparisons ratting scale. Dari keempat
rating tersebut, numerical rating cale paling banyak digunakan.
C. Attitude scales (skala sikap)

ada beberapa skala sikap antara lain: a) skala likert, b) skala trustone, c) skala
guttman, dan d) semantic differential. Dari keempat macam skala sikap tersebut yang
paling banyak digunakan adalah skala likert.

1. Skala likert
Skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan sesorang dalam suatu komitmen
sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negative sampai dengan sangat positif.
Penentuan lokasi itu dilakukan dengan menguantifikasi pernyataan sesorang terhadap
butir pernyataan yang disediakan.
2. Skala Guttman
Skala ini beripa deretan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara beurutan,
respinden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentanng pernyataan itu (setuju atau
tidak setuju).
3. Semantic Differential
Intrumen yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-
konsep untuk tiga dimensi.
D. Angket
1. Pengertian angket
Angket atau kuesiner merupakan salah satu bentuk instrument penilain yang
dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau petanyaan tertulis kepada
peserta pelatihan untuk diberikan respons dalam angket bias mneggunkan skala likert,
rating scale, maupun laporan pribadi (self repot).
2. Langkah-Langkah Menyusun Angket
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh evaluator untuk menyusun angket, yaitu:
a. Menetapkan variable yang akan dinilai
b. Merumuskan definisi konseptual
c. Menyusun definisi operasional
E. Rubrik Penilaian
Rubric penilaian secara umum dapat diartikan sebagai pedoman pemberian skor
(guidance score) dalam penilaian yang bersifat subjektif.
Hart, Diane (1994) mengatakan bahwa “assessment based on observation, portofolio
and performance traks cannot be scored like standardized. Dengan demikian rupbrik
merupakan daftar ktiteria yang menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep
yang akan dinilai dan gradasi yang paling buruk dengan criteria sebagai beikut:
a. Sederhana/mencangkup dimensi/ aspk paling esensial untuk dinilai
b. Praktis/ mudah digunakan
c. Tidak membebani evaluator
d. Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur
e. Dapat digunakan untuk penilaian proses dan tugas sehari-hari
f. Peserta pelatihan dapat mempalajari rubric dan mengecekkan penilaiannya.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kgiatan yang bertujuan
mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi
program, dan menyebarluaskan program.
Instrument dibagi menjadi dua teknik yaitu tes dan non tes.
Daftar Pustaka
Widoyoko Putro Eko, 2017. Evaluasi program pelatihan. Yogyakarta: PT Pustaka
Pelajar.
Widoyoko Putro Eko, 2013. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka
Pelajar.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-instrumen-penelitian/ , diakses tanggal 1
oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai