Anda di halaman 1dari 27

I’m not young anymore

A woman feels so nervous as she will turn 55 years old this year. She realizes that her aging process is more
obvious. She feels not as pretty as before, her skin looks more 'saggy'/slacker, especially around the eyes. She
has lost her weight, so that her body shape seems smaller. She suffers blurred vision, hearing loss, easy to fall,
especially from sitting to standing. She feels so dizzy and imbalance. She also hasn’t got her period since 5
years ago. She read on the internet, and it is said that the aging process resulted from various factors that
involving many theories. Despite her anxiousness about her condition now, she feels quite confident that she can
undergo this phase by adopting a healthy lifestyle & keeping her social life good.

Saya tidak muda lagi

Seorang wanita merasa sangat gugup karena dia akan berusia 55 tahun tahun ini. Dia menyadari bahwa proses
penuaan lebih jelas. Dia merasa tidak secantik sebelumnya, kulitnya terlihat lebih 'kendor' / pemalas, terutama di
sekitar mata. Berat badannya turun, sehingga bentuk tubuhnya tampak lebih kecil. Dia menderita penglihatan
kabur, gangguan pendengaran, mudah jatuh, terutama dari duduk ke berdiri. Dia merasa sangat pusing dan tidak
seimbang. Dia juga belum mendapatkan menstruasi sejak 5 tahun yang lalu. Dia membaca di internet, dan
dikatakan bahwa proses penuaan dihasilkan dari berbagai faktor yang melibatkan banyak teori. Terlepas dari
kegelisahannya tentang kondisinya sekarang, dia merasa cukup yakin bahwa dia dapat menjalani fase ini dengan
mengadopsi gaya hidup sehat & menjaga kehidupan sosialnya baik.

Step 1

Step 2

1. mengapa pasien berat badannya menurun dan bentuk badannya semakin mengurus?
2. mengapa pasien mudah terjatuh saat posisi duduk lalu berdiri?
3. mengapa pasien mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan?
4. mengapa kulit kendor terutama pada mata?
5. mengapa pasien tidak mendapatkan haid selama 5 tahun terakhir?
6. bagaimana proses fisiologis terjadinya penuaan? (teori)
7. apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan?
8. bagaimana cara pencegahan dari penuaan dini?

Step 7

1. mengapa pasien berat badannya menurun dan bentuk badannya semakin mengurus? (why
patient loss her weight and look skinnier?)

Usia lanjut juga terkait dengan penurunan laju metabolisme basal serta dengan perubahan dalam
arti rasa dan bau.Diet terlalu terbatas, seperti rendah lemak dan garam, dapat menyebabkan
penurunan asupan; Oleh karena itu, diet khusus atau terbatas (rendah kolesterol, garam, atau
permen terkonsentrasi) sering mengurangi asupan makanan tanpa secara signifikan meningkatkan
status klinis.

Peran sitokin inflamasi, termasuk faktor nekrosis tumor (TNF, sebelumnya Cachectin),
interleukin-1 (IL-1), dan interleukin-6, juga telah dirumuskan.Perubahan fisiologis dalam
peraturan asupan makanan berlangsung, bahkan di hadapan lemak tubuh meningkat dan
peningkatan tingkat obesitas yang terjadi dengan usia, beberapa di antaranya dapat dijelaskan oleh
alteredpatterns aktivitas fisik.
Secara umum, individu berusia 65 tahun dan lebih tua mengalami hilangnya ringan berat
badan, yang dekat dua kali lipat dari adiposity, dan kerugian massa non-lemak yang signifikan
dari 5% sampai 15%. Sarkopenia, hilangnya massa otot rangka-dan dengan demikian
menyebabkan hilangnya protein-mungkin memainkan peran penting dalam IWL. Hilangnya otot
dapat menjadi hasil dari keseimbangan nitrogen negatif yang terjadi dengan penuaan normal dan
dengan asupan protein yang tidak memadai, yang umumnya diamati di kalangan orang tua.

Usia terkait perubahan hormon anabolik dapat berkontribusi untuk cangkir massa kerugian.
Kadar testosteron rendah pada pria berkorelasi dengan hilangnya massa tubuh ramping, dan
hilangnya estrogen selama menopause dikaitkan dengan hilangnya massa non-lemak pada
wanita.Hormon pertumbuhan muncul untuk memainkan peran penting dalam komposisi tubuh;
tingkat hormon pertumbuhan dapat menurun sebesar 14% per dekade. telah ditemukan bahwa
penggantian hormon pertumbuhan pada orang tua hasil dalam meningkatkan tubuh ramping
massand mengurangi massa lemak

Regulation of food intake changes with increasing age, leading to what has been called a
“physiological anorexia of aging.”
The amount of circulating cholecystokinin, a satiating hormone, increases in the circulation.
Other substances are also thought to cause satiety.
The interplay between the brain and the gut is gaining increasing attention as a
mechanism of anorexia and subsequent weight loss. A highly complex process involving
taste sensation, neural and humoral signals from the gastrointestinal tract, and
neurotransmitters and peptides in the hypothalamus or other brain regions regulates food
intake and, consequently, energy homeostasis.

Psychosocial and spiritual distress can also influence the sensation of hunger, appetite, or
satiety. Loss of lean body mass is common in older people.Advancing age is also associated
with a decrease in the basal metabolic rate as well as with changes in the senses of taste and
smell.
Overly restricted diets, such as those that are low in fat and salt, may cause decreased
intake; therefore, a special or restricted diet (low in cholesterol, salt, or concentrated
sweets) often reduces food intake without significantly improving the clinical status.

The role of inflammatory cytokines, including tumor necrosis factor (TNF, formerly
cachectin), interleukin-1 (IL-1), and interleukin-6, has also been postulated.
physiological changes in the regulation of food intake take place, even in the presence of the
increased body fat and the increased rates of obesity that occur with age, some of which can
be explained by alteredpatterns of physical activity.

Generally speaking, individuals aged 65 years and older experience a mild loss of weight, a
near doubling of adiposity, and a significant non-fat mass loss of 5% to 15%.

Sarcopenia, the loss of skeletal muscle mass—and thus leading to a loss of protein—may
play an important role in IWL. Muscle loss can be the result of negative nitrogen balance
that occurs with normal aging and with inadequate protein intake, which is commonly
observed among the elderly.
Agerelated changes in anabolic hormones may contribute to nonfat mass loss. Low
testosterone levels in men correlate with the loss of lean body mass, and loss of estrogen
during menopause is associated with non-fat mass loss in women.

Growth hormone appears to play an important role in body composition; growth hormone
levels may decrease by 14% per decade. It has been found that replacement of growth
hormone in older people results in increased lean body massand reduced fat mass

2. mengapa pasien mudah terjatuh saat posisi duduk lalu berdiri? (why does the patient easy
to fall especially from sitting to standing position?)

- Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya
usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya :
a. faktor intrinsik : dimana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat
menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak
b. faktor ekstrinsik : diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh
benda-benda, kursi roda yang tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan
cahaya yang kurang terang cenderung gampang terpeleset atau tersandung sehingga
dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia

- lansia dengan gangguan sistem anggota gerak mempunyai faktor risiko 2.1 kali
mengalami risiko jatuh di bandingkan dengan lansia yang tidak mengalami gangguan
sistem anggota gerak.
- Gangguan gerak atau disebut dengan gangguan ekstrapiramidal merupakan kelainan
regulasi terhadap gerakan volunter. Gangguan ini merupakan bagian sindroma
neurologik berupa gerakan berlebihan atau gerakan yang berkurang namun tidak
berkaitan dengan kelemahan.
- Gangguan anggota gerak memicu terjadinya perubahan keseimbangan pada lansia.
Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh 3 faktor yakni efek penuaan, kecelakaan,
dan faktor penyakit. Namun dari tiga hal tersebut faktor penuaan adalah faktor utaman
penyebab gangguan keseimbangan postural pada lansia . Jika keseimbangan postural
lansia tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia.
- Sistem anggota gerak berhubungan dengan risiko jatuh pada lansia, hal ini di karenakan
bahwa lansia mengalami penurunan fungsi sistem gerak. Penuruanan fungsi gerak pada
lansia berdampak terhadap sistem muskuloskeletal dalam melakukan pergerakan.
Akibatnya bahwa resiko kejadian jatuh pada lansia sangat rentan sekali. Demikian juga
menurut Siburian tahun 2006, mengatakan Jika keseimbangan postural lansia tidak
dikontrol, maka akan dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia.

Sumber : Analysis of Factors Affecting Risk Falls on Elderly, Abil Rudy, Vol. 5. 2019
c. mengapa pasien mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan? (why does patient
suffers blurred vision and hearing loss?)
1.

Dengan bertambahnya usia , bentuk otot siliaris akan berubah . semakin tua serat otot
dan dengan demikian meningkatkan jaringan otot mengikat menjadi lebih tebal , terutama
interior . setelah itu terjadi degenerasi otot yang mengalami atrofi menyebabkan penyusutan
dan diperkirakan untuk mempertahankan bentuk, dengan usia lebih maju daripada siliaris
atrofi otot juga terjadi menjalani hialinisasi .
Dengan bertambahnya usia penurunan amplitudo akomodasi à presbiopi . penurunan
amplitudo akomodasi dikaitkan dengan perubahan dalam serat lensa menjadi kurang padat
dan kapsul elastis , sehingga lensa kurang mampu menyesuaikan bentuknya Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat : kontrak kornea karena perubahan hidrasi
kornea , proses penuaan kornea
( Buku teks Geriatric R.Boedhi Darmoyo , obat H.Hadi Martono )
With aging, ear structures deteriorate. The eardrum often thickens and the inner ear bones and
other structures are affected.
Telinga Anda memiliki dua pekerjaan. Salah satunya adalah mendengar dan yang
lainnya adalah menjaga keseimbangan. Pendengaran terjadi setelah getaran melintasi gendang
telinga ke bagian dalam. Mereka berubah menjadi impuls saraf dan dibawa ke otak oleh saraf
pendengaran.
Keseimbangan (kesetimbangan) dikendalikan di bagian telinga bagian dalam. Cairan dan
rambut kecil di kanal berbentuk setengah lingkaran (labirin) merangsang saraf yang
membantu otak menjaga keseimbangan. Seperti usia Anda, struktur telinga Anda memburuk.
Gendang telinga sering mengental dan tulang telinga tengah dan struktur lainnya yang
terpengaruh. Seringkali menjadi semakin sulit untuk menjaga keseimbangan.
Pendengaran mungkin menurun sedikit, terutama suara frekuensi tinggi, terutama pada orang
yang telah terpapar banyak suara ketika muda. Kehilangan pendengaran yang berkaitan
dengan usia ini disebut presbycusis. Beberapa gangguan pendengaran hampir tak
terelakkan. Diperkirakan bahwa 30% dari semua orang di atas 65 memiliki gangguan
pendengaran yang signifikan.
Ketajaman pendengaran dapat menurun sedikit mulai usia 50, mungkin disebabkan
oleh perubahan pada saraf pendengaran. Selain itu, otak mungkin memiliki sedikit
penurunan kemampuan untuk memproses atau menerjemahkan suara ke dalam informasi
yang bermakna. Lilin telinga terkena dampak adalah penyebab lain dari kesulitan
pendengaran dan lebih umum dengan bertambahnya usia. Lilin telinga terkena dampak dapat
dihapus di kantor dokter Anda.
Gangguan pendengaran sensorineural melibatkan kerusakan pada telinga bagian
dalam, saraf pendengaran, atau otak. Jenis gangguan pendengaran mungkin atau mungkin
tidak merespon pengobatan, tetapi fungsi dapat dibantu dengan alat bantu dengar.
Gangguan pendengaran konduktif terjadi ketika suara memiliki masalah mendapatkan melalui
telinga luar dan tengah ke telinga bagian dalam. Pembedahan atau alat bantu dengar dapat
membantu untuk jenis gangguan pendengaran ini, tergantung pada penyebab spesifik.
Persistent, kebisingan telinga yang abnormal (tinnitus) adalah masalah pendengaran
cukup umum lainnya, terutama untuk orang dewasa yang lebih tua. Hal ini biasanya akibat
dari gangguan pendengaran ringan.

Gangguan keseimbangan
Kanal berbentuk setengah lingkaran, ditemukan di dalam peralatan vestibular,
marilah kita tahu ketika kita berada dalam gerakan putar (melingkar). Kanal berbentuk
setengah lingkaran terisi penuh cairan. Gerak fluida memberitahu kita jika kita bergerak.
Ruang depan adalah wilayah telinga bagian dalam dimana kanal berbentuk setengah lingkaran
menyatu, dekat dengan koklea (organ pendengaran). Sistem vestibular bekerja dengan sistem
visual untuk menjaga objek dalam fokus ketika kepala bergerak. Ini disebut refleks vestibulo-
okular (VOR).
Gerakan cairan di kanal berbentuk setengah lingkaran menandakan otak tentang arah
dan kecepatan rotasi kepala-misalnya, apakah kita mengangkat kepala kita ke atas dan ke
bawah atau melihat dari kanan ke kiri. Setiap kanal berbentuk setengah lingkaran memiliki
ujung berbutir, atau bagian yang membesar, yang mengandung sel rambut. Rotasi kepala
menyebabkan aliran cairan, yang pada gilirannya menyebabkan perpindahan bagian atas sel
rambut yang tertanam dalam cupula seperti jeli. Dua organ lain yang merupakan bagian dari
sistem vestibular adalah utricle dan saccule. Ini disebut organ otolithic dan bertanggung jawab
untuk mendeteksi percepatan linier, atau gerakan dalam garis lurus. Sel rambut dari organ
otolitik yang diselimuti dengan lapisan seperti jeli bertabur dengan batu kalsium kecil yang
disebut otoconia. Ketika kepala dimiringkan atau posisi tubuh berubah sehubungan dengan
gravitasi, perpindahan batu menyebabkan sel rambut menekuk.
Sistem Balance bekerja dengan sistem visual dan skeletal (otot dan sendi dan sensor
mereka) untuk mempertahankan orientasi atau keseimbangan. Sebagai contoh, sinyal visual
yang dikirim ke otak tentang posisi tubuh dalam kaitannya dengan sekitarnya. Sinyal ini
diproses oleh otak, dan dibandingkan dengan informasi dari vestibular, visual dan sistem
skeletal.
Ketika keseimbangan terganggu, seorang individu memiliki kesulitan
mempertahankan orientasi tegak. Sebagai contoh, seorang individu mungkin tidak dapat
berjalan tanpa mengejutkan, atau bahkan mungkin tidak dapat berdiri. Mereka mungkin
memiliki jatuh atau dekat-jatuh. Ketika gejala ada, mereka mungkin termasuk:
 Sensasi pusing atau Vertigo.
 Pusing atau merasa pusing.
 Masalah membaca dan kesulitan melihat.
 Disorientasi.
Beberapa individu mungkin juga mengalami mual dan muntah, diare, pingsan,
perubahan denyut jantung dan tekanan darah, ketakutan, kecemasan, atau panik. Beberapa
reaksi terhadap gejala yang kelelahan, depresi, dan penurunan konsentrasi. Gejala mungkin
muncul dan menghilang selama periode waktu yang singkat atau dapat berlangsung untuk
jangka panjang.
Disfungsi kognitif (disorientasi) mungkin terjadi dengan gangguan vestibular. Defisit
kognitif tidak hanya spasial di alam, tetapi juga termasuk fungsi non-spasial seperti objek
pengakuan memori. Disfungsi vestibular telah ditunjukkan untuk berdampak negatif terhadap
proses perhatian dan meningkatnya tuntutan perhatian dapat memperburuk goyangan postural
yang terkait dengan gangguan vestibular. Studi MRI baru-baru ini juga menunjukkan bahwa
manusia dengan kerusakan vestibular bilateral menjalani atrofi Hippocampus yang
berkorelasi dengan tingkat gangguan pada tugas memori spasial.

GANGGUAN PENGELIHATAN DAN PENDENGARAN

Usia Lanjut dan Proses Menua

Teori Biokimia Teori Radikal Bebas Teori Stress

Perubahan biokimia yang Radikal bebas Kelebihan usaha dan stress


terprogram pada DNA dalam tubuh ↑ sel-sel tubuh
setiap sel (mutasi)
Oksidasi O2 ↑
Ikatan kuat jaringan kolagen
dan kartilago Merusak DNA

Jaringan kolagen dan kartilago Kegagalan regenerasi sel


menjadi tidak elastis
Penurunan kemampuan fungsional sel
↓ fungsi muskuloskletal
Penurunan fungsi Kemampuan jaringan utk
Gerakan tubuh lambat sistem imun mempertahankan fungsi ↓

Imobility Instability Perubahan susunan Kemampuan memperbaiki


protein pasca mutasi jaringan dr kerusakan ↓
Hambatan Resiko jatuh
Mobilitas fisik Kemampuan imun Distorsi metabolik & struktur↑
mengenali sel tubuh↓
Resiko & daya serang thd ↓fngs struktur ↓fngs organ
Dekubitus sel asing ↓
Kemunduran Inkontinensia
↓fungsi sosial & aktivitas Imunodefisiensi fisik urin

Ketidak Hambatan Mudah terserang Impairment of


berdayaan interaksi infeksi visual, hearing,
fisik sosial & smelling
Resiko Infeksi

Gangguan Isolasi Gangguan pengelihatan &


Pemenuhan sosial pendengaran
ADL

Ketergantungan terhadap orang lain Resiko Jatuh

DIZZY
d. mengapa kulit kendor terutama pada mata? (why does patient skin looks more saggy
especially around the eyes?)
 Penurunan jumlah fibroblast yg mnyebabkan penurunan jumlah serat elastin lebih
sklerotik dan menebal sehingga jarinagn kolagen menjadi kendor dan serabut elastin
kehilangan daya keyalnya, kulit menjadi tidak dapat tegang dan kurang lentur
 Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan kulit tipis
serta kehilangan daya kenyalnya sehingga terbentuk kerutan2 dan garis2 kulit
 Kontraksi otot2 mimik yg tidak dikuti oleh kontraksi kulit yg sesaui sehingga
mengakibatkan alur2 keriput didaerah wajah.
Gangguan pigmentasi pada kulit
 Hal ini disebabkan perubahan2 pola distribusi pigmen melanin dan proliferasi melanosit,
serta fungsi melanosit menurun sehingga penumpukan melanin tidak teratur dalam sel2
basal epidermis.
 Disamping itu, epidermal turn over menurun sehingga lapisan sel2 kulit mpy banyak
waktu untuk menyerap melanin yg akan mengakibatkan terjadinya bercak2 pigmentasi
pada kulit.
Sumber:Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),Edisi 4,FKUI.
e. mengapa pasien tidak mendapatkan haid selama 5 tahun terakhir? (why does the
patient hasn’t got her period since 5 years ago?)

Menopause
Nowhere are the development of age-related changes more apparent than in the human
female climacteric. Menopause occurs because of the disappearance
of oocytes from the ovary through ovulation and atresia. Little is understood about
the process of ovarian atresia and whether it is due to primary ovarian failure or secondary
to hypothalamic-pituitary changes. Several consequences of the menopause deserve
mention. First is the vasomotor instability or hot flashes. Two thirds to three quarters of
menopausal women will experience flushing, with 80 percent having the symptoms for
longer than one year and 25 percent to 50 percent for more than five years. Changes in skin
temperature, skin resistance, core temperature and pulse rate occur during the flush.
Besides being a major disturbance while women are awake, the hot flashes may occur
during sleep, leading to waking episodes. Insomnia with possible physiologic and psychologic
disturbances may thus result. It is well known that arteriosclerotic cardiovascular disease is
unusual in women before the menopause. The precise protective mechanism of ovarian
function is not known, but premenopausal women have a higher ratio of high-density
lipoproteins to low-density lipoproteins than do postmenopausal women. Osteoporosis with
its relation to the menopause has already been discussed. Changes of the skin occur with
age and the recent demonstration of estrogen receptors in the skin of mice suggests that
estrogens could have directeffects on aging of the skin (see below).
Source : Age-Related Physiological Changes and Their Clinical Significance, The Western
Journal Of Medicine, GERRY R. BOSS, MD, and J. EDWIN SEEGMILLER, MD, La Jolla,
California
DEFINISI MENOPAUSE
Rahman (Marettih, 2012) mengatakan menopause terjadi pada usia menjelang 50 tahun yang
ditandai dengan berhentinya haid terakhir dari uterus yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
dari otak dan sel-sel telur. Drajat (Marettih, 2012) mendefinisikan menopause sering disebut
sebagai peralihan masa reproduksi ke masa non reproduksi (tua) dimana kemampuan alat-alat
reproduksinya mulai menurun yang disebabkan berkuranganya hormon estrogen dan
progesterone yang mulai memegang peranan sangat penting dalam berbagai aktivitas tubuh.

TAHAP MENOPAUSE
Meski nama menopause itu spesifik, tapi transisi menopause membutuhkan periode yang cukup
lama. Oleh karena ini, menopause atas empat tahap (Zulkarnaern, 2003, Stewart, 2005, & The
Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada, 2006; dalam Prasetya, Firmiana, &
Imawati, 2012), yaitu:
a. Premenopause adalah masa antara 40 tahun dan dimulainya siklus haid mulai tidak teratur
b. Perimenopause adalah masa diantara premenopause dan menopause, ditandai dengan
tubuh mulai berkurang dalam memproduksi hormon perempuan (ekstrogen dan
progesterone). Rata-rata usia masa perimenopause pada rentang usia 39 tahun sampai 51
tahun. Masa menopause adalah 2-8 tahun (rata-rata 5 tahun).
c. Menopause adalah masa dimana fungsi ovarium berhenti dan seorang perempuan tidak lagi
mendapatkan haid.
d. Pascamenopause adalah waktu ketika perempuan telah mencapai menopause, tepatnya 12
bulan setelah menopause. Saat mengalami masa pascamenopause, perempuan akan
mengalami isu kesehatan jangka panjang, misalnnya osteoporosis dan gangguan
kardiovaskluar. Oleh karena itu, ketika mencapai menopause, adalah masa tepat bagi
perempuan untuk memeriksa kesehatan secara keseluruhan dan pilihan hidup yang bisa
mengatasi masalah kesehatan jangka panjang.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENOPAUSE


Blackburn dan Davidson (Marettih, 2012) mengatakan bahwa menopause dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain:
a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarche).
Penelitian menemukan adanya hubungan antara umur pertama mendapat haid dengan
umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur sewaktu mendapat haid
pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.

b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan.


Hasil penelitian juga menunjukkan perempuan yang tidak menikah dan bekerja, umur
memasuki menopause lebih muda dibandingkan dengan perempuan sebaya yang bekerja
dan menikah.

c. Jumlah anak.
Makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki menopause.

d. Penggunaan obat-obat keluarga berencana (KB).


Obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatannya perempuan
yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause.

e. Merokok.
Perempuan perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause dibandingkan
dengan perempuan yang tidak merokok.

f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukiman laut.


Perempuan yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 M dari permukaan laut lebih
cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan perempuan yang tinggal
diketinggian <1000 M dari permukaan laut.

g. Sosio-ekonomi.
Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosio ekonomi, di samping pendidikan dan
pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan perempuan
yang bersangkutan juga termasuk kepada faktor sosio- ekonomi.

Sumber : Asbar, Anya. 2018. Hidup Berkualitas (studi kasus pada perempuan
menopause). Jurnal Perempuan, Agama dan Jender (p-ISSN: 1412-6095|e-ISSN: 2407-
1587) Vol. 17, No. 1, 2018, Hal. 96 – 107

f. bagaimana proses fisiologis terjadinya penuaan? (teori) (how the physiology prosses?)

Teori radikal bebas, yang menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang
sangat reaktif(radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting seluler,
termasuk protein, DNA, dan lipid dan menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun
bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya.

Teori Radikal bebas dikemukakan pertama kali oleh Denham Harman tahun 1956, yang
menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal
bebas.Harman menyatakan bahwa mitokondria sebagai generator radikal bebas, juga
merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut radikal bebas adalah senyawa kimia
yang berisi elektron yang tidak berpasangan. radikal bebas terbentuk sebagai hasil
sampingan berbagai proses seluler atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen.
karena elektron tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan
elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama dengan protein dan lemak
tidak jenuh. melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi oksidatif
dapat menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul.
Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi radikal bebas secara bertahap di
dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka
mereka mungkin berkontribusi pada perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan.

Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa antioksidan yang
diproduksi oleh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh
dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut.

teori Glikosilasi, yang menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan
pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai AGEs (advanced glycation end products)
dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi
sehingga menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang menua. protein glikasi
menunjukkan perubahan fungsional, meliputi menurunnya aktivitas enzim dan menurunnya
degradasi protein abnormal. manakala manusia menua, AGEs berakumulasi diberbagai
jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, lensa mata. karena muatan kolagennya tinggi,
jaringan ikat menjadi kurang elastis dan mengkaku. kondisi tersebut dapat mempengaruhi
elastisitas dinding pembuluh darah.AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan
karenanya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.

teori DNA repair, dikemukakan oleh Hart dan Setlow. mereka menunjukkan bahwa adanya
perbedaan pola laju repair kerusakan DNA yang diinduksi sinar ultraviolet pada berbagai
fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang
manunjukkan laju DNA repair terbesar dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada belbagai
mamlia dan primata.

Sumber : Buku Ajar IPD jilid 3 Halaman 3673-3674

g. apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan? (what are the factor that can effect
the aging?)

h. bagaimana cara pencegahan dari penuaan dini? (how to prevent early aging?)

 you can't change genetics, but you can make healthy lifestyle choices to delay aging or
reduce the opportunity for ill health. Avoid tobacco products and alcohol abuse. Choose to
eat healthy and nutritious foods and stay fit.
 Drink lots of water to maintain healthy skin. Use moisturizers and sunscreen. Visit the foot
doctor (podiatrist) regularly to assure good foot care. After all, you use your feet all day to
get around in this world.

 Keep your heart active by doing aerobic exercises. Aerobic exercises keep the heart working,
which keeps the blood pumping, which brings oxygen to the lungs, which makes breathing
easier, which makes a person feel more energetic. It reduces the risk of stroke, heart disease
and CHF. As Martha Stewart says, "It’s a good thing." See your doctor before starting any
aerobic activities.

 Stay physically active throughout the age span. Work to maintain strength in muscles and
lungs to promote deep breathing and getting oxygen to the blood. The result will be an
increase in energy and vigor, feeling better about life, and a greater ability to do preferred
activities. Avoid smoking, being near smokers and polluted environments. Take slow deep
breathes regularly. Wake up and smell the roses.

 Regular physical exercise throughout the lifespan helps reduce the negative effects of age
related changes. So, the best tip is to stay physically active. Work on maintaining muscle
strength and joint and muscle flexibility. Tai Chi is an excellent resource. To prevent
constipation, drink lots of water. Water really does help. Remember to try to drink at least 5-
6 eight ounce glasses of water a day.
 To keep healthy bones, it is important to stay active. Weight bearing activities that make the
muscles and joints move around can help to maintain healthy bones. Take a look at calcium
supplements. All boomers and people 65 or older should see a doctor for medical advice
before starting an exercise program.

 Eat lots of greens and orange foods such as spinach, asparagus, and carrots. Pay attention to
declining driving skills, because unsafe driving is a skill that can kill.

 More of the same, stay active, eat small amounts of food throughout the day to maintain an
energetic metabolic system, and drink lots of water.

Sumber :Dr. Vanessa M. Dazio, OTD, OTR SAFE Aging, Inc. 2006 9330 Regency Park Blvd. Suite C,
Port Richey,

i. how aging effect the human body system?


1. digestive system
Because the digestive system has a lot of reserve built into it, aging has less effect on its
function than it does on the function of other organ systems. Nonetheless, aging is a
factor in several digestive system disorders. In particular, older adults are more likely to
develop diverticulosis and to have digestive tract disorders (for example, constipation—
see Large intestine and rectum) as a side effect of taking certain drugs.

(See also Overview of the Digestive System.)


a. Small intestine
Aging has only minor effects on the structure of the small intestine, so movement of
contents through the small intestine and absorption of most nutrients do not change
much. However, lactase levels decrease, leading to intolerance of dairy products by
many older adults (lactose intolerance). Excessive growth of certain bacteria (bacterial
overgrowth syndrome) becomes more common with age and can lead to pain, bloating,
and weight loss. Bacterial overgrowth may also lead to decreased absorption of certain
nutrients, such as vitamin B12, iron, and calcium.
b. Esophagus
With age, the strength of esophageal contractions and the tension in the upper
esophageal sphincter decrease (called presbyesophagus), but the movement of food is
not impaired by these changes. However, some older adults can be affected by diseases
that interfere with esophageal contractions.
c. Pancreas, liver, and gallblader
With age, the pancreas decreases in overall weight, and some tissue is replaced by
scarring (fibrosis). However, these changes do not decrease the ability of the pancreas to
produce digestive enzymes and sodium bicarbonate. As the liver and gallbladder age, a
number of structural and microscopic changes occur (see Effects of Aging on the Liver).
d. Stomatch
With age, the stomach lining's capacity to resist damage decreases, which in turn may
increase the risk of peptic ulcer disease, especially in people who use aspirin and other
nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Also with age, the stomach cannot
accommodate as much food (because of decreased elasticity), and the rate at which the
stomach empties food into the small intestine decreases. However, these changes
typically do not cause any noticeable symptoms. Aging has little effect on the secretion
of stomach juices such as acid and pepsin, but conditions that decrease acid secretion,
such as atrophic gastritis, become more common
e. Large intestine and rectum
The large intestine does not undergo much change with age. The rectum does enlarge
somewhat. Constipation becomes more common (see Constipation in Adults : Essentials
for Older People), which is caused by many factors:
 A slight slowing in the movement of contents through the large intestine
 A modest decrease in the contractions of the rectum when filled with stool
 More frequent use of drugs that can cause constipation
 Often less exercise or physical activity

2. Kidneys and urinary tracs

The kidneys tend to become smaller because the number of cells decreases. Less blood flows
through the kidneys, and at about age 30, they begin to filter blood less well. As years pass, they
may remove waste products from the blood less well. They may excrete too much water and too
little salt, making dehydration more likely. Nonetheless, they almost always function well enough to
meet the body’s needs. Certain changes in the urinary tract may make controlling urination more
difficult:

 The maximum volume of urine that the bladder can hold decreases. Thus, older people may
need to urinate more often.
 The bladder muscles may contract unpredictably (become overactive), regardless of whether
people need to urinate.
 The bladder muscles weaken. As a result, they cannot empty the bladder as well, and more
urine is left in the bladder after urination.
 The muscle that controls the passage of urine out of the body (urinary sphincter) is less able
to close tightly and prevent leakage. Thus, older people have more difficulty postponing
urination.
 These changes are one reason that urinary incontinence (uncontrollable loss of urine)
becomes more common as people age.
In women, the urethra (the tube through which urine leaves the body) shortens, and its lining
becomes thinner. The decrease in the estrogen level that occurs with menopause may contribute to
this and other changes in the urinary tract.

In men, the prostate gland tends to enlarge. In many men, it enlarges enough to interfere with the
passage of urine and to prevent the bladder from emptying completely. As a result, older men tend
to urinate with less force, to take longer to start the stream of urine, to dribble urine at the end of
the stream, and to urinate more often. Older men are also more likely to be unable to urinate
despite having a full bladder (called urinary retention). This disorder requires immediate medical
care.

3. eyes
As people age, the following occur:
 The lens stiffens, making focusing on close objects harder.
 The lens becomes denser, making seeing in dim light harder.
 The pupil reacts more slowly to changes in light.
 The lens yellows, changing the way colors are perceived.
 The number of nerve cells decrease, impairing depth perception.
 The eyes produce less fluid, making them feel dry.
 A change in vision is often the first undeniable sign of aging.

Changes in the lenses of the eye can cause or contribute to the following:

Loss of near vision: During their 40s, most people notice that seeing objects closer than 2 feet
becomes difficult. This change in vision, called presbyopia, occurs because the lens in the eye
stiffens. Normally, the lens changes its shape to help the eye focus. A stiffer lens makes
focusing on close objects harder. Ultimately, almost everyone gets presbyopia and needs
magnifying reading glasses. People who need glasses to see distant objects may need to wear
bifocals or glasses with variable-focus lenses.

Need for brighter light: As people continue to age, seeing in dim light becomes more difficult
because the lens tends to become less transparent. A denser lens means that less light passes
through to the retina at the back of the eye. Also, the retina, which contains the cells that
sense light, becomes less sensitive. So for reading, brighter light is needed. On average, 60-
year-olds need 3 times more light to read than 20-year-olds.
Changes in color perception: Colors are perceived differently, partly because the lens tends to
yellow with aging. Colors may look less bright and contrasts between different colors may be
more difficult to see. Blues may look more gray, and blue print or background may look
washed out. These changes are insignificant for most people. However, older people may
have trouble reading black letters printed on a blue background or reading blue letters.
The pupil of the eye reacts more slowly to changes in light. The pupil widens and narrows to
let more or less light in, depending on the brightness of the surroundings. A slow-reacting
pupil means that older people may be unable to see when they first enter a dark room. Or
they may be temporarily blinded when they enter a brightly lit area. Older people may also
become more sensitive to glare. However, increased sensitivity to glare is often due to
darkened areas in the lens or to cataracts.
Most 60-year-olds need 3 times more light to read than 20-year-olds.
Fine details, including differences in shades and tones, become more difficult to discern. The
reason is probably a decrease in the number of nerve cells that transmit visual signals from
the eyes to the brain. This change affects the way depth is perceived, and judging distances
becomes more difficult.
Older people may see more tiny black specks moving across their field of vision. These specks,
called floaters, are bits of normal fluid in the eye that have solidified. Floaters do not
significantly interfere with vision. Unless they suddenly increase in number, they are not a
cause for concern.
The eyes tend to become dry. This change occurs because the number of cells that produce
fluids to lubricate the eyes decreases. Tear production may decrease.
The appearance of the eyes changes in several ways:
The whites (sclera) of the eyes may turn slightly yellow or brown. This change results from
many years of exposure to ultraviolet light, wind, and dust.
Random splotches of color may appear in the whites of the eyes, particularly in people with a
dark complexion.
A gray-white ring (arcus senilis) may appear on the surface of the eye. The ring is made of
calcium and cholesterol salts. It does not affect vision.
The lower eyelid may hang away from the eyeball because the muscles around the eye
weaken and the tendons stretch. This condition (called ectropion) may interfere with
lubricating the eyeball and contribute to dry eyes.
The eye may appear to sink into the head because the amount of fat around the eye
decreases.
Sources : affects of aging on the digestive system by Atenodora R. Ruiz, Jr. MD, The Medical
City, Manilla, Philiphines
9. how does aging effect phyicological?
Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif
terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal
itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak
sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa
faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah
sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
c. Perubahan Aspek Psikososial
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
f. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan
atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap
menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha
untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus
mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja
secara seimbang. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bilamempertahankan kehidupan seksual pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggalDisfungsi seksual karena perubahan hormonal
atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
Perubahan Aspek Psikososial Pada umumnya setelah orang
memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian
dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia
menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua
fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia.

Sumber : MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA, kartinah, Agus, ISSN 1979-2697, Vol. I. No.94
1., Juni 2008 93-96
SUMBER : ASPEK SOSIO-PSIKOLOGI LANSIA DI INDONESIA, Johana. E. Pramitaswari, journal
UGM
10. how does aging effect her social life? (social problem related to aging)
Ada ciri-ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia Adanya
akumulasi dari penyakitpenyakit degenerative Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan
krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b)
Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab,
diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah
kematian pasangan hidup dan lain-lain.

Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,
penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan
semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul
perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak
berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Sumber : MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA, kartinah, Agus, ISSN 1979-2697, Vol. I. No.94
1., Juni 2008 93-96
12. Aging? (definisi, aspek aspek lain)

DEFINISI
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi .

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO dalam phsycologymania (2013) mengelompokkan


lanjut usia atas empat kelompok yaitu:

1) Kelompok usia pertegahan (middle age) adalah usia antara 45-59 tahun.

2) Kelompok lanjut usia(elderly age) usia antara 60-74 tahun.

3) Kelompok usia tua (old age) usia antara 75-79 tahun.

4) Kelompok sangat tua (very old) usia 80 tahun keatas.

1) Fase subklinik (usia 25-35 tahun)


Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH),
dan estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA
mulai mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan
berlebihan radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak
dari luar. Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda dan gejala dari
aging atau penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda
dan normal.
2) Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan
massa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi
lemak tubuh yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin,
meningkatnya resiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini
mulai mncul gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan- pendengaran,
rambut putih mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit menurun, dorongan
seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas
merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua. Radikal
bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi penyebab dari banyak
penyakit aging, termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri
koronaria dan diabetes.
3) Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)

Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA


(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid. Terdapat juga
kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga terjadi penurunan
densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan
berat badan. Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan 20
pon ototnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000 kalori perhari.
Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang mengalami kegagalan.
Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati “tahun emas” dan seringkali adanya
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Prevalensi
penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai akibat peningkatan usia (Fowler, 2007).
SUMBER : Jurnal Universitas Udayana

Tanda dan Gejala menuaan

Tanda dan gejala menua:

1) Perubahan Organik
Menurunkan jumlah kolagen, unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya
menghilang. Menurun jumlah sel yang berfungsi normal, menurun jumlah lemah meningkat,
jumlah darah yang dipompakan menurun, Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit,
menurun ekskresi hormon , aktivitas sensorik dan per-sepsi menurun, penyerapan lemak,
protein, dan karbohidrat menurun, umen arteri menebal

2) Sistem Persarafan

Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran, jumlah sel neuroglial, penurunan syaraf dan
serabut syaraf, penebalan leptomeninges di medulla spinalis, peningkatan masalah resiko
neurologis, cedera serebrovaskuler, parkinsonisme, konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin
lambat, penurunan ingatan jangka-pendek derajat sedang, gangguan pola gaya berjalan; kaki
dilebarkan, jalan langkah pendek, dan menekuk ke depan, risiko hemoragi sebelum muncul gejala
meningkat.

3) Sistem Pendengaran

Hilangya neuron auditoriu, kehilangan pendengaran dari frekuensi yang tinggi ke frekuensi
rendah, serumen meninkat, angiosklerosis telinga, Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi
sosial (khususnya, kemampuan untuk mendengar konsonan). Sulit mendengar menurun, khususnya
bila ada suara latar belakang yang mengganggu, atau bila percakapan cepat, Impaksi serumen dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran

4) Sistem Penglihatan

Fungsi sel batang dan sel kerucut menurunt, penumpukan, penurunan kecepatan gerakan mata,
ukuran lensa dan penguningan lensa peningkat, penurunan sekresi air mata, penurunan ketajaman
pen-glihatan, lapang penglihatan, dan adaptasi, kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
meningkat, peningkatan insiden glaucoma, gangguan persepsi kedalaman dan peningkatan kejadian
jatuh, kurang dapat membedakan warna biru, violet dan hijau, peningkatan kekeringandan iritasi
mata.

5) Sistem Muskuloskletal

Penurunan massa otot, aktivitas myosin adenosine tripospat menurun, perburukan dan
kekeringan pada kartilago sendi, penurunan kekuatan otot, densitas tulang menurun, penurunan
tinggi badan, nyeri dan kekakuan pada sendi, peningkatan risiko fraktur.

6) Sistem Perkemihan Masa ginjal menurun,


tidak ada glomerulus, jumlah nefron yang berfungsi menurun, perubahan dinding pembuluh
darah kecil penurunan tonus otot kandung kemih, penurunan GFR, kemampuan penghematan
natrium menurun, peningkatan BUN, aliran darah ginjal menurun, penurunan penngkatan urgensi,
kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual.

7) Sistem Endokrin

Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron, hormone tiroid,


termoregulasi menurun, penurunan respons demam, nodularitas dan fibrosis pada tiroid menurun,
penurunan laju metabolic basal, kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
menurun, penurunan berkeringat dan menggigildan pengaturan suhu, Respons insulin menurun,
toleransi glukosa, penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretic , insiden
penyakit tiroid meninkat.

8) Sistem Reproduksi

Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus, elastisitas vagina dan lubrikasi menurun, penurunan
hormone dan oosit , involusi jaringan kelenjar mamae, poliferasi jaringan stroma dan glandular,
kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri pada saat koitus, penurunan volume cairan semina
dan ejakulasi, elevasi testis menurun , hipertrofi prostat jaringan ikat payudara digantikan dengan
jaringan lemak, sehingga pemeriksaan payudara lebih mudah dilakukan.

9) Sistem Gastrointestina.

Ukuran hati menurun, tonus otot pada usus menurun, penurunan sekresi asam lambung, Atrofi
lapisan mukosa, perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan, ketidaknyamanan setelah makan
karena jalannya makanan melambat, penurunan penyerapan kalsium dan besi, peningkatan resiko
konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler.

13. penyakit apa saja yang dapat terjadi pada proses penuaan?

1. Osteoporosis

Osteoporosis is a skeletal disorder characterized by a decrease in bone mass which may


result in mechanical failure of the skeleton. The decrease in bone mass is an age-related
phenomenon. Beginning in the fourth decade there is a linear decline in bone mass at a
rate of about 10 percent per decade for women and 5 percent per decade for men.
Thus, by the eighth and ninth decades 30 percent to 50 percent of the skeletal mass may
be lost. The decrease in bone mass is due to a relative increase of bone resorption over
formation but the basis of this is unknown. Hormonal factors certainly play a role since
women are more susceptible than men and the rate of development of osteoporosis in
women accelerates after menopause. Moreover, low-dose estrogen therapy can arrest
or retard bone loss if begun shortly after the menopause.

2. Hypertension
A progressive increase in blood pressure after the first decade of life has long been
regarded as a normal consequence of aging and was the basis for ignoring the
presence of hypertension in the elderly. Only in the past decade or so have
prospective studies provided evidence of the grave portents of hypertension for the
older age group as well as the young and the potential preventive value of early
treatment. The elevation with age is more pronounced for systolic than diastolic
pressure. When hypertension is defined as a systolic blood pressure of greater than
160 mm of mercury and simultaneously a diastolic of greater than 95 mm of
mercury, approximately 16 percent of the general adult population is hypertensive
but about 50 percent of those over age 65 are hypertensive. The Framingham Study
clearly established that high blood pressure is a significant risk factor for stroke,
coronary artery disease and congestive heart failure.6 Moreover, cardiovascular
disease was a more frequent cause of death and morbidity in the hypertensive
subjects older than 65 years of age than in the younger subjects. More recently
the Hypertension Detection and Follow-up Program confirmed these findings and
showed, as did the Veterans Administration Cooperative Study, that treatment was
beneficial.7 All of these studies, as well as the European Working Party on High
Blood Pressure in the Elderly, have shown that blood pressure in the elderly can be
safely lowered when the antihypertensive therapy is chosen carefully and monitored
regularly. The main question that needs to be answered at present is whether
isolated systolic hypertension needs to be treated in elderly patients. Not enough
data are yet available to answer this question and large-scale clinical trials are
desperately needed. The discovery of nearly a dozen population isolates throughout
the world among whom blood pressure does not increase with advancing age is
provocative. In each isolate the culture had no access to added salt in the diet,
suggesting an additional possible preventive approach that needs evaluation in our
own culture.
3. Arteriosclerosis and Coronary Artery Disease
Thickening of the walls of arteries with hyperplasia of the intima, collagenization of
the media and accumulation of calcium and phosphate in elastic fibers progressively
occurs with aging. In addition, the lipid content of nonatherosclerotic portions of
vessels increases, particularly of cholesterol.Although none of these age-related
changes has definitely been shown to be a precursor of arteriosclerosis,
atherosclerosis clearly increases with aging. Raised fibrous plaques that contain lipid,
atheromas, of the abdominal aorta increase linearly from onset at about age 20 to
reach approximately 30 percent by -age 70. In general, atherosclerosis occurs earlier
in the aorta and carotid arteries than in the coronary and cerebral arteries and
peripheral vascular disease appears later. Myocardial infarction from coronary artery
disease increases dramatically with age and although many risk factors are known
age itself is probably the most significant. Prevention at present is aimed at
amelioration of the other factors, such as hypertension, obesity and cigarette
smoking.
4. Infections
It is well known that elderly patients have a pronounced increase in incidence of
pneumonia, both bacterial and viral, compared with younger persons. Although
much of this may be due to a general depression of immune system function,
other more specific factors may play a role. Pneumonia generally results from
aspiration of oropharyngeal secretions and such aspiration appears more frequent in
the elderly. Perhaps of even greater importance, the normal mechanical clearing of
the tracheobronchial tree by the mucociliary apparatus is significantly slower in
nonsmoking older persons than in their younger counterparts. Finally, due perhaps
to poor oral hygiene, decreased flow of saliva or difficulty with swallowing, older
persons have a higher rate of colonization of their oropharynx with Gram-negative
bacilli than do younger persons.
Source : Age-Related Physiological Changes and Their Clinical Significance, The Western Journal Of
Medicine, GERRY R. BOSS, MD, and J. EDWIN SEEGMILLER, MD, La Jolla, California

2. Inkontinensia urine a. Definisi Inkontinensia Urine Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin
yang tidak terkendali sehingga menimbulkan masalah higienis dan sosial Inkontinensia urin adalah
masalah yang sering dijumpai pada orang lanjut usia dan menimbulkan masalah fisik dan psikososial,
seperti dekubitus, jatuh, depresi dan isolasi dari lingkungan sosial Inkontinensia urin terdapat
bersifat akut atau persisten, Inkontinensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila penyakit atau
masalah yang mendasar diatasi masalahnya infeksi saluran kemih, obat–obatan, gangguan
kesadaran, vaginitis atrofik dan masalah psikologik Inkontinensia urin yang persisten biasanya dapat
dikurangi dengan berbagai terapi modalitas (Martin dan Frey, 2005). b. Klasifikasi Inkontenensia
urine Inkontinensia urin dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu

1) Inkontinensia urine akut (Transient incontinence): Inkontinensia urin ini merupakan terjadi secara
mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau
masalah iatrogenik menghilang jika kondisi akut teratasi. Penyebab umum dari Inkontinensia Urin
Transien ini sering disingkat DIAPPERS, yaitu:

a) D Delirium atau kebingungan - pada kondisi berkurangnya kesadaran baik karena pengaruh dari
obat atau operasi, kejadian inkontinensia

b) I Infection – infeksi saluran kemih seperti urethritis dapat menyebabkan iritasi kandung kemih dan
timbul frekuensi, disuria dan urgensi yang menyebabkan seseorang tidak mampu mencapai toilet
untuk berkemih.

c) A Atrophic Uretritis atau Vaginitis – jaringan teriritasi dapat menyebabkan timbulnya urgensi yang
sangat berespon terhadap pemberian terapi estrogen.

d) P Pharmaceuticals –dapat karena obat-obatan, seperti terapi diuretik yang meningkatkan


pembebanan urin di kandung kemih.

e) P Psychological Disorder – seperti stres, depresi, dan anxietas.

f) E Excessive Urin Output– karena intake cairan, alkoholisme diuretik, pengaruh kafein.

2) Inkontinensia urin kronik (persisten): Inkontinensia urin tidak berkaitan dengan kondisi akut dan
berlangsung dengan lama (lebih dari 6 bulan) ada 2 penyebab Inkontinensia urin kronik (persisten)
yaitu: menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan
kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini
dikelompokkan lagi menjadi 4 tipe (stress, urge, overflow , fungsional). Berikut ini adalah penjelasan
masing-masing tipe Inkontinensia urin kronik atau persisten:
a) Inkontinensia urin tipe stress: Inkontinensia urin terjadi apabila urin dengan secara tidak
terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar panggul,
operasi dan penurunan estrogen. Pada gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan,
tertawa, bersin, berlari, atau hal yang lain yang meningkatkan tekanan pada rongga perut.
Pengobatan dapat dilakukan dengan tanpa operasi (misalnya dengan Kegel exercises, dan beberapa
jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.

b) Inkontinensia urin tipe urge: timbulnya pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak
stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan Inkontinensia urin dapat ditandai dengan
ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul manifestasinya dapat
merupa perasaan ingin kencing yang mendadak (urge), kencing berulang kali (frekuensi) dan kencing
di malam hari (nokturia).

c) Inkontinensia urin tipe overflow : pada keadaan ini urin mengalir keluar dengan akibat isinya yang
sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, pada umumnya akibat otot detrusor kandung kemih

Anda mungkin juga menyukai