Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kekerasan selalu menjadi topik yang hangat dari abad ke abad, karena kekerasan
terjadi dimana pun dan kapan pun. Manusia yang seharusnya hidup dalam ketenangan dan
kedamaian, kini telah terusik dengan tindakan kekerasan yang telah membudaya. Hidup
berdampingan di dalam kekeluargaan, kasih, kebersamaan, persatuan, dan persaudaraan kini
telah menjadi kabur bahkan hanya menjadi sebuah moto hidup yang sulit direalisasikan baik
dalam kehidupan individual maupun sosial. Topik mengenai kekerasan memang bukan hal
yang baru lagi bagi umat dan telah muncul sejak awal kehidupan manusia contohnya dalam
cerita “Kain membunuh Habel”, Dina anak Lea yang dilahirkan bagi Yakub juga mengalami
bentuk-bentuk kekerasan yaitu perkosaan dari Sikhem anak Hemor, orang Hewi (Kej. 34:1-
2). Masih banyak bentuk kekerasan lain seperti; kekerasan secara ekonomi (memperkosa hak-
hak orang miskin).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh
sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota
keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai
tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya.
Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang
memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian
dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga
disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan
tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental,
emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi
sebaliknya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah di atas adalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan ?
2. Apa yang dimaksud dengan kekerasan ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
4. Apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
5. Apakah faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
6. Bagaimana pencegahan terhadap kekerasan dalam rumah tangga ?
1
7. Bagaimana penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
8. Bagaimana contoh kasus yang terjadi di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari rumusan masalah di atas yaitu
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan perkawinan.
2. Menjelaskan yang dimaksud dengan kekerasan.
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
4. Menjelaskan apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga.
5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga.
6. Menjelaskan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.
7. Menjelaskan penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
8. Menjelaskan contoh kasus yang terjadi di Indonesia.
D. MANFAAT PENULISAN
Sedangkan manfaat dari dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk menambah
pengetahuan mereka tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga.
2. Para pembaca dapat mengetahui bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga.
3. Pembaca dapat mengetahui faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga.
4. pembaca dapat mengetahui bagaimana cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah
Tangga
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERKAWINAN
Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di
alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi dikalangan manusia, tetapi juga
terjadi pada tanaman dan hewan. Aturan tata-tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat
sederhana yang dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat
adat dan atau para pemuka agama.
Menurut Sayuti Thalib1, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci, upacara
perkawinan adalah upacara yang suci, yang kedua pihak dihubungkan menjadi pasangan
suami-isteri atau saling minta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama
Allah.
Dengan adanya suatu perkawinan, maka seorang laki-laki yang menjadi suami
memperoleh berbagai hak suami dalam keluarga itu. Begitupun seorang wanita yang
mengikatkan diri menjadi isteri dalam suatu perkawinan memperoleh berbagai hak isteri juga.
_________________
1
Sayuti Thalib. Hukum kekeluargaan Indonesia : berlaku bagi umat islam. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-
press), (1974) hal 47.
3
1). Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan.
Didalamnya hidup bersama pasangan suami-isteri secara sah karena pernikahan. Mereka
hidup bersama sehidup-semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan
damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera
lahir dan batin2.
Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
B. DEFINISI KEKERASAN
Menurut KBBI, kekerasan berarti sifat atau hal yang keras, kekuatan dan paksaan.
Paksaan berarti adanya suatu tekanan dan desakan yang keras. Kata-kata ini bersinonim
dengan kata memperkosa yaitu menundukkan dengan kekerasan, menggagahi, memaksa
dengan kekerasan dan melanggar dengan kekerasan. Dengan demikian kekerasan berarti
membawa kekuatan paksaan dan tekanan. Istilah kekerasan menurut filsuf Thomas Hoblees
(1588-1679) manusia dipandang sebagai makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan
irasionil dan anarkis serta mekanistis yang saling iri, benci sehingga menjadi kasar, jahat,
buas, pendek untuk berpikir. Menurutnya, kekerasan itu sebagai suatu yang sangat alamiah
bagi manusia. Sedangkan Michael Crosby mendefinisikan kekerasan adalah setiap paksaan
yang mengakibatkan luka.
4
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Istilah KDRT sebagaimana ditentukan pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)
tersebut seringkali disebut dengan kekerasan domestik. Kekerasan domestik sebetulnya tidak
hanya menjangkau para pihak dalam hubungan perkawinan antara suami dengan istri saja,
namun termasuk juga kekerasan yang terjadi pada pihak lain yang berada dalam lingkup
rumah tangga. Pihak lain tersebut adalah 1) anak, termasuk anak angkat dan anak tiri; 2)
orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami, istri dan anak karena
hubungan darah, perkawinan (misalnya: mertua, menantu, ipar dan besan), persusuan,
pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga serta 3) orang yang bekerja
membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Siapapun sebetulnya
berpotensi untuk menjadi pelaku maupun korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku
maupun korban kekerasan dalam rumah tangga pun tidak mengenal status sosial, status
ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, suku maupun agama.
5
Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan,
komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari
dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
c). Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan
batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak
memperhatikan kepuasan pihak istri.
Kekerasan seksual berat, berupa:
1. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual,
mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik,
terteror, terhina dan merasa dikendalikan.
2. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban tidak
menghendaki.
3. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau
menyakitkan.
4. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan atau tujuan
tertentu.
5. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan
korban yang seharusnya dilindungi.
6. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang
menimbulkan sakit, luka,atau cedera.
Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar
verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non verbal, seperti ekspresi
wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak
dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban. Melakukan repitisi
kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat.
d). Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari
kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri.
6
Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian
lewat sarana ekonomi berupa:
· Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran.
· Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
· Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau
memanipulasi harta benda korban.
Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang menjadikan
korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya.
8
kepercayaan, ia sukar sekali memercayai siapa pun dan masalah ini akan memengaruhi
relasinya kelak sebab ia akan mengalami kesulitan membangun sebuah relasi yang intim.
5. Terakhir adalah kekerasan dalam rumah tangga akan mendistorsi pola relasi. Pada
akhirnya anak rawan untuk mengembangkan pola relasi bermasalah seperti manipulatif,
pemangsa, pemanfaat, dan peran korban.
9
merupakan ajang adu kekuatan alias perkelahian. Tidak jarang, korban dengan tipe
penantang adalah pihak pertama yang menggunakan kekerasan.
2. Orang yang bergantung. Orang ini tidak dapat hidup sendirian dan membutuhkan
pasangan untuk "menghidupinya." Orang tipe bergantung membuat pasangan kehilangan
respek sehingga dalam kemarahan ia mudah terjebak dalam penggunaan kekerasan.
Kekerasan merupakan wujud keinginannya untuk melepaskan diri dari kebergantungan
pasangan pada dirinnya sekaligus ekspresi dari ketidakhormatan kepada pasangan yang
bergantung.
3. Orang yang berperan sebagai pelindung. Orang ini senantiasa berusaha keras menutupi
masalah keluarganya demi menjaga nama baik. Orang bertipe ini cenderung menoleransi
kekerasan alias membiarkannya sehingga masalah terus berulang. Orang ini selalu
berusaha mengerti namun tindakan ini berakibat buruk pada pasangan yang menggunakan
kekerasan. Ia makin leluasa menggunakan kekerasan karena tidak ada konsekuensi yang
menantinya.
10
a. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agamanya
sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan
penuh kesabaran.
b. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena didalam
agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain.
Sehingga antara anggota keluarga dapat saling menghargai setiap pendapat yang ada.
c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah
tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan
dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan
dalam rumah tangga.
d. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota
keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa
saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga
yang kadang juga berlebih-lebihan.
e. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga,
sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga
kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan baik.
11
• Ia cenderung meyakini pembagian peran gender yang kaku, menempatkan laki-laki sebagai
penentu.
• Ia tidak menunjukkan penyesalah setelah berbuat salah atau menyakiti orang lain. Ia malah
mempersalahkan orang lain atas kekasaran yang dilakukannya.
• Ia senang berjudi, minum dan mabuk, terlibat penggunaan obat-obatan bahkan hingga
kecanduan.
12
Ancaman Hukuman KDRT menurut UU No. 23 tahun 2004 :
• Pasal 44 berbunyi:
1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya
korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda
paling banyak Rp45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pasal 45:
1) . Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).
2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap
isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Pasal 46:
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud pada Pasal
8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling
banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
13
Pasal 49:
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang:
b. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1);
c. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2).
Pasal 81:
1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00
2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang
yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
14
aktor yang laris main di beberapa judul FTV itu juga pernah ditusuk gunting oleh istrinya itu.
Semua hal itu terjadi saat Egi dan Citta tengah bertengkar. Namun apa sebenarnya duduk
permasalahannya?
Rina coba membeberkan masalah penyebab pertengkaran rumah tangga putranya itu.
Menurutnya, sang menantu saat itu selalu cemburu dengan lawan main Egi di sinetron dan
FTV hingga pertengkaran pun tak terelakkan.“Emang dari dulu sering cemburu sama lawan
mainnya Egi, ya sama Nia (Ramadhani), sama (Laudya Chintya) Bella, sama Thalita-lah dan
nggak bisa nahan emosi. Lama-lama Egi juga nyerah lah ya,” beber Rina.
Selain itu, menurut Rina, sang menantu juga sangat suka dengan dunia malam seperti
dugem. Egi dan Citta pun kerap bertengkar karena masalah tersebut.“Orangnya kan sering
dugem. Justru Egi kan diajak-ajak begitu gara-gara dia. Lama-lama Egi juga nggak tahan,”
tuntasnya. Kini Egi dan Citta sudah resmi bercerai. Namun masalah KDRT itu tetap dibawa
ke ranah hukum. Bahkan kasus tersebut sudah beberapa kali disidangkan di Pengadilan
Negeri Tangerang.
Analisis masalah:
Dari kasus diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa inti masalahnya yaitu perasaan
cemburu seorang istri terhadap lawan main suaminya di FTV. Cemburu sebenarnya
merupakan bukti atau tanda seseorang mencintai orang yang dicintainya, tapi jika cemburu
itu sudah terlalu berlebihan bahkan akan mengganggu hubungan antara suami dan istri, dan
hal itulah yang terjadi dalam kasus diatas.
Begitu kita terlibat dalam suatu hubungan cinta, kita akan mengeksklusifkan
hubungan itu hanya antara si dia dan diri kita. Akibatnya bila ada pihak lain yang dirasakan
akan mengganggu hubungan maka muncullah keterbangkitan emosi yang disebut cemburu.
Semakin serius dan eksklusif hubungan itu, maka kecemburuan juga cenderung meningkat.
Jadi intensitas kecemburuan seseorang yang baru pacaran sangat mungkin lebih rendah bila
dibandingkan dengan seseorang yang sudah tunangan atau menikah. Sudah jamak banyak
yang mengeluh bahwa dulu pada awal-awal pacaran kekasihnya tidak cemburuan, tapi justru
setelah sekian tahun pacaran menjadi sangat pencemburu.
Sang istri percaya bahwa kelekatannya dengan sang suami adalah hak mutlaknya,
(yang memberikan orang lain tidak memiliki hak untuk membubarkan kelekatan itu),
akhirnya rasa cemburu dari sang istri menjadi kejam. Cemburu sang istri juga menjadi tidak
realistis, sang istri yang terlalu cemburu terhadap lawan main suaminya di FTV lalu sang istri
menafsirkannya sebagai ancaman terhadap hubungan.
Cemburu adalah emosi yang muncul sebagai reaksi terhadap ancaman yang mungkin
bisa membuat seseorang kehilangan afeksi dari seseorang yang bernilai penting baginya,
dimana afeksi itu diberikan pada orang lain. Jadi, Anda cemburu pada pasangan Anda ketika
dia berbicara pada orang lain, tidak lain karena Anda takut kehilangan afeksi darinya karena
afeksinya bisa pindah ke orang yang diajak bicara. Cemburu juga bisa dialami kepada
15
seseorang yang belum jadi pasangan. Apabila Anda diam-diam mencintai seseorang, Anda
akan cemburu bila seseorang itu bertingkah mesra dengan orang lain.
Ada tipe kepribadian tertentu yang membuat seseorang menjadi lebih pencemburu.
Orang yang memiliki tipe kepribadian egoistik, cenderung mementingkan diri sendiri,
ambisius, dan berpandangan sempit umumnya lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe
cinta passionate love juga memiliki kecemburuan yang tinggi. Mereka sangat mudah
cemburu dan meledak-ledak sehingga sangat mempengaruhi pikiran dan perasaannya, serta
perilakunya menjadi negatif. Demikian juga orang yang memiliki tipe kelekatan
anxious/ambivalent umumnya sangat pencemburu.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
KDRT merupakan permasalahan yang sering terjadi didalam rumah tangga. Oleh
karena itu harus dilakukan pencegahan secara dini. Pendidikan agama dan pengamalan
ajaran agama di rumah tangga merupakan kunci sukses untuk mencegah terjadinya KDRT.
Fenomena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terus meningkat akhir-akhir
ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya:
1. Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan masyarakat sendiri enggan
melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya. Masyarakat ataupun pihak yang tekait
dengan KDRT, baru benar-benar bertindak jika kasus KDRT sampai menyebabkan korban,
baik fisik yang parah maupun kematian, itupun jika diliput oleh media massa;
2. Pihak terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga,
sehingga data kasus tentang KDRT pun banyak dikesampingkan ataupun dianggap masalah
yang sepele;
3. Banyak kasus KDRT yang tidak tertangani secara langsung dari pihak yang berwajib,
bahkan kasus kasus KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang sebelah mata daripada
kasus – kasus lainnya;
4. Faktor budaya. Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan yang
sangat jelas antara laki–laki dan perempuan dimana laki–laki mendominasi perempuan.
Selain itu juga pandangan bahwa cara yang digunakan orang tua untuk memperlakukan
anak–anaknya, atau cara suami memperlakukan istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri
yang mana tidak boleh dicampuri oleh pihak lain, termasuk aparat penegak hukum;
5. Faktor Domestik. Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui oleh
orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan malu karena akan dianggap oleh
lingkungan tidak mampu mengurus rumah tangga. Jadi rasa malu mengalahkan rasa sakit
hati, masalah domestik dalam keluarga bukan untuk diketahui oleh orang lain sehingga hal
ini dapat berdampak semakin menguatnya kasus KDRT;
6. Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa
yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja korban
beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak direspon
lingkungan. Hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk melaporkan
kasusnya kepada pihak berwajib.
17
Mengatasi Kekerasan dari Pihak Korban
1. Korban perlu berupaya menghilangkan faktor pemicu yaitu, (a) situasi memanas yang tak
terkendali, (b) merasa dipermalukan, dan (c) merasa terancam.
2. Korban pun harus mengundang keterlibatan pihak luar sebab jika tidak, si pelaku
kekerasan akan makin menjadi-jadi. Sesungguhnya yang diinginkan si pelaku kekerasan
adalah agar masalah tidak diketahui pihak luar, supaya ia tetap bebas berulah. Itu
sebabnya ia kerap mengancam korban untuk tutup mulut.
B. SARAN
Kemudian tinjauan Alkitabiah tentang KDRT mendaftarkan kewajiban-kewajiban setiap
anggota keluarga:
Apa kewajiban orang tua terhadap anak-anak mereka
a). Mengasihi dan memperdulikan mereka, khususnya kalau mereka masih kecil (Yes.
49: 15)
b) . Mendidik dan membimbing mereka didalam Firman Tuhan, prinsip keagamaan, dan
memberikan petunjuk-petunuk jalan Tuhan (Ef. 6:4, Ams. 22:6, 2Tim. 3:15)
c). Mendoakan mereka (Mzm. 101:2,3)
d) . Mengajarkan belajar menghormati, menaati orang tua mereka (Luk. 2:51, Ef. 6:1&4)
e). Mendorong mereka (1Taw. 28:20, Ams. 19:18, 29:15,17)
f) . Menyediakan keperluan (1Tim. 5:8, 2Kor. 12:14)
18
g). Siap menyerahkan kalau memang mereka sudah siap dipisahkan dalam kehidupan
yang baru (Kej. 4:1,2; 1Kor. 7:36, 38)
Apa kewajiban anak-anak terhadap orang tua mereka
a) Menghormati (Mal 1:6, Im 19:3)
b) Mendengarkan (Ams 31:28, 1Raj 2:19)
c) Rajin mendengar (Ams 4:1; 5:1)
d) Siap (Ef 6:1, Kol 3:20)
e) Lemah lembut dan sabar (Ibr 12:9, Ams 15:32)
f) Siap mengikuti (Kel 18:24; Hak 14:2)
g) Tahu berterima-kasih atas kebaikan terhadapnya (Rut 4:15, Kej 47:12, Ams 23:22)
19