Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Danau Tondano merupakan danau alami yang memiliki multifungsi antara lain sebagai
sumber air minum untuk masyarakat sekitar, perikanan air tawar, irigasi, obyek wisata dan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Terdapat tiga Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang
memanfaatkan air danau Tondano melalui outlet danau Tondano yaitu sungai Tondano.
Diantaranya Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tonsea Lama memiliki nilai monumental yang
dibangun oleh Pemerintah Jepang pada Tahun 1950 dengan kapasitas 14,38 MW.
Pengembangan PLTA terus dilakukan dengan pengembangan PLTA Tanggari I (18,00MW) dan
PLTA Tanggari II (19,00 MW) hingga total kapasitas adalah 51,38 MW (Dirjen Penataan Ruang
Dep. PU, 2009).
Danau Tondano yang terletak sekitar 36 km dari kota Manado, selain merupakan
reservoir air untuk Provinsi Sulawesi utara, adalah salah satu andalan obyek wisata disamping
Bunaken. Danau dengan luas 4650 Ha (Dirjen Penataan Ruang Dep. PU, 2009), pada
ketinggian 675 meter di atas permukaan laut ini, membentang antara pegunungan Lembean dan
hamparan sawah yang subur. Pusat wisata disisi barat danau adalah Remboken yang mendapat
julukan Sumaru Endo karena dari sini wisatawan dapat menikmati matahari terbit.Di sini telah
dibangun bungalow, villa, lengkap dengan kolam renang dengan sumber air panas natural (dari
aktivitas vulkanik).Wisatawan selain dapat memancing, bermain ski air, berperahu melintas
danau, dapat menikmati kerajinan tangan keramik, vas bunga yang terbuat dari tanah liat oleh
penduduk asli desa Pulutan.
Air yang masuk ke danau ini (inlet) berasal dari empat sungai, yaitu sungai Panasen,
Ranowangko, Saluwangko dan Mawalelong/Leleko dan saluran irigasi serta drainase
permukiman dan keluar dari danau Tondano (outlet) menjadi aliran sungai Tondano yang
melintas kota Manado menuju Laut Sulawesi.
Ekstensifikasi pertanian menyebabkan hamparan sawah pada wilayah tangkapan air
sungai tersebut di atas semakin luas, penggunaan pupuk kimia semakin meningkat. Keadaan ini
menyebabkan kualitas air danau Tondano berpotensial mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Aktivitas manusia yang memanfaatkan danau bertambah dengan semakin banyaknya

20
kegiatan budidaya perikanan dengan sistem jaring apung (floating net), antara lain di wilayah
desa Eris, Telap, Toulimembet, Kaweng, Tounelet. Keadaan ini semakin mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas air danau Tondano, yang berpotensial mengancam ekosistem
danau Tondano.
Sumber pencemaran utama dari unsur hara adalah bagian permukaan dan bagian bawah
permukaan (subsurface) aliran air dari daerah pertanian dan perkotaan, aliran limbah ternak,
seperti halnya buangan limbah cair industri dan rumah tangga termasuk aliran kotoran. Limbah-
limbah ini terdiri dari bermacam-macam zat yang mengandung nitrogen dan fosfor.Sebagai
contoh, nitrogen terdapat dalam bentuk nitrogen organik, amoniak, nitrit, nitrat yang diturunkan
dari protein, asam nukleat, urea dan zat-zat lainnya.Senyawa fosfor dihasilkan dari degradasi
senyawa seperti asam nukleat dan fosfolipid serta dalam bentuk fosfat anorganik.Fosfor juga
dapat berasal dari pembentuk fosfat di dalam detergen.Ini dapat siap dihidrolisis untuk
menghasilkan ortofosfat yang siap diasimilasi oleh tumbuh-tumbuhan.Sumber utama nitrogen
dan fosfor dalam daerah perairan dihasilkan dari produksi makanan atau limbah dalam bentuk
aliran air kotor. Di danau Tondano, sumber-sumber nutrien tersebut adalah: erosi permukaan
tanah, sisa-sisa pupuk dan deterjen, sisa pakan ikan, limbah ikan serta penguraian tumbuhan dan
hewan air yang mati.
Eceng gondok termasuk tanaman yang rakus sehingga sangat senang tumbuh di daerah
yang banyak makanannya (nutrien) berupa unsur-unsur hara terutama Nitrogen (N) dalam bentuk
nitrat (NO3), amoniak (NH3) dan Fosfor (P) dalam bentuk fosfat/orthofosfat (PO 4). Semakin
banyak senyawa-senyawa tersebut, maka semakin subur suatu danau.Ini berarti tingkat
eutrofikasi semakin tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat pertumbuhan eceng gondok dan
penggunaan pupuk sintetis di persawahan sekitar danau Tondano, serta kegiatan perikanan
budidaya sistem jaring apung terhadap ekosistem danau Tondano.Untuk mencapai tujuan
tersebut akan dilakukan analisis langsung pada daerah di sekitar danau Tondano.Diharapkan
melalui hasil pengamatan yang telah dilakukan secara langsung ini dapat memberikan masukan
kepada para pengambil keputusan, langkah apa yang perlu dilakukan untuk melestarikan danau
Tondano.

20
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah pemanfaatan Danau Tondano ?
1.2.2 Apa saja permasalahan yang ada di Danau Tondano ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan Danau Tondano.
1.3.2 Untuk mengetahui permasalahan yang ada di Danau Tondano dan solusinya.

1.4 Tinjauan Pustaka


1.4.1. Karakteristik dan kondisi ekosistem Danau Tondano
Danau Tondano secara administrasi berada di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi
Utara. Luas perairan danau Tondano bervariasi antara 46 km2 pada musim kemarau dan 51 km2
pada musim penghujan sedangkan keliling danau pada kondisi normal + 35,5 km. Kondisi
ekosistem danau Tondano tidak lepas dari pengaruh kondisi sungai yang masuk kedalam danau
(inlet). Sungai sungai yang masuk ke danau Tondano mencapai 35 buahyang berasal dari empat
sungai, saluran irigasi, saluran drainase permukiman yang mengalir masuk ke Danau Tondano,
dan hanya satu outlet yaitu Sungai Tondano yang bermuara di Teluk Manado dan sebagian besar
merupakan sungai musiman (intermitten yaitu ada aliran bila musim hujan saja). Diantara 35
sungai tersebut ada 3 sungai yang menjadi kontributor utama dan menyumbang unsur hara bahan
organik dan residu pestisida bagi danau Tondano yaitu sungai Mawalelong, sungai Panasen (dari
gunung Soputan) dan sungai Leleko (Gunung Tampusu).

1.4.2. Asal-Usul Terbentuknya Danau Tondano

Ari Mandolang (72 tahun) yang tinggal di Ranowangko, bercerita di kaki menara
pandang, di dekat kolam ikannya, tentang asal-usul terbentuknya Danau Tondano, seperti banyak
dituturkan masyarakat.
Pada zaman dulu, di kawasan yang kini menjadi Danau Tondano, terdapat gunung yang
menjulang sangat tinggi.Di kaki gunung itu terdapat dua wilayah, yaitu Wilayah Utara dikuasai
seorang tonaas (penguasa) yang memiliki putri tunggal yang bernama Marimbow.Wilayah
Selatan dikuasai seorang tonaas yang memiliki putra tunggal yang bernama
Maharimbow.Sementara itu penguasa Wilayah Utara diselimuti kerisauan saat memikirkan
pewaris tahtahnya nanti, karena anaknya seorang perempuan. Untuk mengatasi hal itu, ia

20
meminta kepada putrinya untuk berpakaian dan berperilaku seperti laki-laki, dan meminta ia
untuk tidak menikah seumur hidupnya. Permintaan Tonaas Utara disetujui, dan diikrarkan dalam
upacara adat di hadapan Opo Empung (tetua). Apabila sumpah itu dilanggar, akan terjadi
bencana dasyat. Sementara itu, tonaas Wilayah Selatan pun memiliki masalah yang hampir sama.
Maharimbow diminta bersumpah untuk tidak menikah selama ayahnya masih hidup.

Suatu hari, secara tidak sengaja, kedua pewaris tahta itu bertemu di
perbatasan.Maharimbow merasakan bahwa orang yang dilihatnya itu, meskipun berpakaian
layaknya seorang kesatria, tetapi memancarkan kelembutan seorang wanita.Timbul rasa
penasaran dan ingin mengetahui misteri itu.Pada pertemuan berikutnya terjadi perkelahian,
Maharimbow berhasil membuka tabir Marimbow, yang berpakaian seperti kesatria itu ternyata
seorang wanita.Mereka selanjutnya sering bertemu hingga saling jatuh cinta, lalu berikrar untuk
menjadi suamiistri, dan mempersatukan kedua wilayah itu.

Kedua insan yang sedang dipenuhi suka cita itu mengingkari kesepakatan dengan orang
tuanya, lalu mereka berlari (tumingkas) ke dalam hutan, dan melangsungkan kawin
(kaweng).Tak perlu menanti berhari-hari, keesokan harinya, bumi berguncang hebat, dan
Gunung Kaweng meletus dahsyat, melenyapkan suatu kawasan menjadi cekungan besar yang
kemudian menjadi danau.Sekarang danau itu dinamai Danau Tondano.

1.4.3. Letak Geografis dan Luas Danau

20
Danau Tondano adalah bagian hulu dari Sungai Tondano terletak di Kabupaten Minahasa
dan merupakan Danau terbesar di Propinsi Sulawesi Utara. Dilihat dari proses terbentuknya
Danau Tondano memiliki 2 versi yaitu danau yang terbentuk sebagal hasil letusan gunung api
purba (danau creater) dan danau terjadi akibat terbendungnya sistem drainase sebagal akibat
geantiklinal Minahasa yaitu munculnya dua gunung api Soputan dan Mahawu. Daerah tangkapan
Danau Tondano sampai pada outlet titik pengamatan muka air di Tolour adalah sebesar 191,94
km2. Secara geografis DAS Danau Tondano terletak di antara 10 o6'06" - 01o20'25" LU (Lintang
Utara) dan antara 124o45'04" - 124o58'20" BT (Bujur Timur) memanjang dari Selatan ke Utara.

Menurut data yang tercatat pada Stasiun Geofisika Tondano arah angin banyak bertiup
menuju arah Selatan pada bulan April sampai Oktober.Pada Bulan Januari sampal April arah
angin terbanyak bertiup menuju arah Utara, sedangkan pada Bulan November dan Desember
menuju arah Utara dan Barat. Kelembapan Udara relatif tinggi berkisar antara 84 % s/d 93 %,
temperatur antara 19C dan 27C Sedangkan evaporasi berkisar antara 1,0 mm s/d 4,6 mm.
Kiasifikasi iklim menurut Oldelman, bulan basah (> 200 mm) diwilayah Tondano terjadi hanya
pada satu bulan yaitu bulan Mei. Bulan transis (100 s/d 200 mm) terjadi selama delapan bulan
pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Juni, Juli, November dan Desember.Bulan kering
(<100 mm) terjadi selama tiga bulan pada bulan Agustus, September dan Oktober.Curah hujan
rata-rata bervariasi antara 1500 mm Sam pal dengan 2800 mm per tahun.

Luas Danau Tondano bervariasi antara 44 km2 pada musim kemarau dan 48 km2 pada
musim penghujan dengan keliling danau sebesar 35,5 km. Sungai-sungai yang masuk ke Danau
Tondano sebanyak 35 buah dan sebagian besar sungai musiman. Sungai-sungai yang masih
mengalir airnya pada musim kemarau adalah Sungai Panasen, Saluwangko, Kolsimega, Sendow
dan Ranowelang.Danau inl diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu,
dan Gunung Masarang. Sedangkan Kedalaman Danau Tondano.

1.4.4. Iklim, Temperatur dan Kelembapan Udara

Iklim di daerah Danau Tondano adalah iklim katulistiwa, dicirikan oleh suhu yang tinggi
dengan variasi musiman kecil, kelembaban yanag tinggi sepanjang tahun, dan dua arah angin
musim utama dimana kecepatan angin pada umumnya rendah.

20
Terdapat 2 (dua) stasiun klimatologi yang mempengaruhi iklim Danau Tondano yaitu
stasiun klimatologi Papakelan (BMG) Papakelan di bagian hulu dan stasiun klimatologi
Kayuwatu (BMG) Kayuwatu bagian hilir.Berikut ini data klimatologi di Stasiun BMG Papakelan
(Tondano) dan Kayuwatu (Manado).

1.4.5. Curah Hujan


Terdapat 5 stasiun hujan yang diperkirakan mewakili daerah kajian, yaitu stasiun Telap,
Remboken, Noongan, Luan di bagian hulu, sedangkan di bagian hilir terdapat 1 (satu) stasiun
yaitu stasiun Kayuwatu.Distribusi curah hujan bulanan di beberapa stasiun di sekitar Danau
Tondano dapat disimpulkan bahwa puncak curah hujan bulanan terjadi pada bulan April/Mei, dan
puncak berikutnya umumnya terjadi pada bulan Nopember.Musim kemarau dengan curah hujan

20
<100 mm berlangsung dari bulan Agustus sampai dengan September. Bulan Februari juga
merupakan bulan dengan curah hujan yang rendah setelah mengalami puncaknya yang kedua
pada Bulan November akan tetapi tidak sampai di bawah 100 mm.

1.4.6. Topografi dan Tata Guna Lahan


Keadaan topografi DAS tondano pada umumnya merupakan daerah pegunungan dan
berbukit-bukit yang tersebar pada wilayah sungainya. Sebagian besar areal berada pada daerah
administratif Kabupaten Minahasa, yaitu seluas 561,65 km2 dan hanya kurang lebih 30 km2 saja
yang merupakan wilayah administratif Kota Manado atau hanya sekitar 5,3% saja. Gunung-
gunung tersebut beberapa ada yang masih aktif dan berketinggian antara 1000 2000 meter di
atas permukaan laut.Pada dataran pedalaman yang relatif sempit dengan aliran sungai yang besar
dan kecil yang dalam membentuk lembah-lembah pada bagian-bagian tertentu, membentuk
hutan-hutan pegunungan, danau-danau dengan flora dan fauna yang beraneka ragam.

Pola penggunaan lahan di wilayah studi di bagi menjadi dua kategori, yaitu lahan sawah dan
lahan kering.Lahan sawah dapat ditanami dengan padi dan lahan basah, tambak atau rawa yang
dapat ditanami ikan.Sedangkan lahan kering terdiri dari pemukiman, tegalan, perkebunan, hutan,
fasilitas umum dan lain-lain. Persentase penggunaan lahan diantaranya kebun campuran (14,5
%), hutan (8,0 %) dan yang terbesar didominasi oleh perkebunan negara atau swasta (41,3 %).
Sedangkan lahan pekarangan untuk areal terbangun hanya menyita 6,4 % saja dari luas
keseluruhan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel berikut.

20
1.4.7. Fungsi dan Manfaat Danau
Danau Tondano mempunyai fungsi sebagai sumber air pertanian, perikanan, PDAM dan
PLTA. Untuk keperluan operasi PLTA jenis kaskade, dibutuhkan muka air danau minimal pada
elevasi 681,156 m dpl atau 1,31 m di AWLR Tolour dengan debit sedikitnya 8,30 m3/det.
Dengan duga muka air danau maksimal untuk PLTA pada debit rencana periode 10 tahun yang
terjadi pada elevasi 682,83 m dpl atau 2,984 m di AWLR Tolour (Tolour tidak terkena banjir).
Danau ini juga dimanfaatkan sebagai budidaya perikanan karamba dan jaring apung yang
berjumlah kurang lebih 459 buah dengan luas 67.293 m2 dan Produksi ikan 9115,1 ton per tahun
(sumber, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara), Pertanian/Irigasi ada sekitar
3000 Ha sawah yang merupakan pemasok padi untuk Kabupaten Minahasa, Peternakan unggas
(itik di sekitar Danau Tondano), rumah makan tepi Danau, pertambangan galian golongan C,
serta pariwisata.

1.4.8. Permasalahan Ekosistem Danau Tondano

Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)

Degradasi daerah tangkapan air terjadi karena penebangan liar dan pembukaan lahan di hutan
bagian hulu.

Kerusakan Sempadan

Okupasi lahan oleh masyarakat sekitar menjadi lahan pertanian, pemukiman,


ladang/perkebunan, sarana prasarana pariwisata dan lain sebagainya.

Pencemaran Perairan

Keramba Jaring Apung (KJA) yang hingga tahun 2009 jumlahnya mencapai 2.849 Unit.
Peningkatan erosi dan sedimentasi, sehingga terjadi pendangkalan danau dengan tingkat
sedimentasi rata-rata sebesar 0,4 m/th. Sedangkan tingkat erosi yang terjadi di bagian hulu
berkisar pada 28,86 63,00 ton/ha/tahun (UNSRAT, 2000). Pendangkalan danau dalam
kurun waktu 66 tahun semakin meningkat, dimana kedalaman semula sedalam 40 meter

20
sampai dengan tahun 2000 kedalamannya hanya sebesar 14 meter. Berikut tersaji data
pendangkalan pada Danau Tondano :

1.4.9. Data Penurunan Kedalaman Danau Tondano

Tahun Kedalaman (m)

1934 40

1974 28

1983 27

1987 20

1992 16

1996 15

2000 14

1.5. Metode Penelitian


Untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekitar danau Tondano maka dilakukan
observasi secara langsung di daerah sekitar danau Tondano yang kemudian dicocokkan dengan
data yang diambil dari internet.

20
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pemanfaatan Danau Tondano


Sesuai fungsinya sebagai waduk, danau Tondano banyak memberikan kontribusi untuk
keperluan umum seperti air minum untuk Kota Manado dan Kabupaten Minahasa, mengurangi
bencana banjir dan perikanan darat. Selain itu, saat ini danau Tondano diperuntukkan untuk
keperluan sumber pembangkit listrik, irigasi dan obyek wisata.
2.1.1. Sebagai Sumber Air Baku untuk Air Minum
Air dari danau Tondano dan sungai Tondano
dimanfaatkan sebagai suplai air baku untuk air minum
masyarakat Manado dan Kabupaten Minahasa. Gambar di
samping adalah salah satu tempat penyaringan air danau
yang dialirkan ke daerah perumahan UNIMA. Doc. Paleloan

2.1.2. Irigasi Persawahan


Selain untuk sumber air baku air minum, dan pembangkit tenaga listrik (PLTA), air dari
danau Tondano diperuntukkan untuk irigasi persawahan yang ada di sekitar danau.

20
Doc. Eris

2.1.3. Perikanan Darat :


Danau Tondano sebagai salah
satu kawasan perairan dimanfaatkan
oleh sebagian masyarakat sebagai tempat budidaya ikan. Sistem budidaya
yang digunakan adalah sistem perikanan tancap. Berdasarkan informasi dari
Ka. Bapedalda Kab. Minahasa pada saat ini budidaya ikan dengan sistem
tersebut diatas sudah mencapai lebih kurang 7000 unit Doc. Eris

2.1.4. Obyek Wisata.


Pemanfaatan lain dari perairan danau Tondano adalah sebagai lahan obyek
wisata yaitu di daerah Remboken. Tetapi juga di
sekitar danau, terdapat rumah makan-rumah
makan yang tertata cantik sehingga menarik

Doc. Paleloan
pengunjung karena selain dapat menikmati
makanan khas Minahasa pengunjungpun dapat
menikmati keindahan alam danau Tondano.

2.2 Permasalahan Di Danau Tondano


2.2.1 Sampah

Doc. Eris Doc. Eris

Adanya pemukiman penduduk di sekitar danau menyebabkan banyaknya limbah rumah


tangga yang masuk ke danau melalui saluran-saluran kecil dari daerah pemukiman ke dalam
danau.

20
2.2.2 Eutrofikasi Danau Tondano

Eutrofikasi adalah suatu rangkaian proses dari sebuah danau yang


bersih menjadi berlumpur akibat pengkayaan unsur hara tanaman dan meningkatnya
pertumbuhan tanaman. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah
mencirikan eutrofikasi sebagai pengkayaan unsur hara (nutrien) pada badan air yang
menyebabkan rangsangan suatu susunan perubahan simptotik yang meningkatkan produksi
ganggang dan makrofit, memburuknya perikanan, memburuknya kualitas air serta
menganggu penggunaan air.

Proses pengkayaan (eutrofikasi) danau dapat terjadi secara alamiah maupun secara
kultural. Menurut Connell & Miller, 1995 dalam bukunya Kimia dan Ekotoksikologi
Pencemaran, bahwa proseseutrofikasi alamiah terjadi akibat adanya aliran masukan yang
membawa detritus tanaman, garam-garam, pasir dan disimpan dalam badan air selama waktu
geologis. Sedangkan eutrofikasi kulturaldiakibatkan oleh peningkatan kegiatan manusia yang
terjadi di sepanjang daerah aliran sungai masuk (inlet) ke perairan danau misalnya; pengolahan
tanah pertanian secara intensif, penggunaan pupuk dan pembuangan limbah rumah
tangga. Proses ini akan menjadi sebuah masalah jika tidak dikendalikan. Seperti yang terjadi
pada perairan Danau Tondano, di mana tidak saja eutrofikasi alamiah yang terjadi, tetapi juga
eutrofikasi kultural, seperti dimanfaatkannya badan air sebagai lahan budidaya ikan oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar danau Tondano. Dari hasil penelitian Suryadiputra dkk
(2010), diperoleh bahwa Keramba Jaring Apung (KJA) dan Karamba tancap pada tahun 2001,
total sekitar 2500 unit; dan tersebar di Desa Eris (2078 unit), di Desa Kakas (350 unit) dan di
Desa Remboken (40 unit).

Selain itu pula pengalihfungsian lahan dari lahan lindung menjadi lahan budidaya sangat
memberikan kontribusi peningkatan konsentrasi fosfor melalui penggunaan pupuk di lahan
pertanian seluas 53% yang terdiari atas: sawah, perkebunan campuran, dan hortikultura. Sebagai
contoh: dari hasil penelitian Kumurur (1998) yang dilakukan di Kawasan Sekitar Danau Mooat,
diperoleh bahwa akibat pengalihan fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya di
kawasan sekitar Danau Mooat, telah terjadi peningkatan konsentrasi fosfor 163 kali lebih

20
besardalam lima tahun terakhir (periode 1993-1998) dibandingkan pengukuran pada
periode enam tahun sebelumnya (1987-1993).Fosfor tersebut banyak dihasilkan dari lahan
pertanian akibat penggunaan pupuk. Unsur kimia inilah yang paling bertanggungjawab dalam
proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara) pada badan air danau, seperti danau Mooat dan danau
Tondano saat ini. Pengkayaanunsur hara dan peningkatan eutrofikasi akan
mengakibatkanterganggunya dan terancam keberadaan ekosistem perairan danau Tondano.

Pengaruh utama dari peningkatan eutrofikasi adalah berkurangnya oksigen yang


terlarut. Unsur hara (nutrien) ini akan terus meningkat melalui erosi serta melalui pemberian
makanan pada ikan-ikan (jaring apung). Hal seperti inilah yang mempercepat terganggunya
keseimbangan alami perairan. Semakin kaya unsur hara (nutrien) pada badan air, maka tanaman
air akan semakin subur, padat dan menutupi permukaan perairan danau. Perairan danau semakin
keruh akibat padatnya tanaman-tanaman air tersebut, yang akhirnya menyulitkansinar matahari
menembus perairan danau. Pada akhirnya pembusukan tanaman air semakin meningkat dan akan
meningkatkan sedimentasiyang secara pasti menjadi penyebab pendangkalan perairan Danau
Tondano.

Jadi erosi dan eutrofikasi (khususnya eutrofikasi kultural) adalah dua hal penting yang
menyebabkan ekosistem perairan danau Tondano semakin kritis. Perlu penataan wilayah daerah
tangkapan air (DTA) serta pengendalian kegiatan manusia. Secara garis besar berikut adalah
sumber nutrient yang menyebabkan eutrofikasi di Danau Tondano :
Sumber-sumber Nutrien (N
Karakteristik Bagian Danau
dan P)
Sisa pakan ikan ; Limbah
Daerah budidaya ikan
ikan budidaya
Limbah rumah tangga
Erosi permukaan daratan;
Penguraian tumbuhan dan
fitoplankton yang mati
Sisa pupuk
Daerah pertanian
Aliran sedimen dari sungai
Kotoran ternak itik

20
Penguraian sisa tanaman dan
fitoplankton
Limbah dari objek wisata
Limbah rumah tangga
termasuk detergen
Limbah ternak dan pertanian
Daerah pariwisata dan
dari daratan yang masuk
pemukiman
melalui sungai
Penguraian sisa tanaman dan
fitoplankton
Sisa pakan ternak
Dekomposisi tumbuhan air
yang melimpah
Daerah pertanian sekitar
Daerah Outlet (aliran keluar
(pupuk)
air)
Aliran bahan organik dari
perairan sekitar
Penguraian fitoplankton

2.2.3 Munculnya Eceng Gondok


Sejak kapan tumbuhan air (aquatic
plants) eceng gondok menempati habitat barunya
yaitu danau Tondano ? Dari penelusuran data yang
ada, Eceng Gondok (Eichornia crassipes) belum
ditemukan oleh peneliti sampai tahun 1995. Data
perubahan komposisi tumbuhan air dari beberapa
peneliti menunjukan adanya perubahan komposisi
Doc. Eris
jenis tumbuhan air di danau Tondano.

1. Data dari Rondo (1977), dan Soerjani dkk, (1979) menyatakan komposisi tumbuhan air
sebagai berikut: Pistia stratiotes, Spirodela polyrhiza, Azolla piata, Lemna minor, Ceratophylum
demersum, Hydrilla verticillata, Najas indica, dan Potamogeton malaianus.

20
2. Sementara hasil penelitian Tamanampo dkk (1995) melaporkan komposisi spesies yang
hanya terdiri dari 6 spesies yaitu: P. malaianus, H. verticillata, C. demersum, dan N. indica, P.
stratiotes, Ludwigia adscendens.

3. Penelitian Tinangon, (1999) selain ke enam jenis di atas, ditemukan


juga polygonumsp., Ipomea aquatica, Eichornia crassipes, dan Paspalum sp.

Data terakhir di atas, menjadi catatan karena selain masuknya eceng gondok dalam daftar
spesies tumbuhan air di danau Tondano, eceng gondok langsung menempati urutan pertama
dalam hal kerapatan / biomassa sehingga menjadi tumbuhan air yang dominan sejak saat itu atau
di kisaran tahun 1996 ke atas.

Eceng gondok termasuk tanaman yang rakus sehingga sangat senang tumbuh di daerah
yang banyak makanannya (nutrien) berupa unsur-unsur hara terutama Nitrogen (N) dalam bentuk
nitrat (NO3), amoniak (NH3) dan Fosfor (P) dalam bentuk fosfat/orthofosfat (PO4). Semakin
banyak senyawa-senyawa tersebut, maka semakin subur suatu danau.Ini berarti tingkat
eutrofikasi semakin tinggi.

Sumber pencemaran utama dari unsur hara adalah bagian permukaan dan bagian bawah
permukaan (subsurface) aliran air dari daerah pertanian dan perkotaan, aliran limbah ternak,
seperti halnya buangan limbah cair industri dan rumah tangga termasuk aliran kotoran. Limbah-
limbah ini terdiri dari bermacam-macam zat yang mengandung nitrogen dan fosfor.Sebagai
contoh, nitrogen terdapat dalam bentuk nitrogen organik, amoniak, nitrit, nitrat yang diturunkan
dari protein, asam nukleat, urea dan zat-zat lainnya.Senyawa fosfor dihasilkan dari degradasi
senyawa seperti asam nukleat dan fosfolipid serta dalam bentuk fosfat anorganik.Fosfor juga
dapat berasal dari pembentuk fosfat di dalam detergen.Ini dapat siap dihidrolisis untuk
menghasilkan ortofosfat yang siap diasimilasi oleh tumbuh-tumbuhan.Sumber utama nitrogen
dan fosfor dalam daerah perairan dihasilkan dari produksi makanan atau limbah dalam bentuk
aliran air kotor. Di danau Tondano, sumber-sumber nutrien tersebut adalah: erosi permukaan
tanah, sisa-sisa pupuk dan deterjen, sisa pakan ikan, limbah ikan serta penguraian tumbuhan dan
hewan air yang mati.

2.2.4 Pendangkalan Danau Tondano

20
Eutrofikasi yang kemudian di susul dengan kehadiran eceng gondok berperan dalam
pendangkalan danau, karena jika tumbuhan ini mati maka dia akan menumpuk cukup lama di
dasar danau sebelum akhirnya hancur dan terurai. Disamping itu, tumbuhan ini juga menjadi
semacam perangkap lumpur. Kehebatan eceng gondok, apalagi dengan sistem pengendalian
yang kurang baik karena hanya dibiarkan di tepi danau, akan sangat berpotensi membentuk rawa
dan daratan baru di tepi danau sehingga menyebabkan penyempitan danau. Penguapan oleh
eceng gondok disaat musim panas juga menjadi masalah karena diduga cukup signifikan
mengurangi volume air di musim panas.

Perubahan Kedalaman Danau Tondano

Nampak bahwa ada perbedaan rentang penurunan kedalaman pada setiap masa.Diduga
hal ini disebabkan oleh faktor pemanfaatan ruang dan manajemen ekosistem. Misalnya
dipengaruhi oleh berkurangnya luas hutan, masa budidaya cengkih dan masa keemasannya di
tahun 1970-an sampai 1980-an. Juga ketika tanaman ini mulai dibiarkan tak terawat disaat
harganya anjlok. Pada era 1995 ke atas pengaruh penting lainnya adalah pemeliharaan ikan
dengan sistem keramba kemudian jaring tancap yang memproduksi sedimen dari cangkang
moluska (jenis renga, kelombi dll).

Jika dihitung dari data awal yang ada yaitu tahun 1934(40m) hingga data terakhir tahun
1996 (15m), maka penurunan selama 52 tahun sebesar 25 m, atau rata-rata penurunan per tahun
adalah 25 m/ 52 thn = 0,48 m atau 48 cm.Yang perlu diperhatikan adalah pada tahun 1996,
kehadiran gulma air Eceng Gondok(Eichornia crassipes) belum seperti sekarang ini. Artinya

20
capaian kedalaman 15 m waktu itu belum terlalu dipengaruhi oleh pertumbuhan eceng gondok.
Nah, jika kedalaman saat ini setelah 15 tahun dari 1996 telah banyak dipengaruhi oleh eceng
gondok, bisa saja penurunan kedalaman per tahun bukan hanya 48 cm tetapi lebih dari itu.

Jika pun faktor eceng gondok kita abaikan, dengan mengambil perhitungan penurunan
kedalaman 48 cm / tahun maka penurunan kedalaman danau tahun 2011 (15 tahun setelah 1996)
dapat diprediksi menjadi 15 thn x 48 cm = 720 cm atau 7,20 m. Ini berarti kedalaman danau
diprediksi telah berkurang 7,2 m dan tertinggal berkisar pada angka 7,8 m ! berapa lama lagi
waktu yang diperlukan untuk menghapus danau Tondano yang dalamnya tinggal 7,8 m itu dari
peta ? (meskipun perlu data empirik terakhir, ini hanya perhitungan kasar saja).

Jika penurunannya tetap 0,48 m per tahun, maka waktu yang dibutuhkan tinggal 16
tahun dari sekarang. Berarti prediksi matematis ini, memprediksi bahwa pada
tahun 2027 kedalaman danau tinggal 0 m dan danau tondano bukan lagi danau, tetapi berubah
wujud menjadi rawa bahkan daratan. Ini mungkin saja terjadi jika kita hanya tinggal diam.
Simpelnya, cobalah biarkan eceng gondok tumbuh subur tak diangkat, pasti dalam 1 2 tahun
seluruh danau telah ditumbuhi eceng gondok yang lama-lama akan semakin menjadi penyebab
pendangkalan dan penjebak lumpur....

Dampak Pendangkalan

Dampak pendangkalan danau, telah dan sedang dirasakan oleh masyarakat saat ini. Banjir
yang dialami oleh masyarakat di beberapa desa pinggiran danau maupun sungai Tondano adalah
salah satu contoh aktual dari terjadinya pendangkalan danau. Meskipun pendangkalan danau
bukanlah satu-satunya faktor penyebab banjir, namun berkurangnya kapasitas tampung wadah
danau atau sungai akibat pendangkalan yang pasti menyebabkan peluapan air ketika jumlah input
/ masukan air lebih besar dibanding kapasitas tampung dan kemampuan pembuangan, yang
diperparah oleh penahanan air di pintu air PLN tonsealama.Dalam jangka panjang pendangkalan
sebagai bagian dari proses suksesi danau akan merubah fisiografi dan karakteristik habitat dari
ekosistem danau menjadi rawa berlumpur dan kemudian daratan.

Penyebab Pendangkalan

20
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pendangkalan yang pada prinsipnya
merupakan peristiwa sedimentasi atau pengendapan partikel padat seperti lumpur di dasar danau
dansungai. Faktor penyebab tersebut adalah:

1. Erosi tanah permukaan .Tanah di pegunungan / daratan sekitar danau terkikis disaat
hujan.Tingkat erosi semakin besar karena daerah penyangga seperti hutan semakin kritis. Data
tahun 2001, keadaan hutan di DAS Tondano tinggal 8,75 % .

2. Sedimentasi organik seperti oleh tumbuhan air Arakan (Hydrilla verticilata) dan Eceng
Gondok (Eichornia crassipes). Tumbuhan air ini jika mati akan menumpuk dan mengendap di
dasar danau. Apalagi proses pengendalian secara fisik dilakukan kurang sempurna dimana eceng
gondok yang di angkat hanya dibiarkan di tepi danau. Akibatnya terjadi percepatan pembentukan
rawa dan daratan di beberapa tempat di tepi danau.Hal ini bukan saja menyebabkan
pendangkalan tetapi sekalian menyebabkan penyempitan danau.

3. Pembuangan sampah. DanauTondano masih menjadi tempat yang empuk untuk tempat
pembuangan sampah baik secara langsung ke badan air danau atau melalui sungai yang
bermuara di danau Tondano.

Faktor mana yang lebih besar mempengaruhi proses sedimentasi, butuh kajian lebih lanjut.
Namun demikian, eceng gondok punya potensi yang tak bisa terhalang oleh waktu dan kondisi
musim. Baik musim hujan maupun panas, tumbuhan ini tetap tumbuh subur di danau yang
semakin subur lewat proses penyuburan danau(eutrofikasi). Jadi baik di musim panas
maupun hujan tumbuhan ini berpotensi mempercepat laju pendangkalan danau. Sementara erosi
tanah, lebih kentara di musim hujan.

2.2.5 Solusi Dalam Menanggulangi Permasalahan Danau Tondano

Dalam menanggulangi permasalahan yang ada diperlukan kesadaran dari semua lapisan
masyarakat khususnya masalah sampah yang notabenya merupakan karya kita. Perlu adanya
partisipasi langsung dari masyarakat.

Untuk masalah eceng gondok, berikut ini adalah beberapa upaya dalam mengatasi gulma
air ini :

20
- Tinangon menawarkan beberapa langkah. Yaitu, pengangkatan eceng gondok secara
besar-besaran dan memanfaatkannya. Misalnya, daunnya untuk pakan ternak. Batang
untuk kerajinan. Akar dan sisa tanaman yang membusuk untuk kompos dan biogas.
Berikut, penghijauan kembali daerah tangkapan air (catchman area) DAS Tondano.
Selanjutnya, pengolahan air limbah pertanian sebelum masuk ke danau. Pembatasan
budidaya ikan dalam jaring tancap. Stop membuang sampah ke danau. Dan Kurangi
penggunaan detergen.
- Institusi Lembaga Riset FMIPA UKIT bekerja sama dengan Yayasan Masarang telah
melakukan penelitian terhadap eceng gondok di Pusat Kegiatan Program Penelitian dan
Percontohan Pengendalian Eceng Gondok (P4EG) di Desa Telap Kecamatan Eris. Dalam
laporan tahap pertama tahun 2005 lalu, telah menginvestasikan dana lebih dari 200 juta.
- Bupati Minahasa, Stevanus Vreeke Runtu kembali menelorkan ide untuk mengatasi
masalah eceng gondok di danau Tondano. Caranya unik, yaitu memakan eceng gondok
tersebut. "Pemkab Minahasa sedang menyusun sebuah rencana untuk melakukan lomba
memasak eceng gondok. Jika diolah secara baik, eceng gondok bisa dimanfaatkan
sebagai bahan makanan. Kita bisa mengendalikan pertumbuhan eceng gondok di Danau
Tondano dengan cara memakannya," ujarnya seperti diberitakan Harian Tribun Manado,
Minggu, 20 Maret 2011.
- Pemerintah Provinsi Sulut juga melakukan langkah penanganan eceng gondok. Dinas
Koperasi dan UMKM Sulawesi Utara bekerja sama dengan Fakultas Peternakan
Universitas Sam Ratulangi, menyelenggarakan pelatihan pembuatan pakan ternak dari
eceng gondok di Kecamatan Kawangkoan pada 22-27 Agustus 2011. Kegiatan pelatihan
tersebut diikuti sebanyak 60 orang peserta berasal dari Kecamatan Kawangkoan,
Remboken dan Kakas. Kepala Dinas koperasi dan UMKM Propinsi Sulawesi Utara
Robby Assah SE Msi mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Pemprop
Sulawesi Utara untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan peternak skala
kecil di daerah ini. Umumnya para peternak skala kecil menghadapi masalah tingginya
harga pakan ternak sehingga pendapatan yang mereka peroleh sangat kecil. Pakar pakan
ternak Fakultas Peternakan Ir. Berthy Rembet MS mengatakan, aplikasi penelitian
mereka yang disumbangkan dalam pelatihan ini didasarkan pada struktur produksi dan
kelompok pendapatan peternak yaitu Teknologi Biaya murah (Zero Cost Technology).
Eceng gondok menjadi salah satu bahan pokok pembuatan pakan ternak, selain jerami

20
jagung, serbuk gergaji, dedak kasar, serbuk sabut kelapa, dan limbah organik dipasar
tradision

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Danau Tondano merupakan aset berharga bagi masyarakat Sulawesi Utara. Namun saat
ini Danau Tondano terancam berubah menjadi daratan karena debit air berkurang dan terjadi
pendangkalan. Sampah dan eceng gondok masih menjadi masalah yang paling konkrit.

Saran

Semua lapisan masyarakat harus mengambil peran dan berpartisipasi dalam


penanggulangan masalah di Danau Tondano. Sebagian besar masalah yang muncul di sebabkan
oleh aktivitas masyarakat, oleh karena itu masyarakat harus menunjukkan rasa kepedulian lewat
partisipasi langsung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wantasen, Sophia. 2011. Kajian tingkat trofik di danau Tondano.


https://konservasidanautondano.wordpress.com/
Diakses pada 22 Mei 2015. Pukul 8:35 WITA

Tinangon, Meidy. 2013. Menelusuri Problema Danau Tondano. http://infoekologi.blogspot.com/


Diakses pada 16 Mei 2015. Pukul 2:39 WITA

Anonim. Danau Tondano.


http://danau.limnologi.lipi.go.id/danau/profil_danau_tab=gambaranumum.
Diakses pada 16 Mei 2015. Pukul 2:11 WITA

20

Anda mungkin juga menyukai