Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai


manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-
negara berkembang. WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah
penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1000 penduduk.
Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Aceh (16,6 per 1000
penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke bersama-sama dengan
hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, merupakan
penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia.
Berdasarkan penelitian-penelitia sebelumnya, di Indonesia kejadian stroke
iskemik lebih sering ditemukan dibandingkan stroke hemoragik. Adapun faktor
resiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah faktor yang
tidak dapat dimodifikasi (contoh: usia, ras, gender, genetic, dll) dan faktor yang
dapat dimodifikasi (contoh: obesitas, hipertensi, diabetes, dll). Identifikasi faktor
resiko sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di satu negara.

1
2

BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. R
Umur : 74 tahun
MR : 36.22.xx
Alamat : Beuringen, Meurah Mulia
Agama : Islam
Suku : Aceh
Tanggal Masuk Rumah sakit : 15 Januari 2020
Tanggal Keluar Rumah Sakit:
Pukul : 16.00 WIB

2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama: Kelemahan anggota gerak sebelah kanan.
b. Keluhan Tambahan: Bicara pelo dan mulut miring ke kanan
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke instalasi gawat darurat (IGD) RSU Cut Meutia
dengan keluhan tangan dan kaki sebelah kanan lemah dan sulit digerakkan.
Keluhan tersebut terjadi secara mendadak saat pagi hari ketika pasien hendak
berwudhu. Pasien juga mengeluhkan bicaranya menjadi pelo dan mulutnya miring
ke kiri sejak tangan dan kaki mengalami kelemahan. Tiga jam setelah kejadian
tersebut pasien kemudian dibawa keluarga ke RS. Keluhan lainnya seperti sakit
kepala, mual, muntah, kejang serta penurunan kesadaran disangkal oleh pasien.
Keluhan gangguan buang air besar, gangguan buang air kecil dan trauma
disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat hipertensi ± 3 tahun yang lalu, tekanan darah paling tinggi
160/110 mmHg dan tidak terkontrol.
 Riwayat diabetes mellitus: disangkal
3

 Riwayat stroke sebelumnya: disangkal


 Riwayat penyakit jantung disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat hipertensi pada keluarga (-)
 Riwayat stroke (–)
 Riwayat diabetes mellitus (-)
f. Riwayat penggunaan obat: disangkal/ tidak ada.
g. Riwayat kebiasaan:
 Pasien merupakan ibu rumah tangga

2.3 Resume pasien


Ny. R, 74 tahun datang dibawa keluarga ke RSU Cut Meutia dengan
keluhan utama kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Keluhan tersebut timbul
mendadak saat pagi hari ketika pasien hendak berwudhu. Pasien juga
mengeluhkan pelo dan mulutnya miring ke kanan sejak tangan dan kakinya
mengalami kelemahan. Keluhan sakit kepala, kejang, mual, muntah serta
penurunan kesadaran disangkal oleh pasien. Pada riwayat penyakit dahulu
ditemukan adanya riwayat hipertensi, namun diabetes mellitus penyakit jantung
dan riwayat stroke sebelumnya disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis E4V5M6
Kesan sakit : Kesan sakit sedang
Tanda vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 93 x/menit
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu : 36,7oC
4

Status Generalis

a. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis,


turgor kulit cukup, capilary refill kurang dari 2 detik dan
teraba hangat.
b. Kepala : Normosefali, rambut berwarna hitam distribusi merata
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL
+/+, RCTL +/+, pupil isokor 3mm/3mm
 Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi
septum (-), sekret (-/-)
 Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-),
sekret (-/-)
 Mulut : Sudur bibir kanan turun, kering (-), sianosis (-), lidah
sedikit mencong ke kanan
 Tenggorokan : Trismus (-); arkus faring simetris, hiperemis (-);
uvula di tengah
c. Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi : Tidak terdapat tanda trauma maupun massa
b) Palpasi : Tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar
tiroid, tidak terdapat deviasi trakea
d. Pemeriksaan Toraks
Jantung
a) Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
b) Palpasi : Iktus kordis teraba kuat ± 2cm di bawah papilla mamae
sinistra
c) Perkusi :
Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra dengan bunyi
redup
Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra dengan bunyi
redup
5

Batas bawah kiri : ICS V ± 1cm medial garis midklavikula sinistra


dengan bunyi redup
Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra dengan bunyi
redup
d) Auskultasi: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
a) Inspeksi : Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis,
retraksi otot-otot pernapasan (-)
b) Palpasi : Simetris, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri
c) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
d) Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
e. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
b) Auskultasi : Bising usus (+) normal
c) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
d) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
k. Pemeriksaan Ekstremitas
 Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis (-/-)
 Akral hangat (+/+), odem (-/-) ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
dextra

2.5 Status Neurologis


Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Gerakan abnormal : Tidak ada
a. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2. Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3. Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4. Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak
terdapat tahanan sblm mencapai 135º)
6

5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai


70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)

b. Nervus Kranialis

1. N-I (Olfaktorius) :

Normosmia

2. N-II (Optikus)

Okuli Dextra Okuli Sinistra

a. Visus : 6/6

b. Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

d. Lapang pandang : dengan tes konfrontasi : normal

3. N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)

Okuli Dextra Okuli Sinistra

a. Gerakan bola mata:

atas : + +

bawah : + +

lateral : + +

medial : + +

atas lateral : + +

bawah lateral : + +

bawah lateral : + +

bawah medial : + +

b. Ptosis : Tidak ada


7

c. Starbismus : Tidak dapat diperiksa

d. Pupil : isorkor

Lebar : 3mm 3mm

Bentuk : Bulat Bulat

RCL : (+) (+)

RCTL : (+) (+)

e. Diplopia : Tidak dapat diperiksa

f. Nistagmus : Tidak dapat diperiksa

4. N-V (Trigeminus)

a. Sensorik Dextra Sinistra

 N-V1 (ophtalmicus) : + menurun

 N-V2 (maksilaris) : + menurun

 N-V3 (mandibularis) : + menurun

b. Motorik :

Membuka dan menutup mulut : Normal

Menggigit : Normal

5. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
 N-V1 (ophtalmicus) : +
 N-V2 (maksilaris) : +
 N-V3 (mandibularis) : +
(pasien dapat menunjukkan tempat rangsang raba)
b. Motorik : +
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut
c. Refleks kornea : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
8

5. N-VII (Fasialis)
a. Sensorik (indra pengecap) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b. Motorik
 Angkat alis : + / +, terlihat simetris kanan dan kiri
 Menutup mata : +/+
 Menggembungkan pipi : kanan (baik), kiri (baik)
 Menyeringai` : kanan (lemah minimal), kiri (baik)
 Gerakan involunter : -/-
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
 Tes Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b. Pendengaran
 Tes Rinne : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
 Tes Schwabach : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
 Tes Weber : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
7. N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a. Refleks menelan : +
b. Refleks batuk : +
c. Perasat lidah (1/3 anterior) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
d. Refleks muntah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
e. Posisi uvula : Normal; Deviasi ( - )
f. Posisi arkus faring : Simetris
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /+
b. Kekuatan M. Trapezius : + /+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah :-
b. Atrofi lidah :-
c. Ujung lidah saat istirahat : -
d. Ujung lidah saat dijulurkan: Deviasi ke kanan
9

c. Refleks
1..Refleks Fisiologis
 Biceps : N/N
 Triceps : N/N
 Achiles : N/N
 Patella : N/ N
2. Refleks Patologis
 Babinski : -/-
 Oppenheim : -/-
 Chaddock : -/-
 Gordon : -/-
 Scaeffer : -/-
 Hoffman-Trommer : -/-
c. Pemeriksaan Motorik

1. Tonus

Hypotonus Eutonus

Hypotonus Eutonus

2. Massa otot

Eutrophy Eutrophy

Eutrophy Eutrophy

3. Kekuatan Otot

4444 5555

4444 5555

d. Sistem Koordinasi
1. Romberg Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
2. Tandem Walking : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
10

3. Finger to Finger Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan


4. Finger to Nose Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
e. Sensorik:
+2 +2
+2 +2

f . Susunan Saraf Otonom


Inkontinensia :-
Hipersekresi keringat :-

2.4 Diagnosa
 Diagnosa klinis: Kelemahan anggota gerak sebelah kanan
Bicara pelo dan mulut miring sebelah kiri
 Diagnosa etiologi: Stroke non hemorragik
 Diagnosa topis: lesi di korteks serebri sinistra
 Diagnose patologis: iskemik

2.5 Rencana Pemeriksaan


 Pemeriksaan laboratorium
 Rontgen thoraks
 EKG
 CT-SCAN
 MRI

2.6 Terapi:
IVFD Asering 20 tt/i makro
IV Citicoline 500 mg/12 jam
IV Ondansentrone 4 mg /12 jam
IV Omeprazole 40mg /12 jam
IV ketorolac 3% /12 jam
IV Lapibal 1 amp/12 jam
11

Oral:
Amlodipin 1x5mg

2.7 Prognosis:
Quo Ad Vitam : dubia et bonam
Quo Ad Fungsionam : dubia et bonam
Quo Ad Sanationam : dubia et malam

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium darah

15 July 2018 17:58 Wib


Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,8 g /dL 13-18
Eritrosit 4,25 juta/ mm3 4,5-6,5
Leukosit 18,08 ribu/ mm3 4,0-11,0
Hematokrit 39,8 % 42-52
Index Eritrosit
MCV 93,6 fl 79-99
MCH 30,0 pg 27-32
MCHC 32,0 g% 33-37
RDW-CV 12,3 % 11-15
Trombosit 173 ribu/mm3 150-450
Kimia Klinik
Glukosa Darah Puasa 39 mg/dL 70-125
Gula Darah 2 PP 79 mg/dL
Fungsi Hati
Bilirubin Total 1.70 mg/dL 0,1-1,2
Bilirubin Direk 0,51 mg/dL 0,0-0,3
AST (SGOT) 42 IU/L 15-37
ALT (SGPT) 28 IU/L 10-40
Alkali Phospat 68 IU/L 31-97
Fungsi Ginjal
Ureum 70.90 mg/dL 20-40
Kreatinin 1.40 mg/dL 0,60-1.00
Asam urat 7,9 mg/dL <7,2
Lemak
Kolesterol 242 mg/dL Dianjurkan <200
Resiko Sedang 200-239
Resiko Tinggi >= 240
12

HDL Kolesterol 62 mg/dL >45


LDL Koleterol 167 mg/dL 100-129
Trigliserida 11 mg/dL <150

2.9 Follow Up

Tanggal S O A P
16/1/2020 Kelemahan TD: 130/80 mmHg Hemiparese Dextra IVFD
H+1 anggota HR: 80x/i ec. Stroke iskemik Asering 20
gerak sebelah RR: 20x/i tt/i
kanan (+), T: 36,5ºC IV Citicoline
bicara pelo 500 mg/12j
(+), BAK Status neurologis: IV
(+), BAB (-) GCS E4V5M6 Ondancetron
Mual (-) Pupil bulat isokor 4mg /12 j
Muntah (-) 3mm/3mm IV
RCL +/+ Omeprazole
RCTL +/+ 40 mg /12 j
Meningeal sign: IV ketolorac
kaku kuduk:- 3% /12 j
Brudzinski I,II,III: - IV
Refleks fisiologis: lapibal1amp
Refleks bisep /12 j
trisep:+
Refleks patella: +
Refleks patologis: Amlodipin
Hoffman/tromner: - 1x5mg
Babinski: -
Motorik
4444 5555
4444 5555

Sensorik:
+2 +2
+2 +2

N.kranialis:
Lesi N.VII sentral
Lesi N.XII dextra
Otonom: BAB (-),
BAK (+)
17/1/2020 Kelemahan TD: 120/80 mmHg Hemiparese Dextra IVFD
H+2 anggota HR: 80x/i ec. Stroke iskemik Asering 20
gerak sebelah RR: 19x/i tt/i
kanan (+), T: 36,2ºC IV Citicoline
bicara pelo 500 mg/12j
(+), BAK Status neurologis: IV
(+), BAB (-) GCS E4V5M6 Ondancetron
2 hari Pupil bulat isokor 4mg /12 j
13

Mual (-) 3mm/3mm IV


Muntah (-) RCL +/+ Omeprazole
RCTL +/+ 40 mg /12 j
Meningeal sign: IV ketolorac
kaku kuduk:- 3% /12 j
Brudzinski I,II,III: - IV
Refleks fisiologis: lapibal1amp
Refleks bisep /12 j
trisep:+
Refleks patella: +
Refleks patologis: Amlodipin
Hoffman/tromner: - 1x5mg
Babinski: - Clopidogrel
Motorik 1x75mg
4444 5555
4444 5555

Sensorik:
+2 +2
+2 +2

N.kranialis:
Lesi N.VII sentral
Lesi N.XII sinistra
Otonom: BAB (-),
BAK (+)
18/1/2020 Kelemahan TD: 120/80 mmHg Hemiparese Dextra IVFD
H+3 anggota HR: 80x/i ec. Stroke iskemik Asering 20
gerak sebelah RR: 18x/i hiperkolesterolemia tt/i
kanan (+), T: 36,5ºC IVFD
bicara pelo Aminofluid
(+), BAK Status neurologis: 20 tt/i
(+), BAB (-) GCS E4V5M6 IV Citicoline
3 hari. Sulit Pupil bulat isokor 500 mg/12j
makan(-) 3mm/3mm IV
Mual (-) RCL +/+ Ondancetron
Muntah (-) RCTL +/+ 4mg /12 j
Meningeal sign: IV
kaku kuduk:- Omeprazole
Brudzinski I,II,III: - 40 mg /12 j
Refleks fisiologis: IV ketolorac
Refleks bisep 3% /12 j
trisep:+ IV
Refleks patella: + lapibal1amp
Refleks patologis: /12 j
Hoffman/tromner: -
Babinski: -
Motorik Amlodipin
3333 5555 1x5mg
4444 5555 Clopidogrel
14

1x75mg
Sensorik: Simvastatin
+2 +2 1x20mg
+2 +2

N.kranialis:
Lesi N.VII sentral
Lesi N.XII sinistra
Otonom: BAB (-),
BAK (+)
19/1/2020 Kelemahan TD: 140/80 mmHg Hemiparese Dextra IVFD
H+4 anggota HR: 87x/i ec. Stroke iskemik Asering 20
gerak sebelah RR: 21x/i hiperkolesterolemia tt/i
kanan (+), T: 36,8ºC IVFD
bicara pelo Aminofluid
(+), BAK Status neurologis: 20 tt/i
(+), BAB (-) GCS E4V5M6 IV Citicoline
Mual (-) Pupil bulat isokor 500 mg/12j
Muntah (-) 3mm/3mm IV
RCL +/+ Ondancetron
RCTL +/+ 4mg /12 j
Meningeal sign: IV
kaku kuduk:- Omeprazole
Brudzinski I,II,III: - 40 mg /12 j
Refleks fisiologis: IV ketolorac
Refleks bisep 3% /12 j
trisep:+ IV
Refleks patella: + lapibal1amp
Refleks patologis: /12 j
Hoffman/tromner: -
Babinski: -
Motorik Amlodipin
3333 5555 1x5mg
4444 5555 Clopidogrel
1x75mg
Sensorik: Simvastatin
+2 +2 1x20mg
+2 +2

N.kranialis:
Lesi N.VII sentral
Lesi N.XII sinistra
Otonom: BAB (-),
BAK (+)
20/1/2020 Kelemahan TD: 130/80 mmHg Hemiparese Dextra Citicolin 2 x
H+5 anggota HR: 71x/i ec. Stroke iskemik 500mg
(PBJ) gerak sebelah RR: 24x/i hiperkolesterolemia Omeprazole
kanan (+), T: 36,2ºC 2x1
bicara pelo CPG 1 X 75
(+), BAK Status neurologis: mg
15

(+), BAB (-) GCS E4V5M6 Amlodipin 1


4 hari Pupil bulat isokor x5 mg
Mual (-) 3mm/3mm Simvastatin
Muntah (-) RCL +/+ 1x 20mg
RCTL +/+ Fitbon 2x1
Meningeal sign: Ostriol 1x1
kaku kuduk:- PN 2x1
Brudzinski I,II,III: - Laxadyn syr
Refleks fisiologis: 3xCI
Refleks bisep
trisep:+
Refleks patella: +
Refleks patologis:
Hoffman/tromner: -
Babinski: -
Motorik
4444 5555
4444 5555

Sensorik:
+2 +2
+2 +2

N.kranialis:
Lesi N.VII sentral
Lesi N.XII sinistra
Otonom: BAB (-),
BAK (+)
16

BAB 3
PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan pasien menderita stroke non
hemoragik/iskemik.

A. ANAMNESIS
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis berupa
hemiplaresis dekstra, bicara pelo, dan bibir miring ke kanan yang tiba-tiba tanpa
didahului trauma, nyeri kepala hebat, muntah-muntah, dan penurunan kesadaran.
Dari anamnesis juga ditemukan faktor risiko stroke seperti hipertensi yang
tidak terkontrol dan hiperkolesterolemia.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang menunjang ke arah diagnosis kerja adalah bukti
hipertensi pada pemeriksaan tanda vital. Hipertensi merupakan salah satu faktor
risiko penyebab tersering serangan stroke iskemik. Pemeriksaan rangsang
meningeal dan kaku kuduk yang negatif dapat membantu menyingkirkan
kemungkinan ICH terutama bila ICH sampai mengisi ventrikel. Dari pemeriksaan
nervus kranialis didapatkan kesan lesi pada N.VII sentral dextra dan N.XII dextra.
Hal ini membantu memperkirakan letak lesi iskemik. Dari pemeriksaan motorik
didapatkan kekuatan otot penuh pada keempat ekstremitas. Hal ini menunjukkan
sudah terjadinya perbaikan pada kondisi pasien.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum dilakukannya CT-
scan dapat dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan sistem skoring:
 Gadjah Mada skor
17

Penurunan kesadaran (-) + sakit kepala (-) + refleks babinski (-)  stroke
iskemik

 Siriraj skor

Skor Stroke Siriraj


Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (0,1 x
tekanan diastolik) – (3 x penanda ateroma) – 12
Keterangan :
Derajat kesadaran 0 = kompos mentis; 1 = somnolen;
2 = sopor/koma
Muntah 0 = tidak ada; 1 = ada
Nyeri kepala 0 = tidak ada; 1 = ada
Ateroma 0 = tidak ada; 1 = salah satu atau lebih
(diabetes; angina; penyakit pembuluh
Hasil : darah)
Skor > 1 Perdarahan supratentorial
Skor < 1 Infark serebri
Skor pasien:
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 80) - (3 x 1) – 12 = -7
 infark cerebri

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis ke arah stroke
iskemik diantaranya adalah hiperkolesterolemia. Meningkatnya total kolesterol
darah >200mg/dL akan berisiko tinggi terjadinya penyakit serebrovaskuler, salah
satunya yaitu stroke. The Acia PacificCohort Studies Collaboration menyebutkan
bahwa jika etiap kenaikan 1 mmol/ltotal kolesterol darah atau sekitar38,7mg/dL
akan meningkatkan 25% kejadian troke terutama stroke iskemik. Stroke yang
disebabkan dari peningkatan kadar kolesteroltotal darah terebutditimbulkan dari
adanya atheroklerosis yang ada di pembuluh darah sehingga menyababkan
terjadinya stroke khususnya adalah stroke iskemik.
18

Penatalaksanaan pada pasien stroke iskemik yang pertama adalah oksigen


untuk mencegah terjadinya hipoksia otak. Pemberian kombinasi Aspilet dan
Clopidogrel ditujukan untuk melisiskan trombus maupun emboli yang menyumbat
pembuluh darah. Citicholin memiliki sifat neuroprotektif dan neurorestoratif pada
sel saraf yang mengalami iskemi. Pemberian Citicholin diharapkan mencegah
kerusakan sel saraf lebih lanjut sekaligus mengembalikan fungsi sel saraf yang
mengalami iskemik. Pemberian Ranitidine sebagai antagonis H2 bertujuan untuk
mencegah terjadinya stress ulcer.

Dari hasil follow didapatkan perbaikan berangsur-angsur. Tekanan darah


yang masih sangat tinggi perlu diperhatikan dan dikontrol untuk mencegah
terjadinya stroke berulang. Fisioterapi perlu dilakukan pada pasien agar fungsi
motorik yang terganggu dapat dikembalikan mendekati normal sehingga pasien
dapat kembali menjalani aktivitas sehari-harinya mengingat pasien masih dalam
usia produktif.
Prognosis ad vitam pada kasus ini ad bonam, hal ini dipengaruhi oleh
keadaan pasien pada saat datang yang masih dalam keadaan umum yang baik.
Untuk prognosis ad fungsionam dubia ad bonam dikarenakan sangat tergantung
dari ketelatenan pasien dalam menjalani fisioterapi. Kecenderungan bonam
dipengaruhi oleh luas lesi yang tidak terlalu besar sehingga pengembalian fungsi
diharapkan dapat kembali mendekati semula. Prognosis sanationam dubia ad
malam dikarenakan adanya faktor resiko hipertensi yang butuh kesadaran dan
perhatian dari pasien untuk mengontrolnya.
19

Anda mungkin juga menyukai