TINJAUAN PUSTAKA
Definisi low menunjukkan very low dan extremely low, sedangkan very low
termasuk extremely low (WHO, 1993). BBLR dibedakan dalam dua
kategori, yaitu bayi berat lahir rendah karena premature (umur kandungan
kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intrauterine Growth Retardation
(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk umurnya
(Depkes RI, 2003).
Menurut ICD X, berat lahir adalah berat pertama janin setelah bersalin. Pada
bayi yang lahir hidup, berat diukur antara jam pertama kehidupan sebelum
terjadi kehilangan berat postnatal. Berat lahir dibagi menjadi tiga kategori
yaitu berat lahir rendah (<2500 gram), berat lahir sangat rendah (<1500
gram) dan berat lahir terlalu rendah (<1000 gram). Salah satu penyebab
utama kematian perinatal dan neonatal adalah BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah) yaitu berat badan lahir bayi < 2500 gram.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh kehamilan
kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya.
Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37
minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan
dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas, menghisap, melawan
infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat (Depkes RI, 2009).
Bayi kecil masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan
baik dalam kandungan selama kehamilan. Bayi yang termasuk KMK yaitu
KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan. Bayi KMK
cukup bulan kebanyakan mampu bernafas dan menghisap dengan baik.
Sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang kemampuan bernafas dan
menghisap lemah (Depkes RI, 2009).
Sekitar 11,5% bayi lahir dengan berat lahir rendah kurang dari 2.500 gram
(Riskesdas 2007). Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas,
infeksi, asfiksia lahir, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat.
BBLR merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap morbiditas dan
mortalitas bayi di dunia, dimana 70% kematian neonatal disebabkan oleh
BBLR (USAID, 1999).
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi
normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi
bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama
disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan adalah komplikasi neonatal
seperti asfiksia, pneumoni, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila
bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai pula kerusakan pada syaraf dan
akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya
(Mochtar, Rustam; Sinopsis obstetri 1992 dalam Noviani, 2011).
Menurut Depkes RI (2009), bayi dengan berat lahir rendah lebih mudah
mengalami kematian atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat
bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi
dan semakin muda masa kehamilan maka semakin besar risikonya.
Masalah yang sering terjadi pada BBLR, yaitu: Asfiksia yang terjadi pada
bayi baru lahir berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan
keterampilan dalam tindakan resusitasi (1). Gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit membran hialin,
sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang
mengalami gangguan napas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang
lebih tinggi (2). Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan
sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode
kanguru dengan kontak kulit ibu dengan kulit bayi membantu bayi BBLR
agar tetap hangat (3). Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan
energi pada bayi baru lahir dengan BBLR. Bayi dengan BBLR
membutuhkan ASI sesegara mungkin setelah lahir dan minum sangat sering
(setiap 2 jam) pada minggu pertama (4). Masalah Pemberian ASI pada bayi
BBLR yaitu ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang energi, lemah, lambung
kecil dan tidak dapat menghisap, sehingga menyebabkan bayi dengan BBLR
membutuhkan bantuan dalam mendapatkan ASI . Pemberian ASI dilakukan
dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan ≥35
minggu dan berat badan lahir ≥2000gr umumnya bisa langsung menetek
(5). Infeksi, infeksi dapat terjadi karena sistem kekebalan tubuh BBLR
belum matang. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus
melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan
dengan baik (6). Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi), ikterus terjadi karena
fungsi hati belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi kuning lebih awal
dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya (7). Pendarahan,
masalah pendarahan berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan dosis 1
mg intramuskular segera sesudah lahir (dalam 6 minggu pertama). Untuk
semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian pendarahan ini. Injeksi ini
dilakukan di paha kiri (8), Depkes RI (2009).
2.1.2 Fator yang mempegaruhi BBLR
2.1.2.1 Jenis kelamin
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 angka kematian anak laki-laki selalu
lebih tinggi dari anak perempuan, yaitu angka kematian bayi laki-laki 23%
lebih tinggi dari bayi perempuan dan untuk angka kematian balita untuk anak
laki-laki sebesar 22% lebih tinggi dari anak perempuan. Bayi laki-laki
cenderung lebih rentan terhadap kematian neontal dibandingkan bayi
perempuan, kondisi ini mungkin terjadi karena kombinasi genetika yang
kompleks serta faktor lingkungan yang kurang mendukung (CARE, 1998).
Pemberian awal Air Susu Ibu (ASI) sangat dianjurkan karena beberapa
alasan yaitu ASI yang keluar pertama kali sangat bergizi dan mengandung
antibodi yang dapat melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit. Selain
dari itu menyusui seawal mungkin mempengaruhi kesehatan ibu baru
melahirkan yaitu dengan menimbulkan reaksi uterus, yang membantu
mengurangi kehilangan darah masa nifas dan untuk jangka yang lebih
panjang pada ibu yang menyusui cenderung memperpanjang jarak kelahiran
karena efek supresi yang dimiliki ketika menyusui terhadap kembalinya haid
setelah melahirkan. Selang kelahiran yang lebih panjang memberikan
kesempatan kepada tubuh ibu untuk pulih dari kekurangan fisik yang
berhubungan dengan kehamilan. Efek menyusui terhadap kembalinya
kesuburan berhubungan dengan lama dan intensitas menyusui (Departemen
Kesehatan, 2002).
Makanan dan minuman yang paling baik bagi bayi baru lahir adalah Air Susu
Ibu (ASI). Menurut laporan Departemen Kesehatan meskipun proporsi bayi
yang mendapat asi cukup tinggi, namun saat mulai menyusui dan lamanya
bervariasi. Air susu ibu memegang peranan penting dalam menjaga
kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir, karena ASI
terutama kolostrum dapat meningkatkan pertahanan tubuh. Tidak
memberikan kolostrum merupakan salah satu kebisaan di masyarakat yang
tidak baik.
2. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri
atas 3 kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu
dengan 0-1 paritas, (2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan
paritas 2- 6 dan (3) Golongan grande multipara adalah golongan ibu
dengan paritas >6. Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan
kedua sampai keempat. Kehamilan pertama dan setelah kehamilan
keempat mempunyai risiko yang tinggi.
Grande multipara adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan
kehamilan kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering
disertai penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan antepartum,
perdarahan post partum dan lain-lain (Martaadisoebrata, 2005 dalam
Wahyuni, 2009).
Selain itu, jarak kehamilan yang pendek akan menyebabkan seorang ibu
belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah
melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam kondisi tubuh kurang sehat
inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi
yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem reproduksi. Sistem
reproduksi yang terganggu akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dikandungnya sehingga berpengaruh
terhadap berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak kehamilanya kurang dari
dua tahun, kesehatan fisik dan kondisi rahimnya masih butuh istirahat
yang cukup (Trihardiani, 2011).
b. Anemia
Anemia terjadi apabila kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah
dari pada nilai normal. Kadar hemoglobin dapat dijadikan sebagai
indikator tentang keadaan gizi pada umumnya. Batas Hb normal
untuk wanita hamil adalah 11gr% atau lebih. Penelitian yang
dilakukan oleh Puji (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kadar Hb ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini disebabkan
karena apabila ibu hamil mengalami anemia maka pasokan O2 untuk
jaringan menurun dan pengangkutan CO2 dari jaringan menjadi
terhambat sehingga dapat menghambat pertumbuhan jaringan baik
pada janin maupun pada plasenta sehingga dapat mengakibatkan
kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, partus
premature, partus lama dan lain-lain.
Anemia pada ibu hamil dapat terjadi juga karena kuragnya zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Anemia gizi besi
terjadi karena tidak cukupnya zat gizi besi yang diserap dari makanan
sehari-hari guna pembentukan sel darah merah sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran
zat besi dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan distribusi oksigen
ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme
jaringan sehingga menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun otaknya, kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
meningkat.
PMK dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu secara terus menerus dalam
24 jam atau yang disebut juga dengan secara kontinyu dan secara intermiten
atau disebut juga dengan cara selang-seling. PMK disarankan untuk
dilakukan secara kontinyu, akan tetapi pada rumah sakit yang tidak
menyediakan fasilitas rawat gabung, bisa menggunakan PMK secara
intermiten. Pelaksanaan PMK secara intermiten juga memberikan manfaat
sebagai pelengkap perawatan konvensional atau inkubator (PERINASIA,
2003).
Dengan demikian, PMK adalah cara merawat bayi oleh ibu, dengan
menggunakan baju yang didesain khusus untuk meletakkan bayi di dada ibu
sehingga terjadi kontak langsung kulit dengan kulit. Bayi hanya
menggunakan diapers dan topi. Pelaksanaan PMK minimal 60 menit dengan
frekuensi yang disesuaikan dengan keinginan ibu, dilakukan dengan cara
intermiten.
Manfaat PMK bagi ibu lainnya, yaitu ibu merasakan produksi ASI
bertambah, ibu merasa tidak perlu lagi merebus air untuk
menghangatkan bayi. Ibu menyatakan pasangan atau suami
mendukung untuk pelaksanaan PMK, ibu menyatakan pertumbuhan
bayi menjadi lebih baik (PERINASIA, 2003).