Tugas Keanekaragaman Hayati
Tugas Keanekaragaman Hayati
PENDAHULUAN
Universitas Sriwjaya
etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat
menjadi seperti religi yang memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam
konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih jauh
(Francis, 2005).
Adanya gaya hidup yang konsumtif dapat mengikis norma-norma kearifan lokal di
masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka norma-norma yang sudah berlaku di suatu
masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan kelestarian
lingkungannyaperlu dilestarikan yaitu kearifan lokal.
Universitas Sriwjaya
BAB 2
PEMBAHASAN
Universitas Sriwjaya
Banyak sekali tantangan –tantangan terhadap kearifan lokal diantaranya Pertumbuhan
penduduk yang tinggi, teknologi modern dan budaya, Modal besar dan kemiskiskinan. Salah
satunya yakni pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi tingkat kebutuhan
pangan dan sandang untuk kehidupan sehari hari. Maka dari itu semakin hari semakin banyak
pangan dan sandang yang dibutuhkan, adanya kebutuhan pangan dan sandang yang tinggi
menyebabkan setiap orang untuk berlomba-lomba untuk mencukupi kebutuhan nya dengan
meningkatkan produksi dan mencari keuntungan mereka masing-masing . contohnya kebun
kelapa sawit . seperti yang kita ketahui diindonesia banyak sekali masyarakat yang membuat
perkebunan kelapa sawit . hal ini disebabkan karena produksi kelapa sawit lebih
menguntungkan dari pada menanam tanaman seperti padi dan sayur-sayuran yang lainnya .
Secara ekonomi perkebunan kelapa sawit sangat menguntungkan namun, apabila
semua orang menanamkan sifat hanya untuk mencari keuntungan dan tidak memiliki kearifan
lokal, berapa banyak keanekaragaman hayati yang kita jadikan korban untuk memenuhi
kebutuhan kita tersebut . Kepunahan akan terjadi, minim nya spesies spesies flora maupun
fauna yang ada di lingkungan kita . hal ini juga akhir nya akan memberikan dampak negatif
pada kita . Disaat suatu negara tidak memiliki suatu kenaekargaman hayati maka negara
tersebut akan mengalami krisis moneter dimana masyarakat sulit untuk memenuhi
kebutuhannya karena manusia sangat bergantung dengan alam dan keanekaragaman hayati .
Eksploitasi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai pada
titik kritis, yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan masyarakat. Di samping
masalah lingkungan yang terjadi di wilayah-wilayah dimana dilakukan eksploitasi
sumberdaya alam, sebenarnya terdapat masalah kemanusiaan, yaitu tersingkirnya masyarakat
asli (indigenous people) yang tinggal di dalam dan sekitar wilayah eksploitasi baik eksploitasi
sumberdaya hutan, sumberdaya laut, maupun hasil tambang. Mereka yang telah turun
temurun tinggal dan menggantungkan kehidupannya pada hutan maupun laut, sekarang
seiring dengan masuknya modal besar baik secara legal maupun illegal yang telah
mngeksploitasi sumberdaya alam, maka kedaulatan dan akses mereka terhadap sumberdaya
tersebut terampas.
Fenomena tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya alam selama ini yang lebih menitikberatkan kepada upaya perolehan
devisa negara melalui eksploitasi sumberdaya alam yang bernilai ekonomis. Besarnya
keuntungan yang bisa diraih diikuti dengan meningkatnya devisa dan daya serap tenaga kerja
pada sektor yang bersangkutan, semakin menguatnya legitimasi beroperasinya modal besar di
sektor tersebut. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekayaan sumberdaya alam dan hayati
Universitas Sriwjaya
yang dimiliki dipandang sebagai sumberdaya yang dapat diekstraksi untuk mendapatkan
surplus. Namun demikian di lain pihak, keberhasilan perolehan devisa tersebut harus dibayar
mahal dengan rusaknya ekosistem daerah yang bersangkutan dan akan berakibat pada
terganggunya ekosistem global.
Selanjutnya secara sosial budaya, terjadi konflik kepentingan antara tatanan budaya
lokal dan budaya modern yang melekat pada industrialisasi dari sumberdaya alam yang
dieksploitasi. Menurut Rimbo Gunawan dkk, (1998) persoalan tersebut di satu pihak, yaitu
modernisasi melihat bahwa tatanan budaya lokal merupakan hambatan yang harus
“dihilangkan” atau “diganti” agar proses pembangunan tidak mendapat gangguan serius dari
komunitas lokal, sementara itu masyarakat lokal memandang industrialisasi dari hasil
sumberdaya alam yang dieksploitasi sebagai ancaman bagi hak-hak adat mereka terhadap
lingkungannya Kejadian-kejadian tersebut khususnya pada sumberdaya hutan diperparah
dengan banyaknya pengusaha illegal yang hanya mementingkan keuntungan tanpa
mempertimbangkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, yang juga wujud dari
keserakahan.
Cara untuk menanamkan sikap dan sifat kearifan lokal pada masyarakat dapat
dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan yang menarik kepada masyarakat sekitar,
membuat suatu komunitas, dimana masyarakat akan timbul suatu kesadaraan untuk menjaga
suatu keanekaragaman hayati .
Universitas Sriwjaya
DAFTAR PUSTAKA
Francis Wahono, 2005. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta:
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.
Jatna Supriatna, 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Rimbo Gunawan, Juni Thamrin dan Endang Suhendar, 1998. Industrialisasi Kehutanan dan
Dampaknya Terhadap Masyarakat Adat . Bandung : Akatiga.
Su Ritohardoyo, 2006. Bahan Ajar Ekologi Manusia. Yogyakarta : Program Studi Ilmu
Lingkungan, Sekolah Pascasarjana UGM.
Woga .E. 2009. Misi, misiologi & evalingesasi di Indonesia. [Internet]. dikutip 13 Februari
2017]. Dapat diunduh dari:
http://books.google.co.id/books?id=TNSv00IumZAC&printsec=frontcover&dq=edm
und+woga&hl=id#v=onepage&q=edmund%20woga&f=false
Universitas Sriwjaya