Anda di halaman 1dari 7

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN TANDA TANGAN

LAMBANG DIREKTUR LABA


Asuhan Keperawatan
BRRSUD LABA
JUDUL PADA ANAK DENGAN
ASMA BRONKIALE
NO.DOKUMEN 42/S.A.K-PA/AKRE/BPRSUD/IX/03

NO KOMPONEN URAIAN
Asama brokhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
1 DEFINISI respon trakhea dan bronkhus terhadapo berbagai angsanagn
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas
dan derajatnya berubah-ubah baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan.
2.1 TRAKHEA
2. ANATOMI FISIOLOGI Trakheaterbentuk oleh 16-20 cincin, terdiri dari tulang-tulang
TRAKHEA dan BRONKHUS rawan berbentuk seprti kuku kuda ( huruf C ) sebelah dalam
diliputi lendir berbulu getar ( bersilia ) yang brefungsi menyaring
debu, kotorandan benda asing serta merangsang keluarnya
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara
pernafasan, yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri
dan kanan disebut karina.
2.2 BRONKHUS
Lanjutan trakhea, bronkhus berjumlah 2 buah terletak pada
ketinggian vertebrata torakalis IV dan V. Strukturnya seperti
trakea dilapisi jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus ini berjalan
kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru . Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih besar dari ronkus kiri, terdir dari
6 – 8 cincin yang memiliki 3 cabang .Bronkus kiri lebih panjang
dan ramping dari yang kanan , terdiri daari 9-12 cincin yang
memiliki 12 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak
terdapat cincin lagi, pada ujung bronkioli terdapat gelembung
paru (alveoli). Alveoli ini jumlahnya  700.000.000 buah
(kanan/kiri).
2.3. FISIOLOGI PERNAFASAN
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
udara disebut ekspirasi . Bernafas berarti melakukan inspirasi
dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus
menerus. Pernafasan paru-paru (pernafasan eksterna), oksigen
melalui trakea sampai alveoli berhubungan dengan darah dalam
kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah,
oksigen menembus membran , diambill oleh sel darah merah
dan dibawa ke jantung kemudian dipompakan ke seluruh
tubuh.Dalam paru-paru karbondioksida hasil buangan
menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan
melalui pipa bronkus sampai pada muluit dan hidung.

2.4. KAPASITAS PARU-PARU


Kapasitas paru-paru dibedakan :
2.4.1. Kapasitas total, yaitu udara yang dapat mengisis paaaru-
paru pada inspirasi sedalam-dalamnya. Tergantung
kondisi paru-paru ,umur, sikap dan bentuk seseorang.
2.4.2. Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
setelah ekspirasi maksimal. Jumlah pernafasan dalam
keadaan normal :
Anak-anak : 24 X/menit
Dewasa : 30 X/menit

2.5. KEBUTUHAN TUBUH TERHADAP OKSIGEN


Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut kebutuhan tubuh,
manusia sangat membutuuhkan oksigen dalam hidupnya. Jika
tidak mendapat oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa
menimbulkan kematian, jika persediaan oksigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis. Bila oksigen
tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang bergnti
kebiru-biruan pada bibir, telinga, lengan dan kaki disebut
sianosis.
3. ETIOLOGI Penyebab asthma masih belum jelas, terbesar diduga hiperaktivitas
bronkus yang belum diketahui jelas penyebabnya. Kemungkinan
karena adanya hambatan sebagai sistem adrenergik, kuragnya enzim
adenilsiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan
ini mudah terjadi kelebihan tonus parasimpatik, kalau ada
rangsangan terjadi spasme bronkus.
Faktor yang menentukan derajat reaktivitas (iritabilitas)
 Genetik
 Biokimiawi
 Saraf otonom
 Imunologis
 Infeksi
 Endokrin
 Psikologis
 Lingkungan

4. PATOGENESIS Pemegang peranan penting pada patogenesis asma adalah sel mast
alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma atau sel
pembentuk antibodi untuk menghasilkan antibodi regenik yang
disebut imunoglobulin E (IgE) beredar dan menempel pada reseptor
sesuai dinding sel mast. Sel ini disebut mast tersensitisasi dan
kemudian terjadi degradasi dinding dan degranulasi sel mast.
Mediator dapat bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa
bronkus sehingga menurunkan siklik AMP kemudian terjadi
bronkokontriksi.
 Peningkatan permeabilitas kapiler (edema)
 Peningkatan produksi mukus
 Kontaksi otot polos secara langsung atau melalui persyarafan
simpatis (N.Vagus)
Asma pada anak merupakan penyakit multifaktorial.
4.1. Asma episodik jarang
Biasanya pada anak berumur 3 – 6 tahun, dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan
3 – 4 hari. Manifestasi alergi seperti eksim jarang ditemukan.
Tumbuh kembang anak biasanya baik. Waktu remisi sampai 
10 bulan dari 70 – 75 % populasi anak.
4.2. Asma episodik sering
Dua pertiga golongan ini serangan pertama terjadi sebelum
umur 3 tahun. Mulanya seragam berhubungan dengan infeksi
saluran nafas akut. Umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas. Serangan 3 – 4 kali dalam setahun,
lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Serangan
paling sering umur 8 – 13 tahun, umumnya gejala paling jelek
terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat
mengganggu pertumbuhan.
4.3. Asma kronik atau persisten
25 % golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6
bulan, 75 % sebelum umur 3 tahun, 50% terdapat mengi yang
lam pada 2 tahun pertama dan 50% sisanya serangan episodik .
Pada umur 5 – 6 tahun lebih jelas terjadi obstruksi saluran
nafas dan ada mengi tiap hari terutama malam hari. Sering
terjadi serangan berat, mencapai puncaknya umur 8 – 14 tahun.
Dapat terjadi perubahan bentuk toraks seperti dada burung
(pigeon chest), barrel chest dan sulkus harrison. Dapat terjadi
gangguan pertumbuhan yaitu bertumbuh kecil. Kemampuan
aktivitas fisik sangat berkurang, sering tidak dapat melakukan
olahraga dan tidak masuk sekolah sehingga mengganggu
prestasi belajarnya. Sebagian kecil juga gangguan psikososial.
Komplikasi asma :
 Atelektasis
 Bronkopneumoni
 Gagal nafas
 Gagal jantung
Pada serangan asma yang berat bila gagal diberikan bronkodilator
aerosol (subkutan) dan kortikosteroid, theophylin intravena serta
5. PENATALAKSANAAN koreksi penyimpangan cairan, asam basa dan elektrolit. Bila upaya
lainpun tetap gagal dapat mengancam jiwa anak, mungkin sudah
dalam keadaan status asmatikus.
Penanggulangan status asmatikus :
1. Oksigen diteruskan 4 – 6 liter/menit
2. Periksa gula darah dan pasang IVFD cairan 3 : 1 (glukosa
105 : NaCl 0,9 % ditambah KCL 5 meq/kolf)
2.1. Koreksi kekurangan cairan
2.2. Koreksi penyimpangan asam basa
2.3. Koreksi penyimpangan elektrolit
3. Teophylin yang sudah diberikan diteruskan
3.1. Ukur kadar teophylin dalam darah
3.2. Pantau tanda-tanda keracunan teophylin
3.3. Bila tanda keracunan tidak ada dan keadaan serangan
asmanya belum membaik mungkin perlu tambahan dosis
teophylin.
4. Kortikosteroid yang sudah diberikan teruskan, bila belum harus
diberikan. Sedapat mungkin kortikosteroid diberikan
perintravena untuk mempercepat hilangnya edema dan
mengembalikan sensitifitas terhadap obat bronkodilator.
5. Usahakan pengenceran lendir dan obat mukolitik.
6. ASUHAN KEPERAWATAN 6.1. TUJUAN
Tujuan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan asma
bronkiale :
6.1.1. Perawat mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penyakit, penyebab dan gejala serta
pencegahannya.
6.1.2. Pada saat krisis, pasien dapat bernafas secara adekuat
6.1.3. Keluarga dan pasien mengerti tentang penyakit dan
perawatannya.
6.1.4. Pasien terhindar dari komplikasi dan selalu dalam
keadaan maksimal.

6.2. PENGKAJIAN
6.2.1. Riwayat kesehatan :
 Riwayat alergi
 Riwayat keluarga
 Riwayat penyakit dahulu
6.2.2. Riwayat tumbuh kembang
6.2.3. Data subyektif
 Sesak nafas
 Nafsu makan menurun
 Mual/muntah
 Sukar istirahat/tidur
 Sering batuk berlendir
 Demam
6.2.4. Data obyektif :
 Takikardi
 Batuk
 Wheezing
 Bernafas menggunakan otot-otot tambaan
 Muka pucat, sianosis
 Gelisah, keringt dingin, cepat lelah
 Bibir kering
 Mobilisasi terbatas
6.2.5 Data penunjang :
 Pemeriksaan laboratorium : analisa gas darah /
astrup, leukosit, LED,elektrolit
 Periksa teophylin level
 Foto thoraks
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK dengan ASMA BRONKHIALE

NO DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1 a. Tidakktifnya jalan nafas berhubungan dengan a. Jalan S : Anak mengatakan 1. Berikan O2 1 – 1 ½ liter / menit
spasme bronkhus. nafas efektif tidak sesak lagi 2. Monitor tanda-tanda vital, terutama pernafasan setiap 15
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan b. Perfus O :  Tanda-tanda vital – 30 menit
kurangnya/ tidak efektifnya suplay O2 di jaingan i jaringan dalam batas 3. Auskultasi pernafasan dan observasi suara nafas,
Data : optimal. normal ronkhi, wheezing setiap 30’
S :  Pasien mengatakn sesak , tidak bisa bernafas  Tidak ada 4. Berikan posisi semifowler / duduk
O:  Sesak , cepat lelah sianosis dan 5. Longgarkan pakaian yang terlalu ketat
 Sianosis wheezing 6. Ajarkan pasien untuk bernafas secara maksimal atau
 Denyut jantung meningkat  Tidak gelisah jika perlu
 Gelisah 7. Observasi karakteristik sputum dan lakukan suctio (kalau
 Pernafasan dangkal dan cepat perlu)
 Wheezing ronkhi 8. Kolaborasi dengan dokter dalam hal :
 Pemeriksaan Anlisis gas darah  Pemberian O2 tambahan
 Pemeriksaan laboratorium : AGD (kalau perlu)
 Pemberian cairan IVFD
 Pemberian terapi bronkodilator,expectoran,
kortikosteroid
 Tindakan nebulizer  2 – 3 menit (sesuai instruksi) :
Posisi anak duduk atau dipangku oleh orangtua atau
perawat dan lakukan clapping pelan-pelan.Berikan
mainan atau boneka saat melakukan nebulizer.
NO DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Cemas berhubungan dengan perawatan dan lingkungan


2.
rumahsakit
Data :
O :  Anak tampak cemas dan takut
 Anak sering menangis

Anda mungkin juga menyukai