Anda di halaman 1dari 27

FRAGMENTASI

INTERVENSI KLINIS
FISIOTERAPI
NEUROMUSKULER

Setiawan, M Physio

Universitas Hasanudin Makassar


Pebruari 2006
Pendahuluan

Penanganan gangguan gerak dan fungsi


akibat kelainan yang terjadi pada susunan
saraf, baik susunan saraf pusat maupun tepi

Bagaimanakah kualitas rehabilitasi dan


khususnya penatalaksanaan fisioterapi pada
pasien neuromuskuler saat ini ?
Natural History Disease’s Nursing
Of the disease complication Complication

Residual
Premorbid Better
Disability Functional
state future
Capacity

Environment
The element of
patient/client management
Examination
Evaluation
Diagnosis
Outcome
Prognosis
including plan of care
Intervention

(APTA, 2001)
Patient management outcome

Pathology/pathophysiology (disease,
disorder or condition)
impairments, functional limitations and
disabilities
risk reduction/prevention
health, wellness and fitness
social resource
patient/client satisfaction
(APTA, 2001)
Proses Fisioterapi pada Kasus
Neuromuskuler

1. Melakukan pengkajian
2. Menentukan problematik
3. Merencanakan intervensi
4. Melaksanakan intervensi
5. Melakukan evaluasi
(Kompetensi Fisioterapis Indonesia)
1. Pengkajian (Assessment)
Sebelum memulai terapi diperlukan
assessment yang komprehensif untuk
menemukan problem-problem yang ada
dan fungsi-fungsi yang masih dimiliki
Pengkajian impairment
Dilakukan apabila
kesadaran kurang
kognisi menurun atau meragukan
keadaan medis tak stabil
informasi awal tak memadai
komunikasi kurang baik
meragukan keamanan dan keselamatan
pasien bila melakukan aktivitas fungsional
Ada keuntungan dan kerugian
Pengkajian fungsional
seawal mungkin (jika mungkin )
dilakukan pada kemampuan fungsional
tertinggi pasien
dilakukan apabila
kesadaran baik
kognisi baik
keadaan medis stabil
informasi awal sudah memadai
komunikasi baik
keamanan dan keselamatan pasien dalam
melakukan aktivitas fungsional terjamin
Memiliki keuntungan dan kerugian
2. Penetapan Diagnosa /
Problematika Fisioterapi
Saat ini penanganan fisioterapi lebih
menekankan kepada patients/clients
centred/ oriented.
Klasifikasi dari WHO:
International Classification of
Impairment Disability and Handicap/IC-
IDH (WHO, 1980)
IC-IDH 2 atau ICF (International
Classification of Functioning and
Disability) (WHO, 2001)
Kategori problematik
(WHO, 2001)
Impairment
Activity limitation (dulu disability)
Participation restriction (dulu
handicap)
APTA (2001) menyebut sebagai
impairment, activity limitation dan
disability
Impairment
Hilangnya atau tidak normalnya aspek
psikologis, fisiologis, anatomis dan
atau fungsi
Kebanyakan pemeriksaan neurologi
ada pada tingkat ini
Impairment saja jarang mendorong
seseorang untuk mencari pertolongan
medis
Klasifikasi Impairment

Langsung : akibat langsung dari


pathologinya
Tidak langsung : gejala sisa (sequelae)
atau komplikasi sekunder dari
impairment langsung
Gabungan : impairment yang memiliki
berbagai sebab yang mendasari, baik
langsung dan tidak langsung
Activity limitation

Ketidakmampuan melakukan suatu aktivitas


yang normal
Ketidakmampuan melakukan suatu aktivitas
atau kebiasaan yang merupakan komponen
penting dalam kehidupan sehari-hari (jalan,
perawatan diri, menulis dll)
Ketidakmampuan melakukan fungsi atau
aktivitas fungsional
Participation restriction

Problem yang dihadapi seseorang


dalam berinteraksi dalam masyarakat
Merupakan interaksi yang komplek
dari kondisi kesehatan, impairment,
activity limitation dan konteks dimana
orang tersebut tinggal/beraktivitas
Bukan merupakan suatu hal yang rutin
diperiksa dalam dunia kefisioterapian
List of problem

list of problem adalah gangguan fungsional


pasien sedangkan gangguan impairment
menjadi faktor yang menyebabkan
(contributing factors).
selanjutnya dibuatlah prioritas masalah
(prioritized problem list) dan prioritas
faktor yang menyebabkan (contributing
factors).
perlu keterlibatan pasien/klien (mungkin
termasuk keluarganya).
3. Rencana Intervensi
Fisioterapi

penekanannya adalah pada


contributing factor (impairment) yang
mengakibatkan terjadinya gangguan
aktivitas fungsional dalam list of
problem.
dibuat tujuan intervensi fisioterapi
yang meliputi tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang
harus terukur/measurable sehingga
dapat dievaluasi, achievable dan
realistis serta secara fungsional
sangat berarti bagi pasien/klien
harus disertai:
Cara pencapaian tujuan
alokasi waktu pencapaian
kondisi-kondisi seputar pasien dan
lingkungan yang memungkinkan tujuan
tersebut dapat dicapai.
Tujuan terapi
Pencegahan
Impairment langsung dan tidak langsung
Kemunduran fungsi
Pemulihan
KPG atau impairment yang mendasari
Menurunkan gejala yang ada
Memulihkan fungsi
Kompensasi
Optimalisasi fungsi
Minimalisasi participation restriction
Optimalisasi adaptasi terhadap impairment dan
activity limitation yang permanen
4. Intervensi Fisioterapi

didasari informasi tentang efektivitas


dari terapi tersebut.
teori yang valid,
terbukti efektif dalam clinical trial,
atau terbukti efektif dalam penelitian.
diberikan dengan teknik dan
ketrampilan dari fisioterapis setinggi
mungkin.
Metode pendekatan dan metode
terapi mana yang paling efektif?

Saat ini lebih ditekankan yaitu


“problem solving approach” atau
“patient oriented”
5. Evaluasi dan re-assessment
Fisioterapi
Berkait dengan pemeriksaan awal
terapi sesuai tujuan?
bagaimanakah respon dari pasien?
Jika hasil terapi tidak efektif 
salah pemeriksaan, terapi tidak
efektif, harus kompensasi dll
discharge planning & follow up
Pentingnya komunikasi thd
kepuasan pasien/klien & keluarga
Komunikasi bukanlah sekedar pelengkap, tapi
merupakan jantung dari interaksi pasien dan
terapis (Del Mar, 1994)
Hal yang paling sering dikeluhkan oleh pasien/klien
& keluarganya adalah komunikasi mereka dengan
terapis, bukan masalah teknis terapi (Hickson,
1994).
Keluhan komunikasi yang sering muncul
terapis tidak mau mendengarkan
tidak mau memberikan informasi yang memadai
kurangnya perhatian
kurangnya rasa menghormati terhadap pasien
dan hak-haknya
Komunikasi yang baik

Berkait dengan :
kepuasan pasien (Hickson, 1994)
outcome dari tindakan terapi (Del Mar,
1994)
pelayanan komprehensif paripurna yang
lebih baik bagi pasien/klien (Lloyd, 1996)
memiliki efek positif terhadap keadaan
fisik pasien (Lloyd, 1996)
Penutup
tidak mungkin untuk membahas secara
detail tentang teknik-teknik
pengkajian dan teknik-teknik
intervensi fisioterapi pada satu kasus
neurology.
Fisioterapis yang profesional
komitmen belajar sepanjang hayat dan
mampu belajar mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Carr Janet H., Roberta B Shepherd, 1998, Neurological Rehabilitation: Optimizing Motor
Performance, Butterworth-Heinemann, Oxford.
Carr Janet H., Roberta B Shepherd, 1987, A Motor Relearning Programme for Stroke, 2nd
ed, Butterworth-Heinemann, Oxford
Carr Janet H., Roberta B Shepherd, 1987, Movement Science Foundations for Physical
Therapy in Rehabilitation, An Aspen Publication, Maryland.
Davies, PM., (1985) Steps To Follow A Guide to the Treatment of Adult Hemiplegia,
Springer Verlag, Berlin
Edwards, S., 2002, Neurological Physiotherapy: A Problem Solving Approach, Churchill
Livingstone, Edinburgh
Fisher, AG.; Murray, EA. & Bundy, AC., 1991, Sensory Integration and Practice, FA. Davis
Company, Philadelphia.
Hill Keith, 1997, Manual for Clinical Outcome Measurement in Adult Neurological
Physiotherapy, Australian Physiotherapy Association Neurology Special Group, Victoria
School of Physiotherapy, 2001, Physiotherapy Studies 1: Neurological Physiotherapy,
School of Physiotherapy The University of Melbourne.
Virginia, A., 2001, Guide to Physical Therapist Practice, 2nd ed., Physical Therapy Journal
of the APTA, 81 (1): 1-768.
Del Mar, Christopher B, 1994. Communicating Well in General Practice. The Medical
Journal of Australia. 160:367-370
Harris, Ross D. 1988. Health Care Counselling A Behavioural Approach. Williams & Wilkins
Asc, NSW

Lloyd, Margaret and Robert Bor, 1996. Communication Skills for Medicine.Churchill
Livingstone : London.

Anda mungkin juga menyukai