A. Defenisi
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan
B. Etiologi
1. Virus Utama :
a. ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
b. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza,
Staphylococcus aureus. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia
trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
1
Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah
sebagai berikut :
2
e. Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada
penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel
epitel yang mengalami diferensiasi.
f. Pemberian air susu ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-
bulan pertama kehidupannya.ASI bukan hanya merupakan sumber
nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme
yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis
membentuk sistem biologis.ASI dapat memberikan imunisasi pasif
melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke
permukaan saluran pernafasan atas.
2. Faktor lingkungan
a. Rumah
Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani,
rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan
individu.Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko
lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah
culster di Denmark (Koch et al, 2003).
b. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk
ISPA.Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa
kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna
prevalensi ISPA berat.
c. Status sosioekonomi
3
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi
yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan
masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara status
ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang
bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status
sosioekonomi
d. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat
bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok
(Koch et al, 2003)
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian
kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran
udara terhadap gangguan saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar
(SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah
pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah
pencemaran udara rendah di Jakarta.Dari hasil penelitian tidak
ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau
gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah
pencemaran udara.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran
menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran
tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang
untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan.Hal ini
menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap
terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang
4
sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di
Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak.
C. Patofisiologi
5
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak
infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas,
sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
6
D. Manifestasi Klinik
7
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha
serta irama dari pernafasan.
F. Komplikasi
1. Meningitis
2. Otitis Media Akut
3. Mastoiditis
4. Kematian
8
G. Penatalaksanaan/Pengobatan
9
dirumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak mengalami
penarikan dinding dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit yang sangat berat.
H. Prognosis
Jika penanganannya tepat dan cepat maka prognosis baik. Namun, jika
penanganan lambat dan tidak tepat maka akan terjadi komplikasi yang
menyebabkan prognosis buruk
10
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, Insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan atau pucat
3. Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
4. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan,mual/muntah
Tanda : Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan
turgor buruk, Penampilan kakeksia(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala :sakit kepala daerah frontal (influnza)
Tanda :perubahn mental (bingung, samnolen )
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri
dada subternal(influenza)mialgia,artralgia, nyeri tenggorokan
7. Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret
Tanda : Adanya sputum atau secret: Perkusi: pekak di atas area yang
konsolidasi: Bunyi nafas:menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat,
atau nafas yang bronchial: warna:pucat atau sianosis bibir/kuku
8. Keamanan
Gejala : Demam (mis :38,5-39,7C)
Tanda : Berkeringat, Menggigil berulang, gementar, kemerahan mungkin
ada pada kasus rubeola atau varisela
11
9. Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda : Bantuan dengan perawatan diri: tugas pemeliharaan rumah:
oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi pada
saluran pernafasan, adanya sekret
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami
oleh anak, hospitalisasi pada anak
7. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang informasi
8. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
9. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
intake inadekuat
C. Intervensi keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan :Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya
pengeluaran sekret, suara napas bersih
Intervensi:
a. Kaji bersihan jalan napas klien
Rasional : Sebagai indicator dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas
c. Berikan posisi yang Nyaman
12
Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side
lying position).
d. Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional: membantu mengeluarkan sekret
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat
Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk
dikeluarkan
f. Kolaborasi
Pemberian mukolitik
Rasional : Untuk mengencerkan dahak
Pemberian antibiotik
Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi
sekret
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses
infeksi hilang
Intervensi :
a. Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan selanjutnya.
c. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air
pada daerah dahi dan ketiak
Rasional: Dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses
konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .
d. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan melalui
rute oral sesuai indikasi
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.
13
e. Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan
menyerap keringat
Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang
tebal dan tidak akan menyerap keringat.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik
Rasional: Untuk mengontrol panas
3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan :Nyeri terkontrol atau menghilang
Kriteria Hasil :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan
nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
Intervensi :
a. Kaji nyeri yang dirasakan klien, perhatikan respon verbal dan
nonverbal
Rasional: sebagai indicator dalam menentukan intervensi selajutnya
b. Anjurkan keluarga memberikan minum air hangat
Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggorokan
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
d. Kolaborasi
Pemberian antibiotic
Rasional: Mengobati infeksi
Pemberian ekspectoran
Rasional : Memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurang rasa
sakit saat batuk
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, adanya sekret
Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan
Kriteria: Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke
paru-paru.
Intervensi:
14
a. Observasi tanda vital, adanya sianosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Rasional: Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan
memperbaiki ventilasi
c. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Rasional: Untuk memperbaiki ventilasi
d. Anjurkan untuk tidak memberikan minum selama periode tachypnea.
Rasional: Agar tidak terjadi aspirasi
e. Kolaborasi
Pemberian oksigen
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan oksigen
Nebulizer
Rasional: Mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret
Pemberian obat bronchodilator
Rasional: Untuk vasodilatasi saluran pernapasan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
Tujuan : Pola tidur kembali optimal
Kriteria Hasil :Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan
anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar
Intervensi :
a. Kaji gangguan pola tidur yang dialami klien
Rasional: sebagai indicator dalam melakukan tindakan selanjutnya
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional: Mengurangi rangsangan suara yang dapat menyebabkan
klien tidak nyaman untuk tidur
c. Berikan bantal dan seprei yang bersih
Rasional: meningkatkan kenyamanan
d. Kolaborasi
Pemberian obat sedative
15
Rasional: membantu klien untuk istirahat
Pemberian antibiotic
Rasional: mengobati infeksi
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami
oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan
peningkatan melakukan koping
Kriteria Hasil :Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat,
mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara
positif dalam perawatan anak
Intervensi:
a. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi
dukungan
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
a. Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi
Rasional: Mengetahui masalah dan perasaan yang dirasakan oleh
keluarga. Dapat mengurangi kecemasan
b. Berikan dukungan sesuai kebutuhan
Rasional: dukungan yang adekuat menghasilkan mekanisme coping
yang efektif
c. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif
dalam perawatan anaknya.
Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas karena dapat memantau
langsung perkembangan anaknya
d. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang
diberikan.
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif dan
mengurangi kecemasan
16
7. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan
orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering
bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya
Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
b. Jelaskan pada keluarga klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan
penkes.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga
c. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang
sesuai
Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan
pemahaman keluarga
d. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengertinya
Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak dijelaskan dan
belum dimengerti oleh keluarga
8. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
Tujuan : Volume cairan tetap seimbang
Kriteria Hasil : Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan
turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal
17
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Observasi TTV
Rasional: Perubahan TTV merupakan indicator terjadinya dehidrasi
c. Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral
Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Jelaskan kepada orang tua pentingnya cairan yang adekuat bagi tubuh
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif
orang tua dalam tindakan keperawatan
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
18
DAFTAR PUSTAKA
19