OLEH :
D51116002
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019
Daftar Isi
Gambar 1. Medical Class lembaga bimbingan belajar JILC Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. Desain Interior ...................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Elemen Pembentuk Ruang ................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4 Pola Sirkulasi......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5 Sistem Organisasi Ruang ...................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Formasi tempat duduk konvensional.... Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Formasi tempat duduk auditorium ....... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Formasi tempat duduk chefron ............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Formasi tempat duduk bentuk U .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10. Formasi tempat duduk pertemuan ...... Error! Bookmark not defined.
Gambar 11. Formasi konferensi ............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 12. Formasi pengelompokan terpisah....... Error! Bookmark not defined.
Gambar 13. Formasi Tempat Kerja ........................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 14. Formasi Kelompok untuk Kelompok . Error! Bookmark not defined.
Gambar 15. Formasi lingkaran ............................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 16. Formasi tempat duduk peripheral ....... Error! Bookmark not defined.
Gambar 17. Lokasi Penelitian ................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 18. JILC Cokroaminoto ........................................................................... 19
Gambar 19. JILC Perintis...................................................................................... 20
Gambar 20. Segnometer ........................................................................................ 25
Gambar 21. Alat tulis ............................................................................................ 25
Gambar 22. Kamera digital ................................................................................... 26
Gambar 23. Alat perekam ..................................................................................... 26
Daftar Tabel
Rumah adalah wadah dari ekspresi fisik gaya hidup dimana komponen dari
gaya hidup tersebut merupakan gabungan dari konsep kebudayaan, etika, karakter,
dan pandangan hidup penghuninya (Rapoport, 1969). Rumah selalu didesain dan
dibangun sesuai dengan tradisi tertentu yang mencerminkan pola atau cara
penghuninya tinggal (Friedmann dkk, 1070). Elemen pengisi ruang beserta
pola penyusunannya pun disusun atas dasar tradisi tersebut sehingga tercipta
interior yang harmonis antara kebutuhan dengan struktur yang melingkupi
(Friedmann dkk, 1970). Membangun rumah merupakan fenomena kebudayaan
dimana bentuk fisik dan organisasi ruangnya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
penghuni (Rapoport, 1969).
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana upaya penghuni
memanfaatkan ruang yang diberi untuk menampung segala aktivitasnya diluar
negara asal. Selain itu ,penulis juga ingin mengetahui apakah pengaruh kebudayaan
asal yang dipegang penghuni berpengaruh pada pembentukan pola tatanan yang
baru di rumah hunian sementara pada kasus pengungsi dari luar negeri yang sedang
transit di Indonesia .
Manfaat yang diharapkan peneliti dalam hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi:
1. Ilmu Arsitektur
Tulisan ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam
merancang tempat tinggal dengan memperhatikan kebudayaan penghuni.
2. Pengungsi
Diharapkan setelah meneliti rumah tinggal pengungsi, penulis dapat
membantu memberikan solusi desain yang tepat terhadap permasalahan
yang dihadapi penghuni.
3. Komunitas sosial penanganan pengungsi
Dapat digunakan sebagai acuan dan bahan referensi dalam pengambilan
kebijakan terhadap bantuan hunian sementara pengungsi di Indonesia
4. Penelitian selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan dan acuan peneliti selanjutnya dengan topik
yang sama
Ruang lingkup dalam penelitian peengaruh kebudayaan terhadap pola tata ruang
Kebudayaan Afganistan
Pemanfaatan ruang
Ukuran ruang
1.6 Keaslian Penelitian
Dyan Agustin,
Annisa meydina
Peneliti Niniek Anggriani, Andi syahrani rahim
putri
Erwin Djuni
Tahun
2013 2017 2019
Penelitian
Pengaruh
Kebudayaan pada
Pola Ruang Rumah Pengaruh tata
Melalui Perspektif ruang terhadap
Judul Arsitektur Interior perilaku penghuni
Penelitian
( Studi Kasus: pada perumahan
Rumah Orang type 21m2
Betawi yang Pindah
Keluar Jakarta)
Kebudayaan
Aktivitas
betawi
penghuni
Pengubahan
Kebudayaan
fisik
asing
Variabel Organisasi
Pemanfaatan
Penelitian posisi ruang
ruang
Tata letak
Tata letak
elemen
perabot
interior
Ukuran ruang
Pemanfaatan
ruang
Data b. Observasi
c. Wawancara
Teknik
Analisis dan a. Analisis
Interpretasi Deskriptif
Data
Sumber : Penulis
1.7 Alur Pikir Penelitian
Tinjauan Target
Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Variabel Metode Penelitian
Pustaka Penelitian
Kebudayaan BEBAS
sebagai ide yang Mengetahui
menanamkan bagaimana Pemanfaatan
kebiasaan tertentu Bagaimana upaya yang ruang CH
dan dapat melekat upaya penghuni -tata letak
penghuni
pada diri memanfaatkan Kebudayaan perabot
lakukan dalam
ruang baru yang asing -organisasi
memanfaatkan ruang Kajian
Sekelompok orang terbatas untuk
ruang di -upaya arsitektur
dihadapkan pada aktivitasnya di
lingkungan adaptasi mengenai
kondisi harus negara baru? Kualitatif dengan hubungan
barunya. -aktivitas
meninggalkan metode deskriptif kebudayaan
Orientasi dalam ruang
tempat asalnya dan pola
dimana Apakah pola ruang baru ruang rumah
kebudayaan itu ruang terkait Mengetahui pengungsi
melekat pengaruh dari luar
kebudayaan
kebudayaan TERIKAT
asal masih
UNHCR asal terhadap Kebudayaan
tercermin pada
menyediakan tatanan dalam penghuni
tatanan dalam
hunian sementara rumah di
(CH) untuk rumah di
lingkungan
menampung lingkungan
baru? baru
pengungsi diluar
daerah asalnya
8
Bagan 1 Alur Pikir Penelitian
Sumber: Penulis, 2019
1.8 Sistematika Penelitian
Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode pengkajian teori-teori pada studi
kepustakaan. Kajian tersebut lalu dihubungkan dengan pengamatan langsung dilapangan dan studi
kasus menurut kajian teori, selanjutnya akan dianalisis sehingga dapat menghasilkan kesimpulan.
• Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang penulisan, permasalahan, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
Bab ini Menguraikan tentang dasar-dasar teori dari literatur ilmiah yang menyangkut teori
umum yang menjadi acuan dalam penelitian dan kerangka konsep.
Bab ini berisi tentang penjelasan studi kasus yang berupa tinjauan pengamatan secara
umum. Pembahasannya yakni mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, objek
penelitian, fokus amatan, unit amatan dan metode penentuan objek amatan, keterbatasan
penelitian, instrument penelitian lapangan, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik pengelolahan data, teknik analisis data dan validasi serta keterandalan data.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
mencerminkan penggunanya baik secara individual maupun dalam kehidupan sosial budaya
(Boedojo dkk, 1986). Menurut wawasan ini, arsitektur merupakan lingkungan buatan manusia
yang tidak hanya menjembatani antara manusia dan lingkungan saja, tapi juga merupakan
wahana ekspresi kultural untuk menata kehidupan mereka. Kebudayaan dan pengalaman
manusia akan menghasilkan tindakan tertentu yang diimplementasikan pada lingkungan
alami maupun lingkungan buatan (Boedojo, dkk, 1986). Menurut Rapoport (dalam Snyder &
Catanese,1984), lingkungan buatan dirancang manusia agar sesuai dengan kebudayaan dan
aktivitas mereka. Lingkungan buatan dibangun berdasarkan pilihan, keputusan, serta cara yang
khas untuk melakukan sesuatu karena manusia memiliki aturan untuk setiap tindakannya.
Peraturan ini mengarahkan kepada pilihan yang sistematik, konsisten, cenderung menurut pada
hukum, dan mencerminkan kebudayaan masyarakat terkait. Lingkungan buatan
dikonseptualisasikan sebagai wadah kebudayaan manusia yang bersifat normatif berupa nilai
dan kepercayaan yang kemudian menjadi ciri khas kelompok tersebut yang membedakannya
dengan kelompok lain. Pengaruh kebudayaan yang dibuat oleh manusia secara konsisten
menurut pada kebudayaannya akan melahirkan gaya (style) tertentu (Rapoport dalam Snyder
& Catanese, 1984). Lingkungan buatan itu sendiri adalah lingkungan yang telah melibatkan
campur tangan manusia dalam penciptaannya. Arsitektur merupakan salah satu lingkungan
buatan manusia. Dengan kata lain, dalam pembentukan arsitektur, kebudayaan menjadi faktor
yang sangat berpengaruh. Hal ini berarti bahwa setiap perwujudan arsitektur dipengaruhi oleh
kebudayaan penghuninya yang sangat menentukan dalam pembentukan ruang-ruang yang ada
di dalam arsitektur tersebut.
11
dasar (Rapoport dalam dalam Snyder dan Catanese, 1984). Rumah tidak hanya dipandang
sebagai struktur fisik wadah kegiatan sehari-hari saja, tapi juga pusat jaringan sosial budaya
dan tempat penghuni mengekspresikan dirinya dengan bebas sebagai jati diri (Hayward,
1987). Perwujudan yang terjadi di dalam rumah menggambarkan makna yang menunjukkan
eksistensi kebudayaan, kebiasaan, dan karakter penghuni (Siregar, 2008). Menurut Friedmann
dkk (1970), rumah merupakan suatu indoor place yang selalu dirancang sesuai dengan tradisi
tertentu yang mencerminkan pola atau cara penghuninya tinggal agar sesuai dengan
kepribadian, kebiasaan, dan aktivitas mereka (Friedmann dkk, 1970). Berbagai elemen pengisi
interior beserta pola penyusunannya pun disusun atas dasar tradisi tersebut sehingga akan
tercipta interior yang harmonis antara kebutuhan dengan struktur yang melingkupinya
(Friedmann dkk, 1970). Hal ini berarti bahwa kebudayaan juga mempengaruhi pembentukan pola
tatanan atau organisasi ruang dalam (interior) rumah.
Pada proses pembentukan ruang, manusia merupakan subjek penentu sebagai pusat
pengalaman terhadap lingkungan sekitarnya sejak lahir (Franck dan Lepori, 2000).Dengan
kata lain, pada proses pembentukan ruang dalam arsitektur, pola tindakan dan pengalaman
manusialah yang menjadi referensi utama. Tubuh manusia memiliki respon individual
berdasarkan aksi natural yang terbentuk dari reaksi yang ditangkap oleh indra manusia dan
pola pergerakan berdasarkan aktivitasnya (Franck dan Lepori, 2000). Lebih lanjut lagi, Franck dan
Lepori (2000) mengungkapkan bahwa pembentukan ruang terkait dengan pengalaman ruang
yang telah dialami manusia, ruang yang telah diingat akan mempengaruhi pembentukan ruang-
ruang selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan stimulus dalam diri manusia terkait kondisi sosial dan
budaya yang ada disekitarnya (Franck dan Lepori, 2000). Kesemua aspek yang telah disebutkan
mengacu pada kebudayaan manusia. Kebudayaan membentuk suatu preferensi dan pola
aktivitas tertentu. Manusia bergerak, mengalami, dan melakukan tindakan sesuai dengan cara
yang mereka ketahui, yaitu cara yang sehari-hari mereka gunakan sesuai dengan latar belakang
kebudayaan mereka. Tinggal dalam lingkungan baru memicu dialektika dan tindakan adaptasi.
Dalam hubungan antara proses adaptasi dengan kebudayaan, konsep kebudayaan asal akan
memberi masukan berupa persepsi moral sebagai pengendali dalam mengambil keputusan
(Bennet 1976). Oleh karena itu, akan tercipta suatu tindakan yang mengarah pada pilihan untuk
12
menyesuaikan dengan lingkungan yang ada atau justru membuat lingkungan agar sesuai dengan
kebudayaan manusia tersebut. Adaptasi terkait pengaruh kebudayaan ini dapat terjadi saat
pembentukan rumah sebab menurut Turner (1972), rumah bukanlah hasil fisik yang sekali
jadi, melainkan suatu proses berkelanjutan terkait mobilitas sosial budaya penghuni dalam
suatu kurun waktu. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan penghuni merupakan faktor penting
dalam perancangan rumahnya.
Franck dan Lepori (2000) mengungkapkan tiga orientasi ruang, yaitu inside, outside,
dan insideout. Orientasiinside memposisikan manusia sebagai subjek dalam ruang sehingga
sangat memperhitungkan ruang personalnya. Dalam pembentukannya, kepekaan panca indra
serta pola pergerakan aktivitas di dalam ruang sangat diperhatikan sehingga ruang yang
dihasilkan mengacu pada kegiatan manusia itu sendiri. Outside memposisikan manusia sebagai
the position of maker dan spectator. Hal ini berkaitan dengan bagaimana manusia melihat
ruang dari luar ruang tersebut yang menekankan pada visualitas manusia dan lingkungan
sekitarnya. Insideout menjelaskan pembentukan ruang terkait pengalaman ruang dan pengaruh
faktor sosial budaya yang telah dialami manusia (Franck dan Lepori, 2000).
a. Ruang publik, yaitu ruang yang bisa diakses oleh semua pengguna, misalnya ruang tamu,
teras.
b. Ruang semi publik, yaitu ruang yang hanya bisa diakses oleh anggota keluarga, misalnya
ruang keluarga, ruang makan
c. Ruang privat, yaitu ruang yang bersifat pribadi misalnya ruang tidur
13
Pengelompokan ruang tersebut sangatlah penting karena bisa berpengaruh pada aktivitas didalam
rumah.
Sirkulasi menurut Suptandar (1999) adalah pengarahan yang terjadi dalam ruang, kesan
langsung terhadap ruangan dipengaruhi oleh sirkulasi-sirkulasi yang terorganisir dengan baik.
Sirkulasi merupakan bagian penting dari perencanaan tata ruang, karena merupakan arah keluar
masuk bangunan dan dari satu ruang ke ruang lain. Sirkulasi yang benar sangat menentukan
efisiensi pemakaian bangunan (Ching, 1996).
adaptasi ruang pada bangunan adalah kegiatan didalam ruang untuk mengakomodasi
tuntutan aktivitas yang semakin berkembang sehingga memaksimalkan nilai ruang (Schmidt,
2011). Dalam rentang waktu tertentu, bangunan mengalami penurunan performance secara fungsi
maupun elemen-elemen arsitekturnya. Bangunan tidak hanya sebagai obyek yang diam tetapi
menjadi obyek yang bergerak secara dinamis dengan adanya pergeseran dalam lingkungan.
Terdapat enam strategi adaptasi bangunan (Schmidt, 2010) antara lain :
b. Versatile (perubahan tatanan ruang), versatile merupakan perubahan tatanan fisik ruang yang
dipengaruhi oleh adanya komponen dan perabotan yang ada.
e. Scalable (perubahan ukuran), scalable merupakan adaptasi bangunan yang berkaitan dengan
adanya konstruksi penambahan struktur dalam memenuhi kebutuhan pengguna atau pemilik.
f. Movable (perubahan lokasi), movable yang merupakan adanya perpidahan lokasi bangunan
karena bangunan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan penghuni maupun pemilik.
14
2.6 Metode Pembentukan Rumah melalui Pendekatan Arsitektur Interior
Menurut Ching (2012), perancangan interior merupakan suatu perencanaan, layout, dan
perancangan ruang di dalam suatu bangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal tadi
dapat mempengaruhi jenis dan bentuk aktivitas; menjaga aspirasi dan mengekspresikan ide;
serta mempengaruhi penampilan, mood, dan kepribadian dengan tujuan perbaikan fungsional, nilai
estetis, dan psikologis ruang (Ching, 2012). Hubungan antar elemen dibangun oleh pola yang
menentukan kualitas visual serta fungsional ruang interior yang mempengaruhi cara manusia
dalam menggunakan dan merasakan ruang tersebut (Ching, 2012). Menurut Frazer Hay (2007),
arsitektur interior adalah manipulasi ruang spasial meliputi metode yang berkaitan dengan
transformasi eksisting dan interior bangunan, terdiri dariinsertion, installation, dan intervention
dimana pada pengaplikasiannya tetap memperhatikan komposisi, fungsi, konteks, serta
konektivitasnya dengan bangunan lain. Insertion merupakan proses penyisipan elemen baru,
namun dimensinya mengikuti elemen lama sehingga tidak mengubah bentuk bangunan.
Elemen baru menyesuaikan dengan elemen yang telah ada sebelumnya. Ins tallation
merupakan proses pengubahan dimana elemen lama dan baru dapat berdiri sendiri-sendiri.
Elemen baru menjadi independent batasan bangunan yang dapat dihilangkan sehingga
bangunan dapat kembali seperti keadaan semula. Sedangkan pada intervention, existing
bangunan ikut ditransformasikan hingga membongkar bentuk bangunan lama. Keadaan bangunan
lama sudah benar-benar berubah sehingga elemen lama dan elemen baru tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri lagi karena sifat dasar dari perubahan bentuk elemen-elemen tersebut sudah
sepenuhnya terjalin dan bergabung (Hay, 2007).
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
menjadi akar permasalahnya. Dimana dalam hal ini angka dalam pendekatan kuantitatif tidak
mampu menjawab suatu peristiwa sosial dampai pada akar permasalahannya.
Penelitian ini dikhususkan pada Community house yang berada di Kota Makassar yang
memiliki posisi kedua dengan populasi pengungsi terpadat di Indonesia. Berdasarkan data
immigratoir dan pengungsi di bawah pengawasan rudenim di indonesia ,Terdapat 26 community
house yang tersebar dikota makassar.
17
No. Nama Community House Alamat
1. wisma rere
2. pondok nugraha
3. wisma kpi
4. wisma maysara
5. bugis house
6. wisma bajirupa
7. kirani guesthouse
8. 155 guesthouse a
9. 155 guesthouse b
10. 155 guesthouse c
11. 155 guesthouse d
12. wisma d’khanza
13. pondok reski jaya
14. ida guesthouse 1
15. ida guesthouse 2
16. wisma mustika 1
17. wisma mustka 2
18. wisma mustika 3
19. wisma msm
20. pondok elite a
21. pondok elite b
22. wisma favorit
23. wisma budi
24. wisma marindi
25. pondok maryam
26. d’win homestay
27.
18
Bagan pengungsi pada tempat penampungan sementara
1. JILC Cokroaminoto
Alamat : Jl. HOS Cokroaminoto No.7-7A, Pattunuang, Wajo, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90174
19
2. JILC Perintis
Alamat : Ruko Antara No. 21-22, Jl. Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea Indah,
Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245
3.3.2 Waktu
Tabel 2. Waktu Penelitian
20
Penggambaran Data
Penyusunan Data
Seminar Hasil Penelitian
Sumber: Penulis, 2019
21
3.5.2 Sumber Data
Sumber data ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan, artinya peneliti dalam menentukan
objek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari pengamatan di lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diambil
dari saat observasi berupa data hasil pengukuran perabot kelas, layout kelas. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan melalui searching di internet mengenai data yang
terkait dalam penelitian ini.
3.6 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 1997). Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah tata
ruang Medical Class dan penggunanya. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah :
a. Variabel bebas yang akan diteliti melalui observasi adalah kondisi exsisiting tata ruang
Medical Class lembaga bimbingan belajar JILC
b. Variabel terikat yang akan diteliti melalui kuesioner dari pendapat responden pengguna
ruang, mengenai tingkat kenyamanan exsisiting penataan ruang Medical Class lembaga
bimbingan belajar JILC.
3.7 Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub
variabel, indikator dan sub indikator. Selengkapnya mengenai uraian batasan variabel meliputi:
Tabel 3Definisi Operasional Variabel
22
Material
Tata Letak Perabot Bentuk Penataan
Kenyamanan Sirkulasi
Bentuk
Keamanan Kekuatan
Kejelasan pembagian
fungsi
Kebersihan
Keindahan
23
Kuisioner dalam penelitian ini digunakan kuisioner berstruktur, dan peneliti telah
menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden sebelum
membagikan kuisioner agar memudahkan pengamatan, pembagian kuisioner dilakukan
kepada siswa medical class lembaga bimbingan belajar JILC . Adapun data
dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden dengan skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert
merupakan lima pilihan jawaban dari sangat tidak setuju sampai pada sangat setuju
yang merupakan sikap atau persepsi seseorang atas suatu kejadian atau pertanyaan yang
diberikan dalam bentuk kuesioner. Setiap jawaban responden diberikan skor dengan
interval, yaitu:
Sangat Nyaman 5
Nyaman 4
Netral 3
Tidak Nyaman 2
Sangat Tidak Nyaman 1
4. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan karyawan bank guna
mendapatkan informasi secara lisan tentang upaya meningkatkan pengetahuan operasi
untuk kenyamanan siswa terhadap tata ruang Medical Class lembaga bimbingan belajar
JILC.
24
Gambar 3. Segnometer
Sumber: Internet, diakses pada 20 Maret 2019
b. Alat Tulis dan Sketsa
Digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil pengukuran, sketsa layout
eksisting, sketsa suasana, mencatat hal-hal penting dalam proses pengumpulan
data penelitian.
25
Gambar 5. Kamera digital
Sumber: Internet, diakses pada 20 Maret 2019
2. Wawancara
a. Alat perekam
Instrumen lainnya yang dibutuhkan adalah alat perekam yang digunakan untuk
merekam hasil wawancara ketika mengumpulkan data dari responden mengenai
aktivitas terkait focus penelitian
26
Tabel 4. Instrumen dan teknik pengumpulan data
27
adalah menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach. Untuk mengetahui kuesioner
tersebut sudah reliabel akan dilakukan pengujian reabilitas kuesioner dengan bantuan
komputer program SPSS. Kriteria penelitian uji reliabilitas adalah: apabila hasil koefisien
Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,60 maka kuesioner tersebut reliabel.
3.9.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif
dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel itu diambil (Sugiono, 2016)
𝑛−1 5−1 4
𝑟= = = = 0,8
𝑛 5 5
Range Kategori
1,00-1,80 STS
1,81-2,60 TS
2,61-3,40 N
3,41-4,20 S
4,21-5,00 SS
Sumber: Diperoleh dari berbagai sumber, 2019
28
Y = a +b.X + e
Keterangan:
Y = Variabel Terikat
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = Variabel Bebas
e = tingkat kesalahan
b. Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variable dependen yang diuji pada tingkat signifikan
0,05. Uji T bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan
dalam model persamaan regresi, kriteria keputusannya adalah sebagai berikut.Berdasarkan
nilai t hitung dan t tabel:
1) Apabila t-hitung > t-tabel atau t-statistic < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Apabila t-hitung < t-tabel atau t-statistic > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
29