DISUSUN OLEH :
ERIKA ALYAUL LATIFAH
NIM. 201610300930
PENDIDIKAN MATEMATIKA 7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, fokus dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Model Questions Student Have Pada Mata
Materi Bangun Datar Segiempat di SMPN 1 Gondang?
2. Bagaimana Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Materi
Bangun Datar Segiempat di SMPN 1 Gondang?
3. Bagaimana Penerapan Model Questions Student Have Terhadap
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Materi Bangun Datar
Segiempat di SMPN 1 Gondang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui peningkatan Penerapan Model Questions Student
Have Pada Mata Materi Bangun Datar Segiempat di SMPN 1 Gondang.
2. Untuk mengetahui peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada
Mata Materi Bangun Datar Segiempat di SMPN 1 Gondang.
3. Untuk mengetahui Penerapan Model Questions Student Have Terhadap
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Materi Bangun Datar
Segiempat di SMPN 1 Gondang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Pedoman dan menjadi satu alternatif strategi pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar
matematika.
b. Acuan dalam penelitian yang lebih lanjut karena hasil-hasil yang
diperoleh dapat dijadikan permasalahan baru untuk dapat diadakan
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Pada tataran praktis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi siswa
Diharapkan penelitian ini mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa yang terkait dengan mata pelajaran matematika.
b. Bagi Guru
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan guru
dalam menerapkan sistem pembelajaran dalam rangka dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran matematika.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi pihak sekolah
dalam menerapkan kebijakan pembelajaran dalam rangka perbaikan
sistem pembelajaran matematika di setiap kegiatan belajar
mengajar.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan kajian untuk
penelitian berikutnya.
A. Konsep Teoritis
1. Pembelajaran matematika
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks.
Peristiwa tersebut akan menjalin komunikasi timbal balik antara guru
sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Sementara menurut hamalik
belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan
dan pengalaman. (menurut pendapat: Oemar Hamalik, (2001)Proses
Belajar Mengajar,Jakarta:Bumi) Sedangkan menurut Slameto belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Proses pembelajaran matematika haruslah dilalui secara bertahap,
maksudnya untuk mempelajari konsep B haruslah terlebih dahulu
mempelajari konsep A, tanpa mempelajari konsep B dengan baik. Untuk
mencapai pembelajaran yang terstruktur dan logis, pembelajaran
matematika harus direncanakan terlebih dahulu agar konsep-konsep
dalam matematika dapat dipahami.
Secara umum tujuan pembelajaran matematika adalah untuk
membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan didalam kehidupan dan didunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional dan kritis serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Secara detail dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 22 Tahun 2006, dijelaskan bahwa tujuan pelajaran matematika
disekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan dengan tepat dalam memecahkan
masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.3
Untuk mencapai pembelajaran matematika yang terstruktur dan
logis, pembelajaran matematika haruslah direncanakan dahulu agar
konsep-konsep atau materi yang ada dalam matematika itu dapat
dipahami dengan baik oleh peserta didik.
2. Strategi Question Students Have
Dalam proses pembelajaran setiap siswa memiliki kelebihan dan
kekurangan untuk menguasai materi. Ada siswa yang cepat, sedang
bahkan lambat dalam menyerap materi yang disampaikan. Biasanya tidak
semua siswa menangkap apa yang dijelaskan oleh guru. karena itu guru
mengharapkan partisipasi siswa dalam menyampaikan pertanyaan
mengenai materi yang belum dipahaminya.
Bertanya merupakan hal yang penting dalam pembelajaran karena
dengan bertanya guru dapat mengetahui suatu hal yang tidak dipahami
atau diragukan oleh siswa. Menurut Meier Kemampuan bertanya
menunjukkan pikiran yang selalu ingin tahu dan merupakan tanda dari
pembelajaran yang baik.
Guru sebagai individu yang memiliki andil yang cukup besar harus
mengusahakan segala cara agar siswa bertanya baik secara lisan maupun
tulisan sebab hal ini akan berpengaruh besar terhadap proses
pembelajaran. Adapun cara yang lebih mudah dalam mengajukan
pertanyaan yaitu disampaikan secara lisan akan tetapi mengingat
banyaknya siswa yang kurang berani mengungkapkan maka perlu
diupayakan suatu strategi yang menuntut siswa untuk bertanya melalui
tulisan.
Model Question Students Have dapat diartikan sebagai pertanyaan
yang dimiliki siswa. Pertanyaan ini bisa dalam bentuk soal atau masalah
lain yang berhubungan dengan materi yang belum dipahaminya. Menurut
Silberman Ini merupakan cara yang tidak membuat siswa takut untuk
mempelajari apa yang mereka butuhkan dan harapkan. Cara ini
memanfaatkan teknik yang mengundang partisipasi melalui penulisan
bukannya pembicaraan. Selanjutnya Silberman juga menjelaskan bahwa
Strategi ini bisa menyemarakkan lingkungan belajar aktif dengan
memberi siswa kesempatan untuk bergerak secara fisik, berbagi pendapat
untuk mencapai sesuatu yang mereka banggakan. Dari kutipan ini dapat
diambil kesimpulan bahwa strategi Question Students Have bisa
membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. model ini mewajibkan
siswa menuliskan pertanyaan yang berupa soal atau masalah lain yang
berhubung dengan materi yang belum dipahaminya dalam secarik kertas.
Pemberian tugas berupa membuat sebuah pertanyaan oleh siswa
merupakan sebuah cara agar siswa dapat memahami materi yang telah
diajarkan oleh guru. Dengan adanya peninjauan yang dilakukan oleh
guru pada kelompok-kelompok siswa, maka setiap anggota kelompok
akan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam
kelompoknya dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran matematika.
Adapun langkah-langkah dari strategi Question student have ini yang
dijelaskan oleh Silberman adalah sebagai berikut:
a. Bagikan kartu kosong/kartu indeks kepada setiap siswa
b. Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka
miliki tentang mata pelajaran atau tentang sifat-sifat pelajaran yang
sedang dipelajari (nama tidak dicantumkan). Atau apakah pada akhir
dari pelajaran ini siswa diwajibkan membuat karya tulis?.
c. Bagikan kartu tersebut ke seluruh anggota kelompok searah jarum
jam, ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya,
dia harus membaca dan member tanda centang kartu itu jika berisi
pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi oleh siswa yang
membacanya.
d. Ketika semua kartu siswa kembali kepada pemiliiknya, setiap siswa
akan memeriksa keseluruhan pertanyaan kelompok tersebut. sampai
disini kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda
centang). Berikan jawaban kepada masing-masing pertanyaan ini
dengan :
1) Memberikan jawaban langsung dan singkat
2) Menunda pertanyaan sampai waktu yang tepat
3) Pertanyaan tersebut tidak menunjukkan suatu pertanyaan.
e. Panggil siswa untuk berbagi pertanyaan mereka sukarela, sekalipun
mereka tidak memperoleh suara terbanyak.
f. Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan
yang mana anda mungkin menjawabnya dipertemuan berikutnya.
3. Kemampuan Berfikir Kritis
Dalam dunia pendidikan dan proses belajar-mengajar, murid tidak
boleh diperlakukan seperti busa ( Spon) didalam kelas yang menyerap
ilmu dari guru, tanpa diberi kesempatan untuk bertanya. Untuk bisa
menghormat, para murid harus belajar berpikir secara kritis dan
mempraktekkannya. Meskipun memiliki kemampuan berpikir kritis,
bukan jaminan akan menjadi orang yang bertanggung jawab, namun
penerapan berpikir kritis dapat menjauhkan seseorang dari keputusan
yang keliru dan tergesa-gesa.
Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir kritis adalah
berpikir dengan baik dan merenungkan atau mengkaji tentang proses
berpikir orang lain. John Dewey mengatakan bahwa seko lah harus
mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Kemudian beliau
mendefinisikan berpikir kritis sama dengan berpikir reflektif yaitu: aktif,
gigih, dan pertimbangan yang cermat mengenai sebuah keyakinan atau
bentuk pengetahuan apapun yang diterima dipandang dari berbagai sudut
alasan yang mendukung dan menyimpulkannya.
Sementara Vincent Ruggiero mengartikan berpikir sebagai, segala
katifitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah,
membuat keputusan atau memenuhi keinginan untuk memahami: berpikir
adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna8 . Dari
pendapat tokoh-tokoh diatas dapat diketahui bahwa ada persamaan
mengartikan berpikir kritis sebagai sebuah proses aktif dan cara berpikir
secara teratur atau sistematis untuk memahami informasi secara
mendalam sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi
yang didapat atau pendapat yang disampaikan.
Menurut The Statewide History-social science Assement Advisory
committee ada 12 keterampilan essensial dalam berpikir kritis (twelve
essensial critical thinking skills) yaitu meliputi
a. Mengenali masalah (Defining and clarifying problem)
1) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan
3) Memilih informasi yang relevan
4) Merumuskan/ memformulasi masalah
b. Menilai informasi yang relevan
1) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/ judgment
2) Mengecek konsistensi
3) Mengidentifikasi asumsi
4) Mengenali kemungkinan faktor stereotip
5) Mengenali kemungkinan bias, emosi, propoganda, salah
penafsiran kalimat semantic slanting)
6) Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi
c. Pemecahan masalah/ penarikan kesimpulan
1) Mengenali data yang diperlukan dan cukup tidaknya data
2) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/
pemecahan masalah/ kesimpulan yang diambil.
Menurut R.H. Ennis, terdapat beberapa bentuk kecenderungan berpikir
kritis, antara lain:10
a. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan,
b. Mencari alasan,
c. Berusaha mencari informasi dengan baik,
d. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya,
e. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan,
f. Berusaha tetap relevan dengan ide utama,
g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar,
h. Mencari alternatif,
i. Bersikap dan berpikir terbuka,
j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup kuat untuk melakukan
sesuatu,
k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan,
l. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah, dan
m. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain. Ada beberapa
cara yang digunakan para guru untuk membangun pemikiran kritis
dalam rencana pelajaran yaitu:
1. Tanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana dan
mengapa.
2. Periksalah fakta -fakta yang dianggap benar untuk menentukan
apakah terdapat bukti untuk mendukungnya.
3. Berargumen dengan cara bernalar daripada menggunakan emosi.
4. Kenalilah, bahwa kadang-kadang terdapat lebih dari satu jawaban
atau penjelasan yang bagus.
5. Bandingkan beragam jawaban dari sebuah pertanyaan dan nilailah
yang mana yang benar-benar merupakan jawaban yang terbaik.
6. Evaluasi dan lebih baik menanyakan apa yang dikatakan orang
lain daripada segera menerimanya sebagai kebenaran.
7. Ajukan pertanyaan dan lakukan spekulasi lebih jauh yang telah
kita ketahui untuk menciptakan ide-ide baru dan informasi baru.
Pada dasarnya, proses belajar mengajar memiliki tujuan akhir.
tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah berfikir. Menurut
pendapat tersebut maka kegiatan belajar mengajar yang baik tentunya
harus melibatkan siswa berfikir, karena berfikir merupakan pokok
pangkal untuk memperoleh pengetahuan. Aktifitan dan proses berpikir
akan terjadi apabila seorang individu berhadapan dengan situasi atau
masalah yang mendesak dan menantang serta dapat memicunya untuk
berpikir agar diperoleh kejelasan dan solusi atau jawaban terhadap
masalah yang dimunculkan sesuatu yang dihadapinya.
Beberapa alasan tentang perlunya keterampilan berpikir kritis
pada siswaadalah:
a. Berpikir kritis mampu membuka pikiran yang tadinya tertutup,
bahkan memperlebar dan memperluas pikiran yang sebelumnya
sudah terbuka sehingga semakin lebar dan luas.
b. Berpikir kritis senantiasa melatih pikiran untuk terus berpikir
demi memahami berbagai pandangan orang lain, khususnya yang
berbeda dengan pandangan diri sendiri.
c. Berpikir kritis selalu membawa dan menuntun orang yang
melakukannya untuk selalu mencari, menemukan, memahami,
dan menjelaskan kebenaran segala hal yang dilandaskan pada
pemikiran yang jernih, akal sehat, dan berlandaskan ilmu
pengetahuan yang dimiliki.
d. Berpikir kritis selalu mengajarkan untuk senatiasa jujur dan
terbuka terhadap pandangan orang lain, terutama jujur terhadap
dirisendiri.
e. Berpikir kritis mampu mengajarkan untuk melampaui rasa takut
tehadap otoritas-otoritas yang ada dengan selalu mengacu pada
kebenaran-kebenaran independen.
Indikator berpikir kritis menurut Carolee Wade yang
mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi :
a. Kegiatan merumuskan pertanyaan
b. Membatasi permasalahan
c. Menguji data-data,
d. Menganalisis berbagai pendapat dan bias,
e. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
f. Menghindari penyederhanaan berlebihan
g. Memmpertimbangkan berbagai interpretasi, dan
h. Menoleransi ambiguitas.
Ada banyak cara yang tepat dan berguna untuk membangun
kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya adalah menerapkan
kedelapan indikator dari pendapat Carolee Wade diatas. Masih banyak
lagi cara yang bisa guru lakukan untuk dapat mengasah kemampuan
berpikir siswa.
C. Konsep Operasional
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu strategi pembelajaran aktif
tipe Question Student Have merupakan variabel bebas (independent) dan
berpikir kritis matematika siswa sebagai variabel terikat (dependent).
1. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Question Student Have
Merupakan Variabel Bebas (Independent)
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memulai pembelajaran
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1) Membuat bahan ajar penelitian yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar Diskusi (LD) serta
membuat instrument penelitian.
2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pendahuluan
a) Guru memeriksa absensi/kehadiran siswa
b) Memperhatikan kesiapan siswa, mulai dari tempat duduk
siswa
c) Memulai proses pembelajaran setelah semua siswa dalam
kondisi siap
d) Menyampaikan kompetensi dasar, indikator, materi pokok dan
tujuan pelajaran.
e) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi
kelompok (tempat, peserta, dan waktu)
f) Menyuruh siswa untuk menempati tempat kelompok belajar
yang telah ditentukan.
g) Menentukan dan menjelaskan masalah
h) Menyediakan alat-alat, buku-buku yang relevan dengan materi
yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
a) Bagikan kartu kosong/kartu indeks kepada setiap siswa
b) Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang
mereka miliki tentang mata pelajaran atau tentang sifat-sifat
pelajaran yang sedang dipelajari (nama tidak dicantumkan).
Contohnya, seorang peserta mungkin bertanya bagaimana
perbedaan aljabar 2 dan aljabar 1? atau apakah pada akhir dari
pelajaran ini siswa diwajibkan membuat karya tulis?.
c) Bagikan kartu tersebut ke seluruh anggota kelompok searah
jarum jam, ketika masing-masing kartu dibagikan kepada
siswa berikutnya, dia harus membaca dan member tanda
centang kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan
persoalan yang dihadapi oleh siswa yang membacanya.
d) Ketika semua kartu siswa kembali kepada pemiliiknya, setiap
siswa akan memeriksa keseluruhan pertanyaan kelompok
tersebut. sampai disini kenali pertanyaan yang menerima
banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada
masing- masing pertanyaan ini dengan :
Memberikan jawaban langsung dan singkat
Menunda pertanyaan sampai waktu yang tepat
Pertanyaan tersebut tidak menunjukkan suatu pertanyaan.
e) Panggil siswa untuk berbagi pertanyaan mereka sukarela,
sekalipun mereka tidak memperoleh suara terbanyak.
Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi
pertanyaan yang mana anda mungkin menjawabnya dipertemuan
berikutnya.
3) Variasi :
a) Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan
kartu kepada siswa, buatlah kelas menjadi sub-kelompok dan
lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan
mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu
pertanyaan.
b) Variasi dapat pula dilakukan dengan meminta peserta untuk
memeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat
mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat jawaban
terbanyak, sebagai indikasi penguasaan anak terhadap objek
yang dipertanyakan.
4) Penutup
a) Memberikan kesimpulan dalam pemecahan masalah
b) Menutup pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mencatat hasil pemecahan masalah
c) Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan soal tes kepada siswa
yang dikerjakan secara individu.
d) Penghargaan
e) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
memperoleh skor tertinggi.
2. Kemampuan Berpikir kritis Siswa Sebagai Variabel Terikat
(Dependent)
Berpikir kritis merupakan berpikir secara beralasan dan reflektif
yang masuk akal atau berdasarkan nalar dengan menekankan pada
pembuatan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan. Berpikir kritis
merupakan aspek penting dan topik yang vital dalam pendidikan modern
sehingga para pendidik tertarik untuk mengembangkan berpikir kritis
kepada siswa.
Dalam penelitian ini untuk mengukur peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa akan digunakan indikator berpikir kritis, yaitu :
a. Kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan.
b. Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan matematika.
c. Kemampuan mengungkap definisi atau teorema dalam menyelesaikan
masalah.
d. Kemampuan menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi
permasalahan matematika.
e. Kemampuan menarik kesimpulan dari permasalahan matematika.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang
dikemukakan. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi
hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) sebagai berikut:
a. Ha :
Ha : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematika siswa
yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Question
Stidents Have (QSH) dengan siswa yang belajar menggunakan
strategi pembelajaran konvesional.
b. Ho :
Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematika
siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe
Question Stidents Have (QSH) dengan siswa yang belajar
menggunakan strategi pembelajaran konvesional.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Rencana Penelitian
Tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk. Adapun penetlitian ini
direncanakan bulan Februari sampai Maret 2020. Mata pelajaran yang diteliti
adalah Matematika
C. Prosedur Penelitian
1. Survey Pendahuluan
Melalui hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SMPN 1
Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk, peneliti melihat
kurang adanya minat belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika
berakibat pada rendahya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar
tersebut salah satunya disebabkan oleh strategi yang digunakan masih
monoton serta tidak memperhatikan kemampuan peserta didik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti bekerjasama dengan guru
Matematika dalam hasil belajar siswa agar tujuan utama dalam proses
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2. Perencanaan
Penelitian ini bersifat kolaboratif, peneliti bersama-sama dengan
guru untuk merencanakan tindakan, guru bertindak sebagai pelaksana
tindakan dan peneliti bertindak sebagai observasi. Rincian kegiatan antara
lain :
a. Peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
b. Peneliti bersama guru membuat kesepakatan untuk menetapkan materi
pokok.
c. Menentukan hari dan tanggal penelitian.
d. Mengembangkan skenario pembelajaran berupa RPP tentang materi
yang akan diajarkan melalui strategi Questions Students Have yang
akan dilakukan oleh peneliti.
e. Menyiapkan sumber belajar.
f. Menyiapkan sarana dan media yang akan digunakan.
g. Menyusun pedoman wawancara untuk mengetahui pembelajaran
Matematika.
h. Persiapan soal tes yang akan diberikan pada awal penelitian dan setiap
siklus
E. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Peneliti
Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis,
penafsir data akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai alat pemantau kegiatan guru
maupun siswa selama proses pembelajaran Materi Bangun Datar dan
Segiempat sebagai alat pemantau kegiatan guru,observasi digunakan
untuk mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang dilakukan melalui strategi Questions
Students Have dalam setiap siklus sehingga kelemahan dapat diperbaiki
pada siklus berikutnya.
Sebagai alat pemantau kegiatan siswa, observasi digunakan untuk
mengumpulkan informasi siswa sebagai pengaruh tindakan guru dalam
proses pembelajaran melalui Questiont Students Have
F. Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis dan kualitatif meliputi sikap siswa terhadap
metode belajar yang efektif aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian,
antusias dalam belajar, dan rasa senang siswa terhadap metode yang baru.
Analisis data kuantatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga
langkah :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses memilih, memusatkan perhatian, dan
menyederhanakan melalui seleksi dari data mentah yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan sehingga menjadi informasi yang
bermakna.
b. Display Data
Paparan kata dilakukan dengan penyajian data dalam bentuk uraian
singkat dan grafik sehingga mudah dibaca.
c. Pengambilan Kesimpulan
Data yang diperoleh kemudian diambil kesimpulan apakah tujuan
dari penelitian sudah tercapai apa belum, jika sudah maka dilakukan
tindakan selanjutnya.39Dalam analisis kuantatif, peneliti menggunakan
analisis diskriptif guna untuk mencari persentase hasil belajar pada saat
mengumpulkan data dari hasil observasi. Mengenai keberhasilan produk
dapat diketahui dengan menggunakan persentase keberhasilan.
Rumus:P = f/N×100.
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of cases ( jumlah frekuensi )
P = Angka presenta