PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Syok Hipovolemik
a. Definisi
Syok hipovolemik merupakan syok yang sering terjadi, disebabkan oleh kekurangan
volume sirkulasi. Penyebabnya akibat dari hemoragik baik dari internal maupun ekternal atau
kehilangan cairan dari sirkulasi tubuh. Muntah dan diare merupakan penyebab tersering dari
syok hipovolemik pada anak-anak.2
Etiologi
b. Manifestasi Klinis
Syok hipovolemik akibat kehilangan darah dari luar, biasanya nyata dan mudah
didiagnosis. Perdarahan dalam, kemungkinan tidak nyata, seperti pasien hanya mengeluhkan
kelemahan, letargi, atau perubahan status mental.5 Gejala-gejala syok seperti kelemahan,
penglihatan kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai pada semua pasien. Pada pasien
trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan memperkuat
kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertabrak kemudi kendaraan,
gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor). Jika
sadar, pasien mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri. Tanda vital, sebelum dibawa ke unit
gawat darurat sebaiknya dicatat. Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan
gangguan pada pembuluh darah. Tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis adalah nyeri
yang menjalar ke punggung. Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyebabkan
nyeri perut, nyeri punggung, atau nyeri panggul.5,6 Pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal, keterangan tentang hematemesis, melena, riwayat minum alkohol,
penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama, dan koagulopati (iatrogenik atau
selainnya) sangat penting. Jika suatu penyebab ginekologik dipertimbangkan, perlu
dikumpukan informasi mengenai hal berikut: periode terakhir menstruasi, faktor risiko
kehamilanektopik, perdarahan pervaginam (termasuk jumlah dan durasinya), produk
konsepsi pada saluran vagina, dan nyeri. Semua wanita usia subur sebaiknya menjalani
teskehamilan, untuk meyakinkan apakah mereka hamil. Tes kehamilan negatif bermakna
untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.5
Pemeriksaan fisik seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara bersamaan,sistem
sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda-tanda dan gejala-gejala syok. Untuk menilai syok
jangan hanya dinilai dengan tekanan darah sistolik. Mekanisme kompensasi mencegah
penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan hingga pasien kehilangan 30% dari
volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan perfusi kulit lebih diperhatikan.
Pasien yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak mengalami takikardi,tanpa
memperhatikan derajat syoknya.7 Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan
pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awal. Pada pasien dengan trauma, perdarahan
biasanya dicurigai sebagai penyebab dari syok. Namun, hal ini harus dibedakan dengan
penyebab syok yang lain. Diantaranya tamponade jantung (bunyi jantung melemah, distensi
vena leher), tension pneumothorax(deviasi trakea, suara napas melemah unilateral), dan
traumamedulla spinalis (kulit hangat, jarang takikardi, dan defisit neurologis).6
Pada pasien hamil, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum steril. Meskipun, pada
perdarahan trimester ketiga, pemeriksaan harus dilakukan sebagai double set up di ruang
operasi. Periksa abdomen, uterus atau adneksa.5
Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma benda tumpul.
Trauma yang sering menyebabkan syok hemoragik adalah sebagai berikut: laserasi dan ruptur
miokard, laserasi pembuluh darah besar, dan perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis
dan femur, dan laserasi pada tengkorak. Kelainan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan banyak kehilangan darah antara lain aneurisma, diseksi, dan malformasi
arteri vena.8
Syok hemoragik dibagi menjadi 4 kelas yaitu:
Tabel 1. Kalsifikasi derajat syok hemoragik.
c. Patofisiologi
d. Tatalaksana
Keadaan syok hipovolemia biasanya terjadi berbarengan dengan kecelakaan sehingga
diperlukan tatalaksana prehospital untuk mencegah timbulnya komplikasi,transfer pasien ke
rumah sakit harus cepat, tatalaksana awal di tempat kejadian harus segera dikerjakan. Pada
perdarahan eksternal yang jelas, dapat dilakukan penekanan langsung untuk mencegah
kehilangan darah yang lebih banyak lagi. 11 Prinsip pengelolaan dasar adalah menghentikan
perdarahan dan mengganti kehilangan volume.12
Penatalaksanaan awal
A. Pemeriksaan jasmani12
Meliputi penilaian ABCDE, serta respon penderita terhadap terapi, yakni melalui
tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran.
1. Airway dan Breathing
Tujuan: menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan
oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi >95%. Pada
pasien cedera servikal dilakukan imobilisasi. Pada pasien dengan syok hipovolemik
memberikan ventilasi tekanan positif dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
aliran balik vena, cardiac output, dan memperburuk syok. Untuk
memfasilitasi ventilasi maka dapat diberikan oksigen yang sifat alirannya
high flow. Dapat diberikan dengan menggunakan non rebreathing mask sebanyak
10-12 L/menit.11
2. Sirkulasi
Kontrol pendarahan dengan, mengendalikan pendarahan memperoleh akses intravena
yang cukup, menilai perfusi jaringan. Pengendalian pendarahan, dari luka luar
tekanan langsung pada tempat pendarahan (balut tekan).Pendarahan patah tulang
pelvis dan ekstremitas bawah. PASG( Pneumatic Anti Shock Garment ). Pendarahan
internal operasi. Posisi pasien juga dapat mempengaruhi sirkulasi. Pada pasien dengan
hipotensi dengan menaikkan kakinya lebih tinggi dari kepala dan badannya akan
meningkatkanvenous return. Pada pasien hipotensi yanghamil dengan cara
memiringkan posisinya ke sebelah kiri jugameningkatkan aliran darah balik ke
jantung.11
3. Disability
pemeriksaan neurolog. Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon
pupil, fungsimotorik dan sensorik. Manfaat: menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.11
4. Exposure
Pemeriksaan lengkap terhadap cedera lain yang mengancam jiwa serta pencegahan
terjadi hipotermi pada penderita.11
5. Dilatasi Lambung: dekompresi. Dilatasi lambung pada penderita trauma, terutama
anak-anak mengakibatkan terjadinya hipotensi dan disritmia jantung yang tidak
dapatditerangkan. Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit.Pada
penderita yang tidak sadar, distensi lambung menyebabkan resikoaspirasi isi lambung.
Dekompresi dilakukan dengan memasukkan selangmelalui mulut atau hidung dan
memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.11
6. Pemasangan kateter urin memudahkan penilaian adanya hematuria dan evaluasi
perfusi ginjaldengan memantau produksi urin.Kontraindikasi: darah pada uretra,
prostat letak tinggi, mudah bergerak.11
Harus segera didapatkan akses ke pembuluh darah. Paling baik dengan 2 kateter
intravena ukuran besar, sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral. Kateter yang
digunakan adalah kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan
dalam jumlah besar. Tempat terbaik jalur intravena orang dewasa adalah lengan bawah. Bila
tidak memungkinkan digunakan akses pembuluh sentral atau melakukan venaseksi. Pada
anak-anak < 6 tahun, teknik penempatan jarum intraosseus harus dicoba sebelum
menggunakan jalur venasentral. Selain itu, teknik intraoseus juga dapat dilakukan pada
pasien dewasadengan hipotensi. 11 Jika kateter vena telah terpasang, diambil darah
untuk crossmatch, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan toksikologi, serta
teskehamilan pada wanita subur serta analisis gas darah arteri.12
Larutan elektrolit isotonik digunakan sebagai terapi cairan awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskuler dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume
vaskuler dengan mengganti volume darah yang hilang berikutnya kedalam ruang
intersisial dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama
sedangkan NaCl fisologis adalah pilihan kedua. Jumlah cairanyang diberikan adalah
berdasarkan hukum 3 untuk 1, yaitu memerlukan sebanyak 300 ml larutan elektrolit untuk
100 ml darah yang hilang. Sebagai contoh, pasien dewasa dengan berat badan 70 kg dengan
derajat perdarahan III membutuhkan jumlah cairan sebanyak 4.410 cairan kristaloid. Hal ini
didapat dari perhitungan [(BB x % darah untuk masing-masing usia x % perdarahan) x 3],
yaitu [70 x 7% x 30% x 3].12,16 Jumlah darah pada dewasa adalah sekitar 7% dari berat
badan, anak-anak sekitar 8-9% dari berat badan. Bayi sekitar 9-10% dari berat badan. 13
Pemberian cairan ini tidak bersifat mutlak, sehingga perlu dinilai respon
penderita untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan. 12 Bila sewaktu
resusitasi, jumlah cairan yang diperlukan melebihi perkiraan, maka diperlukan
penilaian ulang yang teliti dan perlu mencari cedera yang belum diketahui atau penyebab
syok yang lain. Singkatnya untuk bolus cairan inisial dapat diberikan 1-2 L cairan
kristaloid, pada pasien anak diberikan 20 cc/kg BBII. Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi
Organ.12,14
A. Umum pulihnya tekanan darah menjadi normal, tekanan nadi dan denyut nadi
merupakan tanda positif yang menandakan bahwa perfusi sedang kembali
kekeadaan normal, tetapi tidak memberi informasi tentang perfusi organ.
B. Produksi urin. Jumlah produksi urin merupakan indikator penting untuk perfusi
ginjal. Penggantian volume yang memadai menghasilkan pengeluaran urin
sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak -
anak dan 227ml/kgBB/jam pada bayi. Jika jumlahnya kurang atau makin turunnya
produksidengan berat jenis yang naik menandakan resusitasi yang tidak cukup.
C. Keseimbangan Asam-Basa penderita syok hipovolemik dini akan mengalami alkalosis
pernafasan karenatakipneu. Alkalosis respiratorik disusul dengan asidosis metabolik
ringandalam tahap syok dini tidak perlu diterapi. Asidosis metabolik yang beratdapat
terjadi pada syok yang terlalu lama atau berat. Asidosis yang persisten pada penderita
syok yangnormothermicharus diobati dengan cairan darahdan dipertimbangkan
intervensi operasi untuk mengendalikan pendarahan.Defisit basa yang diperoleh dari
analisa gas darah arteri dapat memperkirakan beratnya defisit perfusi yang akut.
Keberhasilan manajemen syok hemoragik atau lebih khusus lagi resusitasi cairan bisa
dinilai dari parameter-parameter berikut: Capilary refill time < 2 detik, MAP 65-70 mmHg,
O2 sat >95%, Urine output >0.5 ml/kg/jam (dewasa) ; > 1 ml/kg/jam (anak), Shock index =
HR/SBP (normal 0.5-0.7),CVP 8 to12 mm Hg, ScvO2 > 70%IV.12
Transfusi Darah
Tujuan utama transfusi darah adalah memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen dari
volume darah. Pemberian darah juga tergantung respon penderitaterhadap pemberian
cairan.12
a. Pemberian darah packed cell vs darah biasa. Tujuan utama transfusi darah:
memperbaiki kemampuan mengangkut oksigen dari volume darah. Dapat diberikan
darah biasa maupun packed cell. Pemberian cairan adekuat dapat memperbaiki
cardiac output tetapi tidak memperbaiki oksigensi sebab tidak ada
penambahan jumlah dari mediatransport oksigen yaitu hemoglobin. Pada
keadaan tersebut perlu dilakukan tranfusi. Beberapa indikasi pemberian tranfusi
PRC adalah:13
1. Jumlah perdarahan diperkirakan >30% dari volume total atau perdarahan derajat
III.
2. Pasien hipotensi yang tidak berespon terhadap 2 L kristaloid
3. Memoerbaiki delivery oksigen
4. Pasien kritis dengan kadar hemoglobin 6-8 gr/dL. Fresh frosen plasma diberikan
apabila terjadi kehilangan darah lebih dari 20-25% atau terdapat koagulopati dan
dianjurkan pada pasien yang telah mendapatkan 5-10 unit PRC. Transfusi platelet
diberikan pada keadaan trombositopenia trombosit <20.000-50.000/mm15) dan
perdarahan yang terus berlangsung.
b. Darah crossmatch, jenis spesifik dan tipe O14
Prognosis
Syok hipovolemik merupakan darurat medik namun gejala-gejala dan hasil dapat bervariasi
tergantun pada17:
1. Jumlah volume darah yang hilang
2. Tingkat kehilangan darah
3. Cedera yang merupakan penyebab kehilangan darah
4. Penyakit yang mendasari, misalnya: diabetes, penyakit jantung, penyakit pari dan
penyakit ginjal.
Syok Anafilaktik
Definisi
Anafilaksis merupakan respon klinis terhadap reaksi imunologik tipe I yang terjadi
antara antigen dengan antibodi imunoglobulin E (IgE). Bila terjadi reaksi serupa tetapi tidak
melalui jalur interaksi antigen antibodi maka keadaan tersebut dinamakan reaksi anafilaktoid.
Syok anafilaktik merupakan bagian dari reaksi anafilaktik sistemik berat.17 Syok anafilaktik
berupa gangguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang mengeluarkan
histamine dengan akibat peningkatan permeabilitas membrane kapiler dan terjadi dilates
arteriola sehingga venous return menurun. Misalnya:reaksi tranfusi, sengatan serangga,
gigitan ular berbisa 1,18
Etiologi
Etiologi dari syok anafilaktik misalnya pada reaksi imunologik pada IgE/FcἒRI pada
gigitan serangga, makanan, obat-obatan seperti antibiotik golongan ß-lactam dan lainya
seperti latex, pada imunologik lain seperti aggregasi imun seperti immunoglobulin IV,
aktivasi sistem komplemen, aktivasi sistem koagulasi, mekanisme autoimun, dan pada reaksi
non imunolgik seperti pada latihan, cuaca dingin, onbat-obatan opioid.20
Manifestasi Klinis
Patogenesis
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitvitas tipe I atau reaksi cepat dimana
reaksi segera muncul setelah terkena alergen. Perjalanan reaksi ini dibagi menjadi tiga fase,
yaitu fase sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor. 20
Fase sensitisasi dimulai dari masuknya antigen ke dalam tubuh lalu ditangkap oleh sel
imun non spesifik kemudian di fagosit dan dipersentasikan ke sel Th2. Sel ini akan
merangsang sel B untuk membentuk antibodi sehingga terbentuklah antibodi IgE. Antibodi
ini akan diikat oleh sel yang memiliki reseptor IgE yaitu sel mast, basofil, dan eosinofil.
Apabila tubuh terpajan kembali dengan alergen yang sama, alergen yang masuk ke dalam
tubuh itu akan diikat oleh IgE dan memicu degranulasi dari sel mast. Proses ini disebut
dengan fase aktivasi.20
Pada fase aktivasi, terjadi interaksi antara IgE pada permukaan sel mast dan basofil
dengan antigen spesifik pada paparan kedua sehingga mengakibatkan perubahan membran sel
mast dan basofil akibat metilasi fosfolipid yang diikuti oleh influks Ca++ yang menimbulkan
aktivasi fosfolipase, kadar cAMP menurun, menyebabkan granul-granul yang penuh
berisikan mediator bergerak kepermukaan sel. Terjadilah eksositosis dan isi granul yang
mengandung mediator dikeluarkan dari sel mast dan basofil. 20
Komplikasi